PERDATA
DISUSUN OLEH:
YULIA HENDRIANI B
D10121386
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang " MAKALAH
GUGATAN DALAM HUKUM PERDATA".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.
Yulia Hendriani B
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ..........................................................................................................3
BAB II ...........................................................................................................................4
PEMBAHASAN ............................................................................................................4
1. Penggugat...............................................................................................................5
2. Tergugat.................................................................................................................5
PENUTUP .................................................................................................................. 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam masarakat sering terjadi perkara-perkara perdata yang melibatkan
dua pihak atau lebih.Yang dimaksud dengan perdata, yaitu perkara sipil atau segala
perkara selain perkara kriminal atau pidana. Ketika menghadapi masalah perdata,
kita dapat mengajukan surat gugatan perdata kepada pengadilan setempat
(Pengadilan Negeri).
Surat gugatan perdata dibuat oleh pengacara atau kantor advokat yang
ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat. Surat ini merupakan
permohonan dari pihak penggugat kepada pengadilan untuk menyelenggarakan
persidangan antar pihak penggugat dan tergugat terkait kasus yang menimpa pihak
penggugat.
Surat gugatan perdata memuat pihak penggugat dan tergugat, pihak yang
dituju (ketua pengadilan negeri), rincian permasalahan, perihal yang digugat, dan
informasi lain yang penting untuk disampaikan berkenaan dengan kasus perdata yang
dihadapi. Rincian permasalahan hendaknya dipaparkan seakurat mungkin agar tidak
terjadi kesalahpahaman.
B. Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang diatas,maka kami merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian gugatan ?
2. Siapa saja pihak-pihak dalam gugatan ?
3. Apa saja macam-macam gugatan ?
4. Apa saja teori dalam mengajukan gugatan perdata ?
5. Apa saja formulasi dalam gugatan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gugatan
Gugatan ialah suatu surat yang diajukan oleh penggugat pada ketua
Pengadilan yang berwenang, yang menurut tuntutan hak yang di dalamnya
mengandung suatu sengketa dan merupakan dasar landasan pemeriksaan perkara
dan suatu pembuktian kebenaran suatu hak.
Dalam gugatan ada istilah penggugat dan tergugat. Penggugat ialah orang
yang menuntut hak perdatanya kemuka pengadilan perdata penggugat bias satu
orang/badan hukumatau lebih sehinng ada istilah penggugat I, penggugatII,
penggugat IIIdan seterusnya. Lawandari penggugat disebut tergugat.Dalam hal
tergugat ini pun bisa ada kemungkinan lebih dari satu orang/badan, sehingga ada
istilah tergugat I, tergugat II, tergugat II, dan seterusnya.Gabungan penggugat
atau gabungan tergugat disebut dengan kumulasi subjektif.Dan idealnya dalam
perkara di pengadilan ada penggugat dan tergugat. Inilah peradilan yang
sesungguhnya ( jurisdiction contentiosa). Dan produk hukum dari gugatan adalah
putusan pengadilan.
Dan dalam gugatn harus ada dasar hokum, mwnurut pasal 118 HIR dan
142 RBG, siapa saja yangmerasa hak peribadinya dilanggar oleh orang lain
sehinnga mendatangkan kerugian, dan ia tidak mampu menyelesekan sendiri
persoalan trsebut, maka ia dapat meminta kepada pengadlan untuk
menyelesaikan masalah itu sesuai denganhukum yang berlaku. Apabila ia
menghendakicampur tangan pengadilan, maka ia harus mengajukan surat
permohonan yang ditandatangani olehnya atau oleh kuasanya yang ditunjukan
kepada ketua pengadilan yang menguasai wilayah hokum tempat tinggal
lawannya atau tergugat. Jika surat permohonan tersebut sudahditerima oleh
pengadilan, maka pengadilan harus memanggilpihakpihak yang bersengketa itu
untuk diperiksa hal halyang menjadi pokok sengketa atas dasar gugatan
yangmempunyai alasan hukum.
Dasar hukum dalam mengajukan gugatan diperlukan untuk meyakinkan
para pihak yang terkait dengan gugatan itu bahwa peristiwa kejadian dan
peristiwa hukum betul-betul terjadi tiandak hanya diada-adakan atau direkayasa.
Disamping itu, disebutnya dasar hukum dalam gugatan yang diajukan
kepada pengadilan adalah untuk mencegah agar stiap orang tidak dengan
mudahnya mengajukan gugatan kepada pengdilan, padahal kalao diteliti dengan
saksama, gugatan itu diajukan tanpa dasar hukum samasekali, sehingga apabila
dibiarkan akan menyulitkan pengadilan agama dalam pemeriksaangugatan
tersebut.
Oleh karna itu, sebelum gugatn disusun dan diajukan kepada pengadilan,
Pengggugat harus meneliti dengan saksama apakah kerugian yang diderita itu
sehingga ia menuntut hak kepengadilanmempunyai dasar hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak, apabila dasar hukum sebagai dalil gugat yang
sudah diketahui maka dengan mudahnya mengklasifikasikan, gugatan yang
disusun itu termasuk sebagaigugatan yang kategori apa,misalnya kategori
perbuatan melawan hukum sebagaimana tersebut dalam pasal 1365 B.W,,
Wanprestasi, kewarisan atau gugatan perdata lainnya.Masalahnya ini sangat
penting untuk diperhatikan di dalam menyusun gugatan perdata yang akan
diajukan kepada pengadilan.banyak gugatan yang tidak diterima karena ada
kesalahan dalam membuatnya.
2. Tergugat
Tergugat adalah orang yang ditarik ke muka pengadilan karena dirasa
telah melanggar hak penggugat. Jika dalam suatu Gugatan terdapat banyak
pihak yang digugat, maka pihak-pihk disebut : Tergugat 1, Tergugat ll,
Tergugat III dan seterusnya.
3. Turut Tergugat
Pihak yang dinyatakan sebagai Turut Tergugat dipergunakan bagi
orang-orang yang tidak menguasai barang sengketa dan tidak berkewajiban
untuk melakukan sesuatu.Namun, demi lengkapnya suatu gugatan, maka
mereka harus disertakan.
Dalam pelaksanaan putusan hakim, pihak Turut Tergugat tidak ikut
menjalankan hukum yang diputus untuk Tergugat, namun hanya patuh dan
tunduk terhadap isi putusan tersebut.
3. Gugatan Provesionil
Biasanya, ketika gugatan diajukan ke pengadilan, pihak penggugat
merasa perlu melakukan tindakan sementara selama proses pemeriksaan
pokok perkaranya masih sedang berlangsung. Tuntutan tindakan sementara
yang dimintakan kepada hakim pemeriksa semacam itu disebut dengan
gugatan provionil.Syaratnya, materi gugatannya tidak mengenai pokok
perkaranya. Sehubungan dengan hal itu, mahkamah agung RI nomor reg.
1070 K/Sip/1975, tanggal 7 mei 1973 menetapkan bahwa tuntutan provisionil
yang menyangkut pokok perkaranya tidak dapat diterima.
Pengajuan gugatan provisionil bersamaan dengan gugatan pokoknya,
namun hakim setelah memerhatikan dalil-dalilnya segera akan memberikan
keputusan sela tentang diterima atau tidak diterimanya gugatan provisionil
itu. Gugatan semacam itu biasanya diajuakan oleh pihak penggugat
sehubungan adanya.Misalnya, tergugat mengusai objek sengketa yang masih
belum jelas setatus hukumnya.Untuk itu, melai gugatan provisionil
dimohonkan agar hakim pemeriksa memutuskan dalam putusan selanya
bahwa objek sengketa dimaksud ditetapkan dalam setatus quo.Atas keputusan
sela tersebut pihak tergugat dapat mengajukan banding.Namun memori
banding maupun kontra memori bandingnya menjadi suatu berkas dengan
berkas banding atas putusan akhir.
4. Gugatan Insidentil
Sesuai dengan istilahnya, gugatan insidentil dapat diajukan oleh
pihak-pihak yang berperkara dalam kerangka untuk mempertahankan haknya,
yaitu dengan cara memasukkan pihak ketiga kedalam perkara yang tengah
diperiksa. Prosedurnya, pihak tergugat mengajukan permohonan itu kepada
hakim pemeriksa, baik secara lisan atau tertulis pada saat menyerahkan
jawaban pertamanya.Atas permohonan tersebut pihak tergugat dapat
mengajukan banding, namun memori banding maupun kontra memori
bandingnya menjadi satu berkas dengan berkas banding atas putusan
akhir.Yang termasuk dalam pengertian gugatan insidentil adalah sebagai
berikut.
a. Gugatan Jaminan (Vrijwaring)
Gugatan jaminan adalah tindakan hukum yang dilakukan tergugat
dengan menarik pihak ketiga pada saat proses pemeriksaan pokok
perkaranya sedang berlsngsung. Pihak tergugat bersamaan dengan
penyerahan jawaban pertamanya, baik secara tulisan atau tertulis
mengajukan permohonan kepada majelis hakim pemeriksa untuk
dikenakan menarik pihak ketiga demi melindungi kepentingannya.Bila
hakim pemeriksa dapat menerima alasan-alasan tergugat, selanjutnya
pihak ketiga yang bersangkutan dipersilakan mengajukan berkas tertulis
tentang jaminan (vrijwaring) sesuai dengan permohonan tergugat. Seperti
halnya susunan surat gugatan, redaksional tentang jaminan ini pun harus
memuat dalil-dalil yang memiliki kaitan dengan pokok perkaranya serta
apa tuntutannya.
Gugatan jaminan dapat terjadi, misalnya seseorang bernama A
menjual barang kepada B. Menurut pasal 1492 KUH Perdata, wajib bagi
B untuk menjamin terhadap A atas segala sesuatu berkenaan dengan
barang yang dijualnya tersebut dari gangguan pihak ketiga. Bila ternyata
kemudian ada gugatan dari pihak ketiga terhadap B, tentu saja B dapat
menarik A dalam perkara itu untuk memberikan jaminan. Dalam gugatan
semacam ini posisi tergugat menjadi penggugat dalam jaminan
(vrijwaring), sedangkan pihak ketiga berkedudukan sebagai tergugat
dalam jaminan (vrijwaring).
b. Gugatan Intervensi
Gugatan intervensi adalah tindsksn pihak ketiga yang masuk
kedalam perkara yang tengah dalam proses pemeriksaan. ada dua macam
gugatan intervensi yakni sebagai berikut.
1) Tussemkomst
Pengertian tussemkomst adalah suatu tindakan hukum yang
dilakukan pihak ke tiga dalam proses pemeriksaan perkara yang
tengah berlangsung. Tindakan hukum pihak ketiga dimaksud adalah
atas kehenddak dan kemauan sendiri dalam upaya membela
kepentingannya yang terancam dengan adanya sengketa kedua pihak
di pengadilan. Untuk itu,yang bersangkutan wajib mengajukan
permohonan gugatan tussemkomst,yang model dan struktur
paparannya seperti mengajukan gugatan sederhana. Untuk
permohonan ini hakim pemeriksa perkara akan memeriksa lebih
dahulu perkaranya, sebelum memeriksa pokok perkara. Oleh karna
itu, hakim akan memeberikan putusan sela.
Seperti halnya pengajuan gugatan sederhana, penggugat
tussemkomst memiliki beban kewajiban membuktikan dalil-dalil
tersebut berkaitan dengan tindakan hukumnya.Oleh karena itu, harus
disiapkan pula bukti-bukti tertulis maupun bukti keterangan saksi
untuk meneguhkan dalil gugatan tussemkomst-nya. Selanjutnya hakim
pemeriksa perkara memutuskan dalam putusan selanya, apakah dapat
menerima ataumenolak permohonan gugatan semacam itu.atas
putusan sela tersebut, baik penggugat asli, tergugat asli, maupun
penggugat tussemkomst dapat mengajukan banding. Namun,
pemeriksaan berkas perkara banding tersebut akan diperiksa
bersamaan dengan berkas putusan akhir atas pokok perkaranya.
Dengan kata lain, agar pemeriksaan pokok perkaranya tidak terhenti
karena adanya permohonan banding atas putusan sela gugatan
tussemkomst dimaksud , maka berkas banding tidak serta merta
dikirimkan ke pengadilanbanding seketika setelah pihak yang
mengajukan menandatangani risalah banding di kepaniteraan
pengadilan negari.
2) voeging atau partijen
Berbeda dengan pengertian sebelumnya, intervensi model
voeging atau partijen terjadi manakala permohonan keterlibatan pihak
ketiga ke dalam perkara yang masih dalam proses pemeriksaan.
Tindakan hukum seperti itu dilakukan demi kepentingan pihak ketiga
sendiridan atau sekaligus menyelamatkan kepentingan salah satu dari
para pihak yang tengah berperkara. Oleh karena itu, surat gugatan
voeging atau partijen pihak ketiga meminta kepada hakim pemeriksa
perkara agar diperkenankan berada secara bersama-sama dalam suatu
pihak, baik di pihak penggugat atau tergugat, untuk melawan pihak
lainnya.
Seperti halnya pada intervensi tussemkomst, hakim pemeriksa
perkara dalam hal ini juga akan memberikan putusan sela yang isinya
apakah dapat menerima atau menolak permohonan gugatan semacam
itu. Atas putusan sela tersebut, baik penggugta asli, tergugat asli,
maupun penggugat voeging atau partijen dapat mengajukan banding.
Namun, pemeriksaan berkas perkara seperti itu akan diperiksa
bersamaan dengan berkas putusan akhir pokok perkaranya di tingkat
banding. Dalam kalimat lain, dengan maksud agar pemeriksaan pokok
perkaranya tidak terhenti oleh upaya banding atas putusan sela
gugatan voeging atau partijen dimaksud, maka berkas banding tidak
semerta-merta dikiramkan ke pengadilan banding seketika setelah
pihak yang mengajukannya menandatangani risalah banding di
kepaniteraan pengadilan negeri.
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, makakami dapat menyimpulkan bahwa sesuai
dengan makalah “Gugatan” kami menyimpulkan bahwa ada beberapa macam
gugatan dan dalam membuat suatu gugatanterdapat syarat-syarat yang harus
terpenuhi di dalamnya.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan makalah ini,tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya.karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna
bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mardani, 2010. Hukum Acara Perdata Peradilan Agama & Mahkamah Syar’iyah :
Jakarta : Sinar Grafika