Bahasa Al-Quran ini memiliki beberapa keunikan yang bisa kita dapatkan ketika
mempelajarinya. Kami mengumpulkannya agar kaum muslimin bisa tertarik
mempelajari bahasa Agama mereka. Karena bahasa Arab sangat penting dalam
kehidupan seorang muslim. Akan tetapi Bahasa Arab di zaman ini sangat jauh
dari kaum muslimin khususnya di Indonesia.
Cukup dengan mengerti dasar-dasar bahasa Arab, kaum muslimin bisa mengerti
lebih dalam petunjuk hidup mereka dan tidak perlu bergantung dengan
terjemahan. Dan terjemahan tidak bisa menggantikan makna keseluruhan AlQuran, oleh karena itu dalam mushaf Indonesia ditulis terjemah maknawi AlQuran. Agak menyusahkan juga jika ada pentunjuk jalan semisal peta, tetapi
orang yang hendak ke tujuan masih belum menguasi benar petunjuk tersebut.
Sebagai contoh terjemah makna yang kami maksud kurang mengena tersebut,
Allah Taala berfirman pada surat Yusuf ayat 2,
Terjemah maknawi dalam Mushaf Indonesia oleh Yayasan Penyelenggara
penterjemaah/Pentafsir Al-Quran yang ditunjuk oleh Menteri Agama dengan
selaku ketua Prof.R.H.A Soenarjo S.H, sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya. [yusuf:2]
Maka makna ini kurang mengena, karena kita lihat dari irab-nya [pembahasan
kedudukan kata dalam bahasa Arab]. Berikut pembahasan sedikit
mengenaiirab-nya, bagi yang sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab silahkan
:
.
.
:
Bisa bermakna [makna pertama]: Sesungguhnya kami menurunkan Al-Quran
yang berbahasa Arab, kata quraanan dinashob dengan kedudukan sebagai
haal yaitu bermaka terkumpul. Dan kata arobiyyan berkedudukan sebagai
naat dari kata quraanan. Dan bisa juga [makna kedua] sebagai
tauthiah/pengantar bagi haal sebagai mana kita katakan: saya melewati
Zaid, seorang laki-laki yang shalih. Dan kata arabiyyan berkedudukan sebagai
haal sehingga makna kalimat yaitu: dibaca dengan bahasa kalian wahai
masyarakat Arab. [Al-Jami Liahkamil Quran 9/199, Darul Kutub Al-Mishriyah,
Koiro, cet.ke-2, 1384 H, Asy-Syamilah]
Jadi makna yang agak mendekati wallahu alam adalah,
Sesungguhnya Kami
menurunkan
Al-Quran yang
berbahasa
Arab,
( 8)
Yang demikian itu (bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab) karena
bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih
mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling
mulia diturunkan (Al-Quran) kepada rasul yang paling mulia (Muhammad
shollallohu alaihi wa sallam), dengan bahasa yang termulia (bahasa Arab),
jika terpisah artinya bersatu/sama dan Jika bersatu artinya berbeda/terpisah
Maksudnya jika dua kata tersebut terpisah atau tidak berada dalam satu kalimat
maka artinya sama dan jika bersatu yaitu dua kata tersebut berada dalam satu
kalimat maka artinya berbeda, contohnya,
[ ]dan [ ]faqiir dan miskiin
Jika kita membuat kalimat yang dua kata ini ada/bersatu, misalnya: Kita harus
berbuat baik terhadap orang faqir dan miskin
Maka maknanya berbeda, Yaitu:
Faqir> orang yang tidak punya harta untuk mencukupi kehidupannya.
Miskin> orang yang punya harta tetapi tidak cukup untuk kehidupannya.
Jika kita buat kalimat dimana dua kata ini terpisah, misalnya: kita harus berbuat
baik terhadap orang faqir
Maka makna faqir dalam kalimat ini mencakup kedua maknanya yaitu orang
yang tidak punya harta untuk mencukupi kehidupannya dan orang yang punya
harta tetapi tidak cukup untuk kehidupannya.
Begitu juga jika kita berkata: kita harus berbuat baik terhadap orang miskin
Maka makna miskin dalam kalimat ini juga mencakup kedua maknanya tersebut.
Contoh lain adalah [ ]dan [ ]Iman dan Islam.
Jika bersatu makanya berbeda,
Iman: amalan yang berkaitan dengan hati/ amalan batin
Islam: amalan yang berkaitan dengan anggota badan/amalan dzahir
Dan Kami berfirman: Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini [AlBaqarah: 35]
Dalam ayat digunakan [ ]zaujuka bukan [ ]zaujatuka
Dan [ ]zaujun bentuk jamaknya [ ]Azwaajun, dan sekali lagi contohnya
dalam Al-Quran yaitu doa yang sering kita baca,
Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orangorang yang bertakwa. [Al-Furqon:74]
Dalam ayat digunakan []azwaaj bukan [ ]zaujaat
-kata [ ]baiun artinya penjualan, dia juga bisa berarti kebalikannya yaitu:
pembelian. Dalam bahasa Arab pembelian lebih dikenal dengan [ ]syira.
Penerapannya dalam hadist,
Apabila penjual dan pembeli berselisih maka perkataan yang diterima adalah
perkataan penjual, sedangkan pembeli memiliki hak pilih . [HR. At-Tirmidzi
III/570 no.1270, dan Ahmad I/466 no.4447. Dan di-shahih-kan oleh Syaikh AlAlbani dalam Irwa Al-Ghalil no: 1322]
Begitu juga dalam ayat Al-Quran
padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba [Al
Baqarah: 275]
-begitu juga dengan kata [ ]qomar yang artinya bulan bisa berarti matahari
juga dan masih ada contoh yang lain.
>>salah baca sedikit artinya sangat jauh berbeda bahkan bisa bertentangan
Misalnya,
-kalimat [ ] Allahu akbar artinya: Allah Maha Besar
Jika dibaca [ ] AAllahu akbar dengan huruf alif dibaca panjang, artinya:
apakah Allah Maha Besar?
-surat Al-Fatihah ayat ke-5,[]
Jika dibaca IYYaaka nabuduu dengan tasydid huruf ya artinya: Hanya
kepada-Mu
pertolongan.
Kami
menyembah
dan
hanya
kepada-Mu
kami
memohon
Amr bin Faayid membacanya dengan tidak mentasydid [huruf ya] dan
mengkasrah
[huruf
alif].
Ini
adalah
bacaan
yang
aneh/nyeleneh
dan
-dibaca burtuqooliN [majrur] jika huruf maa pada siyyama dianggap sebagai
huruf zaaidah sehinga isim setelahnya [burtuqool] berkedudukan sebagai
mudhof ilaih.
- dibaca burtuqoolUN [marfu] jika huruf maa pada siyyama dianggap
sebagai isim maushul mudhof ilaih dari siyya sehinga isim setelahnya
[burtuqool] berkedudukan sebagai khobar dengan mubtada yang mahdzuf
takdirnya huwa
- dibaca burtuqoolAN [manshub] jika huruf maa pada siyyama dianggap
sebagai sebuah isim mudhof ilaih dari siyya sehinga isim setelahnya [burtuqool]
berkedudukan sebagai tamyiz manshub
- dibaca burtuqool karena diwaqafkan ketika akhir kata.
[lihat Mulakhkhas Qowaidul Lughoh Al-Arabiyah hal. 65, Daruts Tsaqafah AlIslamiyah, Beirut]
>>satu kalimat bisa dibaca berbeda-beda dan artinya juga berbeda-beda
Misalnya,
Maka kata [ ]bisa dibaca tasyroB atau tasyroBA atau tasyroBU atau
TasyroBI
-jika dibaca tasyroB artinya: jangan engkau makan ikan dan jangan engkau
minum susu
-jika dibaca tasyroBA artinya: jangan engkau makan ikan ketika engkau
sedangminum susu
-jika dibaca tasyroBU artinya: jangan engkau makan ikan dan engkau
bolehminum susu
-bisa dibaca TasyroBI jika bacanya disambung ketika membaca tasyroB
karena bertemu dua huruf sukun yaitu huruf ba dan alif lam pada al-laban.
Berikut pembahasan Irab-nya, sekali lagi [maaf] bagi sudah belajar dasardasar bahasa Arab silahkan mencermati, bagi yang belum mungkin agak
membingungkan dan silahkan dilewati [baca: harus semangat belajar bahasa
Arab].
-dibacatasyroB [majzum] karena huruf wawu sebagai huruf athof, fiilnya athof
dengan takul karena Huruf laa Naahiyah menjazmkannya
- dibaca tasyroBA [manshub] karena huruf wawu sebagai Wawu haal
dengan adawatun naasibah huruf an disembunyikan wajib
- jika dibaca tasyroBU [marfu] karena huruf wawu sebagai Wawu istinaf
yaitu wawu untuk menunjukkan awal kalimat dan tidak berhubungan dengan
kalimat sebelumnya. Sehingga fiilnya hukum asalnya marfu jika tidak ada amil.
[lihat Qowaaidul Asasiyah Lillughotil Arabiyah hal 34, As-Sayyid Ahmad AlHasyimi, Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, cet.ke-3,1427 H]
Bacaan yang benar: wa kallamallaaHU Muusaa takliima [Allah benar-benar
mengajak bicara Musa]
Maka jika pembaca tidak paham maksudnya, maka dia tidak tahu cara
membacanya. Apakah lafadz Jalalah Allah dibaca, Allahu atau Allaha atau
Allahi
Lho dari mana dia tahu maksudnya, padahal belum dibaca, padahal juga yang
dibaca adalah sumber ilmunya?
Jawabannya: umumnya dari irab, konteks kalimat atau maksud kalimat
sebelumnya. Pada kasus ini, maksudnya diketahui juga dari aqidah yang benar
yaitu Allah mempunyai sifat berbicara dan memang Allah yang mengajak Musa
berbicara.
sekali lagi [maaf] bagi sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab silahkan
mencermati, bagi yang belum mungkin agak membingungkan dan silahkan
dilewati [baca: harus semangat belajar bahasa Arab].
-Tidak mungkin lafadz Jalalah dibaca AllaHA
Karena artinya nanti Musa mengajak bicara Allah, karena ada kemungkinan
nanti menafikan sifat Allah berbicara dan ini bentuk tahrif/menyelewengkan sifat
Allah.
-tidak mungkin lafadz Jalalah dibaca AllaHi
Karena tidak ada penyebab majrurnya yaitu huruf jar atau mudhaf ilaih.
Dalam bahasa Arab, irab terkadang membantu menyempurnakan [menangkap]
makna dan terkadang maknanya bisa menyempurnakan irab.
Satu lagi yang menjadi isyarat yang cukup penting, bahwa orang yang ingin
berbahasa arab dengan benar dan fasih, dilatih agar berpikir dahulu baru
berbicara. Tidak sembarangan berbicara karena minimal ia memikirkan irab/
kedudukan kata dalam kalimat. Jelas ini tidak kita dapatkan dalam kebanyakan
bahasa karena bahasa Arab itu unik dan sesuatu dibilang unik jika jarang sekali
dijumpai.
>>Bisa selamat dan tidak salah membaca harokat gundul bahasa Arab
Mungkin ada yang bertanya berarti agak susah juga kalau berbicara dalam
bahasa Arab jika harus dipikirkan dulu Irab/kedudukan tiap kata. Bagaimana
juga orang-orang arab badui dan Para TKI/TKW bisa berbicara bahasa Arab?
Maka jawabannya adalah mereka menggunakan bahasa Arab Ammiyah/ atau
bahasa Gaul menurut bahasa kita, dan kurang memperhatikan kaidah. Dan ini
yang lebih penting, supaya bisa selamat dan tidak salah membaca digunakan
prinsip,
[ ] Tajzim taslam artinya: engkau jazm-kan maka engkau selamat
Maksud menjazmkan adalah mensukunkan semua huruf akhirnya pada tiap kata,
contohnya,
[ ] Ahmadu huwa ghaaibun laa yahduru fil
fashli artinya: Ahmad tidak hadir , tidak ada dikelas.
Maka
boleh
saja
kita
baca
sukun
semua
tiap
kata
seperti
bisa
mengetahui
kefasihan
seseorang
dalam
berbahasa
dan
yang akan mengalamai hal itu adalah Kamboja. Di sana 19 bahasa lokalnya
telah dinyatakan hampir punah, dan kemungkinan besar banyak di
antaranya yang tidak akan bertahan dalam 90 tahun mendatang.
[Sumber: http://www.asiacalling.kbr68h.com/in/berita/cambodia/1076-a-5000year-old-language-in-cambodia-on-extinction-list]
Kita bisa melihat bukti bagaimana bahasa kromo Inggil/ bahasa halus jawa
sudah sangat jarang kita temui pemakaiannya. Begitu juga bahasa halus Sasak
Lombok. Sehingga jika seorang kakek buyut yang masih hidup berbicara dengan
bahasa halus kepada cucunya, mungkin cucunya agak sedikit tidak paham.
Begitu juga bukti bahwa terkadang satu bahasa sekedar berbeda dialek saja
sudah agak kurang nyambung jika berbicara satu-sama lain.
Kita ambil juga contoh bahasa Inggris, dia sempat mengalami kesenjangan
sejarah yaitu mengalami perubahan yang cukup jauh dalam setiap beberapa
ratus tahun. Maka bahasa Inggris sekarang, di zaman ratu Elisabeth II jika
dibandingkan dengan bahasa Inggris di zaman kakek-buyutnya, di zaman
pertengahan yaitu King Arthur maka, sangat jauh berbeda. Jika mereka bertemu
dan berbicara maka akan susah nyambung. Jangankan yang beratus-ratus
tahun, bahasa kita yaitu bahasa Indonesia belum lagi 100 tahun sejak
kemerdekaan tahun 1945 sudah banyak berubah dan belum lagi muncul bahasa
gaul zaman sekarang seperti nongkrong, juragan, sundul, nyokap, bokek
dan lain-lain. Belum lagi penyimpangan makna misalnya cabut bermakna ayo
pergi dan lain-lain.
Maka belum ada yang seperti bahasa Arab, dimana dia termasuk salah satu
bahasa tertua dan tidak berubah, masih asli sejak zaman dulu dan masih
sama gaya bahasa, dialek utama, pengungkapannya. Walaupun ada bermacammacam dialek tetapi dialek asli yaitu apa yang dibilang sekarang dialek Arab
klasik tetap ada dan tidak berubah sampai saat ini.
Maka inilah salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap Al-Quran yaitu dengan
manjaga bahasanya. Allah Taala berfirman.
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz Dzikra [Al-Quran] dan kamilah yang
akan menjaganya. [QS Al Hijir : 9].
>>Kaya perbendaharaan kosa-katanya
Contohnya untuk kosa-kata kuda maka dalam bahasa Arab seperti berikut:
-Khail()sekumpulan kuda
-Faras ( ) seekor kuda (jantan atau betina)
-Hison ( ) kuda jantan
-Hajr ( )kuda betina
-Mahr ( )anak kuda jantan
-Mahrah ( )anak kuda betina
-Filw ( )anak kuda jantan yang baru lepas daripada menyusu ibu
-Haikal ( )kuda yang besar dan bertubuh tegap
-Mathham ( )kuda yang sempurna dan baik
Penerapannya bisa kita lihat dalam Al-Quran yaitu tentang istilah untuk hewan
unta yaitu:
-al-Ibilu [ ]lihat surat al-Ghasiyah
-an-Naaqah [ ]lihat surat al-Syams
-al-Budnu [ ]lihat surat al-Hajj
Dan istilah untuk unta juga banyak seperi istilah untuk kuda, bisa kita lihat dalam
kitab-kitab ulama khsusunya kitab zakat.
Begitu juga dengan ungkapan suara hewan, maka ada pengungkapannya satupersatu dan hanya bahasa Arab yang paling lengkap,
-Shahil Suara kebiasaan kuda mendempik
-Hamhamah Suara kuda mendengus
-Syahij Suara baghal
-Rugha Suara kebiasaan unta
-Hanin Suara unta memanggil anaknya
-Anin Suara unta menahan bebanan yang dibawa
-Hadir Suara unta bernafas (bunyi nafas keluar masuk)
-Shorif Suara geseran gigi unta
-huar Suara lembu
-Mamaah Suara kambing mengembek
sangat
rinci
kitabmadarijus salikin,
oleh
Ibnu
Qayyim
Al-Jauziyah
rahimahullah
dalam
] [
:
: .
: . . .
: . .
.
: .
: : . . .
:
: . : . : .
: . .
. . .
:
Tingkatan cinta:
1. Al-alaqah ( hubungan / ikatan ). Dinamakan hubungan/ikatan karena
keterikatan hati kepada yang dicinta.
2. Al-iradah ( kehendak / keinginan ). Ini adalah kecondongan hati kepada
yang di cinta dan berusaha untuk mencari/menjumpai yang dicinta.
3. Ash-shobabah ( kerinduan ). Adalah kerinduan hati kepada yang dicinta,
dimana kerinduan ini timbul secara alami & diri tidak dapat mengaturnya,
sebagaimana air yang senantiasa memenuhi batas (pinggiran media).
10. Al-Khullah (Kekasih): Cinta ini hanya dimiliki oleh dua khalil
-[=]Allah
Karena arti ini salah besar, karena ada Ada khabar yang [ ]dibuang/tidak
ditampakkan. Khabar yang dibuang tersebut adalah [ atau ]haqqun atau
bihaqqin.
Maka makna syahadat yang benar adalah,
tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah
Kata [ atau ]haqqun atau bihaqqin berdalil dengan firman Allah Taala,
Yang demikian itu dikarenakan Allah adalah (sesembahan) yang Haq
(benar),adapun segala sesuatu yang mereka sembah selain-Nya adalah
(sesembahan) yang Bathil. [QS. Luqman: 30].
Begitu juga tafsir para ulama, Ibnu Katsir menafsirkan surat Al-Qashash:70, AtThabari menafsirkan surat Al-Anam:106, As-Suyuti menafsirkan surat AlBaqarah: 255. Dan banyak ulama yang lainnya
Contoh yang lain firman Allah dalam surat Yusuf Ayat 82,
Arti perkata adalah: Tanyalah kepada kampung yang kami tinggal padanya
Namun
ada
yaitu
[ ]ahli /penduduk
; : ) (:
. ;
Firman Allah, tanyalah kepada kampung yaitu, penduduk kampung, boleh
membuang [mahzuf] mudhaf, karena maknanya tidak menjadi rancu. [At-Tibyan
fi Irabil Quran 2/742, Asy-Syamilah]
Jadi arti yang tepat adalah: Tanyalah kepada penduduk kampung yang kami
tinggal padanya
Oleh karena itu, belum pernah ada satupun terjemahan Al-Quran yang lebih
singkat dari bahasa arab aslinya.
>> lebih mudah dihapalkan
Ini karena adanya wazan atau cetakan/pola kata yang sudah kami jelaskan
sebelumnya. Dengan adanya cetakan kata tersebut lidah dan lisan kita akan
terbiasa mengucapkannya. Dan sesuatu yang sudah terbiasa kita ucapkan maka
akan lebih mudah dihapalkan
Selain itu, bahasa Arab seakan-akan tiap kata bisa disambung bacaannya. Jadi
seakan-akan beberapa kata tersebut kita sambung terus, sebagaimana kita
membaca Al-Quran. Ini karena struktur bahasa arab yang mendukung seperti
adanya [ ]alif lam, dan ada kaidah penyambungan tiap kata.
Mungkin bisa kita buktikan, jika kita menghapal Al-Quran tiap kata kita putusputus cara bacaannya, maka kita agak kesusahan. Berbeda jika kita
menyambung tiap kata maka akan memudahkan, contohnya Basmalah,
Jika kita hapal [ ] bi ismi Allahi Ar-Rahmani- ArRahimi
Maka kita akan agak kesusahan, tetapi jika kita sambung, maka akan
memudahkan sebagaimana kita membaca basmalah.
Terbukti bahwa orang-orang Arab sekalipun Arab badui [kampung] hapalannya
kuat dan mampu menghapal beribu-ribu bait syair. Mampu menceritakan banyak
cerita sejarah hanya berdasarkan hapalan, sehingga dahulu tulis-menulis
dikalangan mereka kurang berkembang, karena jika mudah dihapal maka tidak
perlu ditulis. Ditambah lagi mereka dianugrahkan kekuatan hapalan.
Bukti lainnya, banyak orang yang tidak mengenal dasar bahasa Arab
sekalipun tetapi mampu menghapal 30 juz Al-Quran dengan hapalan yang
kokoh dan tanpa cacat tiap kata bahkan huruf.
>>memiliki gaya bahasa yang membuat tidak bosan membaca dan
mendengarnya
Jika kita mendengar atau membaca perkataan atau suara lainya, maka kita akan
bisa bosan. Akan tetapi Al-Quran yang menggunakan bahasa Arab, maka kita
tidak akan pernah bosan membacanya dan mendengarnya.
Kita ambil contoh surat Al-Fatihah, telah dibaca orang berkali-kali tak
terhitung baik di dalam shalat atau di luar shalat, dan belum pernah ada
orang yang merasa jemu, bosan atau terusik ketika diperdengarkan. Yang
mereka dapatkan bahwa bacaan Al-Quran itu terasa sejuk di hati, indah dan
menghanyutkan. Itu
baru
pendengar
yang
tidak
tahu
bahasa Arab.
[pembahasan yang lengkap silahkan lihat kitab Ushuul fii tafsiir karya syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin bab Dhamir, Al-Idzhar fii maudiil idhmar, dan
Al-Iltifat]
Faidah mengenai dhamir/kata ganti diatas:
-kamu untuk satu orang bahasa Arabnya [ ]anta
Sedangkan, Kalian [banyak orang] bahasa Arabnya [ ]antum
Tetapi sering kita memanggil satu orang dengan[ ]antum, faidahnya yaitu ini
menunjukkan penghormatan terhadap lawan bicara
-Allah kadang menyebut dirinya dengan menggunakan bentuk jamak yaitu
Kami, maka ini menunjukkan kebesaran dan kesombongan Allah, maka ini
adalah hak Allah. Faidah ini sekaligus menjawab syubhat orang Nasrani yang
mengatakan bahwa tuhan itu tiga sehingga Allah menngunakan Kami ketika
berbicara.
karena
ada
sesuatu
yang
membuatnya senang yaitu bertemu, tidak mungkin ia senang jika tidak ada
yang menbuatnya senang.
bandingkan dengan bahasa indonesia, saya merasa senang
dan bandingkan pula dengan kalimat,
[ ] ana qoodimun (saya datang) menggunakan bentuk fail (pelaku) karena
memang ia melakukannya.
(Faidah
ini
saya
dapat
dari
guru
kami
ustadz
Aris
Munandar,
SS.
MA.Hafidzohullohu)
>>Tulisan bahasa arab aslinya tidak ada titik dan harakatnya
Jika tulisan bahasa arab tidak ada harakatnya maka ini biasa karena sering kita
jumpai dengan apa yang disebut oleh orang kitab gundul. Orang yang sudah
belajar kaidah bahasa Arab bisa membacanya. Akan tetapi bagaimana jika tidak
ada titiknya? Tentu kita akan agak kesusahan, karena bagaimana membedakan
huruf [ ]ba, [ ]ta, [ ]tsa dan [ ]nun? atau huruf [ ]Ja, [ ]ha dan []
kha?
Berikut kutipan dari mukaddimah Al-Quran terjemah maknawi Mushaf Indonesia
oleh Yayasan Penyelenggara penterjemah/Pentafsir Al-Quran yang ditunjuk oleh
Menteri Agama dengan selaku ketua Prof.R.H.A Soenarjo S.H,
Sebagaimana diterangkan di atas, Alquran mula-mula ditulis tanpa titik
dan baris. Namun demikian hal ini tidak mempengaruhi pembacaan Alquran ,
karena para sahabat dan para tabiin adalah orang-orang yang fasih dalam
bahasa Arab. Oleh sebab itu mereka dapat membacanya dengan baik dan tepat.
Akan tetapi setelah ajaran agama Islam tersiar dan banyak bangsa yang bukan
bangsa Arab memeluk agama Islam, sulitlah bagi mereka membaca Alquran
tanpa titik dan baris itu.
Apabila keadaan demikian dibiarkan, dikhawatirkan bahwa hal ini akan
menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pembacaan Alquran.
Maka Abu Aswad Ad-Duwali mengambil inisiatif untuk memberi tanda-tanda
dalam Alquran dengan tinta yang berlainan warnanya dengan tulisan Alquran.
Tanda-tanda itu adalah titik diatas untuk fathah, titik di bawah untuk kasrah, titik
di sebelah kiri atas untuk dhammah, dan dua titik untuk tanwin, hal ini terjadi
pada masa Muawiyah.
Kemudian di masa khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), Nashir bin
Ashim dan Yahya bin Yamar menambahkan tanda-tanda untuk huruf-huruf yang
bertitik dengan tinta yang sama dengan tulisan Alquran. Itu adalah untuk
membedakan antara maksud dari titik Abul Aswad ad Duali dengan titik yang
baru ini. Titik Abul Aswad adalah untuk tanda baca dan titik Nashir bin Ashim
adalah titik huruf. Cara penulisan seperti ini tetap berlaku pada masa bani
Umayyah, dan pada permulaan Abbasiyah, bahkan tetap dipakai pula di Spanyol
juga
dengan
perbedaan
qiraatnya
yang
dikenal
dengan qiraat
sabahyaitu tujuh qiraat yang mutawatir [banyak perawinya]. Dan totalnya ada
14 qiraat. Ini juga semakin menambah khazanah bahasa Arab.
>>Jika huruf [ ]jim dan [ ]nun bertemu
Sesuatu yang unik dalam bahasa Arab adalah jika kedua huruf ini bertemu maka
artinya tidak jauh dari:
- tersembunyi
- terlindungi
- tertutupi
Kita lihat contoh,
-[ ]janin: yaitu janin dalam kandungan, maka ia sesatu yang tertutup dan
terlindungi
-[ ]jin : yaitu sejenis makhluk halus, maka ia tersembunyi dan tertutupi
-[ ]junnah: tutup tabir/ perisai, maka ia untuk menutupi
-[]jannah : surga/kebun, karena ia tertutupi dan terlindungi oleh pohon-pohon
yang rindang
-[ ]junuun : gila, karena akalnya tertutupi
-[ ]janan : kubur, kuburan pasti tertutup
Oleh
karena
itu
[ ]al-mudaahiin dalam
bahasa
Indonesia
bisa
bih/ objek
menunjukan
pembatasan,
dalam,iyyaka nabudu
Maka pembatasan hanya kepada Allah saja kita menyembah.
seperti
-pengulangan
berbeda
dengan
sebelumnya
dan
adalah
sama
dengan
sebelumnya,
bahasa
internasional. Akan
tetapi
bahasa
Arab
juga
bahasa
Internasional yang digunakan oleh banyak masyarakat dunia. Karena Alquran memakai bahasa Arab. Lebih banyak dari bahasa Perancis, Jerman,
jepang dan Mandarin. Akan tetapi sebagai penunjang, mereka lebih memilih
bahasa
lain
seperti
Prancis,
Jerman,
Jepang,
Mandarin
dan
lainnya. Padahal bahasa Arab harus lebih diutamakan dan karena Indonesia
mayoritas Muslim.
Dan jikalau Kami jadikan al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain
Arab, tentulah mereka mengatakan, Mengapa tidak dijelaskan ayatayatnya?[Fushshilat: 44]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadi rahimahullah menafsirkan,
: {
} :
Seandainya Allah menjadikan Al-Quran dengan bahasa selain bahasa
Arab,maka sungguh akan tertolak/terhalangi dan didustakan, mereka
[orang-orang tidak beriman] akan berkata mengapa tidak dijelaskan ayatayatnya?. [Taisir Karimir Rahmah hal 717, Daru Ibnu Hazm, Beirut, cetakan
pertama, 1424 H]
Masihkah kita tidak semangat belajar bahasa Arab?
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ala nabiyyina
Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
2 Dzulhijjah 1432 H, Bertepatan 29 oktober 2011
Penyusun: Raehanul Bahraen
Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.
Artikel http://muslimafiyah.com
Maraji:
1. Al-Quran dan terjemahan maknawi terbitan Depag Prof.R.H.A Soenarjo
S.H, dan timnya
2. Al-Jami Liahkamil Quran, Darul Kutub Al-Mishriyah, Koiro, cet.ke-2, 1384
H, Asy-Syamilah
3. Tafsirul Quran Al-Adzim 4/366, Darul Thayyibah, cet.ke-2, 1420 H, AsySyamilah
4. Mulakhkhas Qowaidul Lughoh Al-Arabiyah hal. 65, Daruts Tsaqafah AlIslamiyah, Beirut]
5. Qowaaidul Asasiyah Lillughotil Arabiyah hal 34, As-Sayyid Ahmad AlHasyimi, Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, cet.ke-3,1427 H
6. Madarijus
Saalikiin
baina
manaazili
iyyaka
nabudu
wa
iyya
kanastain 3/29-32, , Darul Kutub Al-Arobiy, Beirut, cet. Ke-3, 1416 H, AsySyamilah
7. At-Tibyan fi Irabil Quran 2/742, Asy-Syamilah
8. Ushuul fii tafsiir karya syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin bab
Dhamir, Al-Idzhar fii maudiil idhmar, dan Al-Iltifat
9. Taisir Karimir Rahmah hal 717, Daru Ibnu Hazm, Beirut, cetakan pertama,
1424 H
10.
http://www.asiacalling.kbr68h.com/in/berita/cambodia/1076-a-5000-
year-old-language-in-cambodia-on-extinction-list]
11.http://anampunyablog.blogspot.com/
12.
http://www.cjdw.ne
13.
http://torasham.wordpress.com
Pertama
Kaum muslimin sepakat bahwa Al-Quran adalah mujizat terbesar Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, mujizat tersebut berupa keindahan
bahasa dan balaghahnya sampai-sampai Allah Azza wa Jalla menantang
siapapun yang bisa mendatangkan semisal Al-Quran. Allah berfirman,
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al
Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar. (Al-Baqarah: 23)
Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika
mereka orang-orang yang benar. [Ath-Thuur: 34]
maka sangatlah merugi seorang yang mengaku-ngaku muslim tetapi ia
tidak bisa menikmati mujizat terbesar umat ini.
kedua
Jika ada seorang profesor Ahli dibidang kedokteran modern misalnya, ia menjadi
rujukan para dokter untuk berkonsultasi, akan tetapi ia tidak bisa berbahasa
Inggris, maka gelar profesor dan keahliannya diragukan karena sebagian besar
sumber ilmu kedokteran modern adalah negara barat yang berbahasa
Inggris,maka bagaimana jika ada ustadz, Gus, Kiayi Haji, Tuan Guru Haji,
Habib yang mereka menjadi rujukan pertanyaan tentang agama kemudian
meraka tidak bisa berbahasa Arab?
Akan tetapi kenyataan di masyarakat terutama di zaman ini, banyak orang yang
belum mempunyai ilmu agama yang mumpuni, langsung menjadi ustadz
dadakan dan menjadi rujukan pertanyaan agama. Padahal untuk menjadi dai
dan rujukan pertanyaan juga harus belajar yang lama dan bertahun-tahun
sebagaimana juga belajar ilmu umum. Ia juga harus mengusai berbagai ilmu
ushul sehingga tidak menyampaikan atau berfatwa tanpa ilmu.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya
sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama.
Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang alim-pun, orang-orang-pun
mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya,
kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan
menyesatkan orang lain. (HR. Bukhari no:100)
Ketiga:
Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu adalah yang pertama kali mencetus ilmu
Bahasa Arab, beliau menyusun pembagian kalimat, bab inna wa akhowatuha,
idhofah, imalah, taajjub, istifham dan lain-lain, kemudian memerintahkan kepada
Abul Aswad Ad-Dualiy untuk mengembangkan sambil berkata,
Unhu hadzan nahwa! (ikutilah yang semisal ini),
maka istilah ilmu Nahwu diambil dari perkataan Ali bin Abi thalib (lihat Qowaidul
asasiyah lillughotil arobiyah hal 6, Sayyid Ahmad Al Hasyimi, Darul Kutub
Al-Ilmiyah).
Keempat:
Abul Aswad Ad-Dualiy rahimahullah dari bani kinanah disebut sebagai bapak
bahasa Arab. Ialah yang mengembangkan bahasa Arab atas perintah Ali bin Abi
thalib karena Islam berkembang berbagai negara dan orang ajam banyak yang
salah berbahasa Arab dan kesulitan memahami Al-Quran, serta masuknya orang
ajam ke negeri Islam dan mencampur bahasa mereka (lihat Qowaidul asasiyah
lillughotil arobiyah hal 5).
Dikisahkan bahwa yang membuat Abul Aswad Ad-Dualiy semakin semangat
mengembangkan bahasa Arab adalah suatu malam ia berjalan dengan
putrinya, kemudian putrinya berkata,
Maa ajmalus samai (artinya: Apa yang paling Indah di langit?),
Maa Ajmalas samaa (artinya: betapa indahnya langit).
NB: Tulisan font Arabnya sama, tetapi cara bacanya berbeda, karena berbeda
arti
Anak seorang pakar bahasa Arab saja seperti ini, apalagi masyarakatnya,
kemudian perhatikan juga hanya berbeda harokat sedikit saja sudah
membedakan artinya sangat jauh, masihkah kita tidak mau belajar bahasa Arab
untuk lebih memahami agama kita?
kelima
Sebagaimana fiqh, bahasa Arab juga ada dua mazhab yaitu mazhab Kufiyah
dan Bashriyah, karena bahasa Arab berkembang di dua kota besar Kufah dan
Bashrah. (lihat Qowaidul asasiyah lillughotil arobiyah hal 6)
Ulama dari Basrah yang terkenal adalah Sibawaih dengan nama lengkapnya
Amr ibn Utsman Ibn Qunbar dan Abdullah bin Abu Ishak. Sedangkan ulama
dari kufah adalah Al-Kisai dengan nama lengkapnya Abu Hasan Ali ibn Hamzah
danAl-Fara nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya ibn Ziyad ibn Abdullah ibn
Marwan ad-Dailumiy.
Keenam:
Sering kita mendengar bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab akan
tetapi hadistnya lemah sehingga tidak bisa dijadikan sandaran, tidak ada hadits
shahih dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang masalah ini.
Menngenai hadits,
Cintailah orang Arab karena tiga hal; Karena aku adalah orang Arab, Al-Quran
itu berbahasa Arab dan ucapan penduduk sorga adalah Bahasa Arab. (HR.
Hakim, Thabarani dan Baihaqi)
Imam Dzahabi rahimaullahu mengatakan dalam ringkasan kitab alMustadrak :Saya kira hadits ini lemah. Ibnu Al-Jauzi rahimaullahu menyebutkan
hadits ini dalam kitab Al-Maudhuat (kumpulan hadits-hadits palsu)
Meskipun demikian banyak atsar para salaf yang menguatkan bahwa bahasa
penduduk surga adalah bahasa Arab. Jika tidak bisa kita katakan bahwa
bahasa Arab adalah bahasa ahli surga tetapi bisa kita katakan bahasa
Arab adalah bahasa pendamba ahli surga.
Ketujuh:
Afwan jiddan akhi.
kata ini sering diucapkan oleh orang awam bahkan aktivis dakwah, padahal
bentuk ini salah secara kaidah, karena afwan dan jiddan keduanya
adalahmaful mutlaq yang bertujuan untuk mentakid
(menegaskan), afwan tidak perlu ditambahkan jiddan lagi untuk mentakid
serta tidak boleh menyusun dua maful mutlaq berturut-turut. (lihat
pelajaran maful mutlaq, Mulahkhas Qowaidil Lughatil Arabiyah hal 69, fuad
Nimah, Darul Tsaqafah Islamiyah)
kedelapan:
Nama Nabi yang disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah hanya empat orang
saja yang memakai nama Arab asli yaitu Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam, Syuaib, Shalih dan Hud Alaihimussalam. Hal ini dapat diketahui dengan
kaidah bahasa Arab bahwa nama asing termasuk golongan mamnu minas
sorfyang tidak boleh di tanwin, sehingga anggapan sebagian orang bahwa
sebagian besar nabi dari bangsa Arab asli kurang tepat, yang benar
beberapa daerah timur tengah dulunya tidak diduduki oleh orang Arab seperti
Mesir dan Syam.
Kesembilan:
Bangsa Arab punya kebiasaan menitipkan anak mereka kepada suku-suku
pedalaman untuk disusui, termasuk Rasul kita Shallallahu alaihi wa sallam,
tentu kita bertanya-tanya untuk apa hal ini dilakukan? Tidak khawatir anak kita
didik oleh orang kampung yang tidak dikenal? Ternyata salah satu hikmahnya
adalah agar anak-anak meraka fasih berbahasa Arab yang masih murni,
karena bahasa di kota sudah bercampur baur.
Begitu juga kita tidak akan mendapatkan bahasa jawa kromo/halus di kota-kota
tetapi ada di desa-desa terpencil. Karena bagi orang Arab kesalahan berbahasa
sangat fatal dan bangsa Arab sangat memuliakan syair dan keindahan bahasa.
Lahn (kesalahan) dalam berbicara lebih jelek dari cacar di wajah.
Dari sulaiman bin Ali bin Abdullah bin Abbas dari Al-Abbas berkata, saya
bertanya kepada R sululloh apakah keindahan pada seseorang?, beliau
menjawab, kefasihan lisannya. Dan dikisahkan bahwa Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam paling fasih mengucapkan huruf dhad yang paling sulit
pelafazannya. (lihat Qowaidul asasiyah lillughotil arobiyah hal 4,)
Kesepuluh:
Bahasa Arab adalah bahasa yang paling sesuai dengan logika manusia,
misalnya kalimat, ana masrurun bimuqobalatik (saya disenangkan [senang]
karena bertemu denganmu),
Maka bahasa Arab menggunakan masrurun, dalam bentuk maful (objek
penderita), bukan saarrun (fail/pelaku). karena ada sesuatu yang membuatnya
senang yaitu bertemu, tidak mungkin ia senang sendiri jika tidak ada yang
menbuatnya senang.
Bandingkan dengan bahasa indonesia, saya merasa senang dan bandingkan
pula dengan kalimat ana qoodimun (saya datang) menggunakan
bentuk fail(pelaku) karena memang ia melakukannya. (Faidah ini saya dapat
dari guru kami Aris Munandar, SS. MA. Hafidzahullahu)