Anda di halaman 1dari 16

Kedaulatan Teritorial Dalam Lintas Konflik Natuna Dengan Negara

Tetangga

(suatu kajian yuridis)


Azka Izzatun Nada 200201110111, Imasandia Nur Shandana 200201110056,

M. Sulton Amin 200201110117

Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

azkaizzatunnada@gmail.com imasandianurshandana@gmail.com
sultonamin1@gmail.com

Abstrak

Dalam melaksanakan juridiksi eksklusif di wilayahnya suatu negara memiliki


kedaulatan teritorial. Didalam wilayah inilah negara memiliki wewenang untuk
melaksanakan hukum nasionalnya. Tidak akan berarti suatu wilayah yang dimiliki negara
jika tanpa adanya kedaulatan wilayah yang bersangkutan. Pentingnya kedaulatan teritorial
ini untuk mencegah terjadinya pencaplokan wilayah oleh negara lain. Sembilan titik
wilayah baru yang digambarkan China di kepulauan Natuna, Provinsi Riau merugikan
Indonesia. Tampak sekilas, perairan ini seperti berada di wilayah kedaulatan China.
Perangkat perundang-undangan yang mumpuni diperlukan dalam mempertahankan dan
memberdayakan pulau-pulau kecil terluar.

Kata kunci : kedaulatan teritorial, konflik, natuna

A. PENDAHULUAN
Kedaulatan negara melibatkan tanggung jawab negara terhadap wilayahnya,

yang mencakup berbagai aspek. Wilayah negara merupakan tempat di mana negara

menjalankan otoritasnya dan mengatur masyarakat, properti, dan aktivitas yang

terjadi di dalamnya. Kedaulatan yang dimaksudkan di sini adalah kedaulatan

teritorial, yang merujuk pada kekuasaan eksklusif negara dalam menjalankan

yurisdiksinya di wilayahnya sendiri. Wilayah ini juga menjadi wewenang negara

untuk menerapkan hukum nasionalnya.1

Wilayah merupakan salah satu elemen yang sangat penting dalam sebuah

negara, selain penduduk dan pemerintahan. Penetapan wilayah negara perlu diatur

secara jelas melalui undang-undang. Di Indonesia, dalam UUD 1945 yang asli

tidak terdapat pasal atau ketentuan yang mengatur secara spesifik mengenai

"wilayah negara Republik Indonesia". Namun, secara umum, setuju bahwa ketika

para pendiri bangsa menyatakan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus

1945, wilayah negara Republik Indonesia meliputi wilayah Hindia Belanda.

Batasan wilayah negara Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda yaitu

Teritorial Zeen en Marietieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939), dengan

pulau-pulau dalam wilayah tersebut dipisahkan oleh laut yang mengelilinginya.2

Masyarakat Indonesia menyadari bahwa Ordonansi Hindia Belanda tahun

1939, yang mengatur wilayah Indonesia sangat merugikan. Oleh karena itu, pada

tanggal 13 Desember 1957 pemerintah Indonesia yang dipimpin oleh Ir. Djuanda

mengeluarkan pengumuman pemerintah yang dikenal sebagai Deklarasi Djuanda.

Kejadian ini menjadi titik balik dalam sejarah kelautan Indonesia dan dikenal

1
Huala Adolf, “Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Jakarta: PT,” Raja Grafindo Persada,
2011
2
Joenil Kahar, “Penyelesaian Batas Maritim NKRI,” Pikiran Rakyat Cyber Media, 2004.
sebagai wawasan nusantara. Deklarasi ini kemudian diratifikasi melalui Undang-

Undang No. 4/PRP/1960 yang mengatur perairan Indonesia.3

Isu mengenai status wilayah dan ketidakjelasan batas negara seringkali

menjadi sumber perselisihan antara negara-negara yang berbatasan atau

berdekatan. Perselisihan tersebut muncul karena adanya penerapan prinsip yang

berbeda dalam menentukan batas landas kontinen antara negara-negara tetangga,

sehingga terjadi wilayah "tumpang tindih" yang dapat memicu konflik.

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, ditemukan bahwa terdapat 17.508

pulau di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.353 pulau telah diberi

nama, sementara 10.155 pulau masih belum memiliki nama resmi dalam kesatuan

Republik Indonesia.4

Untuk mengakui dan menegaskan kedaulatan Republik Indonesia terhadap

pulau-pulau yang belum memiliki nama, perlu dilakukan langkah-langkah konkret.

Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan nama kepada pulau-pulau tersebut.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga dapat membangun pos-pos keamanan,

infrastruktur, tanda batas, komunikasi, dan fasilitas umum lainnya yang dibutuhkan

oleh masyarakat atau penduduk setempat. Tindakan ini akan membantu

memperkuat kedaulatan negara dan memberikan manfaat bagi wilayah-wilayah

yang belum terlayani dengan baik.

Namun, dalam kenyataannya, Indonesia memiliki perbedaan pandangan

dengan negara-negara tetangga yang berbatasan langsung, termasuk Republik

Rakyat Cina (RRC), terkait batas perairan. Salah satu contohnya adalah di perairan

3
Adolf, “Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Jakarta.”
4
Otto Cornelis Kaligis dan Associates, “Sengketa Sipadan-Ligitan: mengapa kita kalah,” Jakarta, 2003,
hlm.8
Kepulauan Natuna. Pada tanggal 25 Februari 1992, pemerintah RRC

mengumumkan Hukum Laut Teritorial dan Zona Tambahannya, yang mengklaim

Kepulauan Natuna sebagai bagian dari wilayah yurisdiksinya. Tindakan tersebut

menunjukkan kepentingan RRC dalam kawasan Laut China Selatan yang meluas

hingga ke wilayah perikanan di Kepulauan Natuna.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Wilayah Teritorial (darat, laut dan udara)

a. Wilayah teritorial darat

Wilayah teritorial darat dapat diartikan sebagai daerah atau wilayah yang dimiliki
atau dikuasai oleh suatu negara, yang meliputi tanah, air, dan sumber daya alam di
dalamnya. Wilayah teritorial darat menjadi bagian integral dari kedaulatan suatu negara,
dan memberikan hak dan kewajiban kepada negara tersebut untuk mengatur dan
memanfaatkan sumber daya alam serta melindungi keamanan dan kedaulatan di
wilayah tersebut.

Wilayah teritorial darat dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:

a. Daratan utama, yaitu wilayah yang berbatasan langsung dengan laut atau wilayah
negara lain.

b. Daratan pedalaman, yaitu wilayah yang terletak di dalam daratan utama dan tidak
berbatasan langsung dengan laut atau wilayah negara lain.

c. Wilayah perbatasan, yaitu wilayah yang berbatasan dengan negara lain.

d. Wilayah laut dalam, yaitu wilayah laut yang terletak di luar wilayah teritorial laut
suatu negara.5

Pengertian dan jenis-jenis wilayah teritorial darat ini didasarkan pada konvensi-
konvensi internasional dan hukum internasional yang mengatur tentang wilayah
5
Konvensi Montevideo, “Tentang Hak dan Kewajiban Negara,” 1933.
teritorial dan kedaulatan negara. Salah satu dokumen penting dalam hal ini adalah
Konvensi Montevideo 1933, yang menyatakan bahwa negara memiliki empat unsur
yaitu wilayah, penduduk, pemerintahan, dan pengakuan oleh negara lain. Selanjutnya
UU No. 43 Tahun 2008 juga menetapkan bahwa Wilayah Negara Indonesia meliputi
wilayah darat, wilayah perairan, dasar laut, dan tanah di bawahnya serta ruang udara di
atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.6

Daratan negara terdiri dari darat yang merupakan wilayah kering dan perairan
daratan yakni sungai dan danau. Daratan suatu negara didapat dari daratan awal atau
wilayah tambahan negara tersebut. Luas daratan awal terjadi karena ditentukan oleh
tindakan atau pernyataan sepihak suatu negara ketika proklamasi kemerdekaannya,
perjanjian internasional, suatu kebiasaan internasional itu terbentuk, contohnya pada
Israel dan Polandia yang wilayah daratan awalnya belum pasti saat mereka merdeka.
Untuk mengatur perbatasan wilayahnya suatu negara menggunakan perjanjian
internasional seperti halnya Indonesia yang memiliki perbatasan darat dengan tiga
negara yaitu: Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste.

b. Wilayah teritorial laut

Wilayah teritorial laut adalah area di sekitar garis pantai suatu negara yang
dikenakan kedaulatan dan yurisdiksi penuh oleh negara tersebut. Wilayah teritorial
laut suatu negara biasanya memiliki batas sejauh 12 mil laut (22,2 kilometer) dari
garis pantai, diukur dari garis pangkal yang ditetapkan oleh negara. Wilayah teritorial
laut dapat mencakup perairan, tanah-tanah yang terendam air pada saat pasang tinggi,
dan sumber daya alam di dalamnya, seperti ikan dan minyak bumi.

Negara memiliki hak kontrol penuh atas wilayah teritorial lautnya, termasuk hak
untuk mengatur lalu lintas kapal, eksploitasi sumber daya alam, dan perlindungan
lingkungan. Namun, hak negara atas wilayah teritorial laut dapat dibatasi oleh hukum
internasional, termasuk Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982, yang mengatur

6
Undang-Undang No, 43 pasal 3 tahun 2008 "tentang Wilayah Negara,” Dapat diakses melalui
https://peraturan. bpk. go. id/Home/Details/39738/uu-no-43-tahun-2008, t.t.
tentang batas-batas wilayah laut negara, hak-hak dan kewajiban negara di perairan
internasional, dan konservasi sumber daya laut.7

UNCLOS 1982, atau Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982,

menetapkan delapan rezim hukum laut, diantaranya:

1. Perairan Pedalaman (Internal waters),

2. Perairan kepulauan (Archiplegic waters) termasuki ke dalamnya sela yang


digunakan untuk pelayaran internasional,

3. Laut Teritorial (Territorial waters),

4. Zona tambahan (Contingous waters),

5. Zona ekonomi eksklusif (Exclusif economic zone),

6. Landas Kontinen (Continental shelf).

7. Laut lepas (High seas),

8. Kawasan dasar laut internasional (International sea-bed area).

Wilayah laut Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Papua New Guinea,

Singapura, dan Timor Leste. Beberapa undang-undang yang relevan dalam konteks

penetapan batas laut dan wilayah Indonesia antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1971 tentang Perjanjian antara Indonesia dengan

Malaysia tentang Penetapan Garis batas Laut Wilayah Kedua Negara di Selat

Malaka;

b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Indonesia;

7
Tullio Treves, “United Nations Convention on the Law of the sea,” United Nations Audiovisual Library of
International Law (http://untreaty. un. org/cod/avl/pdf/ha/uncls/uncls_e. pdf), 2008.
c. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1973 tentang Perjanjian antara Indonesia dan

Australia tentang Garis-Garis Batas Tertentu Antara Indonesia dan Papua Nugini;

d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1973 tentang Perjanjian antara Indonesia dan

Singapura tentang Garis Baras Laut Wilayah Kedua Negara di Selat Singapura;

e. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;

f. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations

Convention on the law of the sea (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang

Hukum Laut);

g. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia

h. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pengesahan Persetujuan antara

Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Vietnam tentang Penetapan Batas Landas

Kontinen Tahun 2003.8

c. Wilayah teritorial Udara

Wilayah teritorial udara adalah ruang di atas wilayah suatu negara yang
dianggap sebagai bagian dari kedaulatan negara tersebut. Wilayah udara biasanya
mencakup ruang di atas daratan, perairan dalam yurisdiksi nasional, dan ruang
udara yang berada di atas zona ekonomi eksklusif negara. Negara memiliki hak
kontrol penuh atas wilayah udara, termasuk hak untuk mengatur lalu lintas udara,
keamanan udara, dan pengawasan udara.

Konvensi Penerbangan Sipil Internasional tahun 1944 juga mengatur tentang


penggunaan wilayah udara oleh pesawat udara asing. Negara-negara memiliki
kewenangan untuk membatasi akses pesawat udara asing ke wilayah udara mereka

8
Dr. Sefriani, S.H., M.Hum., Hukum Internasional Suatu Pengantar, edisi kedua (jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2016),hlm 185.
dan untuk menetapkan persyaratan keamanan dan perlindungan lingkungan yang
berlaku di wilayah udara mereka.9

Wilayah teritorial udara Indonesia didefinisikan sebagai ruang di atas


permukaan bumi yang diukur secara vertikal dari batas udara ke bawah sampai
dengan batas wilayah teritorial laut, yaitu sejauh 12 mil laut dari garis pangkal
yang ditetapkan oleh Indonesia. Wilayah teritorial udara Indonesia diperlakukan
sebagai bagian dari wilayah teritorial Indonesia dan diatur oleh undang-undang dan
peraturan-peraturan terkait, seperti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertahanan
Negara.10

Indonesia memiliki hak penuh atas wilayah teritorial udaranya, termasuk hak
untuk mengontrol lalu lintas udara, mengatur keamanan penerbangan, dan
melindungi kedaulatan negara dari ancaman yang berasal dari udara. Namun,
wilayah teritorial udara Indonesia juga harus mengikuti aturan dan peraturan
internasional, seperti Konvensi Penerbangan Sipil Internasional, yang menentukan
batasan-batasan hak-hak dan kewajiban negara dalam wilayah udara
internasional.11

2. Sejarah Natuna

Latar belakang sejarah Pemerintahan Natuna tidak dapat dipisahkan dari latar
belakang sejarah Rezim Kepulauan Riau, karena sebelum merdeka sebagai
kabupaten merdeka, Kabupaten Natuna penting bagi daerah Kepulauan Riau.
Natuna adalah kepulauan paling utara di selat Karimata . Dibatasi oleh Vietnam
dan Kamboja di utara, ditambah dengan Sumatera Selatan dan Jambi di selatan. Ke
arah barat, Natuna dibatasi oleh Singapura dan Malaysia. Bagian timur dibatasi
oleh Malaysia Timur dan Kalimantan Barat.

9
Konvensi Penerbangan Sipil Internasional tahun 1944 dapat diakses di
https://www.icao.int/publications/pages/doc7300.aspx
10
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. (2021). Kedaulatan Wilayah Udara Indonesia.
https://www.kemhan.go.id/2021/02/03/kedaulatan-wilayah-udara-indonesia/
11
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. (2021). Kewenangan Wilayah Udara Indonesia.
https://hubud.dephub.go.id/?id/landing-page/kewenangan-wilayah-udara-indonesia
Pulau Natuna yang menjadi perebutan antara Indonesia dan Republik Rakyat
China berada di Wilayah Natuna, Wilayah Kepulauan Riau, berada di Samudera
China Selatan. Isu ini terungkap setelah Presiden Indonesia Joko Widodo
mengutuk panduan Republik Rakyat China (RCC) karena memasukkan wilayah
kaya gas ke dalam wilayahnya. Natuna yang beribukota di Ranai memiliki tujuh
pulau. Pada tahun 1957, Kepulauan Natuna awalnya dikenang sebagai domain
Alam Buruh dan Alam Johot di Malaysia. Namun pada abad ke-19, Kepulauan
Natuna akhirnya dikenang karena kekuasaan Kesultanan Riau dan dijadikan
wilayah kekuasaan Kesultanan Riau, dimana Kepulauan Natuna menjadi jalur
penting transportasi internasional.

Indonesia merdeka, penugasan dari Riau ikut menyerahkan kekuasaan kepada


Republik Indonesia yang bergantung pada pulau Jawa. Pada tanggal 18 Mei 1956,
pemerintah Indonesia secara resmi mendaftarkan Kepulauan Natuna sebagai
domain berdaulat ke Assembled Countries (PBB).

Banyak inkonsistensi logis yang dilakukan oleh negara-negara tetangga yang


merupakan wilayah kedaulatan Indonesia yang langsung bersebelahan, yaitu
Malaysia, yang menyatakan bahwa Kepulauan Natuna sudah sepatutnya menjadi
bagian dari negara tetangga Malaysia. Namun, untuk menghindari pergulatan yang
lebih berlarut-larut setelah periode pertarungan 1962-1966, Malaysia tidak
mempermasalahkan situasi dengan Kepulauan Natuna. Pasca konflik Indonesia-
Malaysia, yang dibuntuti oleh pendapat anti-China di wilayah Natuna, jumlah
penduduk China yang anjlok di Natuna anjlok dari sekitar 5.000-6.000 orang,
menjadi hanya 1.000 orang.12

Catatan Harian Perwakilan pada 2 Oktober 2014 memperkirakan bahwa suatu


saat akan muncul perjuangan terbuka antara Indonesia dan Cina. Pakar politik
Victor Robert Lee mengungkapkan bahwa pada pertengahan abad ke-20 Natuna
sebagian besar dikuasai oleh orang Tionghoa, namun lambat laun, terutama setelah
dibatasi secara otoritatif oleh Indonesia, orang Melayu dan Jawa menjadi dominan.

12
Butje Tampi, “Konflik kepulauan natuna antara indonesia dengan china (suatu kajian yuridis),” Jurnal
Hukum Unsrat 23, no. 10 (2018).
Victor mengaku memiliki bukti bahwa ada permintaan otoritas oleh warga
Tionghoa di Atuna agar otoritas publik Republik Rakyat Tiongkok (RRC)
menambahkan pulau itu.

Pemerintah Indonesia pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah


menantang giliran China, melalui Assembled Countries (UN) Mainland Rack
Commission, dimana garis berbintik yang dijamin oleh China adalah laporan
panduan tahun 1947 yang dibuat pemerintah Indonesia atas negara-negara yang
sedang berjuang karena samudra cina selatan. TNI sejak lama memahami potensi
perjuangan termasuk natuna. Sekitar lebih dari 20.000 fakultas TNI telah dikirim
untuk memantau perairan dengan penghematan gas terbesar di Asia mulai tahun
1996.

Setelah Presiden Joko Widodo memegang kendali, dia perlu menyatakan posisi
yang lebih tegas dan keras dari pemerintahan sebelumnya. Menurut Presiden
Jokowi, garis sembilan titik yang telah dijamin oleh China dan yang menunjukkan
batas lautnya tidak memiliki landasan dalam regulasi dunia. Seperti dikutip koran
Jepang Yomiuri Shimbun, di mana Jokowi menggarisbawahi bahwa dalam
kekacauan Laut China Selatan, China harus berhati-hati dalam menentukan
panduan perbatasan lautnya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang dirundung kemalangan karena


kapak China menarik sembilan tanda wilayah baru Kepulauan Natuna, Wilayah
Kepulauan Riau. Sejak awal, perairan yang kaya gas itu tampaknya penting bagi
wilayah kedaulatan China. Seperti yang ditunjukkan oleh Service of International
Concern, kasus China atas Kepulauan Natuna telah menyalahgunakan Zona
Ekonomi Ekslusif Indonesia. Pendeta Perencana Usaha Kelautan Indroyomo
Soesilo juga mengungkapkan, letak Kepulauan Natuna sangat jauh dari Negeri
Tirai Bambu itu. Menurutnya, Pulau Natuna lebih dekat dengan Vietnam dan
Malaysia. Dengan demikian, pihaknya merasa tidak masuk akal jika China
menjamin Natuna masuk ke wilayahnya.13

13
Tampi.
3. Keberadaan pulau natuna secara yuridis

Konflik Laut Cina Selatan dengan Indonesia dimulai pada tahun 2010, hal ini
karena wilayah utara Kepulauan Natuna diklaim oleh Tiongkok, padahal wilayah
tersebut merupakan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.14 Salah
satu alasan adanya klaim ini adalah karena adanya Nine Dash Line. Nine Dash
Line merupakan titik-titik yang dibuat oleh China yang berbentuk sembilan titik
imaginer. China membentuk Nine Dash Line tanpa perantara konvensi hukum laut
internasional di bawah PBB atau UNCLOS 1982.15

Nine Dash Line tersebut mudah berubah dari sebelas menjadi sembilan garis,
perubahan ini tidak disertai alasan dan definisi yang jelas, hal ini karena titik-titik
tersebut koordinat geografisnya tidak detail dan apabila semua garis tersebut
dihubungkan tidak dijelaskan bagaimana bentuknya.16 Menentukan zonasi perairan
memiliki metode sendiri yang telah diatur oleh UNCLOS. Batas maritim suatu
negara pantai ditetapkan lewat penarikan Garis Pangkal, baik Laut Teritorial
maupun Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Ada tiga cara penarikan Garis Pangkal
menurut UNCLOS 1982 yakni normal baseline, straight baseline, dan archipelagic
baseline.17

Sementara itu Indonesia juga memiliki pijakan hukum yang dijadikan sebagai
alat untuk mengklaim bahwa Kepualuan Natuna adalah wilayah dari Indonesia.
Pertama, konvensi PBB tentang hukum laut atau UNCLOS 1982. Hasil dari
konvensi tersebut diratifikasi melalui Undang-Undang No. 17 Tahun 1985,
menyatakan bahwa secara yuridis wilayah Laut Natuna Utara berada pada Zona

14
Yuli Ari Sulistyani, Andhini Citra Pertiwi, dan Marina Ika Sari, “Respons Indonesia Terhadap Sengketa
Laut China Selatan Semasa Pemerintahan Joko Widodo [Indonesia’s Responses toward the South China Sea
Dispute During Joko Widodo’s Administration,” Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri
dan Hubungan Internasional 12, no. 1 (2021): 85–103.
15
Atikah Firdaus dkk., “JADI DASAR HUKUM CHINA KLAIM LAUT NATUNA, BAGAIMANA
POSISI NINE DASH LINE DI LINGKUP HUKUM INTERNASIONAL,” dalam Seminar Peningkatan
Sitasi Internasional, vol. 1, 2021.
16
Tampi, “Konflik kepulauan natuna antara indonesia dengan china (suatu kajian yuridis).” Hal 8.
17
Firdaus dkk., “JADI DASAR HUKUM CHINA KLAIM LAUT NATUNA, BAGAIMANA POSISI NINE
DASH LINE DI LINGKUP HUKUM INTERNASIONAL.”
Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia, oleh karenya Indonesia memiliki hak penuh
atas semua sumber daya alam yang ada pada wilayah tersebut.18

Pijakan hukum kedua yang dijadikan dasar rujukan Indonesia yakni putusan
Pengadilan Arbitrase laut China Selatan pada tahun 2016 mengenai sengketa
Filipina dengan China. Pengadilan ini digelar oleh Pengadilan Arbitrase Permanen
di The Hague, Belanda. Pengadilan ini mengeluarkan putusan yang menyatakan
bahwasanya Laut China Selatan tidak memiliki dasar sah untuk diklaim menjadi
wilayah China. Walaupun Presiden China menolak putusan tersebut namun
putusan itu dijadikan Indonesia sebagai dasar mengklaim Laut Natuna. Indonesia
menjadikan putuan tersebut sebagai pijakan hukum karena menurut Indonesia
Pengadilan Arbitrase Permanen memiliki legitimasi hukum sebagai penyelenggara
peradilan.19

Dalam hal memperoleh hak wilayah Kepulauan Natuna yang diklaim oleh
China, Indonesia melakukan beberapa upaya diplomasi sebagai berikut. Pertama,
lewat perwakilan Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok di Indonesia,
pemerintah Indonesia menyampaikan protesnya. Pada tahun 2016, 2019 dan 2020
Indonesia mengirimkan nota protes yang berisi bahwa Tiongkok telanh melanggar
ZEE Indonesia, wilayah yang diklaim sebagaia traditional fishing ground oleh
Tiongkok ditolak oleh Indonesia karena tidak memiliki landasan hukum
internasional, serta menolak Nine Dash Line yang menjadi dasar mengklaim
wilayah Laut Natuna Utara. Selain mengirim nota protes ke Tiongkok, pemerintah
Indonesia juga mengirimkan nota diplomatik ke PBB terkait klaim China terhadap
wilayah Natuna.20

Kedua, upaya melalui beberapa kali kunjungan Presiden RI ke Natuna,


kunjungan pertama Presiden RI ke Natuna adalah untuk menggelar rapat terbatas

18
Riyan Bahari Kaunang, “Penegakan hukum di wilayah zona ekonomi eksklusif Indonesia (perairan natuna
utara) sebagai kawasan klaim laut china selatan,” LEX ADMINISTRATUM 10, no. 1 (2022).
19
Firdaus dkk., “JADI DASAR HUKUM CHINA KLAIM LAUT NATUNA, BAGAIMANA POSISI NINE
DASH LINE DI LINGKUP HUKUM INTERNASIONAL.”
20
Sulistyani, Pertiwi, dan Sari, “Respons Indonesia Terhadap Sengketa Laut China Selatan Semasa
Pemerintahan Joko Widodo [Indonesia’s Responses toward the South China Sea Dispute During Joko
Widodo’s Administration.” Hal. 93-94
yang mendiskusikan mengenai perkembangan ekonomi dan pertahanan wilayah
Natuna. Kunjungan kedua Presiden RI ke Natuna untuk meninjau Latihan Puncak
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. Hal tersebut menjadi simbol
penegasan bahwasanya wilayah Natuna merupakan bagian dari wilayah kedaulatan
Indonesia dan pemerintah Indonesea menolak adanya illegal fishing di wilayah
perairan Natuna.21

Ketiga, Indonesia mempublikasikan peta baru Negara Kesatuan Republik


Indonesia yang ditandatangani oleh Kementerian Bidang Kemaritiman dan 21
kementerian dan Lembaga terkait lain. Dalam peta baru wilayah yang sebelumnya
diberi nama Laut China Selatan kini berubah menjadi Laut Natuna Utara. 22
Keempat, mengembangkan pembangunan perekonomian dan sumber daya manusia
pada wilayah Natuna.23

C. PENUTUP

Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki perbatasan yang panjang


dan terbuka, menghadapi potensi kerawanan akibat kesulitan dalam mengawasi
wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar yang berbatasan dengan negara lain. Isu
mengenai status wilayah dan kerancuan pada perbatasan negara seringkali menjadi
sumber perselisihan antara negara. Perbedaan prinsip menentukan batas Landasan
Kontinen antar negara tetannga sering memunculkan perselisihan, sehingga terjadi
wilayah yang bertindahan yang akan menyebabkan konflik.

Kepulauan Natuna beribukota di Ranai dan memiliki tujuh pulau. Pada tahun
1957, kepulauan Natuna awalnya berada dalam wilayah Kerajaan Pattani dan
Kerajaan Johor di Malaysia. Namun, pada abad ke-19, kepulauan Natuna secara

21
Muhammad Tri Andika dan Allya Nur Aisyah, “Analisis Politik Luar Negeri Indonesia-China di Era
Presiden Joko Widodo: Benturan Kepentingan Ekonomi dan Kedaulatan?,” Indonesian Perspective 2, no. 2
(2017): 161–79 hal. 161.
22
Ramdhan Muhaimin, “KEBIJAKAN SEKURITISASI DAN PERSEPSI ANCAMAN DI LAUT
NATUNA UTARA [THE POLICY OF SECURITIZATION AND THREAT PERCEPTION IN NORTH
NATUNA SEA],” Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri dan Hubungan Internasional 9,
no. 1 (2018): 17–38.
23
Sulistyani, Pertiwi, dan Sari, “Respons Indonesia Terhadap Sengketa Laut China Selatan Semasa
Pemerintahan Joko Widodo [Indonesia’s Responses toward the South China Sea Dispute During Joko
Widodo’s Administration.”hal 93.
resmi menjadi bagian dari Kesultanan Riau setelah masuk ke dalam kekuasaan
Kesultanan tersebut. Kepulauan Natuna memiliki posisi strategis sebagai jalur
pelayaran internasional. Setelah Indonesia merdeka, perwakilan dari Kesultanan
Riau turut menyerahkan kedaulatan wilayah tersebut kepada Republik Indonesia
yang berpusat di Pulau Jawa. Indonenesia resmi mendaftarkan kepulaun Natuna
menjadi wilayah kedaulatannya pada PBB pada tanggal 18 Mei 1956.

Kepulauan Natuna, dengan luas sekitar 141.901 Km², diketahui memiliki


kekayaan alam yang melimpah. Terdapat cadangan gas alam yang disebut-sebut
sebagai yang terbesar di Asia Pasifik, bahkan di dunia. Hal ini membuat banyak
negara tergoda untuk mendapatkan kontrol atas Kepulauan Natuna tersebut.
Wilayah Laut China Selatan memiliki peran dan signifikansi geopolitik yang
sangat penting karena menjadi titik pertemuan antara negara China dengan negara-
negara tetangganya, terutama yang tergabung dalam ASEAN. Wilayah ini
mencakup berbagai masalah terkait wilayah, pertahanan, dan keamanan.

DAFTAR PUSTAKA

Adolf, Huala. “Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Jakarta: PT.”


Raja Grafindo Persada, 2011.
Andika, Muhammad Tri, dan Allya Nur Aisyah. “Analisis Politik Luar Negeri
Indonesia-China di Era Presiden Joko Widodo: Benturan Kepentingan
Ekonomi dan Kedaulatan?” Indonesian Perspective 2, no. 2 (2017): 161–79.
Dr. Sefriani, S.H., M.Hum. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Edisi kedua.
jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2016.
Firdaus, Atikah, Fayza Ilhafa, Nadila Utami Putri, Elly Kurniawati, Hindun Dias
Syakhila, dan Almasyhuri Sulfary. “JADI DASAR HUKUM CHINA
KLAIM LAUT NATUNA, BAGAIMANA POSISI NINE DASH LINE DI
LINGKUP HUKUM INTERNASIONAL.” Dalam Seminar Peningkatan
Sitasi Internasional, Vol. 1, 2021.
Kahar, Joenil. “Penyelesaian Batas Maritim NKRI.” Pikiran Rakyat Cyber Media,
2004.
Kaligis, Otto Cornelis, dan O. C. Kaligis. “Sengketa Sipadan-Ligitan: mengapa kita
kalah.” (No Title), 2003.
Kaunang, Riyan Bahari. “Penegakan hukum di wilayah zona ekonomi eksklusif
Indonesia (perairan natuna utara) sebagai kawasan klaim laut china selatan.”
LEX ADMINISTRATUM 10, no. 1 (2022).
Konvensi Penerbangan Sipil Internasional tahun 1944 dapat diakses di
https://www.icao.int/publications/pages/doc7300.aspx.

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. (2021). Kedaulatan Wilayah Udara


Indonesia. https://www.kemhan.go.id/2021/02/03/kedaulatan-wilayah-udara-
indonesia.

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. (2021). Kewenangan Wilayah


Udara Indonesia. https://hubud.dephub.go.id/?id/landing-page/kewenangan-
wilayah-udara-indonesia.

Montevideo, Konvensi. “Tentang Hak dan Kewajiban Negara,” 1933.


Muhaimin, Ramdhan. “KEBIJAKAN SEKURITISASI DAN PERSEPSI
ANCAMAN DI LAUT NATUNA UTARA [THE POLICY OF
SECURITIZATION AND THREAT PERCEPTION IN NORTH NATUNA
SEA].” Jurnal Politica Dinamika Masalah Politik Dalam Negeri dan
Hubungan Internasional 9, no. 1 (2018): 17–38.
No, Undang-Undang. “tahun 2008 tentang Wilayah Negara.” Dapat diakses
melalui https://peraturan. bpk. go. id/Home/Details/39738/uu-no-43-tahun-
2008, t.t.
Sulistyani, Yuli Ari, Andhini Citra Pertiwi, dan Marina Ika Sari. “Respons
Indonesia Terhadap Sengketa Laut China Selatan Semasa Pemerintahan
Joko Widodo [Indonesia’s Responses toward the South China Sea Dispute
During Joko Widodo’s Administration.” Jurnal Politica Dinamika Masalah
Politik Dalam Negeri dan Hubungan Internasional 12, no. 1 (2021): 85–
103.
Tampi, Butje. “Konflik kepulauan natuna antara indonesia dengan china (suatu
kajian yuridis).” Jurnal Hukum Unsrat 23, no. 10 (2018).
Treves, Tullio. “United Nations Convention on the Law of the sea.” United Nations
Audiovisual Library of International Law (http://untreaty. un.
org/cod/avl/pdf/ha/uncls/uncls_e. pdf), 2008.

Anda mungkin juga menyukai