Anda di halaman 1dari 25

Keunikan-Keunikan Bahasa Arab (1)

Author: jati | Posted: 05-05-2014 | Category: Artikel

Pengantar

Bahasa Al Qur’an ini memiliki beberapa keunikan yang bisa kita dapatkan ketika
mempelajarinya. Kami mengumpulkannya agar kaum muslimin bisa tertarik mempelajari
bahasa Agama mereka. Karena bahasa Arab sangat penting dalam kehidupan seorang
muslim. Akan tetapi Bahasa Arab di zaman ini sangat jauh dari kaum muslimin khususnya
di Indonesia.

Cukup dengan mengerti dasar-dasar bahasa Arab, kaum muslimin bisa mengerti lebih dalam
petunjuk hidup mereka dan tidak perlu bergantung dengan terjemahan. Dan terjemahan tidak
bisa menggantikan makna keseluruhan Al-Quran, oleh karena itu dalam mushaf Indonesia
ditulis “terjemah maknawi Al-Quran”. Agak menyusahkan juga jika ada pentunjuk jalan
semisal peta, tetapi orang yang hendak ke tujuan masih belum menguasi benar petunjuk
tersebut.

Sebagai contoh terjemah makna yang kami maksud kurang mengena tersebut,

Allah Ta’ala berfirman pada surat Yusuf ayat 2,

َ َ ‫إِنَّا أ‬
َ‫نز ْلنَاهُ قُ ْرآنا ً ع ََر ِبيّا ً لَّ َعلَّ ُك ْم ت َ ْع ِقلُون‬

Terjemah maknawi dalam Mushaf Indonesia oleh Yayasan Penyelenggara


penterjemaah/Pentafsir Al Quran yang ditunjuk oleh Menteri Agama dengan ketua
Prof.R.H.A Soenarjo S.H, sebagai berikut :

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar


kamu memahaminya.” (QS. Yusuf : 2)

Maka makna ini kurang mengena, karena kita lihat dari i’rab-nya (pembahasan kedudukan
kata dalam bahasa Arab). Berikut pembahasan sedikit mengenai i’rab-nya, bagi yang sudah
belajar dasar-dasar bahasa Arab silahkan mencermati, bagi yang belum mungkin agak
membingungkan dan silahkan dilewati (baca: harus semangat belajar bahasa Arab),

Imam Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan i’rab kata [ً‫ ]قُ ْرآنا‬dalam tafsirnya,

‫ نصب‬،‫ إنا أنزلنا القرآن عربيا‬:‫ و” عربيا” نعت لقوله” ”يجوز أن يكون المعنى‬.‫ أي مجموعا‬،‫قرآنا” على الحال‬
‫ و” عربيا” على الحال أي يقرأ بلغتكم يا‬،‫ مررت بزيد رجال صالحا‬:‫ كما تقول‬،‫ ويجوز أن يكون توطئة للحال‬.”‫قرآنا‬
‫معشر العرب‬
“Bisa bermakna : ”[pertama] Sesungguhnya kami menurunkan Al Qur’an yang berbahasa
Arab”, kata “Qur’aanan” dinashob dengan kedudukan sebagai “haal” yaitu bermaka
terkumpul. Dan kata “’arobiyyan” berkedudukan sebagai “na’at” dari kata “qur’aanan”.
[kedua] sebagai “tauthi’ah”/pengantar bagi “haal” sebagai mana kita katakan: “saya
melewati Zaid, seorang laki-laki yang shalih”. Dan kata “’arabiyyan” berkedudukan
sebagai “haal” sehingga makna kalimat yaitu: dibaca dengan bahasa kalian wahai
masyarakat Arab.” [Al Jami’ Liahkamil Qur’an 9/199, Darul Kutub Al-Mishriyah, Koiro,
cet.ke-2, 1384 H, Asy Syamilah]

Jadi makna yang agak mendekati –wallahu a’lam- adalah,

“Sesungguhnya Kami menurunkan Al Qur’anyang berbahasa Arab, agar kalian


memahaminya.” (QS. Yusuf : 2)

Atau

“Sesungguhnya Kami menurunkannya [Al Qur’an] sebagai bacaan yang berbahasa Arab,
agar kalian memahaminya.” (QS. Yusuf : 2)

Bukan berarti Prof.R.H.A Soenarjo S.H, dan timnya tidak mampu menterjemahkan dengan
baik, akan tetapi memang agak sulit menterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Dimana
bahasa Indonesia jika dibandingkan bahasa Arab, maka bahasa Indonesia kurang
usluub/gaya dan kurang ungkapan bahasanya. Kita juga patut berterima kasih sebesar-
besarnya kepada Prof.R.H.A Soenarjo S.H. dan timnya dalam upayanya menterjemahkan
Al-Quran sehingga bermanfaat bagi kaum muslimin di Indonesia. Jazahumullahu khairaa.

Supaya lebih bersemangat lagi, mari kita lihat tafsir Ibnu Katsir rahimahullah mengenai ayat
diatas. Beliau berkata,

‫ وأكثرها تأدية للمعاني التي تقوم بالنفوس؛ فلهذا أنزل أشرف‬،‫وذلك ألن لغة العرب أفصح اللغات وأبينها وأوسعها‬
‫ وابتدئ‬،‫ وكان ذلك في أشرف بقاع األرض‬،‫) أشرف المالئكة‬8( ‫ بسفارة‬،‫ على أشرف الرسل‬،‫الكتب بأشرف اللغات‬
‫ فكمل من كل الوجوه‬،‫إنزاله في أشرفشهور السنة وهو رمضان‬

“Yang demikian itu (bahwa Al Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab
adalah bahasa yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk
jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling mulia diturunkan (Al Qur’an) kepada
rasul yang paling mulia (Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam), dengan bahasa yang
termulia (bahasa Arab), melalui perantara malaikat yang paling mulia (Jibril), ditambah
diturunkan pada dataran yang paling muia diatas muka bumi (tanah Arab), serta awal
turunnya pun pada bulan yang paling mulia (Ramadhan), sehingga Al Qur’an menjadi
sempurna dari segala sisi.” (Tafsirul Qur’an Al ‘Azhim 4/366, Darul Thayyibah, cet.ke-2,
1420 H, Asy Syamilah)
Bersambung, insya Allah…

Penyusun :

Ust. dr. Raehanul Bahraen

Kategori: Artikel

Print This Post 7,404 views

Keunikan-keunikan Bahasa Arab (2)


Author: jati | Posted: 17-06-2014 | Category: Artikel

Keunikan-keunikan bahasa Arab

Berikut beberapa yang kami kumpulkan di antaranya:

>>Dua kata yang berbeda satu huruf saja artinya bisa berkebalikan

Misalnya,

-[‫ ]نعمة‬dan [‫“ ]نقمة‬ni’mah” dan “niqmah” artinya : nikmat dan sengsara

-[‫ ]عاجلة‬dan [‫’“ ]آجلة‬aajilah” dan “aajilah” artinya : yang segera dan yang
diakhirkan/tertunda

-[‫ ]قادم‬dan [‫“ ]قديم‬Qoodim” dan “Qodiim” artinya : yang akan datang dan yang lampau

-[‫ ]مختلف‬dan [‫“ ]مؤتلف‬mukhtalifun” dan “mu’talifun” artinya : berbeda dan bersatu

Dan masih banyak contoh yang lain.

Dua kata yang jika terpisah artinya bersatu/sama dan Jika bersatu artinya
berbeda/terpisah

Ini yang dikenal dengan ungkapan,

‫إذا افترقا احتمعا و اذا احتمعا افترقا‬


“Jika terpisah artinya bersatu/sama dan Jika bersatu artinya berbeda/terpisah”

Maksudnya jika dua kata tersebut terpisah atau tidak berada dalam satu kalimat maka artinya
sama. Dan jika bersatu yaitu dua kata tersebut berada dalam satu kalimat maka artinya
berbeda.

Contoh :

[‫ ]فقير‬dan [‫“ ]مسكين‬faqiir” dan “miskiin”

Jika kita membuat kalimat yang dua kata ini ada/bersatu, misalnya: “Kita harus berbuat
baik terhadap orang faqir dan miskin”

Maka maknanya berbeda, Yaitu:

Faqir> orang yang tidak punya harta untuk mencukupi kehidupannya.

Miskin> orang yang punya harta tetapi tidak cukup untuk kehidupannya.

Jika kita buat kalimat dimana dua kata ini terpisah, misalnya : “kita harus berbuat baik
terhadap orang faqir”

Maka makna faqir dalam kalimat ini mencakup kedua maknanya (mencakup makna miskin
juga –ed) yaitu orang yang tidak punya harta untuk mencukupi kehidupannya dan orang
yang punya harta tetapi tidak cukup untuk kehidupannya.

Begitu juga jika kita berkata: “kita harus berbuat baik terhadap orang miskin”

Maka makna miskin dalam kalimat ini juga mencakup kedua maknanya tersebut.

Contoh lain adalah [‫ ]إيمان‬dan [‫“ ]إسالم‬Iman” dan “Islam”.

Jika bersatu makanya berbeda,

Iman: amalan yang berkaitan dengan hati/ amalan batin


Islam: amalan yang berkaitan dengan anggota badan/amalan lahir

Jika terpisah, maknanya mencakup satu sama lain.

Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya
Allah…

Penyusun :

Ust. dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Keunikan-keunikan bahasa Arab (3)


Author: jati | Posted: 04-09-2014 | Category: Artikel, Uncategorized

>>Satu kata bermakna ganda dan maknanya berkebalikan sekaligus

Ada beberapa kata bisa bermakna ganda dan uniknya maknanya bisa berkebalikan.
Maknanya bisa dibedakan dengan melihat konteks kalimat.

Misalnya,

 Kata [‫“ ]زوج‬zaujun” arti aslinya adalah suami dan uniknya dia juga berarti
pasangan,sehingga bisa kita artikan istri.

Kita lebih mengenal bahwa bahasa arab istri adalah [‫“ ]زوجة‬zaujatun”. contoh yang valid
dalam Al Qur’an:

َ‫سك ُْن أَنتَ َو َز ْو ُجكَ ا ْل َجنَّة‬


ْ ‫َوقُ ْل َنا يَا آ َد ُم ا‬
“Dan Kami berfirman : “Hai Adam, tinggallah kamu dan isterimu di surga ini” (QS. Al
Baqarah : 35)

Dalam ayat digunakan [ًَ‫“ ]زَ ْو ُجك‬zaujuka” bukan [‫“ ]زوجتك‬zaujatuka”

Dan [‫“ ]زوج‬zaujun” bentuk jamaknya [‫“ ]أزواج‬Azwaajun”, dan sekali lagi contohnya dalam
Al Qur’an yaitu doa yang sering kita baca,

ً ‫اجنَا َوذُ ِ ّريَّاتِنَا قُ َّرةَ أ َ ْعيُ ٍن َواجْ َع ْلنَا ِل ْل ُمتَّ ِقينَ إِ َماما‬
ِ ‫َربَّنَا َه ْب لَ َنا ِم ْن أ َ ْز َو‬

“”Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Al Furqon : 74)

Dalam ayat digunakan [‫”]أزواج‬azwaaj” bukan [‫“ ]زوجات‬zaujaat”

 kata [‫“ ]بيع‬bai’un” artinya penjualan, dia juga bisa berarti kebalikannya yaitu:
pembelian. Dalam bahasa Arab pembelian lebih dikenal dengan [‫“ ]شراء‬syira’”.

Penerapannya dalam hadist,

ُ ‫ان فَا ْلقَ ْو ُل قَ ْو ُل ا ْل َبائِ ِع َوا ْل ُم ْبت َا‬


‫ع ِبا ْل ِخيَ ِار‬ ِ َ‫ف ا ْلبَيِّع‬ ْ ‫إِذَا‬
َ َ‫اختَل‬

“Apabila penjual dan pembeli berselisih maka perkataan yang diterima adalah perkataan
penjual, sedangkan pembeli memiliki hak pilih “. (HR. At Tirmidzi III/570 no.1270, dan
Ahmad I/466 no.4447. dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ Al Ghalil no:
1322)

Begitu juga dalam ayat Al Qur’an

َّ ‫َوأَ َح َّل‬
ّ ِ ‫َّللاُ ا ْلبَ ْي َع َوح ََّر َم‬
‫الربَا‬

“… padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS. Al
Baqarah : 275)
 begitu juga dengan kata [‫“ ]قمر‬qomar” yang artinya bulan, bisa berarti matahari juga.
Dan masih ada contoh yang lainnya.

>>Salah baca sedikit artinya sangat jauh berbeda bahkan bisa bertentangan

Misalnya,

 kalimat [‫“ ]هللاًأكبر‬Allahu akbar” artinya : Allah Maha Besar

Jika dibaca [‫“ ]آهللًأكبر‬Aallahu akbar” dengan huruf alif dibaca panjang, artinya: apakah
Allah Maha Besar?

 surat Al Fatihah ayat ke-5, [‫]إياكًنعبدًوإياكًنستعين‬

Jika dibaca “IYYaaka na’buduu” dengan tasydid huruf “ya” artinya: “Hanya kepada-Mu
Kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.

Jika dibaca “iYaaka na’budau” tanpa tasydid huruf “ya” maka artinya: ““kepada cahaya
matahari kami menyembah dan kepada cahaya matahari kami meminta pertolongan”

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan hal ini dalam tafsirnya,

‫وقرأ عمرو بن فايد بتخفيفها مع الكسر وهي قراءة شاذة مردودة؛ ألن “إيا” ضوء الشمس‬

“’Amr bin Faayid membacanya dengan tidak mentasydid [huruf ya’] dan mengkasrah
[huruf alif]. Ini adalah bacaan yang aneh dan tertolak. Karena makna “iya” adalah
cahaya matahari.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim 1/134, Asy Syamilah)

Masih ada contoh yang lain misalnya “JamAAl” artinya keindahan sedangkan “jamAl”
artinya unta.
Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya
Allah…

Penyusun :

Ust. dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Keunikan-keunikan bahasa Arab (4)


Author: jati | Posted: 11-09-2014 | Category: Artikel

>>Beda bacaan tetapi artinya sama saja (satu kata bisa I’rab-nya berbeda-beda)

Contohnya pada kalimat,

[‫“ ]أحبًالفاكهةًوًالًسيماًبرتقال‬Aku menyukai buah-buahan, apalagi buah jeruk”

Maka kata [‫“ ]برتقال‬burtuqool” bisa dibaca dengan keseluruhan empat macam bacaan pada
akhirnya karena berbeda I’rab-nya bisa dibaca “burtuqoolUN” atau “burtuqoolAN” atau
“burtuqooliN” atau “burtuqool”

Berikut pembahasan I’rab-nya, sekali lagi [maaf] bagi yang sudah belajar dasar-dasar
bahasa Arab silahkan mencermati, bagi yang belum mungkin agak membingungkan dan
silahkan dilewati (baca : harus semangat belajar bahasa Arab).

 dibaca “burtuqooliN” [majrur] jika huruf “maa” pada “siyyamaa” dianggap sebagai
huruf “zaa–idah” sehinga isim setelahnya [burtuqool] berkedudukan sebagai mudhof
ilaih.
 dibaca “burtuqoolUN” [marfu’] jika huruf “maa” pada “siyyamaa” dianggap sebagai
isim maushul mudhof ilaih dari “siyya” sehinga isim setelahnya [burtuqool]
berkedudukan sebagai khobar dengan mubtada’ yang mahdzuf taqdir-nya huwa
 dibaca “burtuqoolAN” [manshub] jika huruf “maa” pada “siyyamaa” dianggap
sebagai sebuah isim mudhof ilaih dari “siyya” sehinga isim setelahnya [burtuqool]
berkedudukan sebagai tamyiz manshub
 dibaca “burtuqool” karena diwaqafkan ketika akhir kata.
(lihat Mulakhkhas Qowa’idul Lughoh Al Arabiyah hal. 65, Daruts Tsaqafah Al Islamiyah,
Beirut)

>>Satu kalimat bisa dibaca berbeda-beda dan artinya juga berbeda-beda

Misalnya,

‫ال تأكل السمك و تشرب اللبن‬

Maka kata [‫ ]تشرب‬bisa dibaca “tasyroB” atau “tasyroBA” atau “tasyroBU” atau TasyroBI”

 jika dibaca “tasyroB” artinya: “jangan engkau makan ikan dan jangan engkau
minum susu”
 jika dibaca “tasyroBA” artinya: “jangan engkau makan ikan ketika engkau sedang
minum susu”
 jika dibaca “tasyroBU” artinya: ““jangan engkau makan ikan dan engkau boleh
minum susu”

 bisa dibaca TasyroBI” jika bacanya disambung ketika membaca “tasyroB” karena
bertemu dua huruf sukun yaitu huruf “ba” dan “alif lam” pada “al laban.

Berikut pembahasan I’rab-nya, sekali lagi [maaf] bagi yang sudah belajar dasar-dasar
bahasa Arab silahkan mencermati, bagi yang belum mungkin agak membingungkan dan
silahkan dilewati [baca : harus semangat belajar bahasa Arab].

 Dibaca “tasyroB” [majzum] karena huruf “wawu” sebagai huruf ‘athof, fi’ilnya athof
dengan “ta’kul” karena Huruf “laa Naahiyah” men-jazm-kannya
 dibaca “tasyroBA” [manshub] karena huruf “wawu” sebagai “Wawu haal” dengan
“adawatun naasibah”, sedangkan huruf “an” wajib disembunyikan
 jika dibaca “tasyroBU” [marfu’] karena huruf “wawu” sebagai “Wawu isti’naf” yaitu
“wawu” untuk menunjukkan awal kalimat dan tidak berhubungan dengan kalimat
sebelumnya. Sehingga fi’il-nya hukum asalnya marfu’ jika tidak ada ‘amil.

(lihat Qowaa’idul ‘Asasiyah Lillughotil ‘Arabiyah hal 34, As Sayyid Ahmad Al Hasyimi,
Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut, cet.ke-3,1427 H)
>>Terkadang harus paham dulu baru bisa dibaca lafadznya

Ini salah satu yang paling unik menurut kami. Karena umumnya bahasa yang lain
dibaca/dilafadzkan dulu baru bisa dipahami. Lebih-lebih ia juga harus paham i’rabnya.
Sudah kita ketahui bahwa bahasa Arab aslinya adalah “gundul” dan tidak ada harokatnya,
karena harokat memang sejarahnya dibuat bagi orang non-Arab. Tanpa bantuan harokat
mereka yang belum mengetahui dasar-dasar bahasa Arab tidak bisa membacanya atau
melafadzkannya. Contohnya pada Al Qur’an surat An-Nisa ayat 164,

‫و كلم هللا موسى تكليما‬

Bacaan yang benar: “Wa kallamallaaHU Muusaa takliima” [Allah benar-benar mengajak
bicara Musa]

Maka jika pembaca tidak paham maksudnya, maka dia tidak tahu cara membacanya. Apakah
lafadz Jalalah Allah dibaca, “Allahu” atau “Allaha” atau “Allahi”

Lho dari mana dia tahu maksudnya, padahal belum dibaca, padahal juga yang dibaca adalah
sumber ilmunya?

Jawabannya : umumnya dari i’rab, konteks kalimat atau maksud kalimat sebelumnya. Pada
kasus ini, kalimat bisa dipahami dengan bekal aqidah yang benar, yaitu Allah mempunyai
sifat berbicara dan memang Allah yang mengajak Musa berbicara.

Sekali lagi [maaf] bagi yang sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab silahkan mencermati,
bagi yang belum mungkin agak membingungkan dan silahkan dilewati [baca: harus
semangat belajar bahasa Arab].

 Tidak mungkin lafadz Jalalah dibaca “AllaHA”

Karena artinya nanti “Musa mengajak bicara Allah”, karena ada kemungkinan nanti
menafikan sifat Allah (yakni : berbicara) dan ini bentuk tahrif/menyelewengkan sifat Allah.
 tidak mungkin lafadz Jalalah dibaca “AllaHi”

Karena tidak ada penyebab majrurnya yaitu huruf jar atau mudhaf ilaih.

Dalam bahasa Arab, i’rab terkadang membantu menyempurnakan [menangkap] makna dan
terkadang maknanya bisa menyempurnakan i’rab.

Satu lagi yang menjadi isyarat yang cukup penting, bahwa orang yang ingin berbahasa
arab dengan benar dan fasih, dilatih agar berpikir dahulu baru berbicara. Tidak
sembarangan berbicara karena minimal ia memikirkan i’rab/kedudukan kata dalam kalimat.
Jelas ini tidak kita dapatkan dalam kebanyakan bahasa karena bahasa Arab itu unik. Dan
sesuatu dibilang unik jika jarang sekali dijumpai.

Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya
Allah…

Penyusun :

Ust. dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Keunikan-keunikan bahasa Arab (4)


Author: jati | Posted: 11-09-2014 | Category: Artikel

>>Beda bacaan tetapi artinya sama saja (satu kata bisa I’rab-nya berbeda-beda)

Contohnya pada kalimat,

[‫“ ]أحبًالفاكهةًوًالًسيماًبرتقال‬Aku menyukai buah-buahan, apalagi buah jeruk”

Maka kata [‫“ ]برتقال‬burtuqool” bisa dibaca dengan keseluruhan empat macam bacaan pada
akhirnya karena berbeda I’rab-nya bisa dibaca “burtuqoolUN” atau “burtuqoolAN” atau
“burtuqooliN” atau “burtuqool”
Berikut pembahasan I’rab-nya, sekali lagi [maaf] bagi yang sudah belajar dasar-dasar
bahasa Arab silahkan mencermati, bagi yang belum mungkin agak membingungkan dan
silahkan dilewati (baca : harus semangat belajar bahasa Arab).

 dibaca “burtuqooliN” [majrur] jika huruf “maa” pada “siyyamaa” dianggap sebagai
huruf “zaa–idah” sehinga isim setelahnya [burtuqool] berkedudukan sebagai mudhof
ilaih.
 dibaca “burtuqoolUN” [marfu’] jika huruf “maa” pada “siyyamaa” dianggap sebagai
isim maushul mudhof ilaih dari “siyya” sehinga isim setelahnya [burtuqool]
berkedudukan sebagai khobar dengan mubtada’ yang mahdzuf taqdir-nya huwa
 dibaca “burtuqoolAN” [manshub] jika huruf “maa” pada “siyyamaa” dianggap
sebagai sebuah isim mudhof ilaih dari “siyya” sehinga isim setelahnya [burtuqool]
berkedudukan sebagai tamyiz manshub
 dibaca “burtuqool” karena diwaqafkan ketika akhir kata.

(lihat Mulakhkhas Qowa’idul Lughoh Al Arabiyah hal. 65, Daruts Tsaqafah Al Islamiyah,
Beirut)

>>Satu kalimat bisa dibaca berbeda-beda dan artinya juga berbeda-beda

Misalnya,

‫ال تأكل السمك و تشرب اللبن‬

Maka kata [‫ ]تشرب‬bisa dibaca “tasyroB” atau “tasyroBA” atau “tasyroBU” atau TasyroBI”

 jika dibaca “tasyroB” artinya: “jangan engkau makan ikan dan jangan engkau
minum susu”
 jika dibaca “tasyroBA” artinya: “jangan engkau makan ikan ketika engkau sedang
minum susu”
 jika dibaca “tasyroBU” artinya: ““jangan engkau makan ikan dan engkau boleh
minum susu”

 bisa dibaca TasyroBI” jika bacanya disambung ketika membaca “tasyroB” karena
bertemu dua huruf sukun yaitu huruf “ba” dan “alif lam” pada “al laban.
Berikut pembahasan I’rab-nya, sekali lagi [maaf] bagi yang sudah belajar dasar-dasar
bahasa Arab silahkan mencermati, bagi yang belum mungkin agak membingungkan dan
silahkan dilewati [baca : harus semangat belajar bahasa Arab].

 Dibaca “tasyroB” [majzum] karena huruf “wawu” sebagai huruf ‘athof, fi’ilnya athof
dengan “ta’kul” karena Huruf “laa Naahiyah” men-jazm-kannya
 dibaca “tasyroBA” [manshub] karena huruf “wawu” sebagai “Wawu haal” dengan
“adawatun naasibah”, sedangkan huruf “an” wajib disembunyikan
 jika dibaca “tasyroBU” [marfu’] karena huruf “wawu” sebagai “Wawu isti’naf” yaitu
“wawu” untuk menunjukkan awal kalimat dan tidak berhubungan dengan kalimat
sebelumnya. Sehingga fi’il-nya hukum asalnya marfu’ jika tidak ada ‘amil.

(lihat Qowaa’idul ‘Asasiyah Lillughotil ‘Arabiyah hal 34, As Sayyid Ahmad Al Hasyimi,
Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut, cet.ke-3,1427 H)

>>Terkadang harus paham dulu baru bisa dibaca lafadznya

Ini salah satu yang paling unik menurut kami. Karena umumnya bahasa yang lain
dibaca/dilafadzkan dulu baru bisa dipahami. Lebih-lebih ia juga harus paham i’rabnya.
Sudah kita ketahui bahwa bahasa Arab aslinya adalah “gundul” dan tidak ada harokatnya,
karena harokat memang sejarahnya dibuat bagi orang non-Arab. Tanpa bantuan harokat
mereka yang belum mengetahui dasar-dasar bahasa Arab tidak bisa membacanya atau
melafadzkannya. Contohnya pada Al Qur’an surat An-Nisa ayat 164,

‫و كلم هللا موسى تكليما‬

Bacaan yang benar: “Wa kallamallaaHU Muusaa takliima” [Allah benar-benar mengajak
bicara Musa]

Maka jika pembaca tidak paham maksudnya, maka dia tidak tahu cara membacanya. Apakah
lafadz Jalalah Allah dibaca, “Allahu” atau “Allaha” atau “Allahi”
Lho dari mana dia tahu maksudnya, padahal belum dibaca, padahal juga yang dibaca adalah
sumber ilmunya?

Jawabannya : umumnya dari i’rab, konteks kalimat atau maksud kalimat sebelumnya. Pada
kasus ini, kalimat bisa dipahami dengan bekal aqidah yang benar, yaitu Allah mempunyai
sifat berbicara dan memang Allah yang mengajak Musa berbicara.

Sekali lagi [maaf] bagi yang sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab silahkan mencermati,
bagi yang belum mungkin agak membingungkan dan silahkan dilewati [baca: harus
semangat belajar bahasa Arab].

 Tidak mungkin lafadz Jalalah dibaca “AllaHA”

Karena artinya nanti “Musa mengajak bicara Allah”, karena ada kemungkinan nanti
menafikan sifat Allah (yakni : berbicara) dan ini bentuk tahrif/menyelewengkan sifat Allah.

 tidak mungkin lafadz Jalalah dibaca “AllaHi”

Karena tidak ada penyebab majrurnya yaitu huruf jar atau mudhaf ilaih.

Dalam bahasa Arab, i’rab terkadang membantu menyempurnakan [menangkap] makna dan
terkadang maknanya bisa menyempurnakan i’rab.

Satu lagi yang menjadi isyarat yang cukup penting, bahwa orang yang ingin berbahasa
arab dengan benar dan fasih, dilatih agar berpikir dahulu baru berbicara. Tidak
sembarangan berbicara karena minimal ia memikirkan i’rab/kedudukan kata dalam kalimat.
Jelas ini tidak kita dapatkan dalam kebanyakan bahasa karena bahasa Arab itu unik. Dan
sesuatu dibilang unik jika jarang sekali dijumpai.

Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya
Allah…

Penyusun :

Ust. dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)


Keunikan-keunikan bahasa Arab (5)
Author: jati | Posted: 18-09-2014 | Category: Artikel

>>Bisa selamat dan tidak salah membaca harokat gundul bahasa Arab

Mungkin ada yang bertanya : “Berarti agak susah juga kalau berbicara dalam bahasa Arab
jika harus dipikirkan dulu I’rab/kedudukan tiap kata. Bagaimana juga orang-orang arab
badui dan Para TKI/TKW bisa berbicara bahasa Arab?”

Maka jawabannya adalah mereka menggunakan bahasa Arab ‘Ammiyah (atau bahasa Gaul
menurut bahasa kita) dan kurang memperhatikan kaidah. Dan ini yang lebih penting, supaya
bisa selamat dan tidak salah membaca digunakan prinsip,

[‫“ ]تجزمًتسلم‬Tajzim taslam” artinya: “engkau jazm-kan maka engkau selamat”

Maksud men-jazm-kan adalah mensukunkan semua huruf akhirnya pada tiap kata,
contohnya,

[‫“ ]أحمدًهوًغائبًالًيحضرًفيًالفصل‬Ahmadu huwa ghaaibun laa yahduru fil fashli”

Artinya: Ahmad tidak hadir, tidak ada dikelas.

Maka boleh saja kita baca sukun semua tiap kata seperti “AhmaD Huwa GhaaiB laa
yahdhuR fil faSHL”

Satu lagi yang menjadi isyarat yang cukup penting, bahwa dalam bahasa Arab kita bisa
mengetahui kefasihan seseorang dalam berbahasa dan kemampuannya yang sebenar-
benarnya dengan melihat kemampuannya meng-i’rab. Kebanyakan orator dan tokoh
penting mempunyai kemampuan dalam hal ini sehingga terkadang kata-katanya bisa seperti
menyihir dan terdengar sangat indah bagi yang bisa memahami keindahannya [baca : tahu
kaidah-kaidah bahasa Arab]. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang
yang fasih bahasa Arabnya.

>>Bahasa tertua yang tetap eksis dan tidak berubah

Berbeda dengan bahasa yang lain yang sudah punah atau hampir punah, sebagaimana bahasa
Ibrani yaitu bahasa Taurat dan Injil, bahasa sansekerta, dan berbagai bahasa lokal dan daerah
di dunia. Inilah faktanya,

“Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa bidang Kebudayaan (UNESCO) menyatakan


setiap satu bahasa punah setiap minggu. Pada akhir abad ini, diperkirakan dunia akan
kehilangan separuh dari 6,700. Salah satu bangsa yang akan mengalamai hal itu adalah
Kamboja. Di sana 19 bahasa lokalnya telah dinyatakan hampir punah, dan kemungkinan
besar banyak di antaranya yang tidak akan bertahan dalam 90 tahun mendatang.”

[Sumber: http://www.asiacalling.kbr68h.com/in/berita/cambodia/1076-a-5000-year-old-
language-in-cambodia-on-extinction-list]

Kita bisa melihat bukti bagaimana bahasa kromo Inggil/ bahasa jawa halus sudah sangat
jarang kita temui pemakaiannya. Begitu juga bahasa halus Sasak Lombok. Sehingga jika
seorang kakek buyut yang masih hidup berbicara dengan bahasa halus kepada cucunya,
mungkin cucunya agak sedikit tidak paham. Begitu juga bukti bahwa terkadang satu bahasa
sekedar berbeda dialek saja sudah agak kurang “nyambung” jika berbicara satu-sama lain.

Kita ambil juga contoh bahasa Inggris, dia sempat mengalami kesenjangan sejarah yaitu
mengalami perubahan yang cukup jauh dalam setiap beberapa ratus tahun. Maka bahasa
Inggris sekarang, di zaman ratu Elisabeth II jika dibandingkan dengan bahasa Inggris di
zaman kakek-buyutnya, di zaman pertengahan yaitu King Arthur, sangat jauh berbeda. Jika
mereka bertemu dan berbicara maka akan susah “nyambung”. Jangankan yang beratus-ratus
tahun, bahasa kita yaitu bahasa Indonesia belum lagi 100 tahun sejak kemerdekaan tahun
1945 sudah banyak berubah dan belum lagi muncul bahasa gaul zaman sekarang
seperti “nongkrong”, “juragan”, “sundul”, “nyokap”, “bokek” dan lain-lain. Belum lagi
penyimpangan makna misalnya “cabut” bermakna “ayo pergi” dan lain-lain.

Maka belum ada bahasa yang seperti bahasa Arab, dimana dia termasuk salah satu
bahasa tertua dan tidak berubah, masih asli sejak zaman dulu dan masih sama gaya
bahasa, dialek utama, dan pengungkapannya. Walaupun ada bermacam-macam dialek, tetapi
dialek asli -yaitu apa yang dibilang sekarang dialek Arab klasik- tetap ada dan tidak berubah
sampai saat ini.

Inilah salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap Al Qur’an yaitu dengan manjaga
bahasanya. Allah Ta’ala berfirman.

َ‫ِإنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِذّك َْر َو ِإنَّا لَهُ لَحَا ِف ُظون‬

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz Dzikra [Al Qur’an] dan kamilah yang akan
menjaganya”. (QS Al Hijir : 9)

>>Kaya perbendaharaan kosa-katanya

Contohnya untuk kosa-kata “kuda” maka dalam bahasa Arab seperti berikut:
-Khail (‫ )خيل‬sekumpulan kuda
-Faras (‫ )فرس‬seekor kuda (jantan atau betina)
-Hison (‫ )حصان‬kuda jantan
-Hajr (‫ )حجر‬kuda betina
-Mahr (‫ )مهر‬anak kuda jantan
-Mahrah (‫ )مهرة‬anak kuda betina
-Filw (‫ )فلو‬anak kuda jantan yang baru lepas daripada menyusu ibu
-Haikal (‫ )هيكل‬kuda yang besar dan bertubuh tegap
-Mathham (‫ )مطهم‬kuda yang sempurna dan baik

Penerapannya bisa kita lihat dalam Al Qur’an yaitu tentang istilah untuk hewan unta yaitu:

-al Ibilu [‫ ]اإلبل‬lihat surat Al Ghasiyah

-an-Naaqah [‫ ]الناقة‬lihat surat Asy Syams

-al Budnu [‫ ]البدن‬lihat surat Al Hajj


Dan istilah untuk unta juga banyak seperi istilah untuk kuda, bisa kita lihat dalam kitab-kitab
ulama khsusunya kitab zakat.

Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya
Allah…

Penyusun :

Ust. dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Keunikan-keunikan bahasa Arab (6)


Author: jati | Posted: 25-09-2014 | Category: Artikel

>>Memiliki ungkapan yang teliti dan lengkap

Contohnya dalam ungkapan waktu,


–Dazur [‫ ]درور‬Waktu mula-mula timbul matahari di waktu pagi
–Buzugh [‫ ] بزوغ‬Waktu mula timbul matahari selepas waktu dazur
–Dhuha[‫ ] ضُحى‬Waktu mula terasa bahang panas matahari
–Ghazalah [‫ ] غزالة‬Waktu matahari mula naik selepas waktu dhuha
–Hajirah [‫ ] حاجرة‬Waktu tengah hari yang mula terasa kepanasan
–Dzuhr [‫ ] ظهر‬Waktu tengah hari matahari mulai naik menegak
–Zawal [‫ ] زوال‬Waktu matahari berada tegak di atas kepala
-‘Ashr [‫ ] عصر‬Waktu siang mula berakhir matahari kemerah-merahan
-‘Ashil [‫ ] عصيل‬Waktu matahari mulai condong ke arah barat
–Shabub [‫ ] صبوب‬Waktu matahari semakin menghilang
–Ghurub [‫ ]غروب‬Waktu matahari mula terbenam
–Khadur [‫ ] خدور‬Waktu matahari hilang dari pandangan atau gelap.

Begitu juga dengan ungkapan suara hewan, maka ada pengungkapannya satu-persatu dan
hanya bahasa Arab yang paling lengkap,

–Shahil ‫ صهيل‬Suara kebiasaan kuda mendempik


–Hamhamah ‫ حمحمة‬Suara kuda mendengus
–Syahij ‫ شحيج‬Suara baghal
–Rugha’ ‫ رغاء‬Suara kebiasaan unta
–Hanin ‫ حنين‬Suara unta memanggil anaknya
–Anin ‫ أنين‬Suara unta menahan bebanan yang dibawa
–Hadir ‫ هدير‬Suara unta bernafas (bunyi nafas keluar masuk)
–Shorif ‫ صريف‬Suara geseran gigi unta
–Huar ‫ حوار‬Suara lembu
–Ma’ma’ah ‫ مأمأة‬Suara kambing mengembek
–Yu’ar ‫ يعار‬Suara kibas mengembek
–Tugha’ ‫ ثغاء‬Suara biri-biri mengembek
–Za’ir ‫ زئير‬Suara singa mengaum
–Zamjarah ‫ زمجرة‬Suara singa mendengus secara berulang-ulang kali
–Tazamjar ‫ تزمجر‬Suara harimau mengaum
–Kharkhawah ‫ خرخوة‬Suara harimau mendengkur ketika tidur
-‘Uwa’ ‫ عواء‬Suara serigala menyalak memanjang
–Nahim ‫ نحيم‬Suara harimau kumbang
–Quba’ ‫ قباء‬Suara khinzir (babi)
–Nubah ‫ نباح‬Suara anjing menyalak
–Muwa’ ‫ مواء‬Suara kucing mengiau
–Kharkharah ‫ خرخرة‬Suara kucing mendengkur ketika tidur
–Ghas ً‫ غس‬Suara kucing mengerang karena sakit
–Nahiq ‫ نهيق‬Suara keldai
–Bu’am ‫ بعام‬Suara kijang
–Nazab ‫ نزاب‬Suara khusus bagi kijang jantan sahaja
-‘Irar ‫ عرار‬Suara burung unta jantan
–Zimar ‫ زمار‬Suara burung unta betina
–Fahir ‫ فحير‬Suara dhab sahaja
–Kasyisy ‫ كشيش‬Suara biawak
–Karkarah ‫ كركرة‬Suara ayam (jantan atau betina)
–Shada ‫ صدى‬Suara burung hantu
–Dandanah ‫ دندنة‬Suara lebah.

Begitu lengkap dan telitinya, sehingga dalam merinci atau menjelaskan sesuatu bahasa Arab
bisa menjelaskanya serinci-rincinya. Contohnya tingkatan cinta yang sangat rinci oleh Ibnu
Qayyim Al Jauziyah rahimahullah dalam kitab Madarijus Salikin,

]‫[فصل في مراتب المحبة‬

‫ وسميت عالقة لتعلق القلب بالمحبوب‬،‫ العالقة‬:‫أولها‬

.‫ وهي ميل القلب إلى محبوبه وطلبه له‬،‫ اإلرادة‬:‫الثانية‬

.‫ كانصباب الماء في الحدور‬.‫ بحيث ال يملكه صاحبه‬.‫ وهي انصباب القلب إليه‬،‫ الصبابة‬:‫الثالثة‬

‫ ومنه سمي عذاب النار‬.‫ بل يالزمه كمالزمة الغريم لغريمه‬.‫ الذي ال يفارقه‬،‫ الغرام وهو الحب الالزم للقلب‬:‫الرابعة‬
‫ وعدم مفارقته لهم‬.‫غراما للزومه ألهله‬
.‫ والودود من أسماء الرب تعالى‬،‫ مراتبها عشرة وخالصها ولبها‬،‫ الوداد وهو صفو المحبة‬:‫الخامسة‬

‫ أي وصل حبه إلى شغاف قلبه‬.‫ وقد شغفه المحبوب‬.‫ فهو مشغوف به‬.‫ شغف بكذا‬:‫ الشغف يقال‬:‫السادسة‬

‫ العشق وهو الحب المفرط الذي يخاف على صاحبه منه‬:‫السابعة‬

‫ وبينه وبين اليتم‬.‫ عبد هللا‬:‫ وتيم هللا‬.‫ تيمه الحب أي ذهلل وعبده‬:‫ يقال‬.‫ والتذلل‬،‫ التتيم وهو التعبد‬:‫الثامنة‬

‫ بل كله عبد‬.‫ فإن العبد هو الذي قد ملك المحبوب رقه فلم يبق له شيء من نفسه ألبتة‬.‫ التعبد وهو فوق التتيم‬:‫التاسعة‬
.‫ ومن كمل ذلك فقد كمل مرتبتها‬.‫ وهذا هو حقيقة العبودية‬.‫لمحبوبه ظاهرا وباطنا‬

‫ مرتبة الخلة التي انفرد بها الخليالن – إبراهيم ومحمد صلى هللا عليهما وسلم‬:‫العاشرة‬

Tingkatan cinta:

1. Al ‘alaqah (hubungan/ikatan). Dinamakan hubungan/ikatan karena keterikatan hati


kepada yang dicinta.
2. Al iradah (kehendak/keinginan). Ini adalah kecondongan hati kepada yang di cinta
dan berusaha untuk mencari/menjumpai yang dicinta.
3. Ash-shobabah (kerinduan). Adalah kerinduan hati kepada yang dicinta, dimana
kerinduan ini timbul secara alami & diri tidak dapat mengaturnya, sebagaimana
tetesan air di tempat yang melandai.
4. Al gharaam (kerinduan yang menyala-nyala). Adalah cinta yang selalu ada didalam
hati, tidak pernah keluar dari dalamnya, & selalu menyertai hati. Maka abzab neraka
dikatakan gharaaman[1] karena senantiasa setia dengan penghuninya, tidak pernah
melepasnya.
5. Al wadaad (kasih sayang). Adalah kelembutan cinta, inti cinta dan kemurniaanya,
dan Al waduud termasuk dari nama-nama Allah yang maha tinggi.
6. Asy syaghof (cinta yang meluap-luap). Yaitu sangat mencintainya dan dibuat sangat
senang [bercampur penderitaan]. Sangat mencintai yang di cinta (yaitu cintanya telah
masuk ke dalam relung hati & sanubari)
7. Al ‘isyq (cinta yang sangat). Adalah cinta yang yang teramat sangat/ terlalu
berlebihan, dikhawatirkan [terjadi sesuatu yang kurang baik] terhadap pelakunya.
8. At tatayyum (penghambaan) yaitu merendahkan diri. Dikatakan cinta telah
menghambakannya, dan taimullah berarti juga ‘abdullah (hamba Allah).
9. At ta’abbud (peribadahan). Tingkat ini di atas at tatayyum/penghambaan. Karena
sesungguhnya diri hamba adalah totalitas milik sang kekasih (Rabb), tak tersisa
sedikitpun dari dirinya, baik lahir maupun batin, semua milik sang kekasih. Dan ini
adalah hakikat peribadahan, barang siapa telah menyempurnakan sifat ini, maka telah
sempurna cintanya
10. Al Khullah (Kekasih). Cinta ini hanya dimiliki oleh dua khalil (kekasih), yaitu
Ibrahim ‘alaihis salam dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
[lihat lengkapnya di Madarijus Saalikiin baina manaazili iyyaka na’budu wa iyya kanasta’in
3/29-32, , Darul Kutub Al ‘Arobiy, Beirut, cet. Ke-3, 1416 H, Asy Syamilah]

Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya
Allah…

Penyusun :

Ust. dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

[1] QS. Al Furqaan : 65

Kategori: Artikel

Keunikan-keunikan bahasa Arab (7)


Author: jati | Posted: 02-10-2014 | Category: Artikel

>>Ada pola dan cetakan kata [wazan] untuk mencetak kata

Ini mempermudah kita agar mengetahui kata dan lebih mudah menghapalnya. Ini yang
dikenal dengan istilah [‫“ ]وزن‬wazan” yang terangkum dalam ilmu shorof bahasa Arab. Kita
tinggal menghapal pola dan cetakan “wazan” atau yang disebut “tahsrif”, maka kita bisa
memproduksi atau melahirkan berbagai macam kata.

“Wazan” tersebut diwakili oleh kata [‫ ]فعل‬dengan huruf [‫ ]ف‬sebagai wakil huruf pertama dan
[‫ ]ع‬wakil huruf kedua dan [‫ ]ل‬wakil huruf ketiga huruf ketiga.

Contoh sederhananya adalah,

Ada pola tashrif,

[‫“ ]فعلً–ًفاعلً–ًمقعول‬fa’ala – faa’ilun – maf’ulun”, penjelasannya,

-[ ‫“ ]فعل‬fa’ala” = kata kerja

-[ ‫“ ]فاعل‬faa’ilun” = cetakan kata yang berarti pelaku atau yang melakukan


pekerjaan/perbuatan
-[ ‫“ ]مفعول‬maf’uulun” = cetakan kata yang berarti objek atau yang dikenai
pekerjaan/perbuatan

Maka, dengan kita tahu ada kata kerja [‫“ ]خلق‬khalaqa”= menciptakan, maka kita tahu
dengan “Wazan”/cetakan kata ,

-[ ‫“ ]فاعل]ً–ً[خالق‬khaaliqun” = pelakunya, yaitu yang menciptakan, serapan bahasa


Indonesia = “khaliq” yaitu Tuhan

-[ ‫“ ]مفعول]ً–ً[مخلوق‬makhluqun” = objeknya, yaitu yang diciptakan, serapan bahasa


Indonesia = “makhuk”

Contoh lagi, kata kerja [‫’ “ ]علم‬alima” = mengetahui, kita akan tahu

-[ ‫’ “ ]فاعل]ً–ً[عالم‬Aalimun” = pelakunya, yaitu yang mengetahui, serapan bahasa Indonesia


= “alim” yaitu pintar, pintar agama

-[ ‫“ ]مفعول]ً–ً[معلوم‬ma’luumun” = yang diketahui, serapan bahasa Indonesia = “maklum”

Contoh lagi, kata kerja [‫“ ]كتب‬kataba” = menulis, kita akan tahu,

-[ ‫“ ]فاعل]ً–ً[كاتب‬kaatibun” = pelakunya, yaitu yang menulis atau sekretaris

-[ ‫“ ]مفعول]ً–ً[مكتوب‬maktuubun” = yang ditulis/tertulis, serapan bahasa Indonesia =


“maktub” yaitu tertulis

Bagaimana, mudah dan sederhana bukan?

>>Mempunyai kaidah struktur bahasa yang lebih sempurna

Bahasa Arab mengenal istilah maskulin [mudzakkar] dan feminin [mu–annats]. Dan yang
lebih membuatnya sempurna dalam bilangan dikenal juga penggunaan double/ganda
[mutsanna] yang sangat jarang ditemui dalam bahasa yang lain. Sehingga dalam
bilangan dikenal istilah tunggal [mufrad], ganda [mutsanna], dan jamak [jam’un]. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut :
‫ – التلميذًيذهبًإلىًالمدرسة‬Pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
ً
‫التلميذةًتذهبًإلىًالمدرسة‬ – Pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
ً‫ – التلميذانًيذهبانًإلىًالمدرسة‬Dua orang pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
ً‫ – التلميذتانًتذهبانًإلىًالمدرسة‬Dua orang pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
ً‫ – التالميذًيذهبونًإلىًالمدرسة‬Pelajar-pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
ً‫ – التلميذاتًيذهبنًإلىًالمدرسة‬Pelajar-pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah

Begitu juga dengan kata kerjanya, lebih lengkap. Kata kerja lampau [madhi], kata kerja
sekarang dan akan datang [mudhari’], dan yang membuatnya lebih lengkap ada kata
kerja perintah [‘amr]. Perhatikan contoh berikut,
ً‫ – ذهبًالولد ًُإلىًالمدرسة‬anak laki-laki itu (telah) pergi ke sekolah
‫ – يذهبًالولدًإلىًالمدرسة‬anak laki-laki (sedang) pergi ke sekolah
‫ – اذهبًإلىًالمدرسة‬Pergilah [kamu anak laki-laki] ke sekolah.

Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya
Allah…

Penyusun :

Ust. dr. Raehanul Bahraen (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Keunikan-Keunikan Bahasa Arab (8)


Author: jati | Posted: 16-06-2015 | Category: Artikel

>>Mengandung informasi yang padat dan ringkas

Hanya dengan beberapa huruf yang menyusun kata, Bahasa Arab bisa mengungkapkan
banyak ungkapan. Kita ambil contoh kata [‫’“ ]عين‬ain” yang umumnya dikenal artinya: mata.

Jika kita membuka kamus artinya sangat banyak yaitu:

manusia, jiwa, hati, mata uang logam, pemimpin, kepala, orang terkemuka, macan,
matahari, penduduk suatu negeri, penghuni rumah, sesuatu yang bagus atau indah,
keluhuran, kemuliaan, ilmu, spion, kelompok, hadir, tersedia, inti masalah, komandan
pasukan, harta, riba, sudut, arah, segi, telaga, pandangan, dan lainnya.

Kemudian dalam bahasa Arab juga dikenal istilah pembuangan kata atau kata yang
disembunyikan yang dikenal dengan istilah “mahdzuf”.

Contohnya,

Pada kalimat syahadat [‫ ]الًألهًأالًهللا‬maka bukan artinya,


-[‫ = ]ال‬tiada

-[‫ = ]إله‬tuhan

-[‫ = ]إال‬selain

-[‫ = ]هللا‬Allah

Karena arti ini salah besar, karena ada Ada khabar yang [‫ ]محذوف‬dibuang/tidak ditampakkan.
Khabar yang dibuang tersebut adalah [ً‫حق‬atau ‫“ ]بحق‬haqqun” atau “bihaqqin”.

Maka makna syahadat yang benar adalah,

‫الًمعبودًحقًإالًهللا‬

“tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah”

Kata [ً‫حق‬atau ‫“ ]بحق‬haqqun” atau “bihaqqin” berdalil dengan firman Allah Ta’ala,

ْ ‫ًوأ َ َّنً َماً َيدْعُونَ ًم ْنًدُونه‬


ً‫ًال َباط ُل‬ ْ ‫ًَّللاًَه َُو‬
َ ‫ًال َح ُّق‬ َّ ‫ذَلكَ ًبأ َ َّن‬

“Yang demikian itu dikarenakan Allah adalah (sesembahan) yang Haq (benar), adapun
segala sesuatu yang mereka sembah selain-Nya adalah (sesembahan) yang Bathil.” (QS.
Luqman: 30)

Begitu juga tafsiran para ulama, sebagaimana Ibnu Katsir menafsirkan surat Al Qashash :
70, Ath Thabari menafsirkan surat Al An’am : 106, As Suyuti menafsirkan surat Al Baqarah
: 255. Dan banyak ulama yang lainnya.

Contoh yang lain firman Allah dalam surat Yusuf Ayat 82,

ْ ‫َوا ْسأَل‬
‫ًالقَ ْريَةًَالَّتيً ُكنَّاًفي َها‬

Arti perkata adalah: “Tanyalah kepada kampung yang kami tinggal padanya”

Namun ada kata yang “mahzuf”/dibuang yaitu [‫“ ]أهل‬ahli” /penduduk yaitu “mudhaf” dari
ْ
[ًَ‫]القَ ْريَة‬

Abul Baqa’ Al ‘akbariy rahimahullah menjelaskan tentang ini,

‫ًأيًأهلًالقريةً;ًوجازًحذفًالمضافً;ًألنًالمعنىًالًيلتبس‬:ً)‫ً(واسألًالقرية‬:‫قولهًتعالى‬

“Firman Allah, “tanyalah kepada kampung” yaitu, penduduk kampung, boleh membuang
[mahzuf] mudhaf, karena maknanya tidak menjadi rancu.” (At Tibyan fi I’rabil Qur’an
2/742, Asy Syamilah)

Jadi arti yang tepat adalah : ““Tanyalah kepada penduduk kampung yang kami tinggal
padanya”
Oleh karena itu, belum pernah ada satupun terjemahan Al Qur’an yang lebih singkat dari
bahasa arab aslinya.

>>Lebih mudah dihapalkan

Ini karena adanya “wazan” atau cetakan/pola kata yang sudah kami jelaskan sebelumnya.
Dengan adanya cetakan kata tersebut lidah dan lisan kita akan terbiasa mengucapkannya.
Dan sesuatu yang sudah terbiasa kita ucapkan maka akan lebih mudah dihapalkan

Selain itu, bahasa Arab seakan-akan tiap kata bisa disambung bacaannya. Jadi seakan-akan
beberapa kata tersebut kita sambung terus, sebagaimana kita membaca Al Qur’an. Ini karena
struktur bahasa arab yang mendukung seperti adanya [‫“ ]ال‬alif lam”, dan ada kaidah
penyambungan tiap kata.

Mungkin bisa kita buktikan, jika kita menghapal Al Qur’an tiap kata kita putus-putus cara
bacaannya, maka kita agak kesusahan. Berbeda jika kita menyambung tiap kata maka akan
memudahkan.

Contohnya basmalah,

Jika kita hapal [‫“ ]بً–ًاسمً–ًهللاً–ًالرحمانً–ًالرحيم‬bi – ismi – Allahi – Ar-Rahmani- Ar-Rahimi”

Maka kita akan agak kesusahan, tetapi jika kita sambung, maka akan memudahkan
sebagaimana kita membaca basmalah.

Terbukti bahwa orang-orang Arab -sekalipun Arab badui [kampung]- hapalannya kuat dan
mampu menghapal beribu-ribu bait syair. Mampu menceritakan banyak cerita sejarah hanya
berdasarkan hapalan, sehingga dahulu tulis-menulis dikalangan mereka kurang berkembang,
karena jika mudah dihapal maka tidak perlu ditulis. Ditambah lagi mereka dianugerahkan
kekuatan hapalan.

Bukti lainnya, banyak orang yang tidak mengenal dasar bahasa Arab sekalipun tetapi
mampu menghapal 30 juz Al Qur’an dengan hapalan yang kokoh dan tanpa cacat tiap kata
bahkan huruf.

Masih ingin tahu keunikan-keunikan lain dari bahasa arab? Tunggu kelanjutannya, insya
Allah…

Anda mungkin juga menyukai