Anda di halaman 1dari 41

STUDY ISLAM

HAJI, UMRAH & QURBAN


Amelza Pramita
Feby Septi Muswari
Kelompok 4 Mayang Afriolla
Nadia Hanifa
Rahmi Hasanah
Rika Okta Wisma
Tyovanny Oktavia Dewi

S1 Keperawatan
Pengertian
HAJI

Haji menurut bahasa haji berasal ari bahasa Arab,


yaitu al-hajj yang artinya “Menyengaja atau Mengunjungi”
Menurut istilah Haji berarti mengunjungi Baitullah di
Mekkah dengan niat melakukan Ibadah semata-mata karena
Allah SWT. Dengan syarat-syarat dan waktu yang sudah
ditentukan.
Pengertian
UMRAH

Kata umrah berasal dari I’timar yang berarti ziarah


, yakni menziarahi ka’bah dan berthawaf disekelilingnya,
kemudian bersa’i antara shafa dan marwa, serta mencuk
ur rambut (tahallul) tanpa wukuf di Arafah.
Dalam buku Bimbingan Manasik Haji Departemen
Agama RI, umrah ialah berkunjung ke Baitullah untuk
melakukan thawaf, sa’i dan bercukur demi mengharap ri
dha Allah.
Pengertian
QURBAN

Qurban berasal dari bahasa Arab, “Qurban” ( ‫قربان‬,(y


ang berarti dekat. Di dalam ajaran Islam, qurban disebut
juga dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah yang
berarti binatang sembelihan, seperti unta, sapi atau kerbau
, dan kambing yang disembelih pada hari raya Idul Adha
dan hari-hari tasyriq sebagai bentuk taqarrub atau mende
katkan diri kepada Allah.
Hukum dan Tata Cara

Hukum Haji
Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu, w
ajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Men
genai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’
(kesepakatan para ulama).

Dalil Al Qur’an
Allah Ta’ala berfirman,
َِ ‫َن ا ْلعَالَ َِم‬
‫ين‬ َ َ‫َللا‬
َِ ‫غنَيِ ع‬ ِّ ‫ن‬ ِّ ‫ن َكفَ َِر فَ َإ‬
ِْ ‫يل َو َم‬ َِ ‫ست َ َطا‬
َ ‫ع َإلَ ْي َِه‬
ًِ ‫س َب‬ ْ ‫نا‬ َِ ‫اس َحجِ ا ْلبَ ْي‬
َِ ‫ت َم‬ ِ َ ّ‫علَى الن‬
َ َ‫لِل‬
ِّ َ ‫َو‬
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) oran
g yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkar
i (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan se
suatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imron: 97).
Hukum dan Tata Cara
Tata Cara Haji
Tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah)

1. Jamaah haji melakukan ihram untuk ibadah haji, dimulai dengan mandi,
memakai wewangian serta mengenakan pakaian ihram, sambil ber-talbiy
ah mengucapkan, “Labbaika allahumma hajjan, labbaika allahumma lab
baik, labbaika la syarika laka labbaika, innal hamda wan nikmata laka w
al mulku la syarika laka.”
2. Berangkat menuju Mina dan setelah di Mina, mereka mendirikan shalat z
huhur, ashar, maghrib dan isya serta shalat subuh. Setiap shalat dikerjak
an pada waktunya, namun shalat yang jumlah rakaatnya empat diqashar
sehingga menjadi dua rakaat. Para jamaah tetap berada di Mina sampai
matahari terbit pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Hukum dan Tata Cara
Tata Cara Haji
Tanggal 9 Dzulhijjah (hari arafah)

1. Jamaah haji berangkat menuju ke Arafah setelah matahari terbit sambil melafazhka
n talbiyah. Disunnahkan bagi jama’ah untuk singgah di namirah dan jika memungki
nkan berdiam di sana hingga matahari tergelincir, jika memungkinkan. Namirah ada
lah sebuah tempat yang terletak dekat perbatasan arafah, apabila matahari tergelinci
r, dan masuk maktu zhuhur. Disunnahkan bagi imam atau orang yang diwakilkan un
tuk menyampaikan khutbah di hadapan para jama’ah, berkenaan dengan kondisi ka
um muslimin, agar kembali memperbaharui tauhid, hukum-hukum seputar ibadah h
aji, dan perkara-perkara penting lainnya.
2. Kemudian mereka mendirikan shalat zhuhur dan ashar dengan cara qashar dan jam
ak taqdim, hari Disunnahkan bagi jama’ah pada hari tersebut menghadap kiblat sam
bil memperbanyak do’a dengan tadharru’ dan khusyu’ kepada Allah subhanahu wat
a’ala
Hukum dan Tata Cara

Tata Cara Haji

Dan juga disunnahkan untuk terus-menerus berdo’a dan mengulang


ulangnya. Sebaik-baik do’a yaitu do’a pada arafah; Dan do’a yang paling b
aik yang aku ucapkan dan para Nabi sebelumku ; La ilaha illallah wahdah
u la syarikalah, lahulmulku wa lahulhamdu wa huwa ala kulli syaiin qadiir,
(Tidak ada dzat yang berhak disembah kecuali Allah yang tidak ada sekutu
bagi-Nya, dialah pemiliki kekuasaan dan segala pujian dan ia berkuasa atas
segala sesuatu.).
3. Para jama’ah haji berang dari arafah menuju muzdalifah setelah matahari
terbenam, dan tidak boleh keluar dari arafah sebelum matahari terbenam,
apabila seorang keluar sebelum terbenam matahari ia wajib kembali walau
pun pada malam hari, karena kalau tidak, maka ia wajib membayar dam (
denda) satu ekor kambing, sepertujuh unta atau sepertujuh sapi.
Hukum dan Tata Cara
Tata Cara Haji
Malam kesepuluh bulan dzulhijah

1. Jama’ah haji berangkat dari arafah menuju muzdalifah, dan disunnahkan bera
ngkat dengan tenang agar tidak mengganggu orang lain, dan disunnahkan sena
ntiasa melafazhkan talbiyah dan memperbanyak dzikir kepada Allah.
2. Apabila telah sampai di muzdalifah, maka para jama’ah mengerjakan shalat m
aghrib kemudian dijama’ dengan shalat isya’ yang diqashar, hal tersebut dilak
ukan sebelum para jama’ah disibukkan dengan barang-barangnya.
3. Wajib hukumnya bermalam di muzdalifah pada malam kesepuluh dan mengerj
akan shalat subuh pada waktu fajar. Tidak boleh meninggalkan muzdalifah kec
uali bagi orang yang lemah seperti wanita, anak-anak dan orang-orang yang be
rsama mereka, atau para petugas haji, maka diboleh bagi mereka untuk menin
ggalkan muzdalifah pada malam hari apabila bulan telah hilang.
Hukum dan Tata Cara
Tata Cara Haji
4. Apabila telah selesai mendirikan shalat subuh, disunnahkan untuk datang ke m
asy’arul haram kemudian menghadap kiblat dan memperbanyak dzikir, takbir
dan berdo’a mengangkat tangan. Aktifitas tersebut dilakukan hingga datang wa
ktu isfar yaitu ; waktu dimana cahaya fajar mulai terang namun sebelum terbit
matahari, dimanapun tempat di muzdalifah yang digunakan untuk bermalam h
ukumnya boleh, berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam “ak
u bermalam disini (muzdalifah), semua tempat di muzdalifah adalah tempat unt
uk bermalam (mabit)”
5. Apabila seseorang hendak bertolah dari muzdalifah disunnahkan untuk mengu
mpulkan tujuh batu kerikil untuk melempar Jamarat pada hari pertama (tasyri
q), adapun hari-hari setelahnya maka mengumpulkan batu-batu tersebut di min
a, dan diperbolehkan mengumpulkan batu kerikil dimana saja.
Hukum dan Tata Cara

Tata Cara Haji

Hari kesepuluh dzulhijah (hari ‘eid)

1. Para jamaah melaksanakan shalat fajar di Muzdalifah, dilanjutkan dengan dzi


kir dan doa sampai sesaat sebelum matahari terbit.
2. Jama’ah haji bertolak dari muzdalifah menuju mina sebelum terbit matahari. S
ambil memperbanyak lafazh talbiyah, dan disunnahkan mempercepat langkah
apabila sampai di lembah muhassir, adalah sebuah lembah yang terletak antar
a muzdalifah dan mina. Dan apabila jama’ah telah sampai di mina maka diwaji
bkan mengerjakan ibadah hari ‘ied, yaitu semua ibadah haji ; melempar jamra
tul ‘aqabah, Mencukur atau memotong rambut, thawaf, dan sa’i
Hukum dan Tata Cara

Tata Cara Haji

3. Apabila para jama’ah telah sampai di mina kemudia menuju jamratul ‘aqabah,
yang merupakan jamarat yang terakhir dari arah mina, dan jamratul ula dari ar
ah mekah. Apabila telah sampai di jamarat, maka jama’ah tidak melafazhkan tal
biyah lagi, dan memulai dengan melempar tujuh batu kerikil secara berturut-tur
ut, dan bertakbir pada setiap kali lemparan. Waktu melempar dimulai pada subu
h hari ‘id. Apabila melempar sebelum subuh atau akhir malam hukumnya sah, d
an batas waktu melempar hingga terbit fajar pada hari ke 11.

4. Mencukur habis rambut, atau memendekkan. Lebih afdhal apabila dicukur


habis. Dan bagi perempuan memendekkan rambutnya seukuran ujung jarinya.
Hukum dan Tata Cara

Tata Cara Haji

5. Waktu pelaksanaan thawaf ifadhah ; setelah terbit matahari pada hari ‘id. Boleh
melakukannya sebelum terbit fajar pada malam ‘id, bagi yang ingin cepat berang
kat dari muzdalifah karena sebab tertentu, sakit, para wanita yang membawa an
ak , atau petugas haji. Dan diperbolehkan menundanya hingga akhir hari ‘id aka
n tetapi hal tersebut menyelisihi sunnah.
6. Bagi orang yang mengerjakan haji tamattu’ diwajbkan sa’i antara shafa dan am
arwah setelah melaksanakan thawaf ifadhah. Adapun bagi haji ifrad dan qiran ji
ka telah melakukan sa’i setelah thawaf qudum . tidak diwajibkan baginya untuk
sa’i setelah thawaf ifadhah. Apabila telah selesai mengerjakan thawaf ifadhah da
n sa’i, maka selesailah seluruh rangkaian ibadah pada hari ‘id, dan kembali ke m
ina untuk bermalam pada malam ke sebelas.
Hukum dan Tata Cara
Tata Cara Haji
1-Hari-hari tasyriq
Ada tiga hari yaitu: tanggal 11, 12, dan 13 bulan dzulhijah, dinamak
an dengan hari tasyriq, karena pada hari tersebut hewan-hewan kurba
n disembelih ditengah terik matahari. Sabda Rasululla shallallah ‘alaih
i wasallam : “ sesungguhnya hari ini adalah hari makan dan minum ser
ta hari berdzikir kepada Allah”

Siang dan malam tanggal 11 dzulhijah:


Diwajibkan bermalam di mina pada malam 11 dzulhijah, sementara
pada siang harinya setelah tergelincir matahari, para jama’ah haji mel
empar di tiga jamarat. setiap jumrah terdiri dari tujuh kali lemparan.
Hukum dan Tata Cara
Tata Cara Haji

Hari Ke 12 dan malamnya :


Diwajibkan bagi jamaah haji untuk bermalam di mina pada mala
m 12 dzulhijjah. Apabila matahari telah tergelincir, maka para jamaa
h melakukan pelemparan jamarat seperti hari ke 11. Apabila ada jam
aah yang ingin buru-buru, maka ia melempar dan keluar dari mina s
ebelum matahari terbenam. Jika matahari terbenam dan ia tetap di
mina , bermalam dan melempar jamarat pada hari ke 13 , maka itu le
bih baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,“barang siapa yang i
ngin mempercepat (meninggalkan mina) setelah dua hari, maka tidak
ada dosa baginya dan barang siapa mengakhirkannya tidak ada dosa
(pula) baginya..“. (Al-baqoroh ayat 13)
Hukum dan Tata Cara

Tata Cara Haji

Hari ke 13 dan malamnya :


Setelah matahari tergelincir, kembali melempar jamarat
seperti hari-hari sebelumnya, hingga selesai waktu melempar
pada waktu terbenam matahari pada hari ke 13.
Hukum dan Tata Cara

Hukum Umrah

Hukum umroh ada 2 yaitu :

1. Menjadi wajib apabila ibadah umroh tersebut baru dilaksanaka


n pertama kali sehingga disebut sebagai Umratul Islam. Selain it
u umroh karena nazar maka ibadah umroh tersebut menjadi waji
b.
2. Ibadah umroh menjadi sunnah apabila telah dilakukan untuk ked
ua kali atau lebih serta bukan merupakan nazar
Hukum dan Tata Cara
Tata Cara Umrah
1. Jika seorang yang berumrah sampai di Miqat makani, disunnahkan untu
k mandi, memakai wewangian, mengenakan pakaian ihram dan melafazk
an niatnya dengan mengucapkan, “Labbaika umratan.” (Aku penuhi pan
ggilanmu untuk berumrah).
2. Ia memulai talbiyah dengan mengucapkan,“Labbaika allahumma labbaik
a, labbaika la syarika laka labbaik, innal hamda wan nikmata laka wal m
ulku la syarika laka“ (Aku memenuhi paggilan-Mu ya Rabb aku memenu
hi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagimu sesungguhnya pujian dan sem
ua nikmat adalah milikmu demikian pula kekuasaan. Tidak ada sekutu b
agi-Mu).Dan ia tetap talbiyah sampai ia melihat Baitullah dan menyentuh
Hajar Aswad.
3. Setelah itu ia masuk ke Masjid Al-Haram dengan mendahulukan kaki ka
nannya sambil membaca doa masuk masjid.
Hukum dan Tata Cara
Tata Cara Umrah

4. Ia berhenti talbiyah dan memulai thawaf. Dimulai dari Hajar Aswad jika
memungkinkan untuk mencium atau menyentuhnya. Jika, tidak maka cuk
up menunjuk ke arahnya.
5. Menjadikan Ka’bah di sebelah kirinya dan mulai mengelilinginya sebanya
k tujuh kali dimulai dari Hajar Aswad dan di akhir di Hajar Aswad pula.
6. Disunnahkan bagi pria untuk berlari-lari keci di tiga putaran pertama, ber
lari-lari kecil maksudnya adalah berjalan cepar dengan langkah pendek, da
n melakukan Idthibaa’ yaitu membuka pundak sebelah kanan, sehingga ka
in selendang ihram berada di bawah ketiak kanannya, dan sisi lainnya bera
da di atas pundak kirinya.
Hukum dan Tata Cara
Tata Cara Umrah
7.Selama melakukan thawaf ia bebas berdoa apa saja. Dan ketika sejajar den
gan Rukun Yamani, ia menyentuhnya dan bertakbir. Antara Rukun Yama
ni dan Hajar Aswad dianjurkan mengucapkan doa “Rabbana atina fidduny
a hasanah wa fil akhirati hasanah wa qina azabannar“ (Ya Allah limpahka
nlah kebaikan duniawi kapada kami dan limpahkan pula kebaikan akhirat
kepada kami dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka).
8. Setelah seorang selesai pada putaran ketujuh, maka ia kembali menutup p
undak kanannya tidak beridhthibaa’, karena idthibaa’ hanya disunnahkan
ketika tawaf umrah dan tawaf qudum. Kemudian menuju maqam Ibrahim
‘alaihissalam jika memungkinkan lakukan salat dua raka’at dibelakang ma
qam, pada raka’at pertama setelah Al-Fatihah membaca surah Al-Kafirun,
dan pada raka’at kedua membaca surah Al-Ikhlash. Jika hal ini tidak bisa
dilakukan, maka seseorang bisa salat dimana saja dibelakang maqam.
Larangan Pada Waktu Ibadah Haji dan Umrah
• Memakai wangi-wangian, baik untuk badan maupun pakaian. Termasuk
dalam hal ini minyak rambut yang wangi.
• Tidak boleh memakai khuf (sepatu yang menutup mata kaki).
• Menghilangkan rambut, baik rambut kepala maupun rambut lainnya.
• Memotong kuku, baik kuku tangan maupun kuku kaki.
• Menikah atau menikahkan orang lain.
• Melakukan hubungan suami isteri (bersetubuh) atau hal-hal yang mendek
atinya, seperti berciuman atau berpelukan yang diiringi dengan syahwat.
• Berburu binatang darat dan memakannya.
• Melakukan perbuatan maksiat.
• Bertengkar dengan teman atau kawan.
• Khusus bagi laki-laki dilarang memakai kain yang berjahit dan menutup k
epala.
• Khusus bagi perempuan dilarang menutup muka dan dua telapak tangan
Hukum dan Tata Cara
Hukum Qurban

Nabi dan para sahabat berqurban, bahkan Nabi bersabda bahwa qurban
merupakan sunnah kaum muslimin yang berarti kebiasaan umat Islam. Oleh
karena itu, umat Islam bersepakat bahwa berqurban itu disyariatkan, sebaga
imana keterangan beberapa ulama. Namun terjadi perselisihan pendapat di a
ntara para ulama, apakah qurban itu sunnah muakkad ataukah merupakan
kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan?
Jika dijabarkan kedua pendapat yag berbeda ini masing-masing mempun
yai dasar yang sama kuat. Sebagi n ulama memberikan jalan keluar dari pers
elisihan dengan menasehatkan, “….selayaknya bagi mereka yang mampu, tid
ak meninggalkan qurban. Karena dengan berqurban akan lebih menenangka
n hari dan melepaskan tanggung jawab, wallau a’lam” (Baits, 2008)
Hukum dan Tata Cara

Rukun Menyembelih

• Penyembelih beragama Islam.


• Binatang yang disembelih binatang yang halal baik halal zatnya maupun ha
lal cara memperolehnya bukan hasil mencuri atau menipu.
• Alat penyembelih harus tajam agar dapat mempercepat proses kematian bi
natang itu dan tidak terlalu menderita sewaktu disembelih.
• Tujuan penyembelihan untuk tujuan yang diridlai Allah SWT bukan untuk
tujuan tumbal atau untuk sajian nenek moyang berhala atau upacara kemu
srikan lainnya.
Hukum dan Tata Cara

Tata Cara Qurban

• Menggunakan pisau yang tajam, semakin tajam pisaunya, maka akan sem
akin baik.
• Baiknya tidak mengasah pisau yang akan digunakan untuk menyembelih d
ihadapan hewan yg akan disembelih. Hal ini dapat membuat hewan yang a
kan disembelih itu takut sebelum disembelih
• Menghadapkan hewan ke kiblat.
• Membaringkan hewan qurban diatas lambung sisi kiri.
• Menginjakan kaki pada bagian leher hewan.
• Membaca Basmalah hendak akan menyembelih.
• Membaca takbir
Hukum dan Tata Cara

Tata Cara Qurban

• Menyebutkan nama orang yang akan menjadi tujuan hewan qurban ters
ebut.
• Menyembelih dengan cepat supaya meringankan apa yang sedang diala
mi hewan.
• Memastikan pada bagian kerongkongan, tenggorokan, atau dua urat leh
er itu telah terpotong dengan pasti.
• Dilarang mematahkan leher sebelum hewan tersebut benar-benar mati.
Sehat Sebagai Bagian Dari Makna Istihah Bagi Jamaah Haji

Istitha’ah menurut bahasa diambil dari kata thawa’a/tha’a, dan istitha’a


h berarti at-thaqah (mampu), namun istilah istitha’ah khusus untuk manus
ia, sedangkan thaqah lebih bersifat umum, oleh karena itu jika mengataka
n aljamalu muthiqun lihamihi (unta itu mampu membawanya), maka buka
n memakai mustathi’un. Jadi istitha’ah adalah mampu atas sesuatu dan mu
ngkin untuk melakukannya.

Adapun istitha’ah dalam ibadah haji menurut ulama Hanafiyyah dan H


anabilah adalah selamat atau amannya sebab dan sarana untuk ibadah haji
, yakni adanya bekal, kendaraan dan selamatnya badan, serta memiliki har
ta tinggalan untuk menafkahi anggota yang wajib dinafkahi di rumah, seda
ngkan bagi perempuan harus disertai mahram atau suaminya.
Dalil Qurban

• Al-Qur’an

ِ‫ِوا ْن َح ْر‬ َ َ‫ف‬


َ َ‫ص َ ِّلِ َل َر َبِّك‬
Artinya: “Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berqurbanlah
(sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (Q.S. al-Kautsar: 2).

Artinya : “Dan untuk setiap umat Kami tetapkan ibadah qurban, supaya mereka
mengingat nama Allah terhadap rizki yang telah Allah karuniakan kepada mereka
berupa binatang ternak. Maka sesembahan kalian itu adalah sesembahan yang
satu, maka hanya kepada-Nyalah kalian berserah diri.” (QS. Al Hajj: 34)
Dalil Qurban
• Hadist
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, beliau berkata:

“Nabi tinggal di Madinah selama sepuluh tahun dan selalu berqurban.” (HR. Ahmad
dan Tirmidzi, beliau menyebutnya hadits hasan)

Dari Uqbah bin ‘Amir , sesungguhnya Nabi membagikan hewan qurban kepada para saha
bat nya. Ternyata Uqbah bin ‘Amr mendapat bagian ternak yang masih kecil, belum dewa
sa (jadzah). Maka ia berkata, “Wahai Rasulullah, saya mendapat bagian berupa jadz-ah?
” Rasulullah bersabda, “Berqurbanlah dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jenis dan Syarat Hewan Qurban

• Binatang qurban harus berupa binatang ternak, yaitu onta, sapi dan kambing,
baik berupa kambing lokal maupun kambing domba (kibasy)
• Usia hewan tersebut telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh syariat
(syara’), yakni jadz’ah untuk domba dan tsaniyah untuk yang lainnya.
• Hewan qurban tersebut tidak memiliki cacat yang bisa menghalangi keabsahan
nya.
• Hewan yang hendak digunakan untuk berqurban merupakan milik shahibul qu
rban atau milik orang lain namun telah sah secara syariat (syara’) atau telah m
endapatkan izin dari pemilik.
• Hewan qurban tersebut tidak berkaitan dengan hak orang lain, sehingga tidak
sah berqurban dengan hewan yang digunakan sebagai agunan hutang.
• Penyembelihan hewan qurban dilakukan pada waktu yang telah ditentukan sec
ara syar’i yaitu setelah shalat ‘Ied pada hari Nahr (10 Dzulhijjah) hingga tengg
elamnya matahari pada hari tasyriq terakhir yaitu tanggal 13 Dzulhijjah.
Pelaksanaan Qurban
Waktu Pelaksanaan Qurban

Pelaksanaan kurban yakni dimulai sejak selesai shalat idl sampai terbenam
matahari hari terakhir dari tasyriq 11, 12 dan 13 dzulhijjah.
Kondisi hewan qurban
Ada 4 hal berkaitan dengan hewan kurban yang akan disembelih.

1. Jenis binatang yang disembelih.


Untuk menjaga kualitas daging hewan sembelihan, maka islam menekankan agar memotong
bianatang terbaik. Rasul memberikan uswah binatang yang dijadikan hewan kurban di antaran
ya adalah unta, lembu, kerbau, kambing, kibas/biri-biri, lain tidak.
Sabda Nabi Muhammad SAW,
Artinya : “Dan pada tiap-tiap umat, kami menyari’atkan ibadah menyembelih kurban (atau lain
-lainnya), agar mereka menyebut (ingat) nama Allah atas karunia yang Dia berikan pada merek
a berupa binatang ternak yang disembelih itu. (Q.S. Al-Hajj, 22:34).
Pelaksanaan Qurban

2. Umurnya
*Unta (ibil) – berumur 5 tahun masuk umur 6 tahun.
*Kerbau , sapi (baqarah), kambing (ma’iz) – berumur 2 tahun masuk umur 3 tahun.
*Biri-biri (dla’n) – berumur 1 tahun masuk umur 2 tahun, atau sudah ada 1 gigi dep
nnya yang bersalin, walaupun belum genap 1 tahun tapi sudah lebih dari 6 bulan.

3. Kadarnya
Sabda Nabi Muhammad SAW,
Artinya : “Kami bersama rasulullah SAW menyembelih seekor unta untuk 7 orang,
dan seekor sapi pun untuk 7 orang. (HR. Muslim).
Imam Taqiyyudin dalam kitab Kifayatul akhyar (2:237) menjelaskan bahwa untuk s
eekor domba/kambing hanya peruntukan seorang saja. Bahkan Ibu Ishaq pernah mena
mbahkan sebagaimana dikutip Imam Taqiyyudin bahwa seekor unta boleh untuk 10 or
ang, melihat kondisi dari unta itu sendiri.
Pelaksanaan Qurban

4. Sifat-sifatnya

Hal-hal yang penting dalam memilih binatang ternak sebagai sembelihan seb
agaimana diatur dalam syara’ di antaranya adalah :
 Hendaknya hewan kurban tersebut matanya terang, tidak buta atau pica
 Hendaklah sehat, tidak sakit.
 Hendaklah berkaki sempurna, artinay tidak pincang yang menyebabkan ia
selalu tertinggal dalam kawanan temannya di tempat penggembalaan.
 Hendaklah hewan kurban tersebut gemuk, dagingnya banyak dan tidak ku
rus.
 Afdaliyah ciri-ciri tambahan lainnya hewan kurban itu gemuk, berbulu puti
h lebat, bertanduk dan jantan.
Hal – Hal Yang Harus Dijauhi Oleh Orang yang Hendak Berqurban

Jika bulan Dzulhijjah telah tiba yang ditunjukkan dengan terlihatnya bulan sab
it (hilal) atau dengan cara menggenapkan bulan Dzulqa’dah menjadi tiga puluh
hari, maka diharamkan bagi orang yang hendak berqurban memotong rambut,
kuku serta kulitnya meskipun hanya sedikit hingga setelah ia selesai melaksana
kan penyembelihan qurban. Hal ini berdasarkan hadits Ummi Salamah radhiall
ahu ‘anha, Nabi bersabda:

“Jika kalian telah melihat hilal Dzulhijjah (dalam lafal lain: telah tiba sepul
uh awal Dzulhijjah) dan salah satu kalian ingin berqurban, maka hendakla
h ia biarkan rambut dan kukunya.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Hal – Hal Yang Di Makruhkan Dalam Sembelihan

• Menggunakan alat penyembelih yang tidak tajam. Terdapat ula


ma yang menyatakan bahwa hal ini hukumnya haram dan itulah
pendapat yang benar.
• Hewan yang akan disembelih melihat pisau yang sedang diasah.
• Ketika ada hewan disembelih, hewan yang giliran berikutnya iku
t menonton proses penyembelihan.
• Melakukan tindakan-tindakan yang menyakitkan setelah di sem
belih sebelum nyawa hewan tersebut meninggalkan jasadnya, sep
erti mematahkan leher, menguliti atau memotong sebagian anggo
ta tubuhnya.
Hikmah Qurban

 Menghidupkan sunah Nabiallah Ibrahim a.s.


 Mendidik jiwa ke arah iman dan taqwa dengan senantiasa ber
taqarrub.
 Menumbuhkan sifat-sifat mulia seperti dermawan dan murah
hati kepada sesama.
 Menghapus dosa-dosa dan mengharapkan keridha’an Allah S
WT.
 Mengikis sifat-sifat kebinatangan dengan tumpahnya darah ke
bumi
 Akan memperoleh binatang tunggangan kelak di hari kiamat.
Nilai – Nilai Kesehatan
Haji dan Umrah

1. Hipnotisme

Hipnotisme adalah Penyembuhan gangguan jiwa dengan membawa penderita ke suatu kea
daan trans. Rukun-rukun yang masuk dalam pengobatan ini meliputi thawaf, sa’i, wuquf dan mel
ontar. Kesemuanya itu bisa menghipnosis diri sendiri jika mampu mencapai taraf khusyuk sepert
i para sufi.
Adapun hipnotisme bermanfaat untuk berbagai penyakit kecuali infeksi, penyakit itu antara lain:
• Kelainan jantung dan pembuluh darah, seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Ka
nker, nyeri pada kanker.
• Penyakit pencernaan, infeksi usus dan sakit maag.
• Dismenorea (rasa sakit ketika sedang haidh).
• Penyakit kulit seperti atopic dermatitis, acne, allergic reactons, warts, urticaria, neurodermatiti
s, dan sebagainya antara lain asma, rematik sendi, sakit kepala, kencing manis, kegemukan, pe
nyakit gondok dan hipoglikemia.
Nilai – Nilai Kesehatan
Haji dan Umrah

2. Prana

Prana ini adalah suatu kekuatan yang beras.al dari benda yang memiliki energi ya
ng secara tidak langsung bisa membuat tubuh menjadi sehat. Dalam hal ini yang termasu
k pada prana adalah baitul, Hajar as.wad, maqam Ibrahim, safa dan marwah, Arafah, ma
bit, dan jumrah.

Prana dapat menyembuhkan tiga golongan penyakit, yaitu:


• Penyakit ringan seperti sakit kepala, sakit gigi, batuk, sakit tenggorokan, demam, sakit
perut, mencret, dismenorea, nyeri otot, terkilir, dan luka bakar ringan.
• Penyakit berat, seperti TBC, tekanan darah tinggi, sakit jantung, hepatitis, mioma, kist
a, migren, radang sendi, dan sawan.
• Sakit jiwa, seperti stres, tension, anxiety, depresi, fobia, paranoid, skizofrenia
Nilai – Nilai Kesehatan
Haji dan Umrah

3. Meditasi

Meditasi adalah Pemusatan pikiran dan perasaan untuk mencapai sesuatu. Yang te
rmas.uk dalam meditasi adalah shalat. Shalat dikatakan sebagai pengobatan dengan cara
meditasi karena shalat adalah suatu cara berkomunikasi dengan zat supranatural secara s
ungguh-sungguh yang diyakini dapat mengabulkannya.
Meditasi mampu mengobati penyakit-penyakit seperti dibawah ini:
• Penyakit jantung seperti, aritmia, cerebrovascular, tekanan darah tinggi, kelainan katu
p jantung, penyakit pembuluh darah perifir, dan penyakit sel sickle.
• Infeksi seperti HIV, AIDS, tetanus.
• Kelainan syaraf dan jiwa seperti sikap agresif, alkoholisme, penyakit alzheimer, autism
e, kerusakan otak, sakit kepala, stroke akibat kokain, stress dll.
• Penyakit tulang dan otot seperti kejang otot, nyeri otot, rheumatoid arthritis, osteoporo
sis, penyakit akibat olahraga.
Nilai – Nilai Kesehatan

Qurban

Manfaat qurban dari sisi duniawi dan ukhrawi, seperti tujuan kesehatan de
ngan memilih hewan qurban standar baik dari sisi umur maupun cacat cela
. Tujuan penambahan gizi dengan menyedekahkan dagingnya, tujuan ekon
omi pada pembelian hewan, tujuan budaya pada kedatangannya setiap tah
un, tujuan sosial pada berhimpunnya banyak jama'ah saat penyembelihan
dan pembagian dagingnya, dan sebagainya.
THANK YOU FOR YOU LISTEN

Anda mungkin juga menyukai