MAKALAH
QAWAID AL TAFSIR
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2014/2015
KATA PENGANTAR
syarat
yang
wajib
di
penuhi.
Penyusun
sepenuhnya
sangat
penyusun
mengharapkan
semoga
makalah
yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi diri penyusun maupun bagi orang
lain.
Banjarmasin,
2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata
ii
Pengantar
Daftar isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN 1
A.
Latar
Belakang 1
.
B.
Rumusan
BAB II
Masalah 4
...
C.
Tujuan
Penulisan 4
.
D.
Sistematika
Penulisan 4
.
PEMBAHASAN
..
A.
Definisi
Ijaz
dan
pembagian
Ijaz 6
.
B.
Definisi Ithnab dan pembagian
Ithnab 8
C.
Definisi Al-wujuh wa al-nazhair .. 10
BAB III
PENUTUP ...
13
A.
Simpulan 13
.
B.
...
DAFTAR PUSTAKA
Saran 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam interaksi sehari-hari kita dituntut untuk menggunakan
bahasa yang baik dan mudah dimengerti
cara
1 Imam Jalaludin As Suyuthi, samudera ulumul quran, (Surabaya: PT Bina ilmu, 2007), Jilid 3, h.
245
2 Al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Quran, (Maktabah al-Syamilah: Pustaka Ridwana, 2008), Juz 1,
h.102.
3 Mustafa Mahmud, Min Asrar Al-Qur'an, (Dar Al-Ma'arif: Mesir, 1981), h. 64-65.
seimbang
jumlah
kata-katanya,
baik
antara
kata
dengan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan konteks tersebut, maka rumusan masalah yang
akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi dari ijaz dan terbagi berapa ijaz tersebut?
2. Apa definis dari ithnab dan terbagi berapa ithnab tersebut?
3. Apa deffinisi al-wujuh wa al-nazhair ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui definisi dari ijaz dan pembagian ijaz
2. Untuk mengetahui definisi dari ithnab dan pembagian ithnab
3. Untuk mengetahui definisi al-wujuh wa al-nazhair
D. Sistematika Penulisan
Bab
pertama,
pendahuluan
yang
berisikan
latar
belakang,
BAB II
PEMBAHASAN
Qashar
yaitu
penyampaian
maksud
dengan
cara
5 Imam Jalaluddin Al Shuyuti, Samudera Ulumul Quran, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2007), Jilid 3, h.
247
tenang,
dan
tentram,
tidak
terjadi
kejahatan
dan
pembunuhan.
b) Ijaz Hadzf
Ijaz Hadzf yaitu ijaz dengan cara membuang sebagian kata
atau kalimat dengan syarat ada karinah yang menunjukkan adanya
lafaz yang dibuang tersebut. Menurut Imam Jalaludin As Suyuthi,
ada beberapa sebab adanya pembuangan adalah:
1. Semata-semata untuk meringkas dan menghindari kesia-siaan,
karena memang sesuatu itu telah menjadi jelas.
2. Untuk
mengingatkan
bahwa
waktu
tidak
cukup
untuk
a)
tanpa
ucapan
tersebut
kalam
itu
sudah
cukup
memadai, seperti:
21.
ikutilah
orang
dan
mereka
kepadamu;
yang
tiada
adalah
minta
Balasan
orang-orang
yang
makna
yang
terkandung
dalam
kalimat
yang
Artinya: dan Katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil
telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu
yang pasti lenyap. (Q.S. Al Isra: 81)
Lafaz inna baathila kaana zahuu qaa adalah kalimat jumlah
yang mengikuti kalimat jumlah yang lain, yang maksudnya adalah
untuk menguatkan. Andai kalimat jumlah ini tidak diikutkan itupun
7 Syeikh Abdurrahman al Ahdhori, Terjemah Jauharul Maknun, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1995), h.
82-83
Sesungguhnya aku-semoga Allah memeliharamu-adalah sedang
sakit
e)
Tatmiim,
ialah
menyempurnakan
menimbulkan kesalahan
sasaran.
kalam
agar
tidak
Artinya: dan mereka memberikan makanan yang disukainya
kepada orang miskin,
anak yatim dan orang yang ditawan. (QS. Al Insan: 8)
g)
sebenarnya telah tercakup
dalam lafal
yang berbentuk jamak . Dijelaskan
dengan
adalah bermaksud agar lebih diperhatikan,
sebab waktu ashar (wustho) itu adalah waktu untuk melepaskan
lelah. Akan tetapi walaupun dalam waktu yang demikian itu kita
tetap wajib mengerjakannya.
C.
8Salwa Muhammad al-Awwa, al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Quran al-Karim, (Kairo, Dar el-Syuruq,
1998), h. 41
9Salwa Muhammad al-Awwa, al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Quran al-Karim, (Kairo: Dar el-Syuruq,
1998), h. 42
wanazhair.10
Jadi, sederhananya wajh merupakan pemahaman mufassir
terhadap suatu kata dalam tempat tertentu dengan makna tertentu.
Dan wajh lainnya adalah pemahaman mufassir terhadap kata yang
sama pada tempat lainnya dengan makna yang berbeda dengan
pemahaman pertama. Sementara nazhair, sebagaimana definisi Ibn
Jauzi, sebutan bagi lafaz, maka kata yang disebutkan pada suatu
tempat, sama (nazhirun) dengan yang disebutkan pada tempat
lainnya. Berarti, kata-kata yang terulang dalam beberapa tempat
dalam Alquran tersebut, bukanlah mengalami pengulangan kata itu
sendiri (lais huwa nafsuhu), melainkan kata yang sama (nazhiruhu)11.
Jadi, kata kitab misalnya, yang terdapat di banyak tempat dalam
Alquran, pada dasarnya tidak disebutkan berulang,hanya saja
disampaikan kata yang sama dengannya (nazhiruhu). Kitab yang
disebutkan pada tempat A, bukanlah kitab yang disebutkan pada
tempat B.
Di samping itu, Imam Al-Shuyuti menjelaskan pengertian definitif
wujuh dan nazhair: Wujuh adalah lafaz musytarak yang digunakan
dalam beberapa ragam maknanya, seperti lafaz ummah. Dan nazhair
adalah seperti lafaz-lafaz yang bersesuaian.12
10 Salwa Muhammad al-Awwa, al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Quran al-Karim, (Kairo: Dar elSyuruq, 1998), h. 42
11Salwa Muhammad al-Awwa, al-Wujuh wa al-Nazhair fi al-Quran al-Karim, (Kairo: Dar el-Syuruq,
1998), h. 42
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Ijaz ialah rangkaian perkataan yang kandungan lafalnya lebih sedikit
dari makna yang dikehendaki yakni singkat tanpa mengurangi
maksudnya.
2. Ithnab ialah mendatangkan makna dengan ucapan yang lebih
banyak dari maknanya, karena ada faedah yang hendak dicapainya
namun tidak bertele-tele.
3. Al Quran merupakan mujizat yang paling besar bagi Rasulullah
SAW. Ia terjaga dari awal hingga akhir zaman nanti. Penjagaan
tersebut salah satunya disebabkan unsur sastra yang sangat
mendalam dalam Al quran. Wujuh dan Nazhair merupakan salah
satu darinya, sehingga para kibar al-mufassirin menggolongkannya
ke dalam mujizat Alquran.
4. Di dalam Alquran, terdapat banyak kata yang mempunyai beragam
tunjukan makna. Pembahasan mengenai ini dibahas dalam Qawaid
al-Tafsir sebagai al-wujuh wa al-nazhair. Sejauh ini, dalam makalah
ini disampaikan dua persepsi yang berbeda mengenai maksud dari
DAFTAR PUSTAKA