Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hidayaturrahman

Lokal : PBA 3 C

Matkul : Qawaid imla

1. metodenya terbagi menjadi 4 bagian :

a. Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan desain penelitian dan
pengembangan (research and development). Penelitian ini dirancang untuk mengembangkan sebuah produk
untuk selanjutnya dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang ada berdasarkan kebutuhan lapangan.
Adapun langkah-langkah penelitian yang akan peneliti laksanakan terdiri dari 6 tahapan dimana desain yang
telah divalidasi langsung diterapkan. Tahapan ini dimulai dari: (1) mengungkapkan masalah/ merumuskan
masalah, (2) mengumpulkan data, (3) mendesain materi Qawa’id al Imla’, (4) mengkonsultasikan desain
materi dengan tenaga ahli (validasi Desain), (5) merevisi desain materi, (6) uji coba pemakaian materi
Qawa’id al Imla’ kepada mahasiswa jurusan PBA, dan mengungkapkan keefektifan materi tersebut sehingga
layak untuk diajarkan pada mata kuliah Kitabah I.

b. Populasi dan sempel

Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan PBA Fakultas Tarbiyah IAIN Metro
TA. 2016/2017. Sampel adalah bagian dari populasi. Peneliti menentukan sampel dengan cara acak (Simple
Random Sampling) yaitu mahasiswa semester III kelas A dan kelas B.

c. Teknik Pengumpulan data

observasi Partisipatif: 1. Peneliti terlibat langsung ke dalam kegiatan yang diamati. Ketika peneliti
melakukan penelitian, peneliti terjun langsung dalam kegiatan, dengan harapan data yang diperoleh akan
lebih tajam dan lengkap. Test: 2. Peneliti menggunakan test ini disaat penerapan poduk berupa materi yang
telah didesain (eksperimen), dengan cara membandingkan penguasaan mahasiswa terhadap Imla’ sebelum
dan sesudah diajarkannya materi Qawa’id al Imla’ (before-after). Dalam hal ini ada kelompok eksperimen
(mahasiswa semester III kelas A) dan ada kelompok kontrol (mahasiswa semester III kelas B). wawancara
terpimpin: 3. Pewawancara membawa sejumlah pertanyaan rinci dan terstruktur. Peneliti menggunakan
wawancara secara mendalam dimana informan yang diwawancarai diminta pendapat dan ide-idenya.
Wawancara ini dilaksanakan sebelum peneliti mendesain materi kepada beberapa orang mahasiswa jurusan
PBA semester V dan VII TA. 2016/2017.

d. Instrumen Penelitian.

Pada penelitian ini instrumen penelitian akan digunakan saat pelaksanaan test yang kemudian akan diuji
validitas dan reabilitasnya.
2. menurut ulun sangat penting karna pelajaran maharah kitabah mengenalkan kepada anak-anak agar mereka
biasa mengenal huruf-huruf hijaiyah, sehingga memudahkan mereka mempelajari bahasa arab yang baik dan
benar

3. Ta’ Marbuthoh (‫)ة‬

perhatikan contoh berikut ini:

–‫َولَآْل ِخ َرةُ َخ ْي ٌر لَّكَ ِمنَ اُأْلولَى‬

ٌ ‫َح ْم َزةُ بنُ َعبْد ال ُمطَلبْ َر ُج ٌل ُش َجا‬


–‫ع‬

Huruf yang berwarna merah pada contoh diatas disebut huruf ta’ marbuthoh.

di baca “ta’ sebagaimana ta’ maftuhah. Ta’ marbuthoh ini dapat pula dibaca ‘Ha‘ ketika berhenti (waqof) dan
dibaca “Ta‘” ketika tidak berhenti (washol). dan harus diberi dua titik diatasnya supaya tidak bingung
membedakan ta’ marbuthoh ini dengan (‫ )هـ‬pada kalimat (‫ )نَبِيْه‬dan (‫ ) َسفِيْه‬yang merupakan huruf asli pada kata
tersebut dan pada kalimat (‫ )كَاتبه‬dan (‫ )كتبه‬yang merupakan Ha’ dhomir karena pada kata kata tersebut, Ha‘
tetap dibaca sebagai Ha‘ ketika berhenti (waqof) maupun tidak (washol).

Kaidah:

Ta’ marbuthoh dibaca “Ta’” ketika tidak berhenti (washol) dan dibaca “Ha’” ketika berhenti (waqof). Ta’
marbuthoh ditulis pada :

– Pada akhir kata isim muannats hakikiseperti (‫)فاطمة‬

– Pada akhir isim muannats majazi seperti (‫)اآلخ َرة‬


ِ

– pada akhir isim bermakna mudzakkar tapi lafadznya muannats seperti (‫) َح ْمزَة‬

َ ُ‫)ق‬
– pada akhir beberapa jamak taksirseperti (‫ضاة‬

Ta’ Maftuuhah (‫)ت‬

perhatikan contoh berikut ini:

ِ ْ‫س َذاِئقَةُ ْال َمو‬


–‫ت‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬

َ ‫ت ِإنِّي َأعُو ُذ بِالرَّحْ َمن ِمن‬


–ً ‫ك ِإن ُكنتَ تَقِيّا‬ ْ َ‫قَال‬

Huruf yang berwarna merah pada contoh diatas disebut huruf ta’ maftuhah.

Kaidah:

Ta’ maftuhah dibaca ‘ta’ ketika bersambung (washol) dan ketika berhenti (waqof) dengan kalimat setelahnya
yaitu:

– Ta’ asli yang yg terletak di akhir suatu kata dan merupakan bagian asli dari kata, sama saja apakah terdapat
ٌ ْ‫ ) َمو‬atau huruf ( َ‫)اَل ت‬.
pada fiil ( َ‫)نَبَت‬, isim (‫ت‬
ُ ‫)جْئ‬,
– Ta’ Dhomir Muttasil pada Fiil Madhi yaitu pada dhomir mutakallim ( ‫ت‬ ِ mukhotob ( َ‫ ) ِجْئت‬dan
mukhotobah (‫ت‬ ‫ْئ‬
ِ ‫) ِج‬.

ْ
– Ta’ Ta’nits (Ta yang menunjukkan muannats) pada akhir fiil madhi misalnya ( ‫)قالت‬ ْ
dan (‫)كتبت‬

ُ ‫صالِ َح‬
–Ta’ Jamak Muannats Salim misalnya ( ‫ات‬ ُ ‫)القَانِت‬
َ ‫ )ال‬dan (‫َات‬

4. - Hamzah Qatha’

Hamzah Qatha’ berarti hamzah yang terputus. Dalam arti cara membacanya terputus dan tidak diteruskan,
karena itu ia tetap terbaca. Pengertian ini selanjutnya dirumuskan oleh ulama Qurra’ bahwa hamzah qatha’
adalah:

‫َت فِى بَ ْد ِء ْالكَاَل ِم اَ ْم فِى َوصْ لِ ِه‬


ْ ‫ق دَاِئ ًما َس َوا ٌء كَان‬ ْ ُّ‫ُت فِى الن‬
ِ ‫ط‬ ْ َ‫هَ ْمزَ ةُ ْالق‬
ُ ‫ط ِع ِه َى ْالهَ ْمزَ ةُ الَّتِى ت َْثب‬

“Hamzah yang dapat diucapkan selamanya, baik di permulaan kalimat maupun di tengah-tengahnya”.

Untuk hamzah qatha pada Mushaf Utsmani ditandai dengan (‫ )ء‬pada huruf alif. Jika alif berharakat fathah dan
dhammah, maka ( ‫ ) َأ ُأ‬di atas, tetapi jika alif berharakat kasrah, maka ( ‫ ) ِإ‬nya di bawah alif.

Contoh:

NoTertulis Dibaca Tempat

1 ٌ‫ِإ ْخ َوة‬ ٌ‫ِإ ْخ َوة‬ Awal kalimat

2 ‫ٰأ تَ ْينَا‬ ‫ٰأ تَ ْينَا‬ Awal kalimat

3 ‫َٓجا َء ُك ْم‬ ‫َٓجا َء ُك ْم‬ Tengah kalimat

4 ‫ ُشهَ َٓدااَ ُك ْم ُشهَ َٓدااَ ُك ْم‬Tengah kalimat

- Hamzah Washal

Hamzah washal berarti hamzah yang sambung atau tembus, dalam arti hamzah itu tidak dibaca ketika di tengah-
tengah kalimat namun dibaca jika di awalnya. Pengertian ini selanjutnya dirumuskan oleh ulama Qurra’
bahwa hamzah washal adalah:

ْ َ ‫صل‬
‫ت بِ َما قَ ْبلَهَا‬ ْ ‫ق ِا َذا َجا َءتْ فِى بَ ْد ِء ْالكَاَل ِم َواَل ت‬
ِ ‫َظهَ ُر اِ َذا ُو‬ ْ ُّ‫َظهَ ُر فِى الن‬
ِ ‫ط‬ ْ ‫هَ ْم َزةُ ْال َوصْ ِل ِه َى هَ ْمزَ ةُ اَّلتِى ت‬

“Hamzah yang tampak diucapkan jika di awal kalimat, tetapi tembus (tidak tampak) jika disambung dengan
huruf lain”
Pada hamzah washal dalam Mushaf Utsmani tidak ditandai seperti hamzah qatha’, tetapi cukup dengan huruf
alif saja. Yang perlu diingat adalah bahwa hamzah washal ini tidak seperti alif huruf mad, karena alif huruf
mad selamanya mati sedangkan hamzah washal tetap hidup, walaupun ketika disambung tidak diucapkan.

Contoh :

NoTertulis Dibaca Tempat

1 ‫اِتَّبِعُوْ ا‬ ‫اِتَّبِعُوْ ا‬ Awal kalimat

2 ‫اِ ْهبِطُوْ ا‬ ‫اِ ْهبِطُوْ ا‬ Awal kalimat

3 ‫ِعي ْٰسى ابْنُ َمرْ يَ َم‬ ‫ِعي ْٰسى ابْنُ َمرْ يَ َم‬ Tengah kalimat

َ ‫س ا ِال ْس ُم بِْئ‬
4 ‫س ا ِال ْس ُم‬ َ ‫ بِْئ‬Tengah kalimat

Sebagai tambahan, berikut ini kami tuliskan ayat al Qur’an sebagai bahan latihan.

Coba perhatikan dan pilihlah mana yang termasuk bacaan hamzah qatha’ dan mana yang hamzah washal:

‫ ِا ِذا ْبت َٰلى‬, ‫ ٰابَٓا َء ُك ْم‬, ‫ َأ َد ُم‬, ‫ َما ا ْقتَتَ َل‬, َ‫ اَل اِ ْك َراه‬, ‫ َربِّ اجْ َعلْ لِى‬, ْ‫ َوا ْس ُج ِدي‬, ‫ بِِإ ْذ ِن‬, ‫ َوارْ َك ِع ْى‬, ‫ك‬
ِ ‫ اِ َّن هللاَ اصْ طَ ٰف‬, ‫اَ ْنبَٓا ِء‬

5. - Al-fasilah atau koma (،). Penggunaan tanda koma adalah ketika ada dua ide dalam satu kalimat.

- al-faasilah al-manquthah atau titik koma (‫ )؛‬tanda ini digunakan ketika ada dua kalimat (ide), kalimat pertama
menjadi sebuah pernyataan dan kalimat setelah tanda titik koma menjadi sebab dari pernyataan pertama.

- an-nuqthah atau titik (.) digunakan di akhir kalimat.

- ‘alamatul istifham atau tanda tanya (‫ )؟‬adalah tanda yang digunakan setelah kalimat tanya.

- ‘alamatut ta’ajjub atau tanda seru (!) adalah tanda yang digunakan di akhir kalimat takjub atau perintah.

- an-nuqthataan ar-ra’siyatan atau tanda titk dua (:) tanda ini digunakan pada kalimat pembagian atau perkataan
seseorang.

- ‘alamatul hadzf atau tanda “penghapus” (‫إلخ‬...) adalah tanda yang digunakan pada akhir kalimat yang tidak
utuh. Ada sebagian yang dihapus, yaitu bagian setelah tanda itu.
- ‘alamatut tanshish atau tanda petik dua (“…”) adalah tanda yang digunakan untuk mengutip perkataan
seseorang dan kutipannya tidak diubah sedikit pun.

- al-qousan al-ma’kufan atau kurung kurawal ({…}). Kurung kurawal ini digunakan ketika kita memetik ayat
Al-Qur’an untuk membedakan antara kalimat yg lain dengan Al-Qur’an.

- asy-syarthotan wa asy-syartoh adalah tanda strip dua dan strip satu (-…-) dan (-). Tanda ini digunakan untuk
mengapit kalimat-kalimat yang sudah masyhur atau diketahui.

- Al-qousaan atau tanda kurung (()). Tanda ini digunakan untuk menjelaskan kalimat-yang perlu diterangkan.

Anda mungkin juga menyukai