Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

JAWABAN ,EKSPESI,REPLIK ,DUPLIK

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara PTUN


Dosen Pengampu :Bapak Mahmud,M.H

Disusun oleh : kelompok 8

1. Shinta Nur Hayati

2. Siti Anisah

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NURUL IMAN
PARUNG-BOGOR
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah Sehingga kita Dapat Menyelesaikan
Tugas Kelompok Makalah Yang Berjudul:JAWABAN ,EKSPESI,REPLIK ,DUPLIK

Semoga dengan kami buat makalah ini bisa menambah wawasan bagi pembaca dan bermanfaat
untuk kita semua .

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mahmud,M.H selaku dosen pengampu
matakuliah Hukum AcaraPTUN yang telah memberikan tugas kelompok yang dipercayakan
kepada kelompok kami .

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh
sebab itu,saran dankritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makala ini iKurang
Lebih nya Mohon Maaf.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................... ...................... ......................... ................ 2


DAFTAR ISI .......................... ...................... ......................... ................ 3
BAB 1 :
PENDAHULUAN ............................ ..................... .................. ...................... 4
A. Latar belakang masalah ................................. ............................... ................................ 4
B. Rumusan masalah ............................ ................ .................. ........................... 4
C. Tujuan penelitian ..................................................................................................5
BAB 2:

PEMBAHASAN .......................... ...................... ......................... ................ 6

A.pengertian ekspesi ........................... ...................... ......................... .................... 6

B.Pengertian replik .......................... ...................... ......................... ................... 13

C.pengertian Duplik .......................... ...................... ......................... ................... 16

BAB 3:

PENUTUP

Kesimpulan ......................... ....................... ........... .............................. 19

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Eksepsi adalah salah satu istilah yang digunakan dalam proses hukum dan peradilan yang
berarti penolakan/keberatan yang disampaikan oleh seorang terdakwa, disertai dengan alasan-
alasannya bahwa dakwaan yang diberikan kepadanya dibuat tidak dengan cara yang benar dan
tidak menyangkut hal tentang benar atau tidak benarnya sebuah tindak pidana yang didakwakan
Dalam hukum perdata, eksepsi berarti sebuah tangkisan atau bantahan, dan juga pembelaan yang
diajukan tergugat terhadap materi gugatan penggugat Ada dua jenis eksepsi yang dikenal yaitu
Exeptio non adimpleti contractus yang artinya tangkisan seorang tertuntut (yang digugat karena
tak menerpati perjanjian) yang menyatakan bahwa si penuntut juga tidak memenuhi janjinya,
khusus mengenai pajak jual-beli.

Replik yaitu jawaban penggugat dalam hal baik terulis maupun juga lisan terhadap jawaban
tergugat atas gugatannya. Replik diajukan oleh penggugat untuk meneguhkangugatannya
tersebut, dengan cara mematahkan berbagai alasan dalam penolakan yangdikemukakan tergugat
di dalam jawabannya. Replik adalah lanjutan dari suatu pemeriksaandalam perkara perdata di
dalam pengadilan negeri setelah tergugat mengajukan jawabannya.

Duplik yaitu jawaban tergugat terhadap suatu replik yang diajukan oleh penggugat.!ama juga
halnya dengan replik, duplik ini juga bisa diajukan baik dalam bentuk tertulismaupun dalam
bentuk lisan.

B.Rumusan masalah
Sejalan dengan latar belakang diatas,agar bahasan makalah ini tidak melebar kemana-
mana,penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan,antara lain sebagai berikut
1. Apa pengertian ekspesi
2. Apa pengertian Replik
3. Apa pengertian Duplik
C.Tujuan penelitian

Sejalan dengan latar belakang diatas,agar bahasan makalah ini tidak melebar kemana-
mana,penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan,antara lain sebagai berikut
1. Pengertia ekspesi
2. Pengertian Replik
3. Pengertian Duplik

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian eksepsi

Eksepsi adalah salah satu istilah yang digunakan dalam proses hukum dan peradilan yang
berarti penolakan/keberatan yang disampaikan oleh seorang terdakwa, disertai dengan alasan-
alasannya bahwa dakwaan yang diberikan kepadanya dibuat tidak dengan cara yang benar dan
tidak menyangkut hal tentang benar atau tidak benarnya sebuah tindak pidana yang didakwakan
Dalam hukum perdata, eksepsi berarti sebuah tangkisan atau bantahan, dan juga pembelaan yang
diajukan tergugat terhadap materi gugatan penggugat Ada dua jenis eksepsi yang dikenal yaitu
Exeptio non adimpleti contractus yang artinya tangkisan seorang tertuntut (yang digugat karena
tak menerpati perjanjian) yang menyatakan bahwa si penuntut juga tidak memenuhi janjinya,
khusus mengenai pajak jual-beli. Eksepsi jenis kedua adalah Exceptio plurium concumbentium
yang berarti dalam tuntutan kebapaan: tangkis seorang tertuntut (lelaki) bahwa pihak penuntut
(ibu dan anak bersangkutan) di waktu sebelum hamil telah melakukan hubungan kelamin dengan
beberapa pria lain. Jika hal ini dapat dibuktikan, tuntutan si ibu tidak dapat diterima oleh hakim.

B. jenis-jenis eksepsi

1. Definisi Eksepsi

Exceptie (Belanda), Exception (Inggris) secara umum berarti pengecualian. Akan


tetapi dalam konteks hukum perdata, bermakna tangkisan atau bantahan (objection), bisa
juga pembelaan (plea) yang diajukan Tergugat terhadap materi pokok gugatan Penggugat.
Menurut Yahya Harahap,dalam bukunya Hukum Acara Perdata: Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian, Dan Putusan Pengadilan “Eksepsi adalah tangkisan atau bantahan
yang ditujukankepada hal- hal menyangkut syarat-syarat atu formalitas gugatan, yaitu
jika gugatan yang diajukan mengandung cacat atau pelanggaran formil dan tidak
berkaitan dengan pokok perkara ( verweer ten principale)yang mengakibatkan gugatan
tidak sah sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima. (inadmissible).Dengan
demikian, Eksepsi jawaban Tergugat bentuk bantahan atau sangkalan terhadap gugatan
Penggugat, namun tidak secara langsung mengenai pokok perkara dengan maksud agar
gugatan Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima. Dengan demikian dalam eksepsi
terkandung menimal terdapat tiga unsur di dalamnya yaitu :
a. Jawaban Tergugat yang berisi bantahan atau sangkalan;
b. Bantahan atau sangkalan tersebut tidak secara langsung mengenai pokok perkara,
dan
c. Bertujuan agar gugatan dinyatakan tidak dapat diterima.;

5
2. Jenis-jenis Eksepsi

Dalam praktik hukum acara perdata yang berlaku saat ini,tangkisan atau eksepsi
Tergugat dapat dibagi kepada dua kelompok besar,yaitu eksepsi prosesuil dan eksepsi
materil. Kedua bagian utama tersebut mengandung karakteristik tersendiri. Bila eksepsi
prosesuil menekan aspek keabsahan formil suatu gugatan , maka eksepsi materil lebih
menekankan pada substansi gugatan tidak atau belum dapat diperkarakan karena berbagai
alasan atau keadaan melekat didalamnya.:

a. Eksepsi Formal Atau Eksepsi Prosesuil

Eksepsi ini di dasarkan pada keabsahan formal suatu gugatan, Tergugat meminta
kepada pengadilan agar menyatakan agar gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
Eksepsi Prosesuil secara garis besarnya terbagi dua kelompok yaitu eksepsi
kewenangan mengadili dan eksepsi diluar kewenangan mengadili

1) Eksepsi kewenangan mengadili

a) Eksepsi tidak berwenang secara Absolut (Declinatory exceptions)

Yaitu bahwa perkara yang diajukan Penggugat tidak termasuk wewenang


Pengadilan Agama, melainkan wewenang lingkungan Pengadilan lain. Dengan
perkara yang diajukan diluar ketentuan yang terdapat dalam Pasal 49 Undang-
undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2089 Tentang Peradilan Agama.Eksepsi Absolut ini pada dasarnya meminta
Pengadilan untuk menyatakan diri tidak berwenang dan memutus pokok perkara.
Tiap lingkungan peradilan memiliki kewenangan atributif yang telah ditetapkan
undang-undang, kewenangan tersebut merupakan kewenangan yang bersifat
mutlak dan tidak dapat atau tidak boleh diperiksa pokok perkaranya oleh
Pengadilan oleh lingkungan peradilan lainnya.

b) Eksepsi tidak berwenang secara relatif (Eksepsi Relatif)

Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa Pengadlan pemeriksaan perkara tidak


berwenang secara relatif untuk memeriksa dan memutus pokok perkara karena
wewenang relatif dari Pengadilan lain. Dalam eksepsi ini yang menjadi inti
keberatan Tergugat hanya mencakup masalah yurisdiksi Pengadilan , bukan
menyangkut kewenangan atributif (absolut) Pengadilan. Cantoh Penggugat
mengajukan gugatan waris di Pengadilan Agama Pekanbaru, sedangkan Tergugat
dan objek yang disengketakan berada di Pengadilan Agama Bangkinang, maka
Pengadilan Agama Pekanbaru tidak berwenang mengadili perkara tersebut.

2) Eksepsi di luar kewenangan mengadili;

6
a) Eksepsi surat gugatan Penggugat tidak sah.

Eksepsi ini mempermasalahkan tidak terpenuhinya syarat formalistas gugatan


Penggugat secara umum. Permasalahan yang sering muncul dalam eksepsi ini
adalah menganai keabsahan pihak yang bertandatangan dalam surat gugatan.
Surat gugatan yang didalamnya mencantumkan pemberian kuasa khusus kepada
pihak tertentu ( misalnya advokat) sering dipermasalahkan oleh Tergugat.
Misalnya tanggal surat gugatan lebih dahulu dibanding dengan tanggal surat kuasa
sementara yang bertanda tangan di dalam surat gugatan adalah kuasanya, maka
surat gugatan Penggugat tidak sah karena ditandatangani oleh kuasa yang secara
hukum belum mendapat kuasa melalui surat kuasa khusus.

b) Eksepsi surat kuasa tidak sah.

- Pemberi atau penerima kuasa tidak berwenang.Dalam eksepsi ini, materi eksepsi
Tergugat mempermasalahkan status atau kedudukan pemberi atau penerima
kuasa, pada umumnya menyangkut legal standing yang bersangkutan apakah
memiliki kewenangan untuk memberikan kuasa khusus kepada penerima atau
yang menjadi wakilnya dalam pemeriksaan perkara di Pengadilan contoh status
penerima kuasa apakah Advokat yang terdaftar telah mengucapkan sumpah
advokat sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1 ) Undang-undag Nomor 18
Tahun 2003.

.;- Surat kuasa tidak menunjuk Pengadilan tertentu;Ada surat kuasa khusus yang
tidak mencantukan atau menunjuk Pengadilan terrtentu, hal ini bertentangan
dengan maksud dari surat khusus itu sendiri. Surat Edaran Mahkamah Agung
Nomor 6 Tahun 1994 tentang surat kuasa khusus, menegaskan “ Surat Kuasa
hurus bersifat khusus dan menurut Undang-undang harus dicantumkan dengan jels
bahwa surat kuasa itu harus dipergunakan untuk keperluan tertentu. Dengan
mengacu pada makna ‘ khusus’ dan keperluan tertentu” tersebut maka
pencantuman Pengadilan tertentu adalah wajib sesuai dengan maksud surat kuasa
tersebut.. Bila tidak dicantumkan, maka menimbulkan menafsiran berbeda.
Bahkan surat kuasa tersebut dapat dipandang tidak memenuhi maksud surat kuasa
khusus, lebih berciri surat kuasa umum.

- Surat kuasa subtitusi tidak sah.

Praktek kuasa subtitusi pada dasarnya dibenarkan dalam praktek beracara. Eksepsi
yang berkaitan dengan kuasa subtitusi biasa diajukan oleh Tergugat bahwa dalam
surat khusus yang pertama tidak ada klausula opsi hak subtitusi kepada penerima
kuasa.

7
-Surat kuasa bersifat umum.

Eksepsi ini mempermasalahkan formalitas dan esensi dari surat kuasa Penggugat
yang dianggap tidak memenuhi kriteria surat kuasa khusus, misalnya menunjuk
kepentingan apa yag diwakili, dalam perkara apa dan di Pengadilan mana yang
ditunjuk.

c) Eksepsi eror in persona.

Eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak melibatkan pihak-


pihak yang seharusnya dilibatkan dalam gugatan atau pihak yang ditarik dalam
gugatan tidak memiliki kepentingan langsung dengan pokok gugatan; Dalam
praktek ada beberapa jenis eksepsi error in persona yaitu :

- Eksepsi gemis aanhocdnigheid

Adalah Eksepsi menyatakan bahwa Penggugat bukanlah orang yang berhak


mengajukan gugatan. Dasarnya adalah Penggugat tidak memiliki hak atau
kepentingan lansung dengan pokok perkara; Misalnya Penggugat ternyata belum
dewasa, kurang ingatan, atau dibawah pengampuan.

- Eksepsi plurium litis consortium.

Adalah Eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat cacat formil karena
pihak yang ditarik sebagai Tergugat tidak lengkap atau pihak Penggugat tidak
lengkap. Tidak lengkap para pihak menyebabkan pihak-pihak yang tidak ditarik
atau duduk didalam gugatan dapat dirugikan, dan dapat menimbulkan terjadinya
penyeludupan hukum karena dimungkinkan fakta-fakta penting yang menetukan
tidak terungkap atau sengaja disembunyikan oleh pihak pihak tertentu yang duduk
sebagai Penggugat.

- Eksepsi ex juri terti.

Adalah eksepsi menyatakan gugatan Penggugat kabur dikarenakan ada pihak


ketiga yang tidak ditarik sebagai Tergugat, pihak yang ditarik dapat didudukan
sebagai Tergugat atau setidak-tidaknya sebagai turut Tergugat.

d) Eksepsi nebis in idem.

Adalah Eksepsi yang menyatakan bahwa perkara yang sama telah pernah diputus
oleh Pengadilan sebelumnya. Putusan yang di dalamnya melekat nebis in idem
adalah putusan yang bersifat positif, yaitu putusan yang telah memeriksa dan
memutus pokok perkara, baik dikabulkan maupun ditolak. Putusan yang

8
didalamnya melekat unsur nebis in idem, selain bersifat positif juga harus telah
berkekuatan hukum tetap.Dalam Pasal 1917 KUHPerdata disebutkan : “Kekuatan
suatu putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti hanya
mengenai pokok perkara yang bersangkutan. Untuk dapat menggunakan kekuatan
itu, soal yang dituntut harus sama;tutatan harus didasarkan pada alasan yang
sama; harus diajukan oleh pihak yang sama dan terhadap pihak sama dalam
hubungan yang sama pula’Dari ketentuan tersebut, maka syarat putusan melekat
nebis in idem adalah :

- Pokok perkara baru yang dituntut sama dengan pokok perkara lama yang sudah
diputus;

- Alasan atau dasar yang didalam gugatan sama dengan perkara yang lama;

- Diajukan oleh pihak-pihak yang sama terhadap pihak yang sama pula;

- Hubungan hukum di antara para pihak sama dengan hukum para pihak pada
perkara lama.

e) Eksepsi obscuur libel

Adalah eksepsi gugatan yang diajukan tidak jelas permasalahannya (kabur).


Dalam 125 ayat 1 HIR dan pasal 149 ayat 1 RBg dikemukakan bahwa gugatan
yang kabur adalah gugatan yang melawan hak dan tidak beralasan;

- Dasar hukum gugatan tidak jelas;

- Dasar peristiwa atau fakta gugatan tidak jelas;

- Objek sengketa tidak jelas;

-Kerugian tidak dirinci;

- Petitum gugatan tidak jelas;

- Posita dan petitum saling bertentangan.

B. EKSEPSI MATERIL

Yaitu eksepsi yang diajukan dengan tujuan agar hakim memeriksa perkara yang sedang
berlangsung tidak melanjutkan pemeriksaan karena dalil gugatannya bertentangan dengan
hukum perdata (hukum materil). Yang tergolong eksepsi materil adalah :

- Premtoir exceptie

- Dilatoir exceptie

9
- Premtoir exceptie,

Yaitu tangkisan yang menghalangi dikabulkannya gugatan Penggugat. Sebagai contoh


Penggugat mendalilkan gugatannya dengan alasan melanggar sighat taklik talak angka 2 yaitu
tidak memberi nafkah isteri tiga bulan lamanya. Tergugat mengakui bahwa Tergugat tidak
memberi nafkah kepada Penggugat sudah tiga bulan lamanya, tetapi Tergugat mendailkan bahwa
dia tidak memberi nafkah kepada Penggugat karena Penggugat nusuz.

- Dilatoir exceptie

yaitu eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat belum dapat dikabulkaN, karena
persyaratan yang diajukan Penggugat belum terpenuhi. Contoh Penggugat mengajukan gugatan
cerai dengan alasan melanggar taklik talak, tidak memberi nafkah selama tiga bulan, pada hal
saat diajukan gugatan Penggugat tidak diberi nafkah baru dua bulan.Cara mengajukan Eksepsi
Tata cara pengajuan eksepsi terbagi atas dua jenis yaitu mengajukan Eksepsi Kewenangan
Mengadili dan Diluar Kewenangan Mengadili;

a. Eksepsi Kewenangan Mengadili:

- Eksepsi kompentensi Absolut

Eksepsi kewenangan absolut dapat diajukan kapanpun selama proses pemeriksaan dimulai
sampai dengan sebelum putusan dijatuhkan pada tingkat pertama , sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 134 HIR yang berbunyi:

“Jika perselisihan itu adalah suatu perkara yang tidak masuk kuasa pengadilan negeri, maka pada
sebarang waktu dalam pemeriksaan perkara itu, boleh diminta supaya hakim mengaku dirinya
tidak berkuasa dan hakim itupun wajib pula mengaku karena jabatannya bahwa ia tidak
berkuasa”.Eksepsi Absolut ini bertujuan agar hakim menyatakan dirinya tidak berwenang
memeriksa dan memutus perkara yang diajukan kepadanya, karena perkara tersebut menjadi
kewenangan badan peradilan yang lain. Tangkisan terhadap kopetensi absolute ini dapat diajukan
setiap saat sepanjang pemeriksaan perkara (pasal 134 HIR dan Pasal 160 RBg) bahkan Hakim
wajib secara officio segara memutuskan berkuasa atau tidaknya ia memeriksa perkara yang
bersangkutan tanpa menunggu diajukannya tangkisan oleh Tergugat- Eksepsi kompentensi
RelatifEksepsi kewenangan relatif hanya dapat diajukan di sidang pertama dan bersamaan
dengan saat mengajukan jawaban pertama terhadap materi pokok perkara , sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 133 HIR yang berbunyi:“Jika orang yang digugat dipanggil menghadap
pengadilan negeri, sedang menurut peraturan pada Pasal 118 ia tidak usah menghadap
pengadilan negeri itu, maka bolehlah ia meminta hakim supaya menerangkan bahwa hakim tidak
berkuasa, asal saja permintaan itu dimasukan dengan segera pada permulaan persidangan
pertama; permintaan itu tidak akan diperhatikan lagi jika orang yang digugat telah melahirkan
suatu perlawanan lain”.

10
b. Eksepsi di luar kewenangan mengadili;

Pada perinsipnya pengajukan Eksepsi di luar kewenangan mengadili sama dengan eksepsi
kompentensi relatif. Ketentuan mengenai kapan waktu pengajuan Eksepsi di luar kewenangan
mengadili diatur dalam Pasal 114 Rv yang menyatakan : ‘Pengacara Tergugat berkewajiban
mengajukan semua tangkisan dan jawaban mengenai pokok perkaranya bersama-sama dengan
ancaman tangkisan yang tidak diajukan gugur dan jika tidak dijawab pokok perseolannya ia
kehilangan hak untuk mengajukannya’ Meskipun dalam pasal tersebut tidak secara tegas
menyebut jawaban pertama, namun penafsiran yang paling tepat terhadap jawaban tersebut
dalam praktek adalah “ Jawaban pertama.

C. Cara pemeriksaan Eksepsi.

1. Cara pemeriksaan Eksepsi kewenangan mengadili

Pemeriksaan Eksepsi kewenangan mengadili mengacu pada ketentuan Pasal 136 HIR/162 R.Bg.
Dalam pasal tersebut dinyatakan : “perlawanan (exceptie) yang sekiranya hendak diajukan oleh
Tergugat, kecuali mengenai Pengadilan tidak berwenang , tidak boleh diajukan dan
dipertimbangkan secara terpisah , tapi harus dibicarakan dan diputus bersama-sama dengan
pokok perkara”.Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Eksepsi kewenangan mengadili( Relatif
dan Absolot) yang diajukan Tergugat harus diperiksa dan diputus terlebih dahulu oleh hakim
sebelum memeriksa pokok perkara. Pemeriksaan terhadap eksepsi tersebut dilakukan dalam
sidang insidentil dengan mendengar keterangan dari Penggugat dan Tergugat serta meneliti
bukti-bukti secukupnya, apabila Eksepsi kewenangan mengadili( Relatif dan Absolot)
dikabulkan, maka putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim merupakan putusan akhir, tetapi
apabila eksepsi Tergugat ditolak maka putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim adalah
putusan sela.

2. Cara pemeriksaan Eksepsi di luar kewenangan mengadili.

a. Pengaturan umum

Secara umum pengaturan mengenai cara pemeriksaan Eksepsi di luar kewenangan mengadili
merujuk pada ketentuan dalam Pasal 136 HIR/162 Rbg. Dari ketentuan tersebut ,maka Eksepsi di
luar kewenangan mengadili harus diperiksa dan diputus bersama sama pokok perkara. Bahwa
materi dari eksepsi di luar kewenangan mengadili secara umu bersentuhan dengan pokok
perkara, bahkan eksepsi materil substansinya berkaitan berkaitan langsung dengan pokok
perkara.

b. Eksepsi surat kuasa, diperiksa bersama pokok perkara atau diperiksa terlebih dahulu ;

Eksepsi sah dan tidaknya surat kuasa atau eksepsi dapat diperiksa dan diputus lebih dahulu
sebelum memeriksa pokok perkarasebagaimana dalam eksepsi kewenangan mengadili. Eksepsi
sah tidaknya surat kuasa bahwa menerima kuasa tidak memiliki legal standing menjadi kuasa,

11
maka dapat diperiksa dan diputus terlebih dahulu. Hal ini didasarkan ada sifat dari surat kuasa
atau pemberian kuasa itu sendiri. Bahwa surat kuasa menjadi dasar bagi penerima kuasa
mewakili pemberi kuasa berperkara di Pengadilan. Tidak sahnya surat kuasa atau tidak adanya
legal standing yang sah menurut hukum pada diri penerima kuasa menyebabknan segala tindakan
hukum yang dilakukan tidak memiliki kekuatan mengikat dan cacat hukum.1

B.pengertian replik

Replik yaitu adalah jawaban penggugat dalam hal baik terulis maupun juga lisan terhadap
jawaban tergugat atas gugatannya. Replik diajukan oleh penggugat untuk
meneguhkangugatannya tersebut, dengan cara mematahkan berbagai alasan dalam penolakan
yangdikemukakan tergugat di dalam jawabannya. Replik adalah lanjutan dari suatu
pemeriksaandalam perkara perdata di dalam pengadilan negeri setelah tergugat mengajukan
jawabannya.Replik ini berasal dari 2 kata yakni re (kembali) dan pliek (menjawab), jadi dapat
kitasimpulkan bahwa replik berarti kembali menjawab.

Menurut JTC Simoramgkir,cs 1980 :148

Replik ialah jawaban balasan atas jawaban tergugatdi dalam perkara perdata.Replik harus
disesuaikan dengan kualitas dan kuantitas dalam jawaban tergugat. Oleh sebabitu, replik ialah
respons Penggugat atas suatu jawaban yang diajukan tergugat. Bahkan jugatidak tertutup
kemungkinan membuka peluang kepada penggugat agar mengajukan rereplik.Replik Penggugat
ini bisa berisi pembenaran terhadap suatu jawaban tergugat atau juga boleh jadi penggugat
menambahkan keterangan dengan maksud untuk memperjelas dalil yangdiajukan penggugat di
dalam gugatannya tersebut.

B.Unsur-unsur yang Wajib Ada dalam Contoh Replik Perceraian

Bagaimana cara membuat replik dengan benar, sehingga replik Anda dapat dibaca dan dipahami
dengan baik oleh majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara.

Majelis Hakim dapat dengan mudah mengerti isi dari replik yang akan Anda ajukan di muka
sidang pengadilan, apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut.

1. Tanggal Pengajuan

Tanggal pada surat permohonan harus ditulis sesuai hari dimana Anda menyerahkan
permohonan kepada Majelis Hakim yang akan memeriksa dan mengadili perkara.Misalnya
sebagai contoh dari replik perceraian pada tanggal 15 Desember 2021, maka Anda harus
menuliskan tanggal tersebut saat penyerahan surat permohonan.

2. Pihak yang Dituju

1
https://indonesiare.co.id/id/article/eksepsi-dalam-hukum-perdata

12
Berikutnya yang tidak kalah penting adalah mencantumkan kepada siapa surat permohonan
tersebut akan diberikan. Biasanya permohonan tersebut ditujukan kepada Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara. Jangan sampai pada poin ini terlewatkan, mengingat ada
kaitannya dengan perkara yang sedang dihadapi di muka pengadilan.

3. Judul Replik

Hal wajib selanjutnya adalah penulisan judul surat permohonan. Jangan sampai lupa terkait judul
dari surat tersebut sebelum diajukan. Agar tidak salah, baca juga apa itu replik dan duplik.

Judul ini seringkali terabaikan oleh Advokat maupun Pengacara pada saat mengajukan
permohonan kepada Majelis Hakim. Dengan demikian sangat disayangkan jika hal tersebut
sampai terjadi.Keberadaan judul pada surat permohonan menjadi sangat penting karena dapat
memudahkan Majelis Hakim dalam memeriksaan perkara. Sehingga Majelis Hakim bisa
memahami isi perkara.

4. Buat Pengantar Replik

Dalam contoh replik perceraian Anda harus mencantumkan pengantar, umumnya berkaitan
dengan siapa saja yang dikuasakan. Sebagai contoh adalah kepada seorang Advokat atau
beberapa Advokat.Kemudian pengantar tersebut juga berisi tentang awalan apa saja yang akan
Anda serahkan kepada Majelis Hakim. Misalnya pengantar tersebut berisi sanggahan
berdasarkan jawaban dari tergugat. Jadi pengantar ini merupakan hal yang harus Anda tulis
dalam surat. Untuk lebih jelasnya dapat Anda ketahui dalam contoh duplik perceraian. Baru
setelahnya dibuat isi dari surat tersebut sebelum diajukan kepada Majelis Hakim. Pengantar
tersebut merupakan bagian dari penyusunan replik dengan baik dan benar.

5. Isi Replik

Isi replik merupakan pokok dari segalanya. Secara umum berupa jawaban atau sanggahan
eksepsi, sanggahan pokok perkara, serta eksepsi terhadap rekonvensi yang diajukan oleh
tergugat.Anda harus komprehensif dalam memberikan alasan-alasan terkait dengan jawaban
yang sudah diajukan oleh tergugat. Sebaiknya, Anda harus menyampaikan alasan tersebut secara
benar adanya kepada kuasa hukum atau Pengacara.Sehingga, kuasa hukum akan mencantumkan
dalil-dalil yang kuat sebagai dasar atas isi surat permohonan Anda. Tata cara jawaban replik dan
Kekayaan isi surat juga menjadi penilaian khusus bagi Majelis Hakim.

6. Cantumkan Petitum

Apa itu petitum dalam contoh replik perceraian? Yakni hal-hal yang diminta atau diharapkan
oleh penggugat diputuskan oleh Majelis Hakim dalam proses persidangan.

13
Anda juga harus mencantumkan petitum, meskipun petitum tidak harus ditulis secara
keseluruhan akan tetapi biasanya dalam petitum berisi penolakan seluruh jawaban tergugat atau
menerima seluruh gugatan dari penggugat.

Hal tersebut sebagai bagian dari petitum primer. Sedangkan untuk petitum subsider, disertai
dengan permintaan dari seluruh pendapat Majelis Hakim. Apabila terdapat perbedaan pendapat
di antara Para Hakim, hal tersebut diharapkan dapat memutuskan perkara secara adil-adilnya.

7. Cantumkan Tanda Tangan

Terakhir sebagai salah satu unsur pendukung dalam replik adalah tanda tangan. Cantumkan
tanda tangan sebagai Pengacara atau tanda tangan Anda sendiri jika tidak menguasakan pada
penasihat hukum.Ketujuh unsur tersebut wajib ada dalam pembuatan surat permohonan pihak
penggugat. Sehingga baru bisa diajukan di muka sidang pengadilan terkait persoal hukum.

Dalam penyusunannya juga memerlukan pendampingan pihak terkait, agar surat permohonan
berisikan serangkaian dalil atau dasar hukum untuk menguatkan gugatan terhadap tergugat.Itulah
beberapa unsur dalam contoh replik perceraian. Adapun unsur lain terkait hal tersebut dapat
Anda konsultasikan kepada pakar hukum atau dapat membaca dari sumber lain.

Seluruh informasi hukum yang ada di artikel ini disiapkan semata-mata untuk tujuan pendidikan
dan bersifat umum. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda,
konsultasikan langsung dengan konsultan hukum berpengalaman dengan klik tombol konsultasi
di bawah.2

C.pengertian duplik

Duplik yaitu adalah jawaban tergugat terhadap suatu replik yang diajukan oleh penggugat.!ama
juga halnya dengan replik, duplik ini juga bisa diajukan baik dalam bentuk tertulismaupun dalam
bentuk lisan.uplik ini diajukan oleh tergugat untuk meneguhkan jawabannya yang pada
la*imnya berisisuatu penolakan terhadap suatu gugatan pihak penggugat.+pabila dalam acara
jawab'menjawab diantara pihak penggugat dan pihak tergugat sudahdinyatakan cukup, dimana
dalam duduk perkara perdata yang telah diperiksa sudah jelaskeseluruhannya, tahapan
pemeriksaan berikutnya ialah tahapan pembuktian .

B.Unsur yang Wajib Ada Dalam Contoh Duplik Perceraian

1. Tanggal Pengajuan

Dalam surat menyurat yang Anda ajukan di muka sidang pengadilan atau disampaikan kepada
Majelis Hakim. Maka hal paling penting adalah tanggal kapan surat tersebut diajukan atau
diserahkan di contoh duplik perceraian.Sama saja dengan contoh replik perceraian, tanggal
menjadi salah satu poin penting agar memudahkan saat pendataan perkara.
2
https://blog.justika.com/dokumen-hukum/contoh-replik-perceraian/

14
2. Pihak yang Dituju

Pada duplik juga harus jelas ditujukan kepada siapa, di pengadilan mana, dan nomor perkaranya
juga harus dicantumkan. Sehingga dengan begitu akan memudahkan Majelis Hakim untuk
mengetahui dan memeriksa berkas perkara yang akan disidangkan.

3. Judul

Ketika pada tahap sidang seperti ini, maka judulnya adalah duplik tergugat. Jangan sampai
terjadi kesalahan pada penulisan judul, karena akan sangat fatal apabila hal tersebut sampai
terjadi.

4. Pengantar Duplik

Dalam contoh duplik perceraian memiliki kesamaan dengan pengantar pada replik. Namun,
bukan berarti secara keseluruhan pengantarnya sama. Surat tersebut dibuat dan ditujukan kepada
Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara. Selain itu, sebutkan juga nama
kantor Advokat yang bertindak sebagai kuasa hukum. Di lain sisi Anda dapat juga menyebutkan
nama sendiri, apabila tidak menguasakan kepada pihak Advokat atau Pengacara.Dan yang tidak
kalah penting adalah tujuan pada pengantar tersebut harus jelas, termasuk tanggal dan alasan atau
uraian pada duplik juga wajib untuk ditulis.

5. Isi Duplik

Unsur yang sangat penting adalah terletak pada contoh duplik perceraian, yakni berupa
penolakan atas replik yang sudah diajukan oleh penggugat. Kalau dalam replik tergugat terdapat
poin eksepsi, maka Anda harus menyanggah balik terhadap jawaban penggugat dalam
repliknya.Sehingga, dalam sebuah jawaban tergugat harus berisi tentang poin eksepsi. Pokok
perkara gugatan rekonvensi juga harus mencantumkan apakah ada eksepsi dari rekonvensi atau
tidak.Anda perlu mengetahui jika pada duplik terdapat setidaknya ada 4 hal yang dapat
dicantumkan. Yakni berupa sanggahan terhadap eksepsi dan sanggahan terhadap pokok
perkara.Termasuk sanggahan terhadap eksepsi rekonvensi serta sanggahan terhadap pokok
perkara rekonvensi, dapat dituliskan didalamnya.Dengan demikian semua hal tersebut harus tulis
sebaik mungkin serta didukung dengan dalil-dalil kuat, agar Majelis Hakim mempertimbangkan
atas jawaban tergugat yang diajukan pada perkara tersebut.

6. Petitum

Jika petitum pada replik berisikan tentang penolakan jawaban atau justru menerima seluruh
gugatan dari penggugat. Hal tersebut berbeda dengan petitum pada contoh duplik
perceraian.Petitum dalam hal ini berisi ringkasan dari jawaban yang sudah Anda masukkan
dalam isi duplik. Petitum dalam hal ini berisi setidaknya 4 poin yang diminta oleh tergugat.

15
Keempat poin tersebut adalah meminta eksepsi harus dikabulkan, gugatan penggugat untuk
ditolak seluruhnya, menerima eksepsi rekonvensi yang diajukan, dan mengabulkan gugatan
rekonvensi yang sudah Anda ajukan kepada majelis hakim.Sehingga dengan demikian,
perbedaannya sangat jelas dapat Anda lihat. Karena memang isinya saja sudah berbeda. Sebagai
pertimbangan dalam membuat petitum, ketahui juga tata cara jawaban replik.

7. Cantumkan Tanda Tangan

Tanda tangan menjadi bukti sah bahwa suatu dokumen telah dibuat dan disusun sedemikian rupa
serta telah disetujui oleh pembuatnya. Sehingga Anda atau pihak kuasa hukum harus bertanda
tangan.Dengan demikian, Anda dapat mengetahui beberapa unsur yang wajib ada dalam duplik.
Sehingga keberadaannya menjadi sangat penting. Kekayaan isi jawaban tergugat juga merupakan
penilaian bagi Majelis Hakim. Apakah sanggahan maupun penolakan tergugat dapat dikabulkan
atau tidak. Diantaranya dengan menuliskan dalil-dalil atau dasar hukum. Sehingga dengan
membuat serta menyusun contoh duplik perceraian secara baik dan benar, menjadi kunci untuk
memenangkan perkara tersebut.Seluruh informasi hukum yang ada di artikel ini disiapkan
semata-mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum. Untuk mendapatkan nasihat hukum
spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan konsultan hukum berpengalaman
dengan klik tombol konsultasi di bawah.3

BAB 3

PENUTUP

A. kesimpulan
3
https://blog.justika.com/dokumen-hukum/contoh-duplik-perceraian/

16
1. Eksepsi adalah salah satu istilah yang digunakan dalam proses hukum dan peradilan yang
berarti penolakan/keberatan yang disampaikan oleh seorang terdakwa, disertai dengan
alasan-alasannya bahwa dakwaan yang diberikan kepadanya dibuat tidak dengan cara
yang benar dan tidak menyangkut hal tentang benar atau tidak benarnya sebuah tindak
pidana yang didakwakan Dalam hukum perdata, eksepsi berarti sebuah tangkisan atau
bantahan, dan juga pembelaan yang diajukan tergugat terhadap materi gugatan penggugat
Ada dua jenis eksepsi yang dikenal yaitu Exeptio non adimpleti contractus yang artinya
tangkisan seorang tertuntut (yang digugat karena tak menerpati perjanjian) yang
menyatakan bahwa si penuntut juga tidak memenuhi janjinya, khusus mengenai pajak
jual-beli.
2. Replik yaitu jawaban penggugat dalam hal baik terulis maupun juga lisan terhadap
jawaban tergugat atas gugatannya
3. Duplik yaitu jawaban tergugat terhadap suatu replik yang diajukan oleh penggugat

17

Anda mungkin juga menyukai