DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul "Nota
Pembelaan ( Pledoi )". Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan
kita yakni Nabi Muhammad saw, yang telah membawa ajaran yang benar semoga
kita diberi syafa'at beliau.
Kami sebagai penyusun makalah ini dengan berusaha semaksimal
mungkin agar penyajian makalah ini dapat bermanfaat mengenai pengetahuan
tentang Nota Pembelaan ( Pledoi ) baik bagi penyusun sendiri maupun bagi para
pembaca.
Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran yang bersifat perbaikan dari dosen pembimbing dan teman –
teman sekalian akan kami terima dengan senang hati. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik, baik akhirat maupun
dunia fana.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................... 25
B. Saran.................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum merupakan hasil dari interaksi sosial dengan kehidupan masyarakat.
Hukum adalah gejala masyarakat, karenanya perkembangan hukum (timbulnya,
berubahnya, lenyapnya) sesuai dengan perkembangan masyarakat. Perkembangan
hukum merupakan kaca dari pembangunan masyarakat1.
Untuk menentukan seseorang secara fakta bersalah, diperlukan pembuktian.
Pembuktian ini dilakukan oleh penegak hukum menurut aturan yang telah
ditentukan, sehingga tidak terjadi kesewenang - wenangan. Peraturan tentang
bagaimana menegakkan hukum pidana materiil inilah yang disebut sebagai
hukum pidana formil. Hukum pidana formil mengatur tentang siapa yang
berwenang melakukan pembuktian, bagaimana caranya membuktikan, apa yang
dapat dipakai sebagai alat bukti, bagaimana perlakuan terhadap orang yang
disangka atau didakwa melakukan tindak pidana, serta menentukan siapa yang
berwenang dan bagaimana melaksanakan putusan pengadilan2.
Dalam suatu pemeriksaan perkara tindak pidana di muka persidangan, setelah
Penuntut Umum membacakan tuntutan kepada Terdakwa, maka akan diberikan
hak Terdakwa dan/atau Penasihat Hukumnya untuk mengajukan nota pembelaan
(pledooi). Nota pembelaan (pledooi) ini sendiri bertujuan untuk memberikan
analisis terhadap proses pemeriksaan perkara terhadap Terdakwa dan/atau
Penasihat Hukumnya untuk kemudian sebagai bahan pertimbangan Majelis Hakim
dalam memutus perkara tersebut. Sebelum dibacakan nota pembelaan dari
Penasihat Hukum, Terdakwa diberi kesempatan untuk membacakan klemensi.
Pada prinsipnya, terdakwa adalah seseorang yang dituntut, diperiksa, dan diadili di
sidang pengadilan. Seorang Terdakwa telah melakukan pelanggaran terhadap hak
orang lain yang bertentangan dengan tata ketertiban umum. Oleh sebab itu,
1
Riduan Syahrini, Rangkuman Intisari Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999),
hlm. 51.
2
Surya Dharma Jaya, Ida Bagus, dkk, Buku Ajar & Klinik Manual Klinik Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Udayana, (Denpasar : Udayana University Press, 2015), hlm. 70.
1
Terdakwa diberi kesempatan untuk mengakui perbuatannya melalui klemensi
yang telah dibuat .
Dalam hukum acara pidana dikenal istilah pledoi. Pledoi merupakan salah satu
tahapan dalam persidangan perkara pidana. Pembacaan pledoi dapat dilakukan
oleh terdakwa ataupun penasihat hukumnya setelah tuntutan pidana dibacakan
oleh penuntut umum. Secara umum pembelaan ( pledoi ) oleh advokat adalah
melindungi hak – hak tersangka / terdakwa dari pelakuan sewenang – wenang
oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Nota pembelaan ( pledoi ) adalah idealisme keadilan bagi terdakwa atas
perkara yang dihadapinya. Jika terdakwa benar – benar melakukan tindak pidana,
ia dapat menyampaikan perasaan bersalahnya dan keinginan untuk mendapat
kesempatan bertaubat dan menebus kesalahannya. Namun, jika terdakwa tidak
melakukan tindak pidana yang didakwakan, dia memberikan pembelaan dengan
konsep idealism tentang keadilan menurut diri terdakwa sendiri. Dengan
demikian, nota pembelaan mampu membuat pemahaman ( lain ) bagi Majelis
Hakim dan Penuntut Umum atas perkara yang dihadapi terdakwa.
Nota pembelaan ( pledoi ) umumnya berisi pandangan keyakinan atas benar
tidaknya perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa. Selain itu, bisa juga
ditambahi dan digaris bawahi dengan iman kepercayaan yang dianut oleh
terdakwa. Ayat – ayat dari kitab suci dapat digunakan, terlebih lagi jika
mengetahui kepercayaan dari Majelis Hakim adalah sama dengan terdakwa.
Walaupun struktur Nota Pembelaan ( Pledoi ) bisa berbeda satu sama lain,
antara pembela hukum yang satu dengan yang lain, semuanya memiliki substansi
yang sama. Struktur nota pembelaan ( pledoi ) bergantung dari posisi kasus,
dibuat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, mempunyai alur cerita
( benang merah ) yang jelas, berdasar hukum yang kuat, serta disertain bukti –
bukti dan fakta – fakta yang terjadi pada saat persidangan3.
3
Frans Satriyo Wicaksono, Panduan Lengkap Membuat Nota Pembelaan (Pledoi), (Visi
Media, 2009), hlm. 2.
2
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini tentang Nota Pembelaan
( Pledoi ) meliputi :
1. Pengertian Nota Pembelaan ( Pledoi )
2. Tujuan Nota Pembelaan ( Pledoi )
3. Tata Cara Pengajuan Tuntutan Pidana dan Pembelaan ( Pledoi )
4. Pelaksana Pembelaan ( Pledoi ) Perkara Pidana
5. Tindakan yang Dapat Dilakukan Oleh Penasihat Hukum
6. Perbedaan dan Persamaan antara Klemensi dan Nota Pembelaan ( Pledoi )
7. Teknik Menyusun Nota Pembelaan ( Pledoi )
C. Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui dan mencoba memahami lebih rinci tentang Nota
Pembelaan ( Pledoi )
D. Metode Penelitian
1. JENIS DAN SIFAT PENELITIAN
1.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini termasuk dalam
kategori atau jenis penelitian hukum normatif. Dipilihnya jenis penelitian normatif
karena penelitian ini menguraikan permasalahan-permasalahan yang ada, untuk
selanjutnya dibahas dengan kajian yang berdasarkan teori-teori hukum kemudian
dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam praktek
hukum4. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan
cara meneliti bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
2.1. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya, maka penelitian ini termasuk penelitian dekskriptif.
Penelitian dekskriptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang
diperoleh saat penelitian dilakukan. Penelitian dekskriptif merupakan penelitian
yang memberikan uraian mengenai gejala social yang diteliti dengan
4
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penulisan Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1995), hlm. 13.
3
mendekskripsikan tentang nilai variable berdasarkan indicator yang diteliti tanpa
membuat hubungan dan perbandingan dengan sejumlah variable yang lain.
2. PROSEDUR PENELITIAN
Metode penelitian kepustakaan ini digunakan untuk menyusun konsep
mengenai Nota Pembelaan ( Pledoi ) dalam Hukum Acara Pidana. Adapun
langkah – langkah dalam penelitian kepustakaan menurut Kuhlthau (2002)
adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan topik
2. Eksplorasi informasi
3. Menentukan fokus penelitian
4. Pengumpulan sumber data
5. Persiapan penyajian data
6. Penyusunan laporan
3. SUMBER DATA
Sumber data yang menjadi bahan akan penelitian ini berupa buku, jurnal
dan artikel yang terkait dengan topik yang telah dipilih. Sumber data
penelitian ini terdiri dari 7 buku, 3 jurnal dan 3 artikel tentang Nota
Pembelaan ( Pledoi ) dalam Hukum Acara Pidana
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Jeremias Lemek, Penuntun Praktis Membuat Pledoi, Cet. 2, (Yokyakrta: New Merah
Putih, 2009), hlm 16.
6
Muhammad Helmi, Pembelaan (Pledoi) Advokat berdasar Paradigma Critical Theory
Guba And Lincoln, Jurnal Pandecta, Vol. 16 No. 01 (2021), hlm. 47.
7
Badriyah Harun, Tata Cara Menghadapi Gugatan, (Yokyakarta: Pustaka Yustita, 2009),
hlm 30.
5
Pledoi merupakan sebuah instrumen yang sangat penting dari pekerjaan
seorang (lawyer) dalam mendampingi seorang terdakwa dalam persidangan.
Menurut istilah pembelaan diri adalah suatu hak dan kewajiban manusia
untuk menjaga dirinya atau orang lain, atau hak manusia untuk mempertahankan
hartanya atau harta orang lain dari setiap pelanggaran dan penyerangan yang tidak
sah8.
Dalam mengajukan pembelaan ( pledoi ) biasanya terdakwa dan atau
penasehat hukumnya mengajukan tanggapan, antara lain :
Surat dakwaan jaksa penuntut umum kabur.
Jaksa penuntut umum keliru dalam menerapkan undang - undang atau
pasal - pasal yang didakwakan.
Jaksa penuntut umum keliru melakukan analisa terhadap unsur - unsur
delik yang didakwakan dan penerapan terhadap perbuatan terdakwa yang
dipandang terbukti.
Jaksa penuntut umum keliru dalam menilai alat - alat bukti atau
menggunakan alat bukti yang saling tidak mendukung.
Delik yang didakwakan adalah delik materil bukan formil.
Mengajukan alibi pada saat terjadinya perbuatan pidana.
Perbuatan terdakwa bukanlah perbuatan pidana tetapi perbuatan perdata.
Barang bukti yang diajukan bukanlah milik terdakwa dan lain sebagainya
sesuai dengan kasus yang dihadapi.
Berkaitan dengan alibi dalam yurisprudensi MARI No. 429K/Pid/1995 : Alibi
yang dikemukakan oleh terdakwa bahwa ia pada saat dilakukannya delik oleh para
saksi (menjadi terdakwa dalam perkara lain) berada di tempat lain, maka alibi ini
dapat diterima oleh hakim, karena alibi tersebut dibenarkan oleh para saksi yang
keterangannya bersesuaian satu dengan lainnya, dan diperkuat pula adanya surat
bukti (buku jurnal). Dengan adanya alibi tersebut, maka dalam putusannya, hakim
menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti melakukan delik sebagaimana
didakwakan jaksa penuntut umum dalam surat dakwaannya 9.
8
Muladi Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, hlm 1.
9
Andi Akbar, Penjelasan Pledoi, Replik, Duplik dalam KUHAP,
https://www.academia.edu/24599116/Penjelasan_Pledoi_Replik_Duplik_Dalam_KUHAP diakses
pada 27 November 2022 pukul 21.54
6
Dalam menyusun jawaban atas pembelaan (replik) dari terdakwa atau
penasehat hukumnya, jaksa penuntut umum harus mampu mengantisipasi arah
dan wujud serta materi pokok dari pembelaan terdakwa dan penasehat hukumnya
dalam replik tersebut.
Jaksa penuntut umum harus menginventarisir inti (materi pokok)
pembelaan yang diajukan terdakwa atau penasehat hukumnya dalam repliknya
sebagai bantahan/sanggahan atas pembelaan terdakwa atau penasehat hukumnya.
Pembelaan atau pledoi adalah pembelaan yang bersifat lisan atau tulisan
baik terdakwa maupun dari penasihat hukumnya berkenaan dengan tuntutan
penuntut umum, dalam pembelaan atau pledoi ini dapat dijawab oleh penuntut
umum yang atau penasihat hukumnya yang duplik10. Sebagai penutup dari replik
dan duplik dibuat suatu kesimpulan yang menyimpulkan semua tanggapan dan
tangkisan.
Pledoi dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (“KUHAP”) dikenal dengan istilah pembelaan. Dasar hukum
pledoi diatur dalam Pasal 182 ayat (1) KUHAP, yang mengatakan:
a. Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan
tuntutan pidana.
b. Selanjutnya terdakwa dan atau penasehat hukum mengajukan
pembelaannya yang dapat dijawab oleh penuntut umum, dengan
ketentuan bahwa terdakwa atau penasehat hukum selalu mendapat giliran
terakhir.
c. Tuntutan, pembelaan dan jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis
dan setelah dibacakan segera diserahkan kepada hakim ketua sidang dan
turunannya kepada pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP di atas, dapat dipahami
bahwa mengajukan pembelaan (pledoi) terhadap tuntutan Jaksa merupakan
hak terdakwa dan/atau penasehat hukum11.
10
Zulkarnain Lubis, Dasar-Dasar Hukum Acara Jinayah, hlm 149
11
Advent Kristanto Nababan, Hak Terdakwa atas Pembelaan ( Pledoi ) dalam Sidang
Pidana, https://www.hukumonline.com/klinik/a/hak-terdakwa-atas-pembelaan-pledoi-dalam-
sidang-pidana-lt6216925c94ec2 diakses pada 27 November 2022 pukul 20.52
7
Terdakwa atau penasehat hukum mengajukan pembelaannya yang dapat
dijawab oleh penuntut umum, dengan ketentuan bahwa terdakwa penasihat hukum
selalu mendapat giliran terakhir.
Pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP menentukan bahwa tuntutan,
pembelaan dan jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis dan
setelah dibacakan segera diserahkan kepada hakim ketua sidang dalam hal
terdakwa tidak dapat menulis, panitera mencatat pembelaannya12.
Pengertian Terdakwa adalah seseorang yang diduga telah melakukan
suatu tindak pidana dan ada cukup alasan untuk dilakukan pemeriksaan di muka
sidang pengadilan. Adapun menurut Kitab Undang - Undang Hukum Acara
Pidana pasal 1 terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan
diadili di persidangan.
Seseorang dianggap sebagai terdakwa apabila berkas perkara penyidik dan
berkas perkara penyelidikannya sudah diselesaikan oleh penyidik dan berkas
penyelidikannya dinyatakan lengkap oleh jaksa penuntut umum.
Terdakwa merupakan status yang lebih tinggi dibandingkan dari
tersangka. Setelah seseorang berstatus sebagai tersangka, apabila ditemukan bukti
lebih lanjut mengenai dugaan terhadap tindak pidana, maka akan ditetapkan
sebagai terdakwa. Kemudian berkas perkara penyelidikan yang telah lengkap
menjadi bahan untuk memulai sidang di pengadilan13.
12
KUHP&KUHAP, (Surabaya: Sinarsindo, 2015), hlm 235.
13
Adnan Paslyada, Hukum Pembuktian, (Jakarta: Pusat Diktat Kejaksaan Republik
Indonesia, 1997), hlm 69.
8
dalam menyidik, menuntut dan mengadili perkara senantiasa harus berdasar
kebenaran, dan harus berdasarkan kepada hal-hal yang sungguh-sungguh terjadi14.
Bersumber pada asas praduga tak bersalah (presumption of innocence) yang
berarti bahwa setiap orang yang disangka, dituntut dan didakwa atau dihadapkan
di depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum adanya keputusan
Pengadilan yang telah menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan
hukum yang pasti15.
Seorang Advokat memiliki tanggung jawab yang besar atas ilmu yang
dimilikinya untuk membela serta mempertahankan hak-hak seorang terdakwa.
Dengan berdasarkan asas Presemption of innocent (Praduga tak bersalah), seorang
terdakwa tidak bisa dinyatakan bersalah sebelum dinyatakan oleh putusan hakim
yang berkekuatan hukum tetap16.
Dalam asas Presmption of Innoncent, Terdakwa harus ditempatkan pada
kedudukan manusia yang memiliki martabat yang dinilai sebagai subjek, bukan
objek. Jadi, pembelaan dari advokat terhadap terdakwa sangatlah penting karena
mengingat resiko yang akan dihadapi manakala pihak terdakwa tidak dapat
membela diri17. Maka dari itu, pembelaan ( pledoi ) ini bertujuan untuk
memperoleh putusan hakim yang membebaskan terdakwa dari segala dakwaan
atau melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum ataupun setidak - tidaknya
hukuman pidana yang seringan – ringannya.
14
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jilid I, Cet.
3, Pustaka Kartini, 1993, hlm 62.
15
M. Hanafi Asmawie, Ganti Rugi dan Rehabilitasi Menurut KUHAP, hlm 136.
16
Jimly Asshiddiqie, dalam Kitab Advokat Indonesia, Tim Sekretariat Peradi (Editor),
(Jakarta: PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia)), hlm 89.
17
Munir Fuady, Hak Asasi Tersangka Pidana, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm 49.
9
lanjutan setelah pemeriksaan terhadap perkara dianggap selesai oleh ketua sidang.
Berikut ini adalah tata cara pengajuan tuntutan pidana dan pembelaan18 :
1. Diajukan atas permintaan hakim ketua sidang
Walaupun tindakan penuntutan merupakan fungsi yang melekat pada instansi
penuntut umum, fungsi tersebut baru dapat digunakan setelah ketua sidang
meminta kepadanya untuk mengajukan penuntutan. Demikian halnya dengan
pengajuan pembelaan. Walaupun merupakan hak yang melekat pada diri terdakwa
atau penasihat hukum, giliran untuk mengajukan pembelaan disampaikan pada
tahap tertentu setelah hakim memintanya untuk mengajukan pembelaan.
18
Penjelasan Pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP dan Yahya Harahap, Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan
Peninjauan Kembali). (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 261-262.
10
4. Tuntutan, pembelaan, dan jawaban dibuat secara tertulis
Bentuk tuntutan pidana, pembelaan, dan semua jawaban yang
berhubungan dengan penuntutan dan pembelaan dibuat dengan cara tertulis.
Setelah itu dibacakan dan segera diserahkan kepada hakim ketua sidang dan
turunannya kepada pihak yang berkepentingan.
Pembelaan dibuat sekurang-kurangnya rangkap dua di mana aslinya
diserahkan kepada ketua sidang setelah selesai dibacakan. Turunan tuntutan dan
jawaban penuntut umum diserahkan ke terdakwa atau penasihat hukum.
Sebaliknya, turunan pembelaan dan jawabannya juga diserahkan ke penuntut
umum oleh terdakwa atau penasihat hukum.
11
salinan surat keputusan pengangkatan advokat tersebut kepada mahkamah agung
dan menteri.
Pada pasal III undang – undang advokat disebutkan bahwa untuk dapat diangkat
menjadi advokat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Warga Negara republik Indonesia
b. Bertempat tinggal di Indonesia
c. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau jabatan Negara;
d. Berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;
e. Berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum;
f. Lulus ujian yang diadakan Organisasi Advokat.
g. Magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus pada kantor advokat
h. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
i. Berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang
tinggi.
12
E. Tindakan - Tindakan yang Dapat Dilakukan Penasihat Hukum
Tindakan yang dapat dilakukan oleh seorang penasihat hukum disesuaikan
dengan tahapan dalam hukum secara pidana. Adapun tindakan hukum dalam
pembelaan perkara pidana dapat berupa19 :
1. Pada Tahap Penyidikan
Pada tahap penyidikan, penasehat hukum dapat melakukan persiapan-
persiapan untuk membela pemberi kuasa (klien), mengajukan permohonan
penangguhan penahanan si tersangka, permohonan pra peradilan dan ganti rugi,
dan lain sebagainya terkait dengan pelaksanaan penyidikan (termasuk mengajukan
bukti-bukti kepada penyidik). Selain itu, tujuan utama pembelaan oleh penasehat
hukum dalam penyidikan adalah melakukan pendampingan dalam pemeriksaan
untuk memberikan dorongan moral menghindari potensi tindakan penyimpangan
(misalnya sikap dan tindakan penyidik yang merugikan hak-hak tersangka) yang
mungkin dilakukan oleh penyidik atau penyidik pembantu.
19
Sugianto, HUKUM ACARA PIDANA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI
INDONESIA, (Yogyakarta : CV. BUDI UTAMA, 2018), hlm. 50 – 52.
13
bawahnya. Setelah diputus oleh MA dalam pengadilan tingkat kasasi, maka
putusan tersebut sudah memiliki kekuatan hukum tetap.
20
Darwan Prinst, Hukum Acara Pidana Dalam Praktik,( Jakarta : Djambatan, 2002)
14
dan jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis dan setelah dibacakan,
segera diserahkan kepada Hakim ketua sidang. Dalam hal Terdakwa tidak dapat
menulis, Panitera mencatat pembelaannya. Terdapat 3 (tiga) hal yang dapat
menjadi kesimpulan dalam nota pembelaan (pledooi).
Pertama, Terdakwa minta dibebaskan dari segala dakwaan (bebas murni)
yang lazim disebut Vrijspraak, karena tidak terbukti.
Kedua, terdakwa supaya dilepaskan dari segala tuntutan hukum, karena
dakwaan terbukti, tetapi bukan merupakan suatu tindak pidana.
Ketiga, Terdakwa minta dihukum yang seringan-ringannya karena telah
terbukti melakukan suatu tindak pidana yang didakwakan. Sedangkan
Klemensi merupakan permohonan yang diucapkan oleh Terdakwa maupun
Penasihat Hukum terhadap tuntutan atau tuduhan Penuntut Umum agar
meringankan hukuman terhadap dirinya.
15
G. Teknik Menyusun Nota Pembelaan ( Pledoi )
Struktur penyusunan Nota Pembelaan ( Pledoi ) pada umumnya sebagai
berikut21 :
1. Judul Nota Pembelaan ( Pledoi )
Judul dari Nota Pembelaan ( Pledoi ) dimaksudkan untuk membuat garis
besar hal – hal yang akan diungkapkan dalam Nota Pembelaan ( Pledoi ) tersebut,
sehingga dapat dipahami oleh Majelis Hakim, Jaksa dan masyarakat yang
menyaksikan serta mendengarkannya pada saat dipersidangan. Judul Nota
Pembelaan ( Pledoi ) dapat bernuansa formal contoh :
2. Eksepsi
Eksepsi adalah tangkisan atas dakwaan jaksa penuntut umum ( JPU ) oleh
terdakwa atau pembela hukum terdakwa, karena dinilai salah dalam menerapkan
prosedur dan bukan mengenai substansi dakwaan. Eksepsi berkaitan dengan 2
kompetensi dari pengadilan :
Kompetensi Absolut : kompetensi pengadilan dalam menangani bidang
perkara yang diajukan kepada pengadilan yang menerima pengajuan
tuntutan dari jaksa penuntut umum.
Kompetensi Relatif : kompetensi pengadilan dalam menangani perkara
sehubungan dengan wilayah hukum dari pengadilan tersebut.
21
Frans Satriyo Wicaksono, Op. Cit., hlm 21-37
16
3. Pendahuluan
Pendahuluan naskah Nota Pembelaan ( Pledoi ) berisi kata – kata sa;am
untuk majelis hakim dan pokok pikiran dari pembela hukum terdakwa, terdakwa
sendiri / keduanya yang bersifat memberi arah. Kata pendahuluan dimaksudkan
untuk memengaruhi pikiran dan perasaan majelis hakim dari segi hukum, sosial
kemasyarakatan, politik dan agama sebelum majelis hakim menjatuhkan putusan
kepada terdakwa.
Jika merasa di dalam persidangan majelis hakim bertindak netral dan tidak
memihak, dalam Nota Pembelaan ( Pledoi ) dapat dicantumkan kalimat ucapan
terima kasih dan hormat kepada majelis Hakim. Namun, jika merasa majelis
hakim telah cenderung memihak kepada salah satu pihak dengan melakukan
kesalahan – kesalahan penerapan hukum yang menjadi acuan dalam memeriksa
perkara, dalam nota pembelaan ( pledoi ) tersebut dapat kita tuliskan kalimat
pengingat untuk menerapkan hukum secara benar dalam hukum acara pidana
dengan disertai pasal – pasal terkait dan ditambah konsep keadilan yang dapat
diambil dari yurisprudensi dan preseden hukum baik di dalam maupun luar negeri.
17
intelektual berdasarkan hukum. Dalam surat dakwaan dibedakan menjadi 2
golongan, yaitu surat dakwaan Primair dan surat dakwaan Subsidair 22.
1. Dakwaan Primair adalah dakwaan yang memiliki arti utama, paling utama
diruntutkan sebagaimana dakwaan primair ini tergolong kedalam kategori Tindak
pidana berat, Namun jika dakwaan ini tidak terbukti maka pembuktian akan
dilanjutkan kepada dakwaan berikutnya dengan kategori tindak pidana yang lebih
ringan yaitu dakwaan subsidair sebagai pilihan atau penggantinya.
2. Dakwaan subsidair adalah dakwaan pengganti sebagai opsi atau pilihan
bilamana Dakwaan primair tidak terbukti. Didalam dakwaan subsidair termuat
kategori Tindak pidana ringan
Contoh pencantuman tinjauan atas dakwaan :
Subsidair:..................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
..................................................................................................
22
Grasiara Naya S, Perbedaan Dakwaan Primair dan Subsidair,
https://www.kompasiana.com/grasiaranayas5321/62e8f2baa51c6f715735ff36/perbedaan-dakwaan-
primair-dan-subsidair diakses pada tanggal 28 November 2022 pukul 17.45
18
5. Fakta dalam Persidangan
Keterangan saksi – saksi, ucapan yang terucap dari majelis hakim selama
memimpin persidangan, harus disimak secara cermat dan lengkap. Hal ini
disesuaikan dengan bunyi pasal 185 ayat ( 1 ) KUHAP : "Keterangan saksi
sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di depan persidangan". Fakta di
persidangan dapat diungkapkan dengan lengkap dan cermat sebagai bahan nota
pembelaan, sehingga pada akhirnya majelis hakim benar – benar netral dan
objektif dalam membuat putusan. Contoh pencantuman fakta – fakta dalam
persidangan yang dituang dalam nota pembelaan :
6. Tinjauan Yuridis
Dalam membuat tinjauan yuridis, diperlukan pengetahuan yang luas dalam
berbagai aspek kehidupan. Pembela hukum juga harus memberikan tinjauan
hukum yang objektif, sehingga dalam persidangan diperlihatkan debat ilmiah
yang objektif dam berdasarkan hukum yang berlaku serta mempertimbangkan
rasa keadilan bagi terdakwa. Contoh penempatan tinjauan yuridis dalam nota
pembelaan ( pledoi ) :
19
Sebagaimana diketahui umum bahwa dakwaan penuntut umum
kepada terdakwa adalah dalam bentuk subsidaritas, yaitu :
Primair :
Pasal........... jo Pasal......... UU No. ............ Tahun.......... tentang............ jo
Pasal........... KUHP.
Subsidair :
Pasal........... jo Pasal......... UU No. ............ Tahun.......... tentang............ jo
Pasal........... KUHP.
20
Unsur perbuatan pidana yang memenuhi pasal – pasal tertentu,
seperti kasus penggelapan, hal – hal yang dituangkan dalam surat
dakwaan jaksa penuntut umum harus berdasarkan pada
pemeriksaan saksi – saksi dan bukti – bukti, bukan pada berkas
berita acara pemeriksaan yang dibuat oleh penyidik.
Contoh tinjauan atas fakta – fakta dalam persidangan yang berkaitan dengan
dakwaan yang dimasukan dalm nota pembelaan ( pledoi ) :
21
Bahwa jaksa penuntut umum dalam tuntutannya menyatakan bahwa
terdakwa telah terbukti melakukan................ sesuai dengan bukti...............,
padahal fakta dalam persidangan terungkap bahwa terdakwa.......... dan
menurut ilmu hukum yang menyatakan bahwa.................., maka..............
sangat tidak berdasarkan hukum – hukum yang berlaku dan fakta – fakta
yang terungkap dalam persidangan.
22
dibebaskan dari dakwaan ( vrijspraak ). Namun, jika terdakwa terbukti melakukan
perbuatan yang didakwakan, tetapi perbuatan tersebut bukan merupakan tindak
pidana/terdapat alasan pembenar atau pemaaf, terdakwa atau pembela hukum
terdakwa mengajukan permohonan untuk dilepaskan dari dakwaan ( onslag van
alle rechts vervolging ). Contoh kalimat penutup dalam nota pembelaan ( pledoi ):
23
10. Tanda Tangan
Terdakwa/pembela hukum terdakwa selaku pembuat membubuhkan tanda
tangan pada nota pembelaan ( pledoi ) yang ditujukan kepada majelis hakim dan
jaksa penuntut umum.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat 3 (tiga) hal yang dapat menjadi kesimpulan dalam nota
pembelaan (pledoi). Pertama, Terdakwa minta dibebaskan dari segala dakwaan
(bebas murni) karena tidak terbukti. Kedua, terdakwa supaya dilepaskan dari
segala tuntutan hukum, karena dakwaan terbukti, tetapi bukan merupakan suatu
tindak pidana. Ketiga, Terdakwa meminta dihukum yang seringan-ringannya
karena telah terbukti melakukan suatu tindak pidana yang didakwakan.
Dalam menyusun jawaban atas pembelaan (replik) dari terdakwa atau
penasehat hukumnya, jaksa penuntut umum harus mampu mengantisipasi arah
dan wujud serta materi pokok dari pembelaan terdakwa dan penasehat hukumnya
dalam replik tersebut.
Jaksa penuntut umum harus menginventarisir inti (materi pokok)
pembelaan yang diajukan terdakwa atau penasehat hukumnya dalam repliknya
sebagai bantahan/sanggahan atas pembelaan terdakwa atau penasehat hukumnya.
Pembelaan atau pledoi adalah pembelaan yang bersifat lisan atau tulisan
baik terdakwa maupun dari penasihat hukumnya berkenaan dengan tuntutan
penuntut umum, dalam pembelaan atau pledoi ini dapat dijawab oleh penuntut
umum yang atau penasihat hukumnya yang duplik. Sebagai penutup dari replik
dan duplik dibuat suatu kesimpulan yang menyimpulkan semua tanggapan dan
tangkisan.
Pledoi dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (“KUHAP”) dikenal dengan istilah pembelaan. Dasar hukum
pledoi diatur dalam Pasal 182 ayat (1) KUHAP, yang mengatakan:
a. Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan
tuntutan pidana.
b. Selanjutnya terdakwa dan atau penasehat hukum mengajukan
pembelaannya yang dapat dijawab oleh penuntut umum, dengan
ketentuan bahwa terdakwa atau penasehat hukum selalu mendapat giliran
terakhir.
25
c. Tuntutan, pembelaan dan jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis
dan setelah dibacakan segera diserahkan kepada hakim ketua sidang dan
turunannya kepada pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan Pasal 182 ayat (1) huruf b KUHAP di atas, dapat dipahami
bahwa mengajukan pembelaan (pledoi) terhadap tuntutan Jaksa merupakan
hak terdakwa dan/atau penasehat hukum.
Terdakwa atau penasehat hukum mengajukan pembelaannya yang dapat
dijawab oleh penuntut umum, dengan ketentuan bahwa terdakwa penasihat hukum
selalu mendapat giliran terakhir
Pasal 182 ayat (1) huruf c KUHAP menentukan bahwa tuntutan,
pembelaan dan jawaban atas pembelaan dilakukan secara tertulis dan
setelah dibacakan segera diserahkan kepada hakim ketua sidang dalam hal
terdakwa tidak dapat menulis, panitera mencatat pembelaannya.
Maka dari itu, pembelaan ( pledoi ) ini bertujuan untuk memperoleh
putusan hakim yang membebaskan terdakwa dari segala dakwaan atau
melepaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum ataupun setidak - tidaknya
hukuman pidana yang seringan – ringannya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis merekomendasikan berupa saran-
saran sebagai berikut:
1. Penulis berharap pembelaan terhadap terdakwa dapat direalisasikan sesuai
dengan aturan yang berlaku.
2. Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi kepada pembaca untuk
mengetahui pembelaan terhadap terdakwa dalam hukum acara pidana
26
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Paslyada, 1997, Hukum Pembuktian, Pusat Diktat Kejaksaan Republik Indonesia,
Jakarta
Darwan Prinst, 2002, Hukum Acara Pidana Dalam Praktik, Djambatan, Jakarta
Jeremias Lemek, 2009, Penuntun Praktis Membuat Pledoi, Cet. 2, New Merah
Putih, Yogyakarta
Riduan Syahrini, 1999, Rangkuman Intisari Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji,1995, Penulisan Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Grafindo Persada, Jakarta
Surya Dharma Jaya, Ida Bagus, dkk, 2015, Buku Ajar & Klinik Manual Klinik
Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana, Udayana
University Press, Denpasar
27