Anda di halaman 1dari 44

Keunikan Bahasa Arab I

Bahasa Al-Quran ini memiliki beberapa keunikan yang bisa kita dapatkan ketika
mempelajarinya. Kami mengumpulkannya agar kaum muslimin bisa tertarik
mempelajari bahasa Agama mereka. Karena bahasa Arab sangat penting dalam
kehidupan seorang muslim. Akan tetapi Bahasa Arab di zaman ini sangat jauh
dari kaum muslimin khususnya di Indonesia.
Cukup dengan mengerti dasar-dasar bahasa Arab, kaum muslimin bisa mengerti
lebih dalam petunjuk hidup mereka dan tidak perlu bergantung dengan
terjemahan. Dan terjemahan tidak bisa menggantikan makna keseluruhan AlQuran, oleh karena itu dalam mushaf Indonesia ditulis terjemah maknawi AlQuran. Agak menyusahkan juga jika ada pentunjuk jalan semisal peta, tetapi
orang yang hendak ke tujuan masih belum menguasi benar petunjuk tersebut.
Sebagai contoh terjemah makna yang kami maksud kurang mengena tersebut,
Allah Taala berfirman pada surat Yusuf ayat 2,





Terjemah maknawi dalam Mushaf Indonesia oleh Yayasan Penyelenggara
penterjemaah/Pentafsir Al-Quran yang ditunjuk oleh Menteri Agama dengan
selaku ketua Prof.R.H.A Soenarjo S.H, sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya. [yusuf:2]
Maka makna ini kurang mengena, karena kita lihat dari irab-nya [pembahasan
kedudukan kata dalam bahasa Arab]. Berikut pembahasan sedikit
mengenaiirab-nya, bagi yang sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab silahkan

mencermati, bagi yang belum mungkin agak membingungkan dan silahkan


dilewati [baca: harus semangat belajar bahasa Arab],
Imam Al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan irab kata [ ]dalam tafsirnya,

:
.
.

:

Bisa bermakna [makna pertama]: Sesungguhnya kami menurunkan Al-Quran
yang berbahasa Arab, kata quraanan dinashob dengan kedudukan sebagai
haal yaitu bermaka terkumpul. Dan kata arobiyyan berkedudukan sebagai
naat dari kata quraanan. Dan bisa juga [makna kedua] sebagai
tauthiah/pengantar bagi haal sebagai mana kita katakan: saya melewati
Zaid, seorang laki-laki yang shalih. Dan kata arabiyyan berkedudukan sebagai
haal sehingga makna kalimat yaitu: dibaca dengan bahasa kalian wahai
masyarakat Arab. [Al-Jami Liahkamil Quran 9/199, Darul Kutub Al-Mishriyah,
Koiro, cet.ke-2, 1384 H, Asy-Syamilah]
Jadi makna yang agak mendekati wallahu alam adalah,
Sesungguhnya Kami

menurunkan

agar kalian memahaminya. [yusuf:2]


Atau

Al-Quran yang

berbahasa

Arab,

Sesungguhnya Kami menurunkannya [Al Qur'an] sebagai bacaan yang


berbahasa Arab, agar kalian memahaminya. [yusuf:2]
Bukan berarti Prof.R.H.A Soenarjo S.H, dan timnya tidak mampu
menterjemahkan dengan baik, akan tetapi memang agak sulit menterjemahkan
dalam bahasa Indonesia. Dimana bahasa Indonesia jika dibandingkan bahasa
Arab, maka bahasa Indonesia kurang usluub/gaya dan kurang ungkapan
bahasanya. Kita juga patut berterima kasih sebesar-besarnya kepada Prof.R.H.A
Soenarjo S.H, dan timnya dalam upayanya menterjemahkan Al-Quran sehingga
bermanfaat bagi kaum muslimin di Indonesia. Jazahumullahu khair.
Supaya lebih bersemangat lagi, mari kita lihat tafsir Ibnu
Katsir rahimahullahmengenai ayat diatas. Beliau berkata,




( 8)



Yang demikian itu (bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab) karena
bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih
mengena lagi cocok untuk jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling
mulia diturunkan (Al-Quran) kepada rasul yang paling mulia (Muhammad
shollallohu alaihi wa sallam), dengan bahasa yang termulia (bahasa Arab),

melalui perantara malaikat yang paling mulia (Jibril), ditambah diturunkan


pada dataran yang paling muia diatas muka bumi (tanah Arab), serta awal
turunnya pun pada bulan yang paling mulia (Ramadhan), sehingga AlQuran menjadi sempurna dari segala sisi. [Tafsirul Quran Al-Adzim 4/366,
Darul Thayyibah, cet.ke-2, 1420 H, Asy-Syamilah]
Keunikan-keunikan bahasa Arab
Berikut beberapa yang kami kumpulkan di antaranya:
>>dua kata yang berbeda satu huruf saja artinya bisa berkebalikan
Misalnya,
-[ ]dan [ ]nimah dan niqmah artinya: nikmat dan sengsara
-[ ]dan [ ]aajilah dan aajilah artinya: yang segera dan yang
diakhirkan/tertunda
-[ ]dan [ ]Qoodim dan Qodiim artinya: yang akan datang dan yang
lampau
-[ ]dan [ ]mukhtalifun dan mutalifun artinya: berbeda dan bersatu
Dan masih banyak contoh yang lain.
Dua kata yang jika terpisah artinya bersatu/sama dan Jika bersatu artinya
berbeda/terpisah
Ini yang dikenal dengan ungkapan,


jika terpisah artinya bersatu/sama dan Jika bersatu artinya berbeda/terpisah

Maksudnya jika dua kata tersebut terpisah atau tidak berada dalam satu kalimat
maka artinya sama dan jika bersatu yaitu dua kata tersebut berada dalam satu
kalimat maka artinya berbeda, contohnya,
[ ]dan [ ]faqiir dan miskiin
Jika kita membuat kalimat yang dua kata ini ada/bersatu, misalnya: Kita harus
berbuat baik terhadap orang faqir dan miskin
Maka maknanya berbeda, Yaitu:
Faqir> orang yang tidak punya harta untuk mencukupi kehidupannya.
Miskin> orang yang punya harta tetapi tidak cukup untuk kehidupannya.
Jika kita buat kalimat dimana dua kata ini terpisah, misalnya: kita harus berbuat
baik terhadap orang faqir
Maka makna faqir dalam kalimat ini mencakup kedua maknanya yaitu orang
yang tidak punya harta untuk mencukupi kehidupannya dan orang yang punya
harta tetapi tidak cukup untuk kehidupannya.
Begitu juga jika kita berkata: kita harus berbuat baik terhadap orang miskin
Maka makna miskin dalam kalimat ini juga mencakup kedua maknanya tersebut.
Contoh lain adalah [ ]dan [ ]Iman dan Islam.
Jika bersatu makanya berbeda,
Iman: amalan yang berkaitan dengan hati/ amalan batin
Islam: amalan yang berkaitan dengan anggota badan/amalan dzahir

Jika terpisah, maknanya mencakup satu sama lain.


>>satu kata bermakna ganda dan maknanya berkebalikan sekaligus
ada beberapa kata bisa bermakna ganda dan uniknya maknanya bisa
berkebalikan. Dibedakan maknanya dari konteks kalimat. Misalnya,
-kata [ ]zaujun arti aslinya adalah suami dan uniknya dia juga berarti
pasangan,sehingga bisa kita artikan istri, dan kita lebih mengenal bahwa bahasa
arab istri adalah [ ]zaujatun. contoh yang valid dalam Al-Quran:







Dan Kami berfirman: Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini [AlBaqarah: 35]
Dalam ayat digunakan [ ]zaujuka bukan [ ]zaujatuka
Dan [ ]zaujun bentuk jamaknya [ ]Azwaajun, dan sekali lagi contohnya
dalam Al-Quran yaitu doa yang sering kita baca,











Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orangorang yang bertakwa. [Al-Furqon:74]
Dalam ayat digunakan []azwaaj bukan [ ]zaujaat
-kata [ ]baiun artinya penjualan, dia juga bisa berarti kebalikannya yaitu:
pembelian. Dalam bahasa Arab pembelian lebih dikenal dengan [ ]syira.
Penerapannya dalam hadist,

Apabila penjual dan pembeli berselisih maka perkataan yang diterima adalah
perkataan penjual, sedangkan pembeli memiliki hak pilih . [HR. At-Tirmidzi
III/570 no.1270, dan Ahmad I/466 no.4447. Dan di-shahih-kan oleh Syaikh AlAlbani dalam Irwa Al-Ghalil no: 1322]
Begitu juga dalam ayat Al-Quran








padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba [Al
Baqarah: 275]
-begitu juga dengan kata [ ]qomar yang artinya bulan bisa berarti matahari
juga dan masih ada contoh yang lain.
>>salah baca sedikit artinya sangat jauh berbeda bahkan bisa bertentangan
Misalnya,
-kalimat [ ] Allahu akbar artinya: Allah Maha Besar
Jika dibaca [ ] AAllahu akbar dengan huruf alif dibaca panjang, artinya:
apakah Allah Maha Besar?
-surat Al-Fatihah ayat ke-5,[]
Jika dibaca IYYaaka nabuduu dengan tasydid huruf ya artinya: Hanya
kepada-Mu
pertolongan.

Kami

menyembah

dan

hanya

kepada-Mu

kami

memohon

Jika dibaca iYaaka nabudau tanpa tasydid huruf ya maka artinya:


kepadacahaya matahari kami menyembah dan kepada cahaya matahari kami
meminta pertolongan
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan hal ini dalam tafsirnya,



Amr bin Faayid membacanya dengan tidak mentasydid [huruf ya] dan
mengkasrah

[huruf

alif].

Ini

adalah

bacaan

yang

aneh/nyeleneh

dan

tertolak.Karena makna iya adalah cahaya matahari. [Al-Jami Liahkamil


Quran 1/134, Darul Kutub Al-Mishriyah, Koiro, cet.ke-2, 1384 H, Asy-Syamilah]
Masih ada contoh yang lain misalnya JamAAl artinya keindahan sedangkan
jamAl artinya unta.
>>beda bacaan tetapi artinya sama saja/ satu kata bisa Irab-nya berbedabeda
Contohnya pada kalimat,
[ ] aku menyukai buah-buahan lebih-lebih buah jeruk
Maka kata [ ]burtuqool bisa dibaca dengan keseluruhan empat macam
bacaan pada akhirnya karena berbeda Irab-nya bisa dibaca burtuqoolUN atau
burtuqoolAN atau burtuqooliN atau burtuqool
Berikut pembahasan Irab-nya, sekali lagi [maaf] bagi sudah belajar dasardasar bahasa Arab silahkan mencermati, bagi yang belum mungkin agak
membingungkan dan silahkan dilewati [baca: harus semangat belajar bahasa
Arab].

-dibaca burtuqooliN [majrur] jika huruf maa pada siyyama dianggap sebagai
huruf zaaidah sehinga isim setelahnya [burtuqool] berkedudukan sebagai
mudhof ilaih.
- dibaca burtuqoolUN [marfu] jika huruf maa pada siyyama dianggap
sebagai isim maushul mudhof ilaih dari siyya sehinga isim setelahnya
[burtuqool] berkedudukan sebagai khobar dengan mubtada yang mahdzuf
takdirnya huwa
- dibaca burtuqoolAN [manshub] jika huruf maa pada siyyama dianggap
sebagai sebuah isim mudhof ilaih dari siyya sehinga isim setelahnya [burtuqool]
berkedudukan sebagai tamyiz manshub
- dibaca burtuqool karena diwaqafkan ketika akhir kata.
[lihat Mulakhkhas Qowaidul Lughoh Al-Arabiyah hal. 65, Daruts Tsaqafah AlIslamiyah, Beirut]
>>satu kalimat bisa dibaca berbeda-beda dan artinya juga berbeda-beda
Misalnya,


Maka kata [ ]bisa dibaca tasyroB atau tasyroBA atau tasyroBU atau
TasyroBI
-jika dibaca tasyroB artinya: jangan engkau makan ikan dan jangan engkau
minum susu
-jika dibaca tasyroBA artinya: jangan engkau makan ikan ketika engkau
sedangminum susu

-jika dibaca tasyroBU artinya: jangan engkau makan ikan dan engkau
bolehminum susu
-bisa dibaca TasyroBI jika bacanya disambung ketika membaca tasyroB
karena bertemu dua huruf sukun yaitu huruf ba dan alif lam pada al-laban.
Berikut pembahasan Irab-nya, sekali lagi [maaf] bagi sudah belajar dasardasar bahasa Arab silahkan mencermati, bagi yang belum mungkin agak
membingungkan dan silahkan dilewati [baca: harus semangat belajar bahasa
Arab].
-dibacatasyroB [majzum] karena huruf wawu sebagai huruf athof, fiilnya athof
dengan takul karena Huruf laa Naahiyah menjazmkannya
- dibaca tasyroBA [manshub] karena huruf wawu sebagai Wawu haal
dengan adawatun naasibah huruf an disembunyikan wajib
- jika dibaca tasyroBU [marfu] karena huruf wawu sebagai Wawu istinaf
yaitu wawu untuk menunjukkan awal kalimat dan tidak berhubungan dengan
kalimat sebelumnya. Sehingga fiilnya hukum asalnya marfu jika tidak ada amil.
[lihat Qowaaidul Asasiyah Lillughotil Arabiyah hal 34, As-Sayyid Ahmad AlHasyimi, Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, cet.ke-3,1427 H]

Keunikan Bahasa Arab II

>>Terkadang harus paham dulu baru bisa dibaca lafadznya


Ini salah satu yang paling unik menurut kami. Karena umumnya bahasa yang
lain dibaca/dilafadzkan dulu baru bisa dipahami. Lebih-lebih ia juga harus paham
irabnya. Sudah kita ketahui bahwa bahasa Arab aslinya adalah gundul dan
tidak ada harokatnya, karena harokat memang sejarahnya dibuat bagi orang
non-Arab. Tanpa bantuan harokat mereka yang belum mengetahui dasar-dasar
bahasa Arab tidak bisa membacanya atau melafadzkannya. Contohnya pada AlQuran surat An-Nisa ayat 164,


Bacaan yang benar: wa kallamallaaHU Muusaa takliima [Allah benar-benar
mengajak bicara Musa]
Maka jika pembaca tidak paham maksudnya, maka dia tidak tahu cara
membacanya. Apakah lafadz Jalalah Allah dibaca, Allahu atau Allaha atau
Allahi
Lho dari mana dia tahu maksudnya, padahal belum dibaca, padahal juga yang
dibaca adalah sumber ilmunya?
Jawabannya: umumnya dari irab, konteks kalimat atau maksud kalimat
sebelumnya. Pada kasus ini, maksudnya diketahui juga dari aqidah yang benar
yaitu Allah mempunyai sifat berbicara dan memang Allah yang mengajak Musa
berbicara.

sekali lagi [maaf] bagi sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab silahkan
mencermati, bagi yang belum mungkin agak membingungkan dan silahkan
dilewati [baca: harus semangat belajar bahasa Arab].
-Tidak mungkin lafadz Jalalah dibaca AllaHA
Karena artinya nanti Musa mengajak bicara Allah, karena ada kemungkinan
nanti menafikan sifat Allah berbicara dan ini bentuk tahrif/menyelewengkan sifat
Allah.
-tidak mungkin lafadz Jalalah dibaca AllaHi
Karena tidak ada penyebab majrurnya yaitu huruf jar atau mudhaf ilaih.
Dalam bahasa Arab, irab terkadang membantu menyempurnakan [menangkap]
makna dan terkadang maknanya bisa menyempurnakan irab.
Satu lagi yang menjadi isyarat yang cukup penting, bahwa orang yang ingin
berbahasa arab dengan benar dan fasih, dilatih agar berpikir dahulu baru
berbicara. Tidak sembarangan berbicara karena minimal ia memikirkan irab/
kedudukan kata dalam kalimat. Jelas ini tidak kita dapatkan dalam kebanyakan
bahasa karena bahasa Arab itu unik dan sesuatu dibilang unik jika jarang sekali
dijumpai.
>>Bisa selamat dan tidak salah membaca harokat gundul bahasa Arab
Mungkin ada yang bertanya berarti agak susah juga kalau berbicara dalam
bahasa Arab jika harus dipikirkan dulu Irab/kedudukan tiap kata. Bagaimana
juga orang-orang arab badui dan Para TKI/TKW bisa berbicara bahasa Arab?
Maka jawabannya adalah mereka menggunakan bahasa Arab Ammiyah/ atau
bahasa Gaul menurut bahasa kita, dan kurang memperhatikan kaidah. Dan ini

yang lebih penting, supaya bisa selamat dan tidak salah membaca digunakan
prinsip,
[ ] Tajzim taslam artinya: engkau jazm-kan maka engkau selamat
Maksud menjazmkan adalah mensukunkan semua huruf akhirnya pada tiap kata,
contohnya,
[ ] Ahmadu huwa ghaaibun laa yahduru fil
fashli artinya: Ahmad tidak hadir , tidak ada dikelas.
Maka

boleh

saja

kita

baca

sukun

semua

tiap

kata

seperti

AhmaD Huwa GhaaiBlaa yahdhuR fil faSHL


Satu lagi yang menjadi isyarat yang cukup penting, bahwa dalam bahasa Arab
kita

bisa

mengetahui

kefasihan

seseorang

dalam

berbahasa

dan

kemampuannya yang sebenar-benarnya dengan melihat kemampuannya


meng-irab. Kebanyakan orator dan tokoh penting mempunyai kemampuan
dalam hal ini sehingga terkadang kata-katanya bisa seperti menyihir dan
terdengar sangat indah bagi yang bisa memahami keindahannya [baca: tahu
kaidah-kaidah bahasa Arab]. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah
orang yang fasih bahasa Arabnya.
>>Bahasa tertua yang tetap eksis dan tidak berubah
Berbeda dengan bahasa yang lain yang sudah punah atau hampir punah
sebagaimana bahasa Ibrani yaitu bahasa Taurat dan Injil, Bahasa Sansekerta
dan berbagai bahasa lokal dan daerah di dunia. Inilah faktanya,
Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa bidang Kebudayaan (UNESCO)
menyatakan setiap satu bahasa punah setiap minggu. Pada akhir abad ini,
diperkirakan dunia akan kehilangan separuh dari 6,700. Salah satu bangsa

yang akan mengalamai hal itu adalah Kamboja. Di sana 19 bahasa lokalnya
telah dinyatakan hampir punah, dan kemungkinan besar banyak di
antaranya yang tidak akan bertahan dalam 90 tahun mendatang.
[Sumber: http://www.asiacalling.kbr68h.com/in/berita/cambodia/1076-a-5000year-old-language-in-cambodia-on-extinction-list]
Kita bisa melihat bukti bagaimana bahasa kromo Inggil/ bahasa halus jawa
sudah sangat jarang kita temui pemakaiannya. Begitu juga bahasa halus Sasak
Lombok. Sehingga jika seorang kakek buyut yang masih hidup berbicara dengan
bahasa halus kepada cucunya, mungkin cucunya agak sedikit tidak paham.
Begitu juga bukti bahwa terkadang satu bahasa sekedar berbeda dialek saja
sudah agak kurang nyambung jika berbicara satu-sama lain.
Kita ambil juga contoh bahasa Inggris, dia sempat mengalami kesenjangan
sejarah yaitu mengalami perubahan yang cukup jauh dalam setiap beberapa
ratus tahun. Maka bahasa Inggris sekarang, di zaman ratu Elisabeth II jika
dibandingkan dengan bahasa Inggris di zaman kakek-buyutnya, di zaman
pertengahan yaitu King Arthur maka, sangat jauh berbeda. Jika mereka bertemu
dan berbicara maka akan susah nyambung. Jangankan yang beratus-ratus
tahun, bahasa kita yaitu bahasa Indonesia belum lagi 100 tahun sejak
kemerdekaan tahun 1945 sudah banyak berubah dan belum lagi muncul bahasa
gaul zaman sekarang seperti nongkrong, juragan, sundul, nyokap, bokek
dan lain-lain. Belum lagi penyimpangan makna misalnya cabut bermakna ayo
pergi dan lain-lain.
Maka belum ada yang seperti bahasa Arab, dimana dia termasuk salah satu
bahasa tertua dan tidak berubah, masih asli sejak zaman dulu dan masih
sama gaya bahasa, dialek utama, pengungkapannya. Walaupun ada bermacammacam dialek tetapi dialek asli yaitu apa yang dibilang sekarang dialek Arab
klasik tetap ada dan tidak berubah sampai saat ini.

Maka inilah salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap Al-Quran yaitu dengan
manjaga bahasanya. Allah Taala berfirman.






Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz Dzikra [Al-Quran] dan kamilah yang
akan menjaganya. [QS Al Hijir : 9].
>>Kaya perbendaharaan kosa-katanya
Contohnya untuk kosa-kata kuda maka dalam bahasa Arab seperti berikut:
-Khail()sekumpulan kuda
-Faras ( ) seekor kuda (jantan atau betina)
-Hison ( ) kuda jantan
-Hajr ( )kuda betina
-Mahr ( )anak kuda jantan
-Mahrah ( )anak kuda betina
-Filw ( )anak kuda jantan yang baru lepas daripada menyusu ibu
-Haikal ( )kuda yang besar dan bertubuh tegap
-Mathham ( )kuda yang sempurna dan baik
Penerapannya bisa kita lihat dalam Al-Quran yaitu tentang istilah untuk hewan
unta yaitu:
-al-Ibilu [ ]lihat surat al-Ghasiyah
-an-Naaqah [ ]lihat surat al-Syams
-al-Budnu [ ]lihat surat al-Hajj
Dan istilah untuk unta juga banyak seperi istilah untuk kuda, bisa kita lihat dalam
kitab-kitab ulama khsusunya kitab zakat.

>>Memiliki ungkapan yang teliti dan lengkap


Contohnya dalam ungkapan waktu,
-Dazur [ ]Waktu mula-mula timbul matahari di waktu pagi
-Buzugh [ ] Waktu mula timbul matahari selepas waktu dazur
] Waktu mula terasa bahang panas matahari
-Dhuha[
-Ghazalah [ ] Waktu matahari mula naik selepas waktu dhuha
-Hajirah [ ] Waktu tengah hari yang mula terasa kepanasan
-Dzuhr [ ] Waktu tengah hari matahari mulai naik menegak
-Zawal [ ] Waktu matahari berada tegak di atas kepala
-Ashr [ ] Waktu siang mula berakhir matahari kemerah-merahan
-Ashil [ ] Waktu matahari mulai condong ke arah barat
-Shabub [ ] Waktu matahari semakin menghilang
-Ghurub [ ]Waktu matahari mula terbenam
-Khadur [ ] Waktu matahari hilang dari pandangan atau gelap.

Begitu juga dengan ungkapan suara hewan, maka ada pengungkapannya satupersatu dan hanya bahasa Arab yang paling lengkap,
-Shahil Suara kebiasaan kuda mendempik
-Hamhamah Suara kuda mendengus
-Syahij Suara baghal
-Rugha Suara kebiasaan unta
-Hanin Suara unta memanggil anaknya
-Anin Suara unta menahan bebanan yang dibawa
-Hadir Suara unta bernafas (bunyi nafas keluar masuk)
-Shorif Suara geseran gigi unta
-huar Suara lembu
-Mamaah Suara kambing mengembek

-Yuar Suara kibas mengembek


-Tugha Suara biri-biri mengembek
-Zair Suara singa mengaum
-Zamjarah Suara singa mendengus secara berulang-ulang kali
-Tazamjar Suara harimau mengaum
-Kharkhawah Suara harimau mendengkur ketika tidur
-Uwa Suara serigala menyalak memanjang
-Nahim Suara harimau kumbang
-Quba Suara khinzir (babi)
-Nubah Suara anjing menyalak
-Muwa Suara kucing mengiau
-Kharkharah Suara kucing mendengkur ketika tidur
-Ghas Suara kucing mengerang karena sakit
-Nahiq Suara keldai
-Buam Suara kijang
-Nazab Suara khusus bagi kijang jantan sahaja
-Irar Suara burung unta jantan
-Zimar Suara burung unta betina
-Fahir Suara dhab sahaja
-Kasyisy Suara biawak
-Karkarah Suara ayam (jantan atau betina)
-Shada Suara burung hantu
-Dandanah Suara lebah.
Begitu lengkap dan telitinya, sehingga dalam merinci atau menjelaskan sesuatu
bahasa Arab bisa menjelaskanya serinci-rincinya. Contohnya tingkatan cinta
yang

sangat

rinci

kitabmadarijus salikin,

oleh

Ibnu

Qayyim

Al-Jauziyah

rahimahullah

dalam

] [
:
: .
: . . .
: . .
.
: .
: : . . .
:
: . : . : .
: . .
. . .
:
Tingkatan cinta:
1. Al-alaqah ( hubungan / ikatan ). Dinamakan hubungan/ikatan karena
keterikatan hati kepada yang dicinta.
2. Al-iradah ( kehendak / keinginan ). Ini adalah kecondongan hati kepada
yang di cinta dan berusaha untuk mencari/menjumpai yang dicinta.
3. Ash-shobabah ( kerinduan ). Adalah kerinduan hati kepada yang dicinta,
dimana kerinduan ini timbul secara alami & diri tidak dapat mengaturnya,
sebagaimana air yang senantiasa memenuhi batas (pinggiran media).

4. Al-gharaam ( kerinduan yang menyala-nyala ). Adalah cinta yang selalu


ada didalam hati, tidak pernah keluar dari dalamnya, & selalu menyertai
hati. Maka abzab neraka dikatakan gharaaman karena senantiasa setia
dengan penghuninya, tidak pernah melepasnya.
5. Al-wadaad ( kasih sayang ). Adalah kelembutan cinta, inti cinta dan
kemurniaanya, dan Al-waduud termasuk dari nama-nama Allah yang maha
tinggi.
6. As-syaghof ( cinta yang meluap-luap ). sangat mencintainya dan dibuat
sangat senang [bercampur penderitaan]. Sangat mencintai yang di cinta
yaitu cintanya telah masuk ke dalam relung hati & sanubari.
7. Al-isyq ( cinta yang sangat ). Adalah cinta yang yang teramat sangat/
terlalu berlebihan, dikhawatirkan [terjadi sesuatu yang kurang baik]
terhadap pelakunya.
8. At-tatayyum ( penghambaan )yaitu merendahkan diri. Dikatakan cinta
telah menghambakannya, dan taimullah berarti juga abdullah ( hamba
Allah).
9. At-taabbud ( peribadahan ). Tingkat ini di atas attatayyum/penghambaan. Karena sesungguhnya diri hamba adalah
totalitas milik sang kekasih ( Tuhan ), tak tersisa sedikitpun dari dirinya,
baik lahir maupun batin, semua milik sang kekasih. Dan ini adalah hakikat
peribadahan, barang siapa telah menyempurnakan sifat ini, maka telah
sempurna cintanya
10.

10. Al-Khullah (Kekasih): Cinta ini hanya dimiliki oleh dua khalil

(kekasih), yaitu Ibrahim alaihis salam dan Muhammad shallallahu alaihi


wa sallam

[lihat lengkapnya di Madarijus Saalikiin baina manaazili iyyaka nabudu wa iyya


kanastain 3/29-32, , Darul Kutub Al-Arobiy, Beirut, cet. Ke-3, 1416 H, AsySyamilah]

Keunikan Bahasa Arab III


>>ada pola dan cetakan kata [wazan] untuk mencetak kata
Ini mempermudah kita agar mengetahui kata dan lebih mudah menghapalnya. Ini
yang dikenal dengan istilah [ ]wazan yang terangkum dalam ilmu shorof
bahasa Arab. Kita tinggal menghapal pola dan cetakan wazan atau yang
disebut tahsrif, maka kita bisa memproduksi atau melahirkan berbagai macam
kata.
Wazan tersebut diwakili oleh kata [ ]dengan huruf [ ]sebagai wakil huruf
pertama dan [ ]wakil huruf kedua dan [ ]wakil huruf ketiga huruf ketiga. Contoh
sederhananya adalah,
Ada pola tashrif,
[ ] faala faailun mafulun, penjelasannya,
-[ ]faala = kata kerja
-[ ]faailun = cetakan kata yang berarti pelaku atau yang melakukan
pekerjaan/perbuatan
-[ ]mafuulun = cetakan kata yang berarti objek atau yang dikenai
pekerjaan/perbuatan
Maka, dengan kita tahu ada kata kerja [ ]khalaqa= menciptakan, maka kita
tahu dengan Wazan/cetakan kata ,
-[ ] [ ]khaaliqun =pelakunya, yaitu yang menciptakan, serapan bahasa
Indonesia= khaliq yaitu Tuhan

-[ ] [ ]makhluqun =objeknya, yaitu yang diciptakan, serapan bahasa


Indonesia= makhuk
Contoh lagi, kata kerja [ ]alima=mengetahui, kita akan tahu
-[ ] [ ]Aalimun= pelakunya, yaitu yang mengetahui, serapan bahasa
Indonesia= alim yaitu pintar, pintar agama
-[ ] [ ]maluumun= yang diketahui, serapan bahasa Indonesi=
maklum
Contoh lagi, kata kerja [ ]kataba =menulis, kita akan tahu,
-[ ] [ ]kaatibun=pelakunya, yaitu yang menulis atau sekretaris
-[ ] [ ]maktuubun= yang ditulis/tertulis, serapan bahasa Indonesia=
maktub yaitu tertulis
Bagaimana, mudah dan sederhana bukan?
>> mempunyai kaidah struktur bahasa yang lebih sempurna
Bahasa Arab mengenal istilah maskulin [muzakkar] dan feminin [muannats].Dan
yang lebih membuatnya sempurna dalam bilangan dikenal juga
penggunaan double/dua-an [mutsanna] yang sangat jarang ditemui dalam
bahasa yang lain. Sehingga dalam bilangan dikenal istilah tunggal [mufrad],
dua-an [mutsanna] dan jamak [jam]. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
berikut.
Pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
Pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
Dua orang pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
Dua orang pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah

Pelajar-pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah


Pelajar-pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
Begitu juga dengan kata kerjanya, lebih lengkap. Kata kerja lampau [madhi], kata
kerja sekarang dan akan datang [mudhari], dan yang membuatnya lebih
lengkap ada kata kerja perintah [amr]. Perhatikan contoh berikut,
anak laki-laki itu (telah) pergi ke sekolah
anak laki-laki (sedang) pergi ke sekolah
Pergilah [kamu anak laki-laki] ke sekolah.
>> mengandung informasi yang padat dan ringkas
Hanya dengan beberapa huruf yang menyusun kata, Bahasa Arab bisa
mengungkapkan banyak ungkapan. Kita ambil contoh kata [ ]ain yang
umumnya dikenal artinya: mata, maka jika kita membuka kamus artinya sangat
banyak yaitu:
manusia, jiwa, hati, mata uang logam, pemimpin, kepala, orang terkemuka,
macan, matahari, penduduk suatu negeri, penghuni rumah, sesuatu yang bagus
atau indah, keluhuran, kemuliaan, ilmu, spion, kelompok, hadir, tersedia, inti
masalah, komandan pasukan, harta, riba, sudut, arah, segi, telaga, pandangan,
dan lainnya.
Kemudian dalam bahasa Arab juga dikenal istilah pembuangan kata atau kata
yang disembunyikan yang dikenal dengan istilah mahdzuf. Contohnya,
Pada kalimat syahadat [ ] maka bukan artinya,
-[=] tiada
-[=]tuhan
-[=]selain

-[=]Allah
Karena arti ini salah besar, karena ada Ada khabar yang [ ]dibuang/tidak
ditampakkan. Khabar yang dibuang tersebut adalah [ atau ]haqqun atau
bihaqqin.
Maka makna syahadat yang benar adalah,


tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah

Kata [ atau ]haqqun atau bihaqqin berdalil dengan firman Allah Taala,

Yang demikian itu dikarenakan Allah adalah (sesembahan) yang Haq
(benar),adapun segala sesuatu yang mereka sembah selain-Nya adalah
(sesembahan) yang Bathil. [QS. Luqman: 30].
Begitu juga tafsir para ulama, Ibnu Katsir menafsirkan surat Al-Qashash:70, AtThabari menafsirkan surat Al-Anam:106, As-Suyuti menafsirkan surat AlBaqarah: 255. Dan banyak ulama yang lainnya
Contoh yang lain firman Allah dalam surat Yusuf Ayat 82,






Arti perkata adalah: Tanyalah kepada kampung yang kami tinggal padanya
Namun

ada

kata yang mahzuf/dibuang


yaitumudhaf dari []

yaitu

[ ]ahli /penduduk

Abul Baqa Al-akbariy rahimahullah menjelaskan tentang ini,

; : ) (:
. ;
Firman Allah, tanyalah kepada kampung yaitu, penduduk kampung, boleh
membuang [mahzuf] mudhaf, karena maknanya tidak menjadi rancu. [At-Tibyan
fi Irabil Quran 2/742, Asy-Syamilah]
Jadi arti yang tepat adalah: Tanyalah kepada penduduk kampung yang kami
tinggal padanya
Oleh karena itu, belum pernah ada satupun terjemahan Al-Quran yang lebih
singkat dari bahasa arab aslinya.
>> lebih mudah dihapalkan
Ini karena adanya wazan atau cetakan/pola kata yang sudah kami jelaskan
sebelumnya. Dengan adanya cetakan kata tersebut lidah dan lisan kita akan
terbiasa mengucapkannya. Dan sesuatu yang sudah terbiasa kita ucapkan maka
akan lebih mudah dihapalkan
Selain itu, bahasa Arab seakan-akan tiap kata bisa disambung bacaannya. Jadi
seakan-akan beberapa kata tersebut kita sambung terus, sebagaimana kita
membaca Al-Quran. Ini karena struktur bahasa arab yang mendukung seperti
adanya [ ]alif lam, dan ada kaidah penyambungan tiap kata.
Mungkin bisa kita buktikan, jika kita menghapal Al-Quran tiap kata kita putusputus cara bacaannya, maka kita agak kesusahan. Berbeda jika kita
menyambung tiap kata maka akan memudahkan, contohnya Basmalah,
Jika kita hapal [ ] bi ismi Allahi Ar-Rahmani- ArRahimi

Maka kita akan agak kesusahan, tetapi jika kita sambung, maka akan
memudahkan sebagaimana kita membaca basmalah.
Terbukti bahwa orang-orang Arab sekalipun Arab badui [kampung] hapalannya
kuat dan mampu menghapal beribu-ribu bait syair. Mampu menceritakan banyak
cerita sejarah hanya berdasarkan hapalan, sehingga dahulu tulis-menulis
dikalangan mereka kurang berkembang, karena jika mudah dihapal maka tidak
perlu ditulis. Ditambah lagi mereka dianugrahkan kekuatan hapalan.
Bukti lainnya, banyak orang yang tidak mengenal dasar bahasa Arab
sekalipun tetapi mampu menghapal 30 juz Al-Quran dengan hapalan yang
kokoh dan tanpa cacat tiap kata bahkan huruf.
>>memiliki gaya bahasa yang membuat tidak bosan membaca dan
mendengarnya
Jika kita mendengar atau membaca perkataan atau suara lainya, maka kita akan
bisa bosan. Akan tetapi Al-Quran yang menggunakan bahasa Arab, maka kita
tidak akan pernah bosan membacanya dan mendengarnya.
Kita ambil contoh surat Al-Fatihah, telah dibaca orang berkali-kali tak
terhitung baik di dalam shalat atau di luar shalat, dan belum pernah ada
orang yang merasa jemu, bosan atau terusik ketika diperdengarkan. Yang
mereka dapatkan bahwa bacaan Al-Quran itu terasa sejuk di hati, indah dan
menghanyutkan. Itu

baru

pendengar

yang

tidak

tahu

bahasa Arab.

Bagaimana lagi yang mengerti bahasa arab tentu lebih menyentuh.


Kemudian salah satu yang membuat kita tidak bosan contohnya adalah
variasidhamir/ kata ganti dan pergesaran penggunaannya dalam satu konteks
kalimat dalam bahasa Arab. Maka kadang kita jumpai bahwa
Allah Taala menggunakan kata Aku dan kadang Kami.

[pembahasan yang lengkap silahkan lihat kitab Ushuul fii tafsiir karya syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin bab Dhamir, Al-Idzhar fii maudiil idhmar, dan
Al-Iltifat]
Faidah mengenai dhamir/kata ganti diatas:
-kamu untuk satu orang bahasa Arabnya [ ]anta
Sedangkan, Kalian [banyak orang] bahasa Arabnya [ ]antum
Tetapi sering kita memanggil satu orang dengan[ ]antum, faidahnya yaitu ini
menunjukkan penghormatan terhadap lawan bicara
-Allah kadang menyebut dirinya dengan menggunakan bentuk jamak yaitu
Kami, maka ini menunjukkan kebesaran dan kesombongan Allah, maka ini
adalah hak Allah. Faidah ini sekaligus menjawab syubhat orang Nasrani yang
mengatakan bahwa tuhan itu tiga sehingga Allah menngunakan Kami ketika
berbicara.

Keunikan Bahasa Arab IV


>>Bahasa yang paling sesuai dengan logika manusia
misalnya kalimat,
[ ] ana masruurun bimuqobalatik
Artinya: saya disenangkan [senang] bertemu denganmu
maka bahasa Arab menggunakan masruurun, dalam bentuk maful (objek
penderita),

bukan saarrun (fail/pelaku)

karena

ada

sesuatu

yang

membuatnya senang yaitu bertemu, tidak mungkin ia senang jika tidak ada
yang menbuatnya senang.
bandingkan dengan bahasa indonesia, saya merasa senang
dan bandingkan pula dengan kalimat,
[ ] ana qoodimun (saya datang) menggunakan bentuk fail (pelaku) karena
memang ia melakukannya.
(Faidah

ini

saya

dapat

dari

guru

kami

ustadz

Aris

Munandar,

SS.

MA.Hafidzohullohu)
>>Tulisan bahasa arab aslinya tidak ada titik dan harakatnya
Jika tulisan bahasa arab tidak ada harakatnya maka ini biasa karena sering kita
jumpai dengan apa yang disebut oleh orang kitab gundul. Orang yang sudah
belajar kaidah bahasa Arab bisa membacanya. Akan tetapi bagaimana jika tidak
ada titiknya? Tentu kita akan agak kesusahan, karena bagaimana membedakan

huruf [ ]ba, [ ]ta, [ ]tsa dan [ ]nun? atau huruf [ ]Ja, [ ]ha dan []
kha?
Berikut kutipan dari mukaddimah Al-Quran terjemah maknawi Mushaf Indonesia
oleh Yayasan Penyelenggara penterjemah/Pentafsir Al-Quran yang ditunjuk oleh
Menteri Agama dengan selaku ketua Prof.R.H.A Soenarjo S.H,
Sebagaimana diterangkan di atas, Alquran mula-mula ditulis tanpa titik
dan baris. Namun demikian hal ini tidak mempengaruhi pembacaan Alquran ,
karena para sahabat dan para tabiin adalah orang-orang yang fasih dalam
bahasa Arab. Oleh sebab itu mereka dapat membacanya dengan baik dan tepat.
Akan tetapi setelah ajaran agama Islam tersiar dan banyak bangsa yang bukan
bangsa Arab memeluk agama Islam, sulitlah bagi mereka membaca Alquran
tanpa titik dan baris itu.
Apabila keadaan demikian dibiarkan, dikhawatirkan bahwa hal ini akan
menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pembacaan Alquran.
Maka Abu Aswad Ad-Duwali mengambil inisiatif untuk memberi tanda-tanda
dalam Alquran dengan tinta yang berlainan warnanya dengan tulisan Alquran.
Tanda-tanda itu adalah titik diatas untuk fathah, titik di bawah untuk kasrah, titik
di sebelah kiri atas untuk dhammah, dan dua titik untuk tanwin, hal ini terjadi
pada masa Muawiyah.
Kemudian di masa khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), Nashir bin
Ashim dan Yahya bin Yamar menambahkan tanda-tanda untuk huruf-huruf yang
bertitik dengan tinta yang sama dengan tulisan Alquran. Itu adalah untuk
membedakan antara maksud dari titik Abul Aswad ad Duali dengan titik yang
baru ini. Titik Abul Aswad adalah untuk tanda baca dan titik Nashir bin Ashim
adalah titik huruf. Cara penulisan seperti ini tetap berlaku pada masa bani
Umayyah, dan pada permulaan Abbasiyah, bahkan tetap dipakai pula di Spanyol

sampai pertengahan abad ke 4 H. Kemudian ternyata cara pemberian tanda


seperti ini menimbulkan kesulitan bagi para pembaca Alquran, karena terlalu
banyak titik, sedang titik itu lama-kelamaan hampir menjadi serupa warnanya.
Maka Al-Khalil mengambil inisiatif, untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu
huruf waw kecil ( )di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil ( ) untuk tanda
fathah, huruf ya kecil ( )untuk tanda kasrah, kepala huruf syin ( ) untuk tanda
syaddah, kepala ha ( ) untuk sukun dan kepala ain ( )untuk hamzah.
Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong dan ditambah sehingga menjadi
bentuk yang ada sekarang ini. [mukaddimah Al-Quran Terjemah maknawi hal.
111]
Bagi para sahabat dan para tabiin adalah orang-orang yang fasih dalam bahasa
Arab mereka tentu tidak kesulitan jika tidak ada titik dan harakat, sebagaimana
kita orang Indonesia bisa membaca SMS singkat tanpa konsonan vokal
contohnya,
sy k sn sbntr lg, km tlg tgu d sn y
Tentu kita orang Indonesia bisa membacanya yaitu,
saya ke sana sebentar lagi, kamu tolong tunggu di sana ya
>>Bahasa arab ternyata punya mazhab juga
Sebagaimana fiqh, bahasa Arab juga ada dua mazhab yaitu mazhab Kufiyah
dan Bashriyah, karena bahasa Arab berkembang di dua kota besar Kufah dan
Bashroh. [lihat Qowaidul asasiyah lillughotil arobiyah hal. 6]
Oleh karena itu kita dapati ada perbedaan pendapat dalam menentukan
irab/kedudukan kata. Perbedaan ini semakin menambah khazanah bahasa Arab
dan membuatnya saling melengkapi.

Contohnya di Indonesia kita sering mendengar istilah [ ] asmaul


khamsah, sedangkan dalam mazhab lain dikenal dengan istilah [
]asmaus sittah.
Begitu

juga

dengan

perbedaan

qiraatnya

yang

dikenal

dengan qiraat

sabahyaitu tujuh qiraat yang mutawatir [banyak perawinya]. Dan totalnya ada
14 qiraat. Ini juga semakin menambah khazanah bahasa Arab.
>>Jika huruf [ ]jim dan [ ]nun bertemu
Sesuatu yang unik dalam bahasa Arab adalah jika kedua huruf ini bertemu maka
artinya tidak jauh dari:
- tersembunyi
- terlindungi
- tertutupi
Kita lihat contoh,
-[ ]janin: yaitu janin dalam kandungan, maka ia sesatu yang tertutup dan
terlindungi
-[ ]jin : yaitu sejenis makhluk halus, maka ia tersembunyi dan tertutupi
-[ ]junnah: tutup tabir/ perisai, maka ia untuk menutupi
-[]jannah : surga/kebun, karena ia tertutupi dan terlindungi oleh pohon-pohon
yang rindang
-[ ]junuun : gila, karena akalnya tertutupi
-[ ]janan : kubur, kuburan pasti tertutup

-[ ]janaan : malam atau gelapnya malam, malam juga tertutupi dengan


gelapnya
>>Ada beberapa kata yang bentuknya hampir sama, artinya juga hampir
sama
Hanya berbeda satu huruf saja atau hurufnya sama hanya berubah posisi,
artinya juga tidak terlalu beda jauh. Contohnya,
-[ ]al-hamdu dan [ ]al-madhu
Keduanya sama hurufnya tapi berbeda letaknya, artinya sama yaitu memuji.
Akan tetapi ada perbedaan yaitu,
[ ]al-hamdu:
1. Hanya diberikan kepada perbuatan baik seseorang atau pada sifat-sifat
mulia
2. Hanya diberikan kepada yang hidup dan berakal
3. Pengucapan pujiannya mengandung mahabah
Sedangkan [ ]al-madhu:
1. Boleh diberikan kepada seseorang yang telah berbuat baik atau tidak atau
seseorang yang jelek akhlaknya
2. Umum, boleh diberikan kepada sesuatu yang mati dan tidak berakal
3. Tidak mengandung mahabah
Oleh karena itu Allah menggunakan [ ]al-hamdu dalam [
]alhamdulillahi rabbil alamin.

Oleh

karena

itu

[ ]al-mudaahiin dalam

bahasa

Indonesia

bisa

diartikanpenjilat, karena mereka memuji seseorang tanpa memandang apakah


orang itu telah berbuat kebaikan atau tidak, atau memang pantas dipuji karena
memiliki sifat-sifat yang mulia atau tidak dan mereka memujinya tanpa ada rasa
mahabah.
[faidah ini saya dapatkan dari ustadz Zaid Susanto, Lc hafidzahullah, Mudir
Mahad Jamilurrahman Yogyakarta, ketika membahas kitab Tafsir juz amma
syaikh Al-Utsaimin]
Contoh lainnya,
-[ ]najaha dan [ ]najaa
Hanya Berbeda satu huruf yang hampir sama bunyinya
[ ]najahaartinya: sukses, berhasil, lulus
[ ]najaa artinya: selamat, lolos, lepas dari bahaya
Penutup
masih banyak lagi keunika-keunikan bahasa Arab yang jika kita bahas agak
menyusahkan dan membingungkan bagi mereka yang belum menguasai dasardasar bahasa Arab. misalnya yang dibahas dalam ilmu balaghah bahasa Arab
seperti,
-mendahulukan maful

bih/ objek

menunjukan

pembatasan,

dalam,iyyaka nabudu
Maka pembatasan hanya kepada Allah saja kita menyembah.

seperti

-pengulangan

isim nakirah berarti

berbeda

dengan

sebelumnya

dan

pengulangan isim marifah berarti sama dengan sebelumnya. Contohnya dalam


pengulangan ayat,
inna maal usri yusro wa inna maal usri yusro.
al-usri/kesulitan

adalah

isim marifah jadi

sama

dengan

sebelumnya,

sedangkan yusro/kemudahan adalah isim nakirah yang artinya berbeda dengan


sebelumnya [artinya ada kemudahan yang lain]. Sehingga dikenal ungkapan,
satu kesulitan dua kemudahan.
-penghapusan maful bih/ objek menunjukan keumuman
Sehingga tidak boleh mengatakan jazaakallahu saja, karena maful bih/ objek
tidak ada, maka berlaku umum, bisa balasan yang baik atau balasan yang buruk.
Jadi sebaiknya dilengkapi menjadi jazaakallahu khoiron
Dan masih banyak lagi, karena keterbatasan ilmu yang ada pada kami
Satu hal yang membuat kami dan kaum muslimin agak bersedih, yaitu
kebanyakan masyarakat mengira bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang
susah di pelajari, kurang gaul dan berbagai alasan lainnya yang tidak seimbang
terhadap bahasa Arab. Sekolah-sekolah dari SD sampai perguruan tinggi di
Indonesia selalu mengutamakan bahasa Inggris. Okelah karena bahasa Inggris
adalah

bahasa

internasional. Akan

tetapi

bahasa

Arab

juga

bahasa

Internasional yang digunakan oleh banyak masyarakat dunia. Karena Alquran memakai bahasa Arab. Lebih banyak dari bahasa Perancis, Jerman,
jepang dan Mandarin. Akan tetapi sebagai penunjang, mereka lebih memilih
bahasa

lain

seperti

Prancis,

Jerman,

Jepang,

Mandarin

dan

lainnya. Padahal bahasa Arab harus lebih diutamakan dan karena Indonesia
mayoritas Muslim.

Terakhir, mari kita renungkan ayat berikut,










Dan jikalau Kami jadikan al-Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain
Arab, tentulah mereka mengatakan, Mengapa tidak dijelaskan ayatayatnya?[Fushshilat: 44]
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadi rahimahullah menafsirkan,


: {



} :
Seandainya Allah menjadikan Al-Quran dengan bahasa selain bahasa
Arab,maka sungguh akan tertolak/terhalangi dan didustakan, mereka
[orang-orang tidak beriman] akan berkata mengapa tidak dijelaskan ayatayatnya?. [Taisir Karimir Rahmah hal 717, Daru Ibnu Hazm, Beirut, cetakan
pertama, 1424 H]
Masihkah kita tidak semangat belajar bahasa Arab?
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ala nabiyyina
Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
2 Dzulhijjah 1432 H, Bertepatan 29 oktober 2011
Penyusun: Raehanul Bahraen
Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.
Artikel http://muslimafiyah.com

Maraji:
1. Al-Quran dan terjemahan maknawi terbitan Depag Prof.R.H.A Soenarjo
S.H, dan timnya
2. Al-Jami Liahkamil Quran, Darul Kutub Al-Mishriyah, Koiro, cet.ke-2, 1384
H, Asy-Syamilah
3. Tafsirul Quran Al-Adzim 4/366, Darul Thayyibah, cet.ke-2, 1420 H, AsySyamilah
4. Mulakhkhas Qowaidul Lughoh Al-Arabiyah hal. 65, Daruts Tsaqafah AlIslamiyah, Beirut]
5. Qowaaidul Asasiyah Lillughotil Arabiyah hal 34, As-Sayyid Ahmad AlHasyimi, Darul Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, cet.ke-3,1427 H
6. Madarijus

Saalikiin

baina

manaazili

iyyaka

nabudu

wa

iyya

kanastain 3/29-32, , Darul Kutub Al-Arobiy, Beirut, cet. Ke-3, 1416 H, AsySyamilah
7. At-Tibyan fi Irabil Quran 2/742, Asy-Syamilah
8. Ushuul fii tafsiir karya syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin bab
Dhamir, Al-Idzhar fii maudiil idhmar, dan Al-Iltifat
9. Taisir Karimir Rahmah hal 717, Daru Ibnu Hazm, Beirut, cetakan pertama,
1424 H
10.

http://www.asiacalling.kbr68h.com/in/berita/cambodia/1076-a-5000-

year-old-language-in-cambodia-on-extinction-list]
11.http://anampunyablog.blogspot.com/
12.

http://www.cjdw.ne

13.

http://torasham.wordpress.com

Faidah Bahasa Arab

Berikut adalah beberapa faidah yang kami kumpulkan berdasarkan keterbatasan


ilmu yang ada pada kami.

Pertama
Kaum muslimin sepakat bahwa Al-Quran adalah mujizat terbesar Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, mujizat tersebut berupa keindahan
bahasa dan balaghahnya sampai-sampai Allah Azza wa Jalla menantang
siapapun yang bisa mendatangkan semisal Al-Quran. Allah berfirman,











Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al
Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang
yang benar. (Al-Baqarah: 23)

Bahkan ditantang juga dengan mendatangkan kalimat saja semisal Al-Quran.


Allah berfirman,

Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika
mereka orang-orang yang benar. [Ath-Thuur: 34]
maka sangatlah merugi seorang yang mengaku-ngaku muslim tetapi ia
tidak bisa menikmati mujizat terbesar umat ini.

kedua
Jika ada seorang profesor Ahli dibidang kedokteran modern misalnya, ia menjadi
rujukan para dokter untuk berkonsultasi, akan tetapi ia tidak bisa berbahasa
Inggris, maka gelar profesor dan keahliannya diragukan karena sebagian besar
sumber ilmu kedokteran modern adalah negara barat yang berbahasa
Inggris,maka bagaimana jika ada ustadz, Gus, Kiayi Haji, Tuan Guru Haji,
Habib yang mereka menjadi rujukan pertanyaan tentang agama kemudian
meraka tidak bisa berbahasa Arab?
Akan tetapi kenyataan di masyarakat terutama di zaman ini, banyak orang yang
belum mempunyai ilmu agama yang mumpuni, langsung menjadi ustadz
dadakan dan menjadi rujukan pertanyaan agama. Padahal untuk menjadi dai
dan rujukan pertanyaan juga harus belajar yang lama dan bertahun-tahun
sebagaimana juga belajar ilmu umum. Ia juga harus mengusai berbagai ilmu
ushul sehingga tidak menyampaikan atau berfatwa tanpa ilmu.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda,







Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya
sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama.
Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang alim-pun, orang-orang-pun
mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya,
kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan
menyesatkan orang lain. (HR. Bukhari no:100)

Ketiga:
Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu adalah yang pertama kali mencetus ilmu
Bahasa Arab, beliau menyusun pembagian kalimat, bab inna wa akhowatuha,
idhofah, imalah, taajjub, istifham dan lain-lain, kemudian memerintahkan kepada
Abul Aswad Ad-Dualiy untuk mengembangkan sambil berkata,


Unhu hadzan nahwa! (ikutilah yang semisal ini),

maka istilah ilmu Nahwu diambil dari perkataan Ali bin Abi thalib (lihat Qowaidul
asasiyah lillughotil arobiyah hal 6, Sayyid Ahmad Al Hasyimi, Darul Kutub
Al-Ilmiyah).

Keempat:

Abul Aswad Ad-Dualiy rahimahullah dari bani kinanah disebut sebagai bapak
bahasa Arab. Ialah yang mengembangkan bahasa Arab atas perintah Ali bin Abi
thalib karena Islam berkembang berbagai negara dan orang ajam banyak yang
salah berbahasa Arab dan kesulitan memahami Al-Quran, serta masuknya orang
ajam ke negeri Islam dan mencampur bahasa mereka (lihat Qowaidul asasiyah
lillughotil arobiyah hal 5).
Dikisahkan bahwa yang membuat Abul Aswad Ad-Dualiy semakin semangat
mengembangkan bahasa Arab adalah suatu malam ia berjalan dengan
putrinya, kemudian putrinya berkata,


Maa ajmalus samai (artinya: Apa yang paling Indah di langit?),

kemudian Abul Aswad Ad-Dualiy berkata,

nujumuha (artinya: bintang-bintangnya).

kemudian putrinya berkata, saya bermaksud taajjub/kagum.


Maka Abul Aswad Ad-Dualiy berkata membenarkan, katakanlah,


Maa Ajmalas samaa (artinya: betapa indahnya langit).

NB: Tulisan font Arabnya sama, tetapi cara bacanya berbeda, karena berbeda
arti
Anak seorang pakar bahasa Arab saja seperti ini, apalagi masyarakatnya,
kemudian perhatikan juga hanya berbeda harokat sedikit saja sudah
membedakan artinya sangat jauh, masihkah kita tidak mau belajar bahasa Arab
untuk lebih memahami agama kita?

kelima
Sebagaimana fiqh, bahasa Arab juga ada dua mazhab yaitu mazhab Kufiyah
dan Bashriyah, karena bahasa Arab berkembang di dua kota besar Kufah dan
Bashrah. (lihat Qowaidul asasiyah lillughotil arobiyah hal 6)
Ulama dari Basrah yang terkenal adalah Sibawaih dengan nama lengkapnya
Amr ibn Utsman Ibn Qunbar dan Abdullah bin Abu Ishak. Sedangkan ulama
dari kufah adalah Al-Kisai dengan nama lengkapnya Abu Hasan Ali ibn Hamzah
danAl-Fara nama lengkapnya Abu Zakariya Yahya ibn Ziyad ibn Abdullah ibn
Marwan ad-Dailumiy.

Keenam:
Sering kita mendengar bahwa bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab akan
tetapi hadistnya lemah sehingga tidak bisa dijadikan sandaran, tidak ada hadits
shahih dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang masalah ini.
Menngenai hadits,

Cintailah orang Arab karena tiga hal; Karena aku adalah orang Arab, Al-Quran
itu berbahasa Arab dan ucapan penduduk sorga adalah Bahasa Arab. (HR.
Hakim, Thabarani dan Baihaqi)
Imam Dzahabi rahimaullahu mengatakan dalam ringkasan kitab alMustadrak :Saya kira hadits ini lemah. Ibnu Al-Jauzi rahimaullahu menyebutkan
hadits ini dalam kitab Al-Maudhuat (kumpulan hadits-hadits palsu)
Meskipun demikian banyak atsar para salaf yang menguatkan bahwa bahasa
penduduk surga adalah bahasa Arab. Jika tidak bisa kita katakan bahwa
bahasa Arab adalah bahasa ahli surga tetapi bisa kita katakan bahasa
Arab adalah bahasa pendamba ahli surga.

Ketujuh:
Afwan jiddan akhi.
kata ini sering diucapkan oleh orang awam bahkan aktivis dakwah, padahal
bentuk ini salah secara kaidah, karena afwan dan jiddan keduanya
adalahmaful mutlaq yang bertujuan untuk mentakid
(menegaskan), afwan tidak perlu ditambahkan jiddan lagi untuk mentakid
serta tidak boleh menyusun dua maful mutlaq berturut-turut. (lihat
pelajaran maful mutlaq, Mulahkhas Qowaidil Lughatil Arabiyah hal 69, fuad
Nimah, Darul Tsaqafah Islamiyah)

kedelapan:
Nama Nabi yang disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah hanya empat orang
saja yang memakai nama Arab asli yaitu Muhammad Shallallahu alaihi wa

sallam, Syuaib, Shalih dan Hud Alaihimussalam. Hal ini dapat diketahui dengan
kaidah bahasa Arab bahwa nama asing termasuk golongan mamnu minas
sorfyang tidak boleh di tanwin, sehingga anggapan sebagian orang bahwa
sebagian besar nabi dari bangsa Arab asli kurang tepat, yang benar
beberapa daerah timur tengah dulunya tidak diduduki oleh orang Arab seperti
Mesir dan Syam.

Kesembilan:
Bangsa Arab punya kebiasaan menitipkan anak mereka kepada suku-suku
pedalaman untuk disusui, termasuk Rasul kita Shallallahu alaihi wa sallam,
tentu kita bertanya-tanya untuk apa hal ini dilakukan? Tidak khawatir anak kita
didik oleh orang kampung yang tidak dikenal? Ternyata salah satu hikmahnya
adalah agar anak-anak meraka fasih berbahasa Arab yang masih murni,
karena bahasa di kota sudah bercampur baur.

Begitu juga kita tidak akan mendapatkan bahasa jawa kromo/halus di kota-kota
tetapi ada di desa-desa terpencil. Karena bagi orang Arab kesalahan berbahasa
sangat fatal dan bangsa Arab sangat memuliakan syair dan keindahan bahasa.

Khalifah Abdul Malik bin Marwan berkata,


Lahn (kesalahan) dalam berbicara lebih jelek dari cacar di wajah.

Dari sulaiman bin Ali bin Abdullah bin Abbas dari Al-Abbas berkata, saya
bertanya kepada R sululloh apakah keindahan pada seseorang?, beliau
menjawab, kefasihan lisannya. Dan dikisahkan bahwa Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam paling fasih mengucapkan huruf dhad yang paling sulit
pelafazannya. (lihat Qowaidul asasiyah lillughotil arobiyah hal 4,)

Kesepuluh:
Bahasa Arab adalah bahasa yang paling sesuai dengan logika manusia,
misalnya kalimat, ana masrurun bimuqobalatik (saya disenangkan [senang]
karena bertemu denganmu),
Maka bahasa Arab menggunakan masrurun, dalam bentuk maful (objek
penderita), bukan saarrun (fail/pelaku). karena ada sesuatu yang membuatnya
senang yaitu bertemu, tidak mungkin ia senang sendiri jika tidak ada yang
menbuatnya senang.
Bandingkan dengan bahasa indonesia, saya merasa senang dan bandingkan
pula dengan kalimat ana qoodimun (saya datang) menggunakan
bentuk fail(pelaku) karena memang ia melakukannya. (Faidah ini saya dapat
dari guru kami Aris Munandar, SS. MA. Hafidzahullahu)

Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ala nabiyyina


Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Anda mungkin juga menyukai