Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PRAKTEK PERADILAN PERDATA

UPAYA HUKUM DAN CONTOH KASUS

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Praktek Peradilan Perdata yang diampuh oleh
bapak Yakop Abd. Mahmud SH., M.H

OLEH :

Putri Regina Titania Inggile


(1011419199)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS HUKUM
JURUSAN ILMU HUKUM
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sholawat serta salam kita curahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat
dan limpahannya, penulis mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Praktek Peradilan Perdata dengan judul “ Upaya Hukum dan Contoh Kasus“.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumber
pemikiran kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan
kami terima dengan senang hati guna penyempurnaan makalah ini. Semoga dengan adanya
makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan pembacanya

Gorontalo, 18 November 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB 1........................................................................................Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN....................................................................Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang.............................................................................................................2

C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................................3

A. Pengertian Upaya Hukum dan Jenisnya.......................................................................3

B. Contoh Kasus Upaya Hukum ........................................................................................4

BAB III...................................................................................................................................8

PENUTUP..............................................................................................................................8

A. Kesimpulan....................................................................Error! Bookmark not defined.

B. Saran..............................................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya hukum merupakan upaya yang diberikan oleh undang-undang dalam hal
tertentu untuk melawan putusan hakim bagi para pihak, baik itu seseorang atau pun badan
hukum yang merasa tidak puas serta dianggap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Dalam pelaksanaanya upaya hukum dapat dibedakan antara upaya hukum biasa terdiri
dari banding dan kasasi. Dan upaya hukum luar biasa terdiri dari kasasi dan peninjauan
kembali. Hakim sebagai salah satu aparat penegak hukum mempunyai tugas sebagai
salah satu penentu keputusan perkara. Putusan yang dihasilkan oleh hakim di pengadilan
idealnya tidak menimbulkan masalah-masalah baru di lingkungan masyarakat. Artinya
kualitas putusan hakim berpengaruh penting pada lingkungan masyarakat dan
berpengaruh pada kewibawaan dan kredibilitas lembaga pengadilan itu sendiri. Hakim
dalam mengambil keputusan hanya terikat pada peristiwa atau fakta-fakta yang relevan
dan kaidah-kaidah hukum yang menjadi atau dijadikan landasan yuridis

Namun yang terjadi saat ini, seiring dengan perkembangan peradaban, dimana
masyarakat luas mulai sedikit demi sedikit mampu mengerti akan hak dan kewajibannya,
memahami makna keadilan, serta mampu menempatkan dirinya pada fungsi kontrol
terhadap pelaksanaan peran hakim dalam proses peradilan. Setiap penyimpangan,
kesalahan prosedur, serta hal-hal yang dirasakan tidak adil atau tidak memuaskan dalam
proses peradilan akan diikuti dengan reaksi-reaksi sosial dengan berbagai bentuk, dari
yang reaksi halus sampai reaksi yang keras. Salah satu dari berbagai reaksi tersebut
adalah melakukan upaya hukum dipengadilan yang termasuk dalam upaya hukum biasa
yakni banding. Kata banding artinya imbangan, persamaan atau tara; sebanding artinya
seimbang atau setara. Pengertian banding dalam arti luas berarti semua pernyataan
keberatan tentang sesuatu putusan dalam suatu perkara supaya putusan dapat diselidiki,
ditinjau kembali dan diperbaiki. Jadi permintaan banding itu adalah suatu cara menentang
putusan pengadilan negeri atau juga putusan administratif, sehingga sesuatu perkara
dapat diperiksa kembali tentang kenyataan fakta-faktanya maupun hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu upaya hukum perdata dan jenisnya ?
2. Bagaimana contoh kasus perdata yang menggunakan upaya hukum ?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian dari upaya hukum perdata serta jenis-jenisnya
2. Agar mengetahui contoh kasus perdata yang menggunakan upaya hukum

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Upaya Hukum Perdata dan Jenisnya


Upaya hukum merupakan upaya yang diberikan oleh undang-undang kepada
seseorang atau badan hukum untuk hal tertentu untuk melawan putusan hakim sebagai
tempat bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan putusan hakim yang dianggap tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan, tidak memenuhi rasa keadilan, karena hakim juga seorang
manusia yang dapat melakukan kesalaha/kekhilafan sehingga salah memutuskan atau
memihak salah satu pihak. Upaya hukum yang dimaksud di sini adalah suatu upaya yang
diberikan oleh undang-undang kepada semua pihak yang sedang berperkara perdata di
pengadilan untuk mengajukan perlawanan terhadap putusan pengadilan. Dalam hukum acara
perdata dikenal adanya dua macam upaya hukum, yaitu upaya hukum biasa, yang tersedia
terhadap putusan pengadilan yang belum berkekuatan hukum tetap, dan upaya hukum luar
biasa atau istimewa, yang tersedia terhadap putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap.

Upaya hukum terbagi atas 2 upaya hukum biasa dan luar biasa :

A. Upaya Hukum Biasa.

1. Verzet atau Perlawanan Verzet atau perlawanan adalah upaya hukum terhadap putusan
verstek. Verzet pada dasarnya disediakan bagi tergugat yang berkeberatan atas putusan
verstek. Bagi penggugat yang dikalahkan atau berkeberatan atas putusan verstek tidak dapat
mengajukan verzet, tetapi banding.

2. Banding. Upaya hukum banding adalah upaya hukum terhadap putusan pengadilan negeri.
Syarat formal yang harus dipenuhi oleh pihak yang berkeberatan terhadap putusan
pengadilan negeri adalah pengajuan permohonan pemeriksaan tingkat banding, yang harus
diajukan dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari. Pihak yang mengajukan permohonan
banding dapat mengajukan memori banding. Pengajuan memori banding ini adalah hak,
sehingga tidak ada kewajiban untuk mengajukan memori banding. Kalau ada memori
banding, kepada pihak lawan diberi kesempatan mengajukan contra memmori banding.

3. Kasasi. Pihak yang berkeberatan terhadap putusan pengadilan tingkat banding (putusan
pengadilan tinggi) dapat mengajukan permohonan pemeriksaan tingkat kasasi ke Mahkamah
Agung. Ada dua syarat formal agar permohonan pememeriksaan tingkat kasasi dapat
diterima: a. Mengajukan permohonan pemeriksaan tingkat kasasi, dalam tenggang waktu 14
hari sejak putusan pengadilan tinggi diberitahukan b. Mengajukan memori kasasi dalam
tenggang waktu 14 hari sejak permohonan pemeriksaan kasasi diajukan. Adapun alasan-
alasan yang dapat digunakan dalam permohonan kasasi sebagaimana diatur dalam pasal 30
UU No. 14/1985 jo. UU no.5/2004 adalah: 1. Yudex factie tidak berwenang atau melampaui
batas wewenang. 2. Yudex factie salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku. 3.
Yudex factie lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan.

B. Upaya Hukum Luar Biasa

1. Peninjauan Kembali.Peninjauan kembali ditujukan terhadap putusan pengadilan yang


telah berkekuatan hukum tetap, yaitu putusan pengadilan negeri yang tidak dimohonkan
banding, putusan pengadilan tinggi yang tidak dimohonkan kasasi dan putusan kasasi.
Peninjauan kembali diajukan ke Mahkamah Agung Republik Indonesia. Peninjauan kembali
hanya dapat dilakukan satu kali saja. Tenggang waktu mengajukan kasasi adalah 180 (seratus
delapan puluh hari). Adapun alasan alasan peninjauan kembali adalah (pasal 67 UU no.
14/19850; a). Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak
lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti bukti yang
kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu. b). Apabila setelah perkaran diputus,
ditemukan surat surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa
tidak dapat ditemukan. c). Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih
dari yang dituntut. d). Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa
ditertimbangkan sebab sebabnya. e). Apabila antara pihak pihak yang sama mengenai suatu
soal yang sama, atas dasar yang sama oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah
diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain. f). Apabila dalam suatu putusan
terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

2. Derden Verzet / Perlawanan Pihak Ketiga. Derden verzet adalah perlawanan pihak ketiga,
yang bukan merupakan pihak dalam perkara yang bersangkutan, terhadap putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap yang merugikan pihak ketiga tersebut. Perlawanan pihak
keetiga ini diajukan kepada hakim yang menjatuhkan putusan yang dilawan itu dengan
menggugat para pihak yang bersangkutan dengan cara biasa.
2. Contoh Kasus Perdata
Dalam kasus ini saya mengambil yaitu upaya hukum dalam bentuk Derden Verzet /
Perlawanan Pihak Ketiga Verzet tergolong upaya hukum biasa yang sifatnya
menghentikan pelaksanaan putusan untuk sementara. Lebih khusus lagi, istilah verzet
dalam Hukum Acara Perdata merupakan suatu upaya hukum terhadap putusan verstek
(putusan yang dijatuhkan diluar hadirnya tergugat). Perlawanan ini diajukan pada Hakim
yang menjatuhkan putusan yang dilawan itu dengan menggugat para pihak yang
bersangkutan dengan acara biasa (Pasal 379 RV). Pihak ketiga yang hendak mengajukan
perlawanan terhadap suatu putusan tidak cukup hanya mempunyai kepentingan saja,
tetapi harus nyata-nyata telah dirugikan hakhaknya. Apabila perlawanannya itu
dikabulkan maka putusan yang dilawan itu diperbaiki sepanjang merugikan pihak ketiga
(Pasal 382 RV). Istilah asli yang dipergunakan dalam HIR atau Rv adalah ”verzet”.
Apabila yang mengajukan pihak ketiga, dia dirangkai menjadi istilah ”Derden Verzet”.
sebagai contohnya saya menggunakan suatu kasus gugatan perdata dengan Nomor
Perkara: 21 /Pdt.Plw/2016./PN Bna, dimana objek perkara berasal dari gugatan Perlawan
Pelawan pada intinya Perlawanan Pelawan adalah diajukan atas putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 2375 K/Pdt/20l4 Tanggal 23 Maret 2014 Jo Putusan
Pengadilan Tinggi Banda Aceh No. 16/Pdt/2014/PT.Bna tanggal 22 Mei 2014 putusan
Pengadilan Negeri Banda Aceh No. 19/ Pdt.G/2013/PN-Bna Tanggal 21 November 2013.
Kasus posisi perkara dalam kasus perdata Putusan Nomor : 21/Pdt.Plw/2016/PN-Bna
adalah sebagai berikut:
Pihak-pihak yang berperkara :
- M.HARIS, umur 50 tahun, pekerjaan swasta, bertempat tinggal Desa Kapa, Kecamatan
Peusangan, Kabupaten Bireun, dalam hal ini memberikan kuasa kepada YUSI
MUHARNINA,S.H., MISWAR,S.H, ERISMAN,S.H Advokat/Penasihat Hukum pada
Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA ), beralamat di Jalan Pelangi Nomor 88
Kampung Keuramat Banda Aceh, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 17 Mei 2016,
selanjutnya disebut sebagai Pelawan; Melawan - SUHARNIK, umur 45 tahun, pekerjaan
Mengurus Rumah Tangga, bertempat tinggal Dusun Kali Gampong Panteriek,
Kecamatan Lueng Bata,Kota Banda Aceh, dalam hal ini memberikan kuasa kepada
JALALUDDIN MOEBIN,S.H, dan NAJMUDDIN,S.H, Advokat Konsultan Hukum
JALALUDDIN MOEBIN,S.H, NAJMUDDIN,S.H & PARTNERS beralamat di Jalan
Tandi Nomor 09 Lt II Ateuk Munjeng, Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 2 Juni 2016, selanjutnya disebut sebagai
Terlawan I; - PEMERINTAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA Cq MENTERI
AGRARIA Cq KANWIL PERTANAHAN PROVINSI ACEH Cq KANTOR
PERTANAHAN KOTA BANDA ACEH, beralamat di Jalan Ir. Mohammad Taher
Lueng Bata Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh, dalam hal ini memberikan kuasa
kepada USMAN, S.H, Berkedudukan pada kantor Pertanahan Kota Banda Aceh di Jalan
Ir.H.Mohammad Taher Lueng Bata Banda Aceh, selanjutnya disebut sebagai Turut
Terlawan;
Proses penyelesaian perkara perdata melalui jalur pengadilan diawali dengan
pengajuan gugatan oleh pihak yang merasa haknya terganggu atau dirugikan oleh pihak
lain. Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa penggugat yang hendak mengajukan
gugatan harus mempunyai kepentingan hukum yang cukup dan memiliki dasar hukum
yangjelas untuk menuntut haknya. Berdasarkan HIR dan Rbg yang berlaku, penggugat
bebas merumuskan surat gugatannya, sebab tidak diatur secara tegas oleh HIR dan Rbg
tentang syarat- syarat pembuatan suatu gugatan. Akan tetapi di dalam prakteknya, ada
beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam merumuskan sebuah gugatan.
DALAM REKONVENSI; Menimbang bahwa Perlawanan Pelawan dinyatakan tidak
dapat diterima dan Majelis Hakim belum mempertimbangkan pokok perkara dalam
Perlawanan Pelawan maka Gugatan Rekonvensi yang diajukan oleh Terlawan I Menurut
Majelis Hakim dinyatakan tidak dapat diterima; DALAM KONVENSI DAN
REKONVENSI: Menimbang bahwa oleh karena Perlawanan dari Pelawan dinyatakan
tidak dapat diterima maka Pelawan haruslah dihukum membayar biaya yang timbul
dalam perkara ini yang besarnya sebagaimana dalam amar putusan ini; Memperhatikan
peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan dengan perkara ini; Maka dalam amar
Putusan Nomor 21/Pdt.Plw/2016/PN-Bna, Pengadilan Negeri Banda Aceh memutuskan
sebagai berikut : Dalam Eksepsi : - Mengabulkan Eksepsi Terlawan I; Dalam Pokok
Perkara: - Menyatakan Gugatan Rekonvensi dari Terlawan I dinyatakan kabur sehingga
dapat di pertimbangkan gugatan teresebut tidak dapat diterima atau ditolak (Niet
Ontvankelijke Verlaard);Dalam Konvensi dan Rekonvensi - Menghukum Pelawan
Konvensi/Terlawan Rekonvensi untuk membayar biaya perkara sejumlah
Rp2.459.000,00 (dua juta empat ratus lima puluh sembilan ribu rupiah); Demikian,
diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Banda Aceh
terhadap kasus penyelesaian sengketa dalam Perlawanan Pihak Ketiga (Deden Verzet)
Terhadap Sita Eksekutorial yang disengketakan. Proses perkara perdata di Pengadilan
Negeri dilakukan secara terbuka dan kedua belah pihak diperlakukan sama dan tidak
memihak. Kedua belah pihak diberi kesempatan untuk memberi pendapatnya dan
didengar keterangannya. Namun, setiap argumen yang dikemukakan oleh para pihak
mengenai pokok sengketa tentunya harus didukung oleh alat bukti yang ditentukan
menurut hukum acara perdata yang berlaku. Pada akhirnya setelah cukup proses jawab-
menjawab antara para pihak yang didukung oleh bukti-bukti yang diajukannya, maka
pengadilan menjatuhkan putusan dengan memuat alasan-alasan putusan yang dijadikan
dasar untuk mengadili. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam proses perkara ini
adalah kehandalan para pihak atau kuasanya dalam memformulasikan gugatan sehingga
baik subjek, objek, posita, maupun petitum gugatan sudah sesuai dengan hukum acara
perdata yang berlaku. Dengan demikian, adanya cacat formal dalam gugatan dapat
dihindari sedini mungkin.
Dalam hal ini yang tidak kalah pentingnya adalah pokok perkara itu sendiri.
Pengadilan akan menilai pokok permasalahan tersebut secara menyeluruh. Sebaliknya,
jika penggugat dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya yang mengakibatkan
gugatannya dikabulkan, masalah yang akan dihadapi adalah upaya-upaya hukum
banding, kasasi, bahkan peninjauan kembali akan ditempuh oleh tergugat. Bahwa pihak
ketiga dapat melakukan perlawanan terhadap putusan yang berkekuatan hukum tetap
apabila, ternyata barang yang dijadikan obyek sengketa adalah miliknya dan dapat
membuktikan hak miliknya itu. Pihak ketiga (DerdenVerzet) dapat melakukan
perlawanan terhadap perkara perdata. Untuk itu dibutuhkan suatu kejujuran dalam proses
penegakan hukum khususnya pada perkara derden verzet. Ada prinsipnya setiap putusan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat di eksekusi baik secara sukarela
maupun secara paksa. Dalam hal ini hanya putusan yang bersifat kondemnatoir yang bisa
dieksekusi yaitu putusan yang amar atau diktumnya mengandung unsur penghukum.
Putusan yang amar atau dictum yang tidak mengandung unsur penghukum tidak dapat
dieksekusi atau “nonexecutable”. Prinsip hukum pihak ketiga bahwa pihak ketiga tidak
terikat putusan kecuali para pihak yang bersengketa. Akan tetapi pihak ketiga mempunyai
hak untuk mengajukan perlawanan terhadap kerugian yang diderita dalam hal ini
memiliki hak milik atas benda yang hendak dilakukan sita eksekusi terhadapnya. Bahwa
perlawanan bisa dilakukan dengan cara melakukan gugatan biasa yang diajukan di
pengadilan negeri yang selanjutnya atas perintah Ketua Pengadilan Negeri dan terhadap
pihak pelawan dapat melakukan perlawanan atas eksekusi terhadap objek sengketa,
asalkan dapat membuktikan bahwa objek tersebut adalah miliknya.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1.Prinsip hukum pihak ketiga bahwa pihak ketiga tidak terikat putusan kecuali para pihak
yang bersengketa. Akan tetapi pihak ketiga mempunyai hak untuk mengajukan
perlawanan terhadap kerugian yang diderita dalam hal ini memiliki hak milik atas benda
yang hendak dilakukan sita eksekusi terhadapnya bahwa perlawanan bisa dilakukan
dengan cara melakukan gugatan biasa yang diajukan di pengadilan negeri yang
selanjutnya atas perintah Ketua Pengadilan Negeri dan terhAdap pihak pelawan dapat
melakukan perlawanan atas eksekusi terhadap objek sengketa, asalkan dapat
membuktikan bahwa objek tersebut adalah miliknya. Sebagaimana Azas Audi et Alteram
Partem yang mana para pihak berhak mendalilkan apa yang akan dibuktikan dan Hakim
mendengarkan serta memperhatikannya.
2.Berdasarkan kasus dalam Putusan Nomor 21 /Pdt.Plw/2016/PN-Bna bahwa pihak
ketiga dapat melakukan perlawanan terhadap putusan yang berkekuatan hukum tetap
apabila, ternyata barang yang dijadikan obyek sengketa adalah miliknya dan dapat
membuktikan hak miliknya itu. Pihak ketiga (derden verzet) dapat melakukan
perlawanan terhadap perkara perdata. Untuk itu dibutuhkan suau kejujuran dalam proses
penegakan hukum khususnya pada perkara derden verzet.
3.Disimpulkan bahwa tidak dimungkinkan apabila pelawan (pihak ketiga) yang memiliki
keberatan bahwa harta kekayaan miliknya dijadikan sita jaminan oleh terlawan (awalnya
tergugat), dapat menarik pihak lain menjadi terlawan maupun turut terlawan yang bukan
pihak dalam sengketa awal. Pelawan dalam derden verzet (pihak ketiga) sebenarnya pun
merupakan pihak yang tidak ada pada sengketa awal antara penggugat dan tergugat.
Namun, yurisprudensi sebagai salah satu dasar hukum di Indonesia (melalui Putusan MA
No. 3089 K/Pdt/1991) memberikan hak kepada pihak ketiga untuk mengajukan derden
verzet agar dirinya dinyatakan sebagai pemilik objek yang terkena sita.

B. SARAN

1.Disarankan kepada masyarakat dalam melakukan proses penghibahan tanah dan


bangunan agar lebih berhati-hati dan mengikuti prosedur serta ketentuan yang berlaku
agar tidak menimbulkan sengketa di kemudian hari.

2. Disarankan kepada Majelis hakim agar berhati-hati dalam mengabulkan permohonan


sita eksekusi disertai dengan dasar alasan yang kuat dan didukung oleh fakta-fakta yang
mendasar sesuai ketentuan perundang- undangan yang berlaku, sehingga tidak
menimbulkan suatu kekeliruan bahkan kecerobohan tindakan hakim.

DAFTAR PUSTAKA
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata. Sinar Grafika: Jakarta, 2009.
Soepomo., R. Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1993. Sri
Wardah dan Bamb
Djkn.kemenkeu.go.id (2011,18 Mei ) . Upaya Hukum dalam acara perdata. Di akses
pada 18 November 2021 dari
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/2296/Upaya-Hukum-dalam-Hukum-
Acara-Perdata.html
Mahkamahagung.go.id. di akses pada 18 November 2021 dari
https://www.mahkamahagung.go.id/

Anda mungkin juga menyukai