Anda di halaman 1dari 15

BANTUAN HUKUM DALAM GUGATAN PERDATA

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Hukum Acara Perdata

Oleh :

Kelompok 3

1. Pebriansyah 1930104127

2. Okta Reni 2120104038

3. Ayu Adelia 2120104058

Dosen Pengampuh : Ramiah Lubis, S.H.,M.H

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpah Rahmat, Inayah,

Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam

bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan

sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi

makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami

miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk

memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah

ini.

Palembang, Maret 2023

Hormat kami,

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3

A. Pengertian Bantuan Hukum .............................................................................................. 3


B. Subjek yang dapat menerima Bantuan Hukum ................................................................. 4
C. Dasar Hukum Bantuan Hukum Dalam Gugatan Perdata .................................................. 5
D. Peran Bantuan Hukum Dalam Gugatan Perdata ............................................................... 8
E. Hak Dan Kewajiban Penerima Bantuan Hukum .............................................................. 9
F. Bantuan Hukum Dalam Menciptakan Masyarakat Yang Adil Dan Beradab ................... 10

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................................ 11

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adalah sebuah sistem yang sangat kompleks dan tidak semua orang
memahami hukum dan aturan yang berlaku. Seringkali, orang-orang menghadapi masalah
hukum yang memerlukan pemahaman yang mendalam tentang aturan dan prosedur yang
berlaku. Salah satu bentuk masalah hukum adalah masalah dalam gugatan perdata.

Gugatan perdata adalah tuntutan yang diajukan oleh seseorang atau kelompok kepada
pihak lain di depan pengadilan dalam rangka penyelesaian sengketa yang berkenaan dengan
hak-hak pribadi atau perdata. Masalah dalam gugatan perdata bisa berupa masalah properti,
kontrak, perdata keluarga, hingga kerugian akibat tindakan melanggar hukum. Gugatan
perdata seringkali membutuhkan bantuan hukum untuk memastikan bahwa hak-hak
seseorang dilindungi dan terpenuhi dengan adil.

Indonesia sebagai negara hukum mempunyai tugas untuk mensejahterakan rakyat


tidak hanya lewat keadaan ekonomi saja, tapi juga dalam bidang keamanan dan keadilan,
sesuai dengan pembukaan Undang-Undang 1945 Alenia ke 2 yaitu memajukan kesejahteraan
umum, tujuan memajukan kesejahteraan umum adalah tujuan negara sejahtera. Artinya
mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia, tidak hanya dari segi material ekonomi
saja tetapi juga dari segi spiritual, jaminan keamanan dan jaminan hukum yang adil.1

Untuk menjamin keadilan bagi seluruh rakyat maka pada tahun 2011 DPR RI
mengesahkan undang-undang No 16 Tahun 2011 yang mengatur tentang Bantuan Hukum
dalam hal ini Negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang
miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan, meskipun di indonesia baru terdapat
undang-undang pada tahun 2011 tetapi bantuan hukum sebenarnya sudah ada dan
dilaksanakan oleh masyarakat Barat sejak zaman Romawi dimana pada waktu itu bantuan
hukum didasarkan pada nilai-nilai moral dan lebih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang
mulia, khususnya untuk menolong orang-orang tanpa mengahrapkan dan/atau menerima
imbalan atau horarium.

Pada mulanya bantuan hukum sebagai “legal institution” (lembaga hukum) tidak
dikenal sebagai sistem hukum tradisional di indonesia dan baru dikenal ketika sistem hukum
1
Maleha Soemarsono, “Negara Hukum Indonesia Ditinjau,” 1945. Hal. 45

1
barat diberlakukan pada masa penjajahan di indonesia. Jadi sejak jaman penjajahan sudah
terdapat bantuan hukum yang di laksanakan oleh beberapa organisasi advokatdan swadaya
masyarakat lainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bantuan hokum ?
2. Siapa saja subjek yang dapat menerima bantuan hokum ?
3. Apa saja dasar hukum bantuan hukum dalam gugatan perdata ?
4. Bagaimana peran bantuan hukum dalam gugatan perdata ?
5. Apa saja hak dan kewajiban penerima bantuan hukum ?
6. Bagaimana pentingnya bantuan hukum dalam menciptakan masyarakat yang adil Dan
beradab ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bantuan hukum
2. Untuk mengetahui subjek yang dapat menerima bantuan hukum
3. Untuk mengetahui dasar hukum bantuan hukum dalam gugatan perdata
4. Untuk mengetahui peran bantuan hukum dalam gugatan perdata
5. Untuk mengetahui hak dan kewajiban penerima bantuan hukum
6. Untuk mengetahui pentingnya bantuan hukum dalam menciptakan masyarakat yang
adil dan beradab

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bantuan Hukum

Pada dasarnya bantuan hukum akan sangat bermanfaat jika diberikan oleh orang yang
memahami hukum dan menjunjung tinggi rasa keadilan.2 Menurut Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang menyatakan bahwa Bantuan Hukum adalah
jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada
Penerima Bantuan Hukum dan Penerima Bantuan Hukum tersebut adalah orang atau
kelompok orang miskin. Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon Bantuan Hukum
harus memenuhi syarat-syarat yang di atur di dalam Pasal 14 ayat (1), Undang-Undang No.
11 Tahun 2016 tentang bantuan hukum sebagai berikut :

a) Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang- kurangnya identitas


pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan Bantuan
Hukum;
b) Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan Melampirkan surat
keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau;
c) pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum.

Selain pengertian bantuan hukum sebagaimana dijelaskan di atas, ada juga pengertian
bantuan hukum yang dijelaskan dari kalangan profesi hukum di Indonesia, diantaranya
sebagai berikut:

1. Lasdian Walas mengatakan bahwa, bantuan hukum adalah jasa memberikan bantuan
hukum dengan bertindak baik sebagai pembela dari seseorang yang tersangkut dalam
perkara pidana maupun kuasa hukum dalam perkara perdata atau tata usaha negara di
muka pengadilan atau memberi nasihat hukum di luar pengadilan."3
2. Dengan mengutip pendapat dari K.Smith dan D.J Keenan, Santoso Poedjosocbroto
berpendapat bahwa bantuan hukum atau legal aid di artikan sebagai bantuan hukum
(baik yang berbentuk pemberian nasihat hukum, maupun yang berupa menjadi kuasa
dari pada seseorang yang berperkara) yang diberikan kepada orang yang tidak mampu

2
A. Patra M Zein dan Daniel Hutagalung, Panduan Bantuan Hukum Di Indonesia, YLBHI dan PSHK, hlm. 48
3
Ishaq, Pendidikan Keadvokatan, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hal. 5

3
ekonominya, sehingga ia tidak dapat membayar biaya (honorarium) kepada seorang
pembela atau pengacara.4

Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum mengatur pelaksanaan bantuan hukum dilakukan oleh pemberi bantuan hukum yang
memenuhi syarat berdasarkan Undang-Undang, yaitu berbadan hukum, terakreditasi
berdasarkan undang-undang, memiliki kantor atau sekretariat yang tetap, memiliki pengurus
dan memiliki program bantuan hukum.

Berdasarkan uraian tersebut, dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011


tentang Bantuan Hukum, pemberian bantuan hukum tidak hanya berada di tangan advokat,
tetapi juga terdapat pada lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang
memberi layanan bantuan hukum.

Pemberian bantuan hukum harus sesuai dan tepat sasaran. Dalam artian bahwa orang
yang mendapatkan bantuan hukum, sebagaimana tujuan dari pemberian bantuan hukum itu
harus orang-orang yang sesuai dengan kriteria yang dimaksud dalam Undang-Undang.

Gugatan perdata adalah tindakan hukum yang dilakukan oleh seseorang atau badan
hukum untuk menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan hak-hak sipil, seperti hak
kepemilikan, hutang-piutang, perjanjian, dan sebagainya. Gugatan perdata diajukan ke
pengadilan yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Dalam gugatan perdata,
pihak yang mengajukan gugatan disebut penggugat, sedangkan pihak yang digugat disebut
tergugat. 5

B. Subjek yang dapat menerima Bantuan Hukum

Menurut Pasal 5 Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 Tentang Bantuan Hukum, yang
berhak mendapatkan bantuan hukum yaitu sebagai berikut:

1. Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi
setiap orang atau kelompok miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara
layak dan mandiri.
2. Hak dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak atas pangan, sandang,
layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan.

4
Soerjono Soekanto, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1963. hal, 21,
5
Iwan Wahyu Pujiarto, “Pelaksanaan Pemberi Bantuan Hukum Dikaitkan Dengan Undang Undang No. 16
Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum,” USU Law Journal 2, no. 3 (2015). Hlm. 87-88,

4
Dalam undang-undang bantuan hukum, penerima bantuan hukum tidak disebutkan
secara jelas. Namun, pada prinsipnya harus mengacu pada ketentuan sebagaimana yang
dimaksudkan di dalam Pasal 5 Undang-Undang Bantuan Hukum tersebut. Sehingga secara
menyeluruh, kriteria subjek penerima bantuan hukum adalah sebagai berikut:

1. Orang yang memiliki masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha Negara,
baik litigasi maupun non litigasi (mengacu pada Pasal 4 Undang-Undang Bantuan
Hukum).
2. Orang-orang yang hak-hak konstitusionalnya dilanggar oleh oknum penegak hukum.
3. Orang-orang yang tidak mendapatkan akses untuk mendapatkan keadilan.
4. Orang-orang yang teraniaya oleh karena masalah hukum yang sedang dihadapinya.

C. Dasar Hukum Bantuan Hukum Dalam Gugatan Perdata

Dasar hukum bantuan hukum dalam gugatan perdata di Indonesia tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang tersebut mendefinisikan bantuan hukum sebagai "bantuan yang diberikan kepada
orang yang tidak mampu secara ekonomi untuk memperoleh akses terhadap keadilan dan
perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku". Dalam
konteks gugatan perdata, bantuan hukum dapat diberikan kepada pihak yang mengalami
kesulitan dalam memperjuangkan haknya secara hukum dalam sebuah gugatan perdata.

Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 menyatakan bahwa setiap
orang yang tidak mampu secara ekonomi berhak memperoleh bantuan hukum secara cuma-
cuma atau tidak dipungut bayaran. Hal ini berarti pihak yang tidak mampu secara ekonomi
dapat memperoleh layanan bantuan hukum tanpa harus membayar biaya apapun. Namun
demikian, dalam praktiknya, bantuan hukum cuma-cuma ini masih terbatas dan banyak kasus
di mana pihak yang membutuhkan bantuan hukum masih kesulitan untuk memperolehnya

Selain itu, Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 juga
menetapkan bahwa bantuan hukum dapat diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain
konsultasi hukum, mediasi, advokasi, serta representasi hukum. Dalam konteks gugatan
perdata, bantuan hukum dapat memberikan representasi hukum yang berarti pihak yang
membutuhkan dapat dibantu oleh seorang advokat dalam memperjuangkan haknya di depan
pengadilan.

5
Selain dasar hukum tersebut, ada juga beberapa peraturan perundang-undangan lain
yang terkait dengan bantuan hukum dalam gugatan perdata. Contohnya adalah Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, di mana Pasal 7 ayat (1) dan
Pasal 48 ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak atas perlindungan hukum yang adil
dan bijaksana, termasuk dalam hal pihak tersebut terlibat dalam gugatan perdata.

Penggunaan biaya bantuan hukum dalam perkara perdata terdapat dalam SEMA no.
10 tahun 2010 tentang pedoman pemberian bantuan hukum.

BAB VI

Penggunaan Biaya Bantuan Hukum Dalam Perkara Perdata

Bagian Satu

Prosedur Penggunaan Biaya Bantuan Hukum dalam Perkara Perdata

Pasal 18

Berdasarkan rujukan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 butir c, biaya perkara bagi pencari
keadilan yang tidak mampu dalam perkara pendata untuk semua jenis perkara perdata baik
perkara gugatan maupun pemohonan, yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam Pasal 11
ditanggung oleh Negara.

Pasal 19

1) Permohonan pembebasan biaya perkara perdata diajukan oleh penggugat bersamaan


dengan gugatan atau pada saat Pemohon mengajukan gugatan secara lisan sebagaimana
diatur dalam pasal 237-241 HIR/273-277 RBg.
2) Permohonan pembebasan biaya perkara pendata atau berperkara secara prodeo yang
diajukan oleh Tergugat diajukan bersamaan dengan penyampaian jawaban.
3) Majelis hakim sebelum menjatuhkan putusan sela yang berisi tentang pengabulan atau
penolakan berperkara secara prodeo tersebut, memeriksa bahwa penggugat atau tergugat
tidak mampu secara ekonomi sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 11, dan setelah
mendengar pihak lawan.

Bagian Dua

Mekanisme Penggunaan Anggaran Bantuan Hukum dalam Perkara Perdata

Pasal 20

6
1) Biaya perkara perdata bagi penggugat atau tergugat yang tidak mampu dibebankan
kepada Negara melalui DIPA pengadilan.
2) Baya perkara perdata dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri sesuai dengan anggaran
Bantuan Hukum yang tersedia pada DIPA dan ketentuan-ketentuannya.
3) Komponen biaya perkara perdata yang dibebankan pada biaya bantuan hukum DIPA
adalah biaya proses yang meliputi:
a. Biaya Pemanggilan para pihak/saksi/ahli
b. Biaya Pemberitahuan Isi Putusan
c. Biaya Sita Jaminan
d. Biaya Pemeriksaan Setempat
e. Biaya Alat Tulis Kantor
f. Biaya Penggandaan Biaya Pemberasan dan Penjilidan berkas perkara yang
diminutasi
g. Materai

Pasal 21

1) Pemanggilan para pihak untuk sidang pertama kali dilakukan oleh Juri Sita tanpa
biaya sebagai prodeo murni.
2) Apabila pemohonan berperkara secara prodeo ditolak, maka proses berperkara
dilaksanakan sebagaimana perkara biasa, penggugat wajib membayar biaya perkara.
3) Apabila permohonan penggugar untuk berperkara secara prodeo dikabulkan, Panitera
Pengganti menyerahkan salinan amar putusan sela kepada Kuasa Pengguna Anggaran
untuk kemudian dibuatkan Surat Keputusan bahwa biaya perkara tersebut dibebankan
kepada DIPA Pengadilan.
4) Berdasarkan Surat Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bendahara
Pengeluaran menyerahkan biaya perkara kepada Kasir pada Panitera Muda Perdata,
sebagai panjar biaya perkara yang besarannya sesuai dengan penaksiran panjar biaya
perkara yang dibuat oleh Panitera Muda Perdata, sebesar-besamya sama dengan
besarya dana bantuan hukum setiap perkara dalam DIPA, yang dituangkan dalam
SKUM (kwitansi).
5) Kasir kemudian membukukan biaya perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dalam Jumal serta untuk selanjutnya mempergunakannya sesuai kebutuhan dan
ketersediaan anggaran selama proses berlangsung.

7
6) Kasir harus menyisihkan biaya materei sebesar Rp. 6.000 (enam ribu rupiah) dari
alokasi biaya perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
7) Kasir membayar biaya panggilan berikutnya dan biaya proses yang lain berdasarkan
bukti pengeluaran sesuai kebutuhan,
8) Dalam hal panjar biaya perkara yang telah dicatatkan di dalam Jumal sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) telah habis, Hakim memerintahkan kepada Pemohon Bantuan
Hukum untuk menambah biaya perkara, sepanjang anggaran yang disediakan DIPA
masih tersedia untuk perkara yang bersangkutan.
9) Berdasarkan perintah Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (8), Pemohon Bantuan
Hukum mengajukan permohonan penambahan bantuan biaya perkara kepada Kuasa
Pengguna Anggaran.
10) Berdasarkan ajuan sebagaimana dimaksud pada ayat (9), Kuasa Pengguna Anggaran
kemudian memerintahkan Bendahara Pengeluaran untuk menambah bantuan biaya
perkara.
11) Dalam hal anggaran masih tersedia, maka proses selanjutnya dilakukan sebagaimana
yang diatur pada ayat (4) sampai dengan ayat (7).
12) Dalam hal ketersediaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (11) telah habis,
maka proses selanjutnya dilaksanakan secara prodeo mumi.
13) Bendahara pengeluaran mencatat semua biaya yang telah dikeluarkan untuk
penanganan proses perkara pendata, menurut tata cara pembukan yang berlaku.
14) Bendahara pengeluaran menyimpan seluruh bukti-bukti pengeluaran sebagai bukti
pertanggung jawaban keuangan.

D. Peran Bantuan Hukum Dalam Gugatan Perdata

Peran bantuan hukum dalam gugatan perdata dapat mencakup:

a. Memberikan informasi hukum yang diperlukan. Bantuan hukum dapat membantu


klien memahami hak-hak mereka dan menjelaskan prosedur hukum yang terkait
dengan gugatan perdata.
b. Menyusun dan mengajukan gugatan perdata. Bantuan hukum dapat membantu klien
menyusun dan mengajukan gugatan perdata yang efektif dan memastikan bahwa
semua dokumen dan bukti yang diperlukan telah disiapkan.

8
c. Membantu melakukan mediasi. Bantuan hukum dapat membantu dalam melakukan
mediasi dengan tergugat untuk mencapai solusi yang adil dan menghindari
persidangan.
d. Merepresentasikan pihak yang bersengketa di depan pengadilan. Bantuan hukum dapat
membantu mewakili para pihak yang bersengketa di depan pengadilan, baik dalam
persidangan maupun mediasi. Mereka dapat membantu menyusun strategi hukum yang
efektif dan memastikan bahwa hak-hak klien terlindungi selama persidangan.
e. Memberikan dukungan emosional dan sosial. Bantuan hukum dapat memberikan
dukungan emosional dan sosial kepada para pihak yang bersengketa, terutama jika
kasus yang mereka hadapi memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan mereka.
Bantuan hukum juga dapat membantu menjembatani hubungan antara pihak yang
bersengketa dan mencari solusi yang adil bagi kedua belah pihak.

E. Hak Dan Kewajiban Penerima Bantuan Hukum

Hak dan kewajiban penerima bantuan hukum berdasarkan Undang-Undang nomor 16


tahun 2011 tentang bantuan hukum Pasal 11 yaitu sebagai berikut:

Penerima Bantuan Hukum berhak ;

a) mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau perkaranya


telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama Penerima Bantuan Hukum yang
bersangkutan tidak mencabut surat kuasa;
b) mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum dan/atau Kode
Etik Advokat; dan
c) mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pemberian
Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penerima Bantuan Hukum wajib :

a) menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar kepada


Pemberi Bantuan Hukum;
b) membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.

9
F. Pentingnya Bantuan Hukum Dalam Menciptakan Masyarakat Yang Adil Dan
Beradab

Bantuan hukum sangat penting dalam menciptakan masyarakat yang adil dan
beradab karena semua orang harus memiliki akses yang sama terhadap keadilan dan
perlindungan hukum. Dalam masyarakat yang adil dan beradab, tidak ada orang yang
dihukum tanpa proses hukum yang adil dan tidak ada orang yang tidak mendapat hak-hak
yang sama di hadapan hukum. Bantuan hukum dapat memastikan bahwa orang-orang yang
kurang mampu atau yang tidak memiliki akses ke sistem hukum dapat diberikan bantuan
yang diperlukan untuk memperoleh keadilan dan perlindungan hukum yang sama seperti
orang lain.

Selain itu, bantuan hukum juga penting untuk mencegah terjadinya ketidak adilan
dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak-pihak yang lebih kuat atau berpengaruh. Dengan
memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang sama terhadap bantuan hukum, sistem
hukum dapat menjadi lebih adil dan beradab, dan dapat melayani kepentingan semua warga
negara tanpa terkecuali.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum
secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum dan Penerima Bantuan Hukum tersebut
adalah orang atau kelompok orang miskin. Dasar hukum bantuan hukum dalam gugatan
perdata diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Peran
bantuan hukum dalam gugatan perdata meliputi memberikan konsultasi hukum, mewakili dan
membela pihak yang bersangkutan di pengadilan, membantu dalam penyelesaian sengketa
secara alternatif, serta memberikan pendampingan hukum dalam eksekusi putusan
pengadilan.

Pentingnya bantuan hukum dalam menciptakan masyarakat yang adil dan beradab
adalah agar setiap orang memiliki akses yang sama terhadap keadilan dan hak-hak yang
diakui secara hukum. Dengan adanya bantuan hukum, masyarakat yang kurang mampu dapat
mendapatkan perlindungan hukum yang sama dengan masyarakat yang lebih mampu secara
finansial.

B. Saran

Alhamdulillah, dengan terselesainya makalah ini pemakalah ingin memberikan saran-


saran bagi para pembaca dan khususnya diri kami sendiri antara lain:

1. Marilah kita selalu menjdi manusia yang selalu mencari ilmu, karena sesungguhnya
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman.
2. Pemakalah, mengharapkan bagi para pembaca bisa mengajukan kritikan jika terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini.
3. Pemakalah sangat berterima kasih bagi yang para pembaca dan minta maaf jika di
dalam makalah yang kami buat ini banyak kesalahan-kesalahan baik dari segi tulisan
maupun penyusunan yang membuat makalah ini tidak efektif.

11
Daftar Pustaka
Buku:
Dahlan, M. S., & Kusumaatmadja, M. R. (2014). Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar
Grafika.
Mertokusumo, S. (2018). Hukum Acara Perdata. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Soekanto, S. (2019). Hukum Acara Perdata. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Jurnal:
Asnawi, S. (2017). "Pentingnya Bantuan Hukum dalam Gugatan Perdata." Jurnal Hukum dan
Peradilan, Vol. 5, No. 2.

Kurniawan, E. (2018). "Peran Bantuan Hukum dalam Mewakili Pihak yang Bersangkutan di
Pengadilan." Jurnal Hukum dan Keadilan, Vol. 2, No. 1.

Siregar, F. (2019). "Gugatan Perdata dalam Perspektif Hukum Positif Indonesia." Jurnal
Ilmiah Hukum, Vol. 7, No. 2.

Stevanus, S. (2021). “Kajian Yuridis Pemberian Bantuan Hukum dalam Proses Penyelesaian
Perkara Perdata.” Lex Privatum, Vol. IX, No. 3.

12

Anda mungkin juga menyukai