PERDATA
MAKALAH
Tugas Mata Kuliah Hukum Pradilan Semu Semester VII
Disusun Oleh:
Makalah ini merupakan tugas kuliah Hukum Peradilan Semu semester VII
Fakultas Hukum Institut Ilmu Sosial Dan Bisnis Andi Sapada. Penyusunan
makalah ini sebisa mungkin didasarkan pada referensi yang dapat
dipertanggungjawabkan dan mengikuti standar karya tulis ilmiah.
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Perkara perdata adalah suatu perkara yang terjadi antara pihak yang satu
dengan pihak yang lainnya dalam hubungan keperdataan. Hubungan antara pihak
yang satu dengan pihak lainnya apabila terjadi sengketa yang tidak dapat
diselesaikan oleh para pihak yang sedang berperkara umumnya diselesaikan
melalui pengadilan untuk mendapatkan keadilan yang seadil- adilnya. Perkara
perdata yang di ajukan ke pengadilan pada dasarnya tidak hanya terhadap
perkara-perkara perdata yang mengandung sengketa yang dihadapi oleh para
pihak, tetapi dalam hal-hal tertentu yang sifatnya hanya merupakan suatu
permohonan penetapan ke pengadilan untuk ditetapkan adanya hak-hak
keperdataan yang dipunyai oleh pihak yang berkepentingan agar hak-hak
keperdataannya mendapatkan keabsahan. Umumnya dalam permohonan
penetapan tentang hak-hak keperdataan yang diajukan oleh pihak yang
berkepentingan tidak mengandung sengketa karena permohonannya
dimaksudkan untuk mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwajib.
a. Perubahan Gugatan
b. Penambahan Gugatan
c. Pengurangan Gugatan
Pengurangan gugatan senantiasa akan diperkenankan oleh hakim.
Misalnya semula digugat untuk menyerahkan 4 bidang sawah, kemudian
penggugat merasa keliru bahwa sesungguhnya sawah yang dikuasai oleh
tergugat itu bukan 4 bidang, akan tetapi hanya 2 bidang saja, maka ia
diperkenankan untuk mengurangi gugat dan hanya hanya menggugat sawah
yang 2 bidang .
d. Pencabutan Gugatan
2. Perdamaian
4. Jawaban Gugatan
Tentang eksepsi atau tangkisan, HIR hanya mengenal satu macam eksepsi ialah
eksepsi perihal tidak berkuasanya hakim, yaitu eksepsi yang menyangkut
kekuasaaan relatif dan eksepsi yang menyangkut kekuasaaan absolut. Kedua
macam eksepsi ini disebut eksepsi prosesual. Eksepsi yang menyangkut
kekuasaan relatif atau kewenangan nisbi diatur dalam Pasal 133 HIR/159 RBg.
Eksepsi kewenangan absolut diatur dalam Pasal 134 HIR/160 RBg.
Menurut pasal 136 HIR/ pasal 162 RBg maka jawaban yang berupa
eksepsi kecuali eksepsi tentang tidak berkuasanya hakim, tidak boleh diajukan
dan dipertimbangkan secara terpisah, tapi diperiksa dan diputus bersama pokok
perkara. Menurut pendapat Wirjono Prodjodikoro , pasal ini hanya berarti
anjuran saja seberapa dapat tergugat mengumpulkan segala sesuatu yang ingin
diajukan dalam jawabannya saat permulaan pemeriksaan perkara. Sedangkan
menurut Soepomo, pasal ini tidak lain bertujuan untuk menghindarkan
kelambatan yang tidak perlu.
Hal-hal yang perlu diingat dalam proses Replik- Duplik ialah sebagai
berikut:
c. Semua jawaban atau pertanyaan dari kedua belah pihak atau dari hakim
harus melalui izin dari ketua majlis.
1. Dalam gugatan konvensi bertindak bukan untuk diri sendiri (sebagai wali),
sedangkan dalam gugatan rekonvensi bertindak untuk diri sendiri
7. Tahap Konklusi
KESIMPULAN
2) Tahap Perdamaian
Penyelesaian sengketa melalui jalur perdamaian merupakan cara
penyelesaian yang dianggap paling efektif dan efisien sebagaimana
yang tercantum dalam pasal 130 HIR maupun pasal 154 RBg dan
putusan yang didasarkan pada penyelesaian perdamaian, bukan
sebagai hasil pertimbangan dan penerapan hukum positif yang
dilakukan oleh hakim.
3) Pembacaan Gugatan
Yaitu pihak penggugat berhak meneliti ulang apakah seluruh materi
(dalil gugatan dan petitum) sudah benar dan lengkap. Hal-hal yang
tercantum dalam surat gugat itulah yang menjadi acuan (obyek)
pemeriksaan dan pemeriksaan tidak boleh keluar dari ruang lingkup
yang ternuat dalam surat gugatan.
4) Jawaban Gugatan
5) Replik Penggugat
6) Duplik Tergugat
7) Konklusi
Sarwono. Hukum Acara Perdata, Teori dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika. 2012.