Dari A Sampai Z
(Bagian 1)
OLEH:
NUR ROHMAD
Daftar Isi Kajian
(Bagian 1)
َ َ ْ َ ََ َ ْ ُ َ
ال شاةِ ٍق
ٍ ي ٌِث
ِ ٌا أخ ِدث َع د
َ ْ ُ ْ َ ُ ى ْ َ ْ َ ُ ى َ َ ْ ْ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ ُّ ى
اَّلي لً حِص عيي ِّ اىلرءان ول جاء ِف الصـِ ِثِ ال ٍ د د ث
ّ َ َ ُ َ ُْ َ َْ َ َ َ َْ ْ َ َ ْ َ ْ َ
)ًٌَ أخدث ِف أم ِرُا ْذا ٌا ىيس ٌِِّ ذٓٔ رد (رواه اْلخاري ومصي
ُْ َ َْ َ
Dipahami dari sabda Rasulullah: (ٌِِّ “ )ٌا ىيسyang tidak sesuai
dengannya,” bahwa perkara baru yang ditolak tiada lain adalah
yang bertentangan dan menyalahi syari‟at dan bahwa perkara
baru yang tidak menyalahi syara‟ tidak ditolak.
Imam Syafi‟i Membagi Bid‟ah Menjadi 2
ً َ ْ َْ ً َ َْ ًَ ً َْ ُ ى ُ َُ ُْ ْ َ َ ُ َ ْ ُُ ْ َ ْ َ َ َ ُ ُ َ َ ُ ْ َ ى
، ف َ ِنخاةا أو شِث أو أثرا أو ِإَجااع َ ُياى ِـ
َ ٌا َأخ ِدث ِ ْمٍا/ أُخدٍْ ُا/انِ الٍددْثات ٌَُِ األم َٔ ِر َُضب
ََ ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ى
َ ٌِ ٌا أخدث/ َواثلاجيث،ىـث َ الغل ى َ فٓذه اْل ْد َ
ِ وْ ِذه، اخ ٍد ٌَِ ْذا ِ ِٔي ل ِخلف ِذي ِّ ل ِ اْل َ ِ ِ ْ ثع
َ ِ ِ
ِ ٌَ َُْ
ّ
)الشافع اْليٓق ف نخاب ٌِاكب ّ َ ْ ُ
ُمدثث دي ٌذمٌٔ ٍث (رواه احلافظ َ ُ ْ
“Perkara yang baru terbagi menjadi dua bagian. Pertama
sesuatu yang menyalahi al Qur‟an, Sunnah, Ijma‟ atau Atsar
(apa yang dilakukan atau dikatakan sahabat tanpa ada di
antara mereka yang mengingkari), inilah bid‟ah yang sesat.
Kedua perkara yang baru yang baik dan tidak menyalahi al
Qur‟an, Sunnah, maupun Ijma‟, inilah sesuatu yang baru yang
tidak tercela.” (Diriwayatkan oleh al Bayhaqi dengan sanad
yang sahih dalam kitabnya Manaqib asy-Syafi'i.)
Dalam riwayat lain, Imam Syafi‟i mengatakan:
ْ َ ٌ َ ْ ُ ْ َ ٌ َ ْ َ ٌ َ ْ ُ ْ َ ٌ َ َ َ َ َ ُّ ى
َـِ َث َذ ُٓ َٔ َُمْ ٍُ ْٔ ٌد َوٌا َ َ ْ ُ َ ْ َْ
ذٍا واذق الص، ةِدعث ُمٍٔدة وبِدعث ٌذمٌٔث/ان ِ ْ ا ِْل َد َعث َةِدخخ
ٌَخاىف َٓا ذ ُٓ َٔ ٌَذ ُم ْٔم
َ َ َ ْ َّ ُُ ْ َ َ َ
َٰ ْ َ َ ْ ُ َ َ ْ َ َّ َ ْ َ َ ْ
َ َ َّ َ ُ ْ َُ َّ َ ْ ْ َ
وجعلنا ِف ْي قلو ِب ال ِذين اتبعوه رأفة ورحمة ورْباَِّة اتدعووْا ما كتبنها
ٰ َ ْ َ َ ْ َّ ْ ْ َ َ
)27 :اّلل (الحعيع ِ ان ِ علَّ ِهم ِالا ات ِدغاۤء ِرضو
ّ َ َ ُ َ ُْ َ َْ َ َ َ َْ ْ َ َ ْ َ ْ َ
)ًٌَ أخدث ِف أم ِرُا ْذا ٌا ىيس ٌِِّ ذٓٔ رد (رواه اْلخاري ومصي
َ ْ َ َ َُ ْ َ ُ َْ َ ُ َْ َ َ ى
ُم َل َشي
ِ أشٓد أن ل ِإل ِإل الل وخده ل
َ ُْ َََ
Abdullah ibnu
َُ َ Umar mengatakan: " ا ٓ تدز
ِ ا ُ أو " : "Saya yang
ْ َ َ َُ ْ َ
menambah َشيم ل ِ وخده ل.” (H.R. Abu Dawud).
Dalil 6
Abdullah bin Umar menganggap shalat Dluha sebagai bid‟ah dan menurutnya
Rasulullah tidak pernah melakukannya, Ibnu Umar mengatakan:
ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َىَ َُْ ٌَ َ ى
)ِإجٓا ُمدثث و ِإجٓا ل ٍَِ أخص َِ ٌا أخدثٔا (رواه شعيد ةَ ٌِطٔر ةإشِاد ضديح
“Shalat Dluha itu perkara baru dan merupakan salah satu hal yang terbaik
yang mereka rintis.” (H.R. Sa'id ibn Manshur dengan sanad yang sahih)
Dalam riwayat lain, Ibnu Umar mengatakan:
ُ ْ
)اْلد َعث (رواه اةَ أيب شيتث ج ٍَ ة ْد َع ٌث َوُ ْع
ِ ِ ِ
“Shalat Dluha adalah bid‟ah dan sebaik-baik bid‟ah.” (H.R. Ibnu Abi
Syaibah)
Riwayat-riwayat ini dituturkan oleh al Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al Bari
dengan sanad yang sahih.
Catatan: Ini adalah pendapat beliau. Sedangkan dalam hadits Abu Hurairah
yang diriwayatkan al Bukhari dan Muslim secara eksplisit menyatakan bahwa
Rasulullah menganjurkan shalat dluha.
Dalil 7
ُْ ْ َ ْ َُ َْ َ َ َ َ ْ ُْ َ ْ َ َ ْ ْ ى
Al Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al Bari (2/287): َ ْ ُ ى
ََ
َ َع َج َٔاز إ ْخ
ي ٌأثٔ ٍر ِإذا َكن دي ُما ِى ٍف لِيٍأثٔ ِر
ِ د ة
ِ ل الط ف ر
ِ ٍ ن ذ
ِ اث
ِ د ِ ِ ّ
ِ ِ واشخ ِد
ة ل
“Hadits ini adalah dalil yang menunjukkan bolehnya menyusun dzikir di
dalam shalat yang tidak ma'tsur selama tidak menyalahi yang ma'tsur.”
Dalil 8
Pembuatan Mihrab.
َ ُ َ ْ ُ َ ى َُ ْ
Beliau hanya menulis: (لل إِل فل ٍن
ِ ) ٌَِ ُمٍ ٍد رشٔ ِل ا: dari
Muhammad Rasulullah kepada Fulan.
Contoh 8
Bid’ah Qadariyyah
Yaitu kelompok yang meyakini bahwa Allah tidak
menaqdirkan perbuatan hamba yang disengaja dan tidak
menciptakannya, melainkan itu semua terjadi dengan
penciptaan hamba. Sebagian dari mereka meyakini bahwa
Allah tidak menciptakan keburukan, Allah hanya
menciptakan kebaikan, sedangkan keburukan yang
menciptakannya adalah hamba. Mereka juga meyakini
bahwa pelaku dosa besar bukan mukmin, juga bukan kafir,
melainkan ada pada posisi di antara dua posisi, yakni
antara mukmin dan kafir. Mereka juga mengingkari
syafa'at Nabi. Orang yang pertama kali mengingkari Qadar
Allah adalah Ma'bad al Juhani di Bashrah seperti
diriwayatkan dalam Shahih Muslim dari Yahya bin Ya'mur.
Contoh 2
Bid’ah Jahmiyyah.
Mereka juga dikenal dengan Jabriyyah pengikut Jahm bin
Shafwan yang meyakini bahwa seorang hamba majbur (tidak
memiliki kehendak sama sekali) ketika melakukan
perbuatannya, hamba bagaikan bulu yang beterbangan di
udara sesuai arah angin, ke kanan dan ke kiri.
Contoh 3
Bid’ah Khawarij.
Mereka mengafirkan pelaku dosa besar.
Contoh 4
Bid’ah Musyabbihah.
Mereka meyakini bahwa Allah menyerupai makhluk-
Nya. Mereka meyakini bahwa Allah menyentuh
makhluk, berjabat tangan dengan makhluk. Mereka
memaknai Istiwa‟, Wajh, Yad, ‟Ayn, al Maji‟, an-
Nuzul, al Fawqiyyah yang ada dalam al Qur‟an dan
Hadits secara zhahirnya seperti yang difahami ketika
dikatakan untuk makhluk.
Contoh 5