Anda di halaman 1dari 4

Jenis Bacaan Spesial

1. Saktah (diam, tidak bergerak)


Ialah berhenti sejenak tanpa bernafas. Adapun tanda saktah yang terdapat
dalam al-Qur'an biasanya dengan (‫ )سكتة‬dan kadang-kadang juga dengan (‫)س‬
saja.
Di dalam al-Qur'an bacaan saktah ada pada 4 tempat, yakni:
5. Surah al-Kahfi ayat 1dan 2: ‫ۥ ِع َو َجاۜ قَيِمً۬ا‬
6. Surah Yasin ayat 52: ‫ِمن َّم ۡرقَ ِدنَ ۗۜ َه ٰـ َذا‬
7. 3.Surah al-Qiyamah ayat 27: ‫َو ِقي َل َم ۡ ۜن َر ً۬اق‬
8. َ ‫لَك ب َ ۡ ۜل َر‬
Surah al-Muthaffifiin ayat 14: ‫ان‬ ۖ َّ َ
2. Tashil (memberi kemudahan, keringanan atau menyederhanakan)
Cara membaca dua hamzah yang berjejer, hamzah pertama dibaca biasa
sedangkan yang kedua disuarakan antara hamzah dan alif (samar-samar).
Di dalam al-Qur'an bacaan tashil hanya ada pada 1 tempat, yaitu:
ِ ً۬ ِ ‫َءا ۡ َۡع ِم ًِ۬ى َو َع َر‬
1. Surah Fushshilaat ayat 44: ۗ‫ب‬

3. Isymam (mencampurkan).
Adalah mencampurkan dammah pada sukun dengan memoncongkan bibir
atau mengangkat dua bibir (mecucu - Jawa).
Dalam al-Qur'an bacaan ini hanya terdapat pada 1 tempat, yakni:
1. Surat Yusuf ayat 11: ‫ََل تَأۡ َمنَّا‬
4. Naql (memindah)
Adalah membaca lam sukun (‫" )أل‬al" diganti dengan harakat huruf hamzah
sesudahnya (i) "i" sehingga menjadi (‫" )أل‬ali" kemudian huruf hamzah
kasrah (i) "i" dari kata "‫ "ٱسۡ م‬dibuang, sehingga berbunyi (lismu) kemudian
dihubungkan dengan "‫س‬ َ ‫ "بِ ۡئ‬maka menjadilah bacaan (bi'sa lismu).
Dalam al-Qur'an, ayat yang mesti dibaca naql hanyalah ada pada 1 tempat,
yakni:
1. Surah al-Hujurat: 11: ‫س ٱِل ِۡسم‬َ ‫ِب ۡئ‬

5. Imalah (memiringkan atau membengkokan)


Cara merubah bacaan "RO" menjadi "RE" (seperti "E" dalam kata sate).
Dalam al-Qur'an, lafadz yang dibaca dengan metode ini ada pada 1 tempat,
yakni:
1. Surat Hud ayat 41: ‫َم ۡج ۪ر ٰٮهَا‬

Hukum Bacaan Hamzah (‫ )ء‬: Pengertian, Cara Baca


serta Contoh
Untuk mempermudah pemahaman tentang perbedaan bacaan hamzah, berikut adalah
potongan ayat yang ditandai dengan warna berbeda. Warna merah adalah hamzah washol,
warna biru adalah hamzah qoth’i dan warna hijau adalah alif.

‫ٱ َّ َِّلى َج َع َل لَ ُ ُك ٱ ْ أل ْر َض ِف ٰرشا َوٱ َّلس َمأ َء ِبنَأء َو أٱ ْن َز َل‬


ۖۖ ‫ِم َن ٱ َّلس َمأ ِء َمأء فَأأخ َْر َج ِب ِه ى ِم َن ٱلث َّ َم ٰر ِت ِر ْزقال َّ ُ ْك‬
ِ ‫فَ َل َ َْت َعلُ ْو‬
‫هللا أٱنْدَ ادا و أٱن ُ ُْْت تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
1. Hamzah Qoth’i

Hamzah qoth’i adalah hamzah yang selalu terucap (tidak gugur pelafalannya) sesuai dengan
tanda bacanya. Hamzah qoth’i dapat terletak di awal atau di tengah-tengah bacaan dengan
berbagai kaidah penulisan seperti berikut:

‫ٱ ا ل َل ؤ ئ‬
Dinamakan Qoth’i (putus) karena jika bertanda sukun dilafalkan dengan cara memutus bacaan
diantara dua huruf, atau dalam transliterasi Indonesia sama seperti membaca tanda petik/ koma
atas. Aturan bacaannya harus dilafalkan dengan jelas (izhar).

Contoh:

‫ َّمـأ ُك ْول‬- ‫ َشا ِنـئَـ َك‬- ‫يُـ ْـؤ ِمنُ ْو َن‬


 Hamzah Washol

Dinamakan Washol (sambung) karena berfungsi sebagai penyambung bacaan sukun atau
tasydid yang terdapat di awal bacaan.

Tandanya berupa tanda seperti shod kecil di atas alif ( ‫ٱ‬ ).

Dalam beberapa mushaf yang tidak membedakan hamzah washol dengan alif biasa atau alif
thobi’i (tidak ada tanda di atas alif), maka hamzah washol dicirikan dengan selalu diikuti
dengan huruf bertanda sukun atau tasydid.

Hamzah washol hanya dilafalkan apabila berada di awal bacaan dan gugur pelafalannya (atau
diganti dengan ‘ni’) jika berada di tengah bacaan.
Lebih jelas mengenai aturan bacaannya dapat diuraikan sebagai berikut:

o Jika terletak di awal bacaan dan diikuti huruf lam maka dibaca fathah.

Contoh :

‫> َالنَّ ِاس‬-- ‫ٱلنَّ ِاس‬ ‫> َالْ ُح َط َم ُة‬-- ‫ٱلْ ُح َط َم ُة‬
o Jika hamzah washol terdapat di awal kata dengan huruf ketiga berbaris dhomma (fi’il amr = kata
perintah), maka dibaca dhommah.

Contoh :

‫> ُا ْزد ُِج َر‬-- ‫ٱ ْزد ُِج َر‬ ُ‫> ُا ْْسُد‬-- ُ‫ٱ ْْسُد‬
o Hamzah washol sama’i (tanpa kaedah), terdapat pada 7 kata benda (isim) berikut dibaca kasroh
(apa pun harokat pada huruf ketiga):

‫ ٱثْنتان‬- ‫ ٱثْنان‬- ‫ ٱ ْمرٱة‬- ‫ ٱبْنة‬- ‫ ٱ ْمرؤ‬- ‫ ٱ ْس‬- ‫ٱ ْبن‬


o Jika terdapat pada kata kerja (fi’il) dengan huruf kedua bertanda tasydid fathah, atau huruf
ketiga bertanda fathah atau kasroh, maka dibaca kasroh.
Contoh :

‫> ِا َّ ََّت ُذ ْو‬-- ‫ٱتَّــخ َُذ ْو‬ ‫> ِا ْر ِج ُع ْو‬-- ‫ٱ ْر ِج ُع ْو‬


o Hamzah washol yang berada di tengah-tengah bacaan (termasuk di awal ayat tapi dibaca
bersambung dengan akhir ayat sebelumnya) tidak dibaca, kecuali didahului tanda tanwin, maka
diganti dengan bacaan ‘ni’.
Contoh :
Hamzah washol yang tidak dilafalkan

ُ ْ ‫ فَأ‬- ‫ َوٱه ُْر ُج ْو‬- ‫َو ِبألْ َحق‬


‫ْس ِد‬
Hamzah washol yang diganti bacaan ‘ni’

‫> ل َم َز ِة ِنا َّ َِّلى‬-- ‫ل َم َزة ٱ َّ َِّلى‬


‫> أٱ َحدُ ِنا ُهلل‬-- ‫أٱ َحد ٱ ُهلل‬
http://puangnidji.blogspot.com/2016/08/hukum-bacaan-hamzah-pengertian-cara.html

Anda mungkin juga menyukai