Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sudah ada sejak adanya manusia dimuka bumi ini. Bisa dikatakan
keperawatan sudah ada sejak zaman purba. Pendapat ini diduga oleh kenyataan bahwa
keperawatan adalah kegiatan yang awalnya dilakukan atas dasar “mother
instinct.Setiap manusi pasti memiliki naluri. Jadi, bisa dikatakan bahwa nulari
keperawatan ada dalam setiap pribadi manusia ( Asmadi,2008;58)
Keperawatan telah berkembang baik sebagai ilmu maupun profesi sehingga ia
telah menjadi bidang studi yang mandiri. Hal ini ditandai dengan adanya dorongan
bagi seorang ibu untuk membagi dirinya kepada bayinya melalui proses penyusuan.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pekerjaan keperawatan tidak hanya berkembang sebatas kegiatan alamiah namun
tumbuh dalam bentuk penalaran sehingga melahirkan berbagai kegiatan seperti
observasi, eksperimen, empiris yang digali akarnya dari pemikiran kefilsafatan
maupun budaya. Akan tetapi penggalian pengetahuan tentang keperawatan mendorong
untuk terus mancari akar yang lebih dalam lagi yaitu tidak sekedar bersumber dari
keberadaan manusia dengan alam semesta akan tetapi dari hakikat keberadaan
manusia sebagai makhluk Allah SWT.
Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong
orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Anjuran islam untuk hidup bersih juga
menujukkan obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat,sebab kebersihan
pangkal kesehatan dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Jadi walaupun
seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa resiko kesakitan masih besar,
disebabkan faktor eksternal yang diluar kemampuannya. Mengingat kompleksnya
faktor pemicu penyakit, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari dan sangat
dibutuhkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan keperawatan?
2. Bagaimana dimensi keperawatan dalam perspektif islam?
3. Bagaimana prinsip keperawatan dalam sudut pandang islam?
4. Bagaimana tingkat perkembangan kebutuhan terhadap keperawatan?
5. Bagaimana peran keperawatan menurut nilai-nilai islam?
6. Bagaimana peran perawat dalam membimbing pasien dalam beribadah?

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui tentang pengertian keperawatan.
b. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana dimensi keperawatan dalam
prespektif islam.
c. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana prinsip dalam keperawatan
sudut pandang islam.
d. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana tingkat perkembangan
kebutuhan terhadap keperawatan.
e. Untuk mengetahui peran keperawatan menurut nilai-nilai islam
f. Memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana peran perawat dalam
membimbing pasien dalam beribadah
BAB I
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keperawatan


Keperawatan adalah diagnosis dan penanganan respon manusia terhadap
masalah kesehatan aktual maupun potensial. Dalam keperawatan moderen respon
manusia yang didefinisikan sebagai pengalaman dan respon orang terhadap sehat
dan sakit yang merupakan suatu fenomena perhatian perawat. Perawat atau nurse
berasal dari kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang komprehensif,
ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Keperawatan merupakan profesi, dimana kedepan perlu semakin tertib,
menurut word medical association yaitu semakin tertibnya pekerjaan profesi yang
apabila semakin terus dipertahankan pada gilirannya akan berperan besar dalam
turut meningkatkan kulitas hidup serta derajat kesehatan masyarakat secara
menyeluruh.

2.2 Dimensi Keperawatan dalam Persepektif Islam


Keperawatan dalam islam adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
merawat pasien, individu, keluarga dan masyarakat sebagai manifestasi cinta kepada
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Keperawatan sebagai profesi bukan
merupakan hal baru dalam agama islam. Pada kenyataannya, itu adalah atribut untuk
simpati dan tanggungjawab terhadap yang bersangkutan membutuhkan. Usaha ini
telah dimuali selama pengembangan islam sebagai agama dan peradaban (Dahlia,
2013).
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong irang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan
merupakan modal urama untuk beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran
islam yang selalu menekankan agar setiap oran memakan makanan yang bai dan halal
menunjukkan apersiasi islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakasalah satu
penentu sehat tidaknya seseorang (Inna, 2009)
Islam meruapakan agama yang memiliki akar kata s-l-m yang berarti selamat,
damai, penyerahan dan tangga. Oleh karena itu, seluruh bangunan ajaran islam adalah
membawa ajaran yang menyelamatkan umat manusia di dunia dan di akhirat. Secara
terminologi, islam adalah tunduk dan patuh secara sempurna terhadap seluruh ajaran
yang dibawa Nabi Muhammad SAW yang dapat diketahu secara darurat. Setiap umat
islam dituntut untuk menjadikan seluruh rangkaian kehidupan menjadi ibadah
(taqarrub) kepada Allah SWT karena hanya dengan cara seperti itulah hidup menjadi
bermakan (Lubis, 2011).
Tugas seorang muslim adalah menyebarkan keselamatan bagi setiap makhluk
hidup termasuk manusia tanpa membeda-bedakan seorang pasien berdasarkan pada
agamanya. Tugas penyebaran untuk berbuat baik adalah meruapakn inti dari ajaran
dakwah yaitu menolong manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh perbuatan
makruf dan mencegah perbuatan mungkar, agar mereka memperoleh kehidupan yang
beruntung di dunia dan di akhirat (Lubis, 2011)
Oleh karena itu profesi keperawatan dalam pandangan islam memiliki berbagai
aspek. Seorang perawat juga bisa berfungsi sebagai mubalig,dai, guru dan sebagainya.
Terdapat empat prinsip etika keperawatan dalam sudut pandang islam:
1. Penghargaan terhadap klien menjadi prinsip etik dalam teori keperawatan. Islam
mengajarkan bahwa keberadaan seorang manusia hendaklah memperbanyak orang
yang memberikan pertolongan bukan orang yang mnegharap pertolongan, sesuai
dengan sabda Rasul yadu al ‘ulya kharirun min yadu al sufla, yang artinya tangan
diatas yaitu yang memberikan pertolongan lebih baik dari tangan di bwah. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pandangan islam seseorang sebaiknya menjadi pribadi
yang mandiri yaitu dapat menolong orang lain kare perbuatan itu hakikatnya adalah
menolong dirinya sendiri.
2. Tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan teori keperawatan sekalipun
pada akhirnya yang menyembuhkan itu semata-mata Allah SWT. Seluruh perangkat
tenaga medis hanya berfungsi sebagai sebab yang mengantarkan kesembuhan atau
sebaliknya terhadap klien
3. Seorang yang berprofesi sebagai perawat dan memiliki komitmen keislaman yang kuat
adalah sealalu mempertimbangkan manfaat dari perbuatannya karena Rosul bersabda
yang artinya sebagian dari tanda keindahan Islam adalah meninggalkan perbuatan
yang tidak berguna kepadanya (min husni islam al mar-l tarku ma la ya’nihi)
4. Seorang yang berprofesi sebagai perawat adalah mereka yang mampu berlaku adil dan
baik kepada pasien maupun kepada dirinya sendiri sehingga juga memperhatikan fisik
dan psikisnya.

2.3 Prinsip Keperawatan dalam Sudut Pandang Islam


Berikut akan diuraikan beberapa prinsip keperawatan dalam Islam yaitu sebagai
berikut.
1. Aspek Teologis: setiap hamba telah dibekali oleh Allah dua potensi yaitu
kehendak (masyiah) dan kemampuan (istitha’ah). Atas dasar kehendak maka seorang
muslim memiliki cita-cita untuk melakukan berbagai rekayasa dan inovasi dalam
kehidupannya yang dibaktikan karena Allah. Dengan adanya kehendak dan
kemampuan maka seorang manusia melakukan upaya yang sungguh-sungguh tanpa
menyisakan kemampuannya dan setelah itu menyerahkan hasilnya menanti ketentuan
Allah. Dalam perspektif yang seperti itulah bertemunya dua hal yang seing dipandang
krusial dalampemahaman akidah yaitu antara usaha manusia dan takdir Allah.
Keduanya adalah merupakan perpaduan dalam perjalanan hidup manusia yang
disebut tawakkal.  Hal ini tercermin dalam Al Quran sebagian diantaranya
menekankan manusia agar berbuat secara maksimal karena Allah tidak akan merubah
nasib seseorang sehingga merubah sendiri.[12] Sementara pada ayat yang lain
menegaskan seakan manusia tidak berperan sedikitpun dalam perbuatannya dengan
mengatakan Dan Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu kerjakan.[13]
2. Aspek Fungsi keanusiaan yaitu khilafah  dan ibadah. Tugas khilafah adalah mengelola
seluruh alam semesta untuk kepentingan umat manusia. Dan tentunya harus diingat
bahwa tugas pengelolaan yang baik harus dilakukan oleh hamba-hamba Allah yang
memiliki kepatutan untuk itu.[14] Selanjutnya pelaksanaan tugas khilafah yang benar
pastilah akan menghasilkan ibadah yang benar pula dan demikian sebaliknya. Atas
dasar itu, seorang muslim hendaknya menggali seluruh informasi ilmu pengetahuan
tentang alam semesta termasuk tugas perawatan sekalipun ilmu itu ada pada umat lain
yang tidak muslim. Anjuran tentang hal ini ditegaskan dalam berbagai ayat Al Quran
antara lain dengan penyebutan tipologi orang berilmu itu dengan ulul albab. Allah
menegaskan bahwa sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian
siang dan malam adalah menjadi tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang
berpikir[15] Selanjutnya dalam ayat berikutnya Allah menjelaskan tanda-tanda orang
yang disebut ulul albab yaitu orang yang selalu mengingat Allah; memikirkan
penciptaan langit dan bumi; dan kemudian yang mampu mengambil keputusan: ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau jadikan semua ayang ada di alam semesta ini sia-sia;
dan terakhir pernyataan Maha Suci Allah dari sifat kekurangan dan peliharalah kami
dari azab neraka.
3. Aspek akhlak yaitu ihsan yang menyatakan bahwa setiap orang yang beriman
hendaklah menyadari bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah sesuai dengan
Hadis Rasul bahwa engkau menyembah Allah seakan engkau melihatNya dan
andaikata engkau tidak mampu melihatNya maka yakinlah Ia melihatmu (an ta’bud
Allah kaannaka tarahu fa in lam takun tarahu fa innahu yaraka). Atas dasar itu,
seorang muslim  dalam segala tindakannya tidak memerlukan kendali eksternal untuk
menjadi orang baik karena di dalam hatinya terdapat potensi fitrah yang selalu
menuntunnya untuk menjadi orang yang takut berbuat maksiat.

2.4 Tingkat Kebutuhan terhadap Keperawatan


Setiap tindakan dalam tugas keperawatan dibagi dalam tiga klasifikasi sesuai
dengan tingkat kepentingannya, yakni :
1. Tingkat dilaruriyat yaitu suatu kondisi darurat yang sedang dihadapi oleh orang yang
sakit. Apabila derajat kesakitan seseorang klien telah mencapai kondisi darurat sesuai
dengan pertimbangan medis, maka dapat dilakukan tindakan darurat yaitu
diperkenankan untuk menyimpang dari hukum konvensional syari’at, dengan ukuran
sekedar mengatasi suasana yang darurat. Demikian pula, petugas kesehatan dapat
menunda untuk sementara waktu kepentingan Allah untuk menyelamatkan situasi
darurat yang sedang dihadapi oleh hambaNyamisalnya menunda sementara
melaksanakan solat karena membantu pasien yang sedang kritis.
2. Tingkatan hajiyat yaitu kondisi manusia yang sangat membutuhkan untuk menopang
terwujudnya hifz al nafs sebagaimana telah diterapkan di atas. Sebagian ulama
mempersamakan antara dilaruriyat dengan hajyat namun dengan derajat yang bisa
berbeda. Oleh karena itu apabila dalam dlaruriyat seseorang petugas keperawatan
dapat menunda pelaksanaan ibadah atau melakukan tindakan pemotongan begian
tubuh manusia, maka dalam hajiyat tidak sampai kepada derajat itu.
3. Tahsiniyat yang bersifat aksesoris kehidupan. Dalam hal ini hukumnya tidak wajib dan
tidak haram yaitu berbeda pada posisi mubah. Bahkan terkadang, derajat kepentingan
tahsiniyat dapat berubah menjadi haram apabila motivasi yang melandasinya justru
bersifat mubazir atau bertentangan dengan tujuan syariat.

Oleh karena itu, seseorang petugas keperawatan dituntut kearifan guna


menentukan pilihan di antara tiga alternatif kondisi yang dihadapi oleh seseorang yang
sakit. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam penetapan alternatif justru akan
berakibat fatal yaitu pelanggaran terhadap syariat.

2.5 Peran Keperawatan menurut nilai-nilai Islami


Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan diperoleh melalui
pendidikan keperawatan. Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan keperawatan professional serta memiliki sikap profesional
sesuai kode etik profesi. Nilai – Nilai Islami dalam Peran dan Fungsi Perawat
Profesional :

1. Peran Pelaksana
Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai
individu keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak
sebagai comforter, protector, dan advokat, communicator, serta rehabilitator.
Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman
pada klien. Islam mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong terhadap
sesamanya, pertolongan itu diberikan secara tulus ikhlas dan holistic, sehingga kita
dapat merasakan apa yang klien kita rasakan. Ibarat orang mukmin saling mencintai
kasih mengasihi dan saling menyayangi adalah lukisan satu tubuh “jika salah satu
angggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan merasa sakit”. ( HR.Muttafaq
Alaih)
Peran sebagai protector lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi
dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban perawat memenuhi hak klien
untuk menerima informasi dan penjelasan tentang tujuan dan manfaat serta efek
samping suatu terapi pengobatan atau tindakan keperawatan. Dalam islam kita tidak
boleh membuka aib saudara kita sendiri karena jika kita membukanya sama saja kita
memakan bangkai saudara kita yang mati sebagaimana dalam surah al-hujurat ayat 12:

Artinya: ”hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari


prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah
mencari-cari kesalah orang lain dan jangan lah sebahagian kamu menggunjing
sebagian yang lain. Sukakah salah seseorang diantara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima lagi Maha
Penyayang.”

Peran sebagai communicator akan nampak bila perawat bertindak sebagai


mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini berkaitan erat
dengan keberadaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan
selama 24 jam. Perawat dalam islam harus memberikan dukungan. Rehabilitator
berhubungan erat dengan tujuan pemberian askep yakni mengembalikan fungsi organ
atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.

2. Peran Sebagai Pendidik (Health Educator)


Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang berada dibawah
tanggung jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan kesehatan kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat). Sebagaimana dalam Q.S Ali-Imran
ayat 148
Artinya: “ Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan
pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang yang berbuat
kebaikan. Dan Q.S Al-Mujadilah ayat 11 :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:


“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

3.    Peran Sebagai Peneliti


Sebagai peneliti dibidang keperawatan, perawat diharapkan mampu
mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta
memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan
pendidikan keperawatan. Penelitian bertujuan untuk menghasilkan :
a. Jawaban terhadap pertanyaan.
b. Solusi penyelesaian masalah baik melalui produk teknologi atau metode baru maupun
berupa produk jasa.
c. Penemuan dan penafsiran fakta baru.
d. Pengujian teori berdasarkan kondisi atau fakta baru.
e. Perumusan teori baru. Quran Surah Al-Qashash ayat 77, yang berbunyi:

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari duniawi dan berbuat
baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat
kerusakan dibumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”

2.6 Peran Perawat dalam Membimbing Pasien dalam Beribadah


1. Pada awal pertemuan, perawat membacakan doa menjenguk orang sakit.
“Hilangkanlah penyakit wahai Rabb manusia dan berilah kesembuhan, sesungguhnya
Engkau adalah Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali dengan
kesembuhan dari-Mu, (berilah) kesembuhan total yang tidak menyisakan penyakit.”

2.  Membimbing pasien untuk bersuci


Sebagai perawat kita harus membimbing pasien saat sedang bersuci . Bagi
orang sakit bersuci bisa dilakukan dengan cara berwudhu jika dia mampu namun jika
dia tidak mampu untuk menggerakan badannya untuk berwudhu maka di bolehkan
untuk bertayamum , dan disini perawat membimbing pasien dalam melaksanakan
tayamumnya.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur”.  (Al-Maidah : 6)

3. Membimbing pasien ketika tiba waktu sholat


Karena sholat itu merupakan tiang agam jadi dalam keadaan apapun kita
diwajibkan untuk sholat , maka dari itu sebagai perawat kita wajib mengingatkan
pasien kita agar terus menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim .
“Jagalah (peliharah) segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah
untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Al-Baqarah [2]: 238).
Apabila pasien tidak mampu melaksanakan solat dengan berdiri, maka bisa
dengan posisi duduk, jika tidak bisa dalam posisi duduk pasien bisa melakukan dalam
posisi berbaring dengan menghadap ke arah kiblat. Dan untuk pasien yang kondisinya
sangat lemah bisa melakukan solatnya dalam hati.

4. Membimbing pasien membaca Al-Quran


Bimbing pasien dengan membaca Al-Quran terutama ayat-ayat dengan orang
sakit, rahmat allah, dan karunia allah, dengan begitu pasien akan termotivasi untuk
sembuh. Dan memberikan pengertian bagi pasien supaya membaca Al-Quran daripada
mengeluh atas penyakit yang dideritanya.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.“ (Al-Ankabut : 45)

5. Mengingatkan untuk selalu berdoa kepada Allah


Karena dengan kita berdoa kita bisa lebih dekat dengan ALLAH SWT .
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. (Ghafir : 60)

6. Membimbing agar selalu berdzikir kepada Allah


Dengan berdzikir hati pasien yang tidak tenang akan menjadi lebih tanang dan
akan menjadi lebih dekat kepada Allah.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.“
Begitulah Allah SWT menguji manusia ( dengan sakit ) , untuk melihat siapa
di antara hamba-Nya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan
kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan melalui
lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam kehidupan
oleh seluruh anggota badan. AllahSWT menegaskan bahwa Dia akan menguji setiap
orang yang mengaku beriman.
 “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah
menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang
dusta”. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan dalam islam tidak hanya menjalankan pekerjaannya sebagai
profesi tetapi sebagai bentuk syiar islam yang mengintegrasikan nilai-nilai keislaman
serta mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan dalam pandang islam merawat
pasien merupakan tugas mulia baik secara tersurat maupun tersirat.
B. Saran
Allah menciptakan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, tetapi
apabila manusia sudah menjadi pemimpin mereka lupa dengan masyarakat yang dia
pimpin. Sebagai calon pemimpin dalam bidang keperawatan atau kesehatan jangan
membeda-bedakan masyarakat antara si kaya dan si miskin apabila dalam merawat
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/khomsyasholikha/keperawatan-dalam-dimensi-islam
http://id.scribd.com/document/359371655/Keperawatan-dala-islam-docx

Anda mungkin juga menyukai