Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEPENGACARAAN DAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM

TUJUAN KEPENGACARAAN DAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM

“Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Jurusan
Syariah dan Hukum Islam Prodi, Hukum Keluarga Islam 7”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

AKBAR

SYAHRIAL ARFANDI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BONE

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah
Subhana Wataala yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga
kami mampu menyelesaikan penulisan makalah “Tujuan Kepengacaraan dan
Lembaga Bantuan Hukum” ini dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Sarana penunjang makalah ini kami susun berdasarkan referensi yang


bermacam-macam. Hal ini dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa untuk
mengetahui, memahami, bahkan menerapkannya.

Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kelemahan


dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat di
harapkan.

Akhirul kalam, semoga yang tersaji ini dapat memberikan bantuan kepada
para mahasiswa dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar di kampus.
Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Bone, 09 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................1

a) Latar Belakang...................................................................1
b) Rumusan Masalah..............................................................2
c) Tujuan Penulisan................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................2

a) Peranan dan Tujuan Kepengacaraan..................................3


b) Peranan dan Tujuan Lembaga Bantuan Hukum................7

BAB III PENUTUP.....................................................................10

a) Kesimpulan........................................................................10
b) Saran..................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................11

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


menentukan secara tegas bahwa “negara Indonesia adalah negara hukum” (vide
pasal 1 ayat (3) UUD 45-perubahan ketiga- disahkan MPR 10-11-2001). Prinsip
negara hukum menuntut antara lain adanya jaminan kesederajatan bagi setiap
orang di hadapan hukum (equality before the law). Oleh karena itu, Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga menentukan bahwa
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.1

Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi setiap
individu tanpa membedakan latar belakangnya. Persamaan dihadapan hukum yang
diartikan secara dinamis ini dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses
untuk memperoleh keadilan (access to justice) bagi semua orang tanpa
membedakan latar belakangnya. Apakah orang mampu atau fakir miskin, mereka
sama untuk memperoleh akses kepada keadilan. Hal tersebutlah yang menjadi
landasan konstitusional pembentukan UU RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat
dan juga UU RI No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.2

Sebagaimana dalam KBBI: 1997 yaitu: Fungsi: kegunaan suatu hal,


berfungsi: berguna dalam menjalankan tugasnya, berfungsi sosial: berguna bagi
kehidupan masyarakat. Peran: tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang
yang berkedudukan/ berprofesi dalam masyarakat.3

Teguh Samudera, Fungsi dan Peran Advokat, (Jakarta: Keterangan Ahli Pemohon,
1

2017) h. 1.
2
Mustika Prabaningrum Kusumawati, Peranan Advokat, Arena Hukum Vol 9, 2016, h.
191.
3
Teguh Samudera, Fungsi dan Peran Advokat, h. 2.

1
2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pengamatan, kami telah menarik rumusan masalah mengenai


materi, diantaranya yaitu:

1. Bagaimana Peranan dan Tujuan Kepengacaraan?


2. Bagaimana Peranan dan Tujuan Lembaga Bantuan Hukum?

C. Tujuan Penulisan

Kami berharap dengan tersusunnya makalah ini, kami berharap dapat


memberikan sedikit atau banyaknya ilmu pengetahuan dalam hal, diantaranya:

1. Untuk mengetahui Peranan dan Tujuan Kepengacaraan


2. Untuk mengetahui Peranan dan Tujuan Lembaga Bantuan Hukum
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Peranan dan Tujuan Kepengacaraan

Para Ahli berpendapat, bahwa dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip


negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi
Advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri dan bertanggungjawab adalah
merupakan hal yang sangat penting, di samping lembaga peradilan dan instansi
penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan.4

Sebagai landasan kokoh pelaksanaan tugas pengabdian Advokat dalam


kehidupan masyarakat itu dibentuklah Undang-undang Advokat No 18 tahun
2003, yang mengatur secara komprehensif berbagai ketentuan penting yang
melingkupi profesi Advokat (fungsinya): seperti dalam pengangkatan,
pengawasan, dan penindakan serta ketentuan bagi pengembangan organisasi
Advokat yang kuat di masa mendatang. Di samping itu juga diatur berbagai
prinsip dalam penyelenggaraan tugas profesi Advokat khususnya dalam
peranannya dalam menegakkan keadilan serta terwujudnya prinsip negara hukum
pada umumnya.5

Secara garis besar sebagaimana ketentuan dalam undang-undang Advokat,


fungsi dan peranan Advokat antara lain sebagai berikut :6

1. Memperjuangkan Hak-hak Asasi Manusia dan Negara Hukum Indonesia.


2. Melaksanakan Kode Etik Advokat.
3. Memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum,
keadilan, dan kebenaran.

4
Teguh Samudera, Fungsi dan Peran Advokat, h. 2.
5
Teguh Samudera, Fungsi dan Peran Advokat, h. 3.
6
Mochamad Mansur, Peran Advokat Dalam Pembangunan Hukum Indonesia, Widya
Yuridika: Jurnal Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2019, h. 63.
4

4. Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan,


kebenaran, dan moralitas).
5. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat dan martabat
advokat.
6. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat
dengan cara belajar terus menerus (continuous legal education) untuk
memperluas wawasan dan ilmu.
7. Memelhara kepribadian advokat karena profesi advokat merupakan profesi
yang terhormat (officium nobile).
8. Menjaga hubungan baik dengan klien maupun dengan teman sejawat.
9. Memberikan pelayanan hukum (legal service)
10. Memberikan nasehat hukum (legal advice)
11. Memberikan konsultasi hukum (legal consultation)
12. Memberikan pendapat hukum (legal opinion)
13. Memberikan informasi hukum (legal information)
14. Membantu menyusun kontrak-kontrak (legal drafting)
15. Membela kepentingan klien (litigation)
16. Mewakili klien di muka pengadilan (legal representation)
17. Memberikan bantuan hukum dengan Cuma-Cuma kepada masyarakat
yang lemah dan tidak mampu (legal aid/pro bono publico).

Advokat selain berperan memberi jasa hukum (baik di dalam maupun di


luar pengadilan), juga wajib memberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
masyarakat yang tidak mampu. Dengan demikian menurut Ahli, Advokat itu:

1. Tidak boleh melakukan diskriminasi


2. Tidak boleh mata duitan
3. Tidak boleh memegang jabatan lain yang bertentangan dengan tugas dan
martabat profesinya maupun jabatan yang meminta pengabdian yang
5

merugikan profesi Advokat atau mengurangi kebebasan dan kemerdekaan


dalam menjalankan tugas profesinya.

Sehingga Advokat yang menjadi pejabat negara, dilarang melaksanakan


tugas profesinya alias cuti dengan menanggalkan segala atribut profesi
keAdvokatanya7

Undang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan Undang-undang


No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur tentang keberadaan
advokat dalam menangani suatu proses penegakan hukum bagi seorang tersangka.
Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat
menjelaskan bahwa jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa
memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili,
mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan
hukum klien. Disamping itu, advokat berkewajiban menegakan hukum dan
keadilan. Undang-undang advokat telah memberi otoritas professional bagi
advokat dalam memberikan pelayanan public sesuai dengan ilmu yang
dimilikinya.8

Sedangkan pada butir 9 menjelaskan bahwa bantuan hukum adalah jasa


hukum yang diberikan oleh advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak
mampu. Dalam konteks ini dapat terlihat pada Pasal 37 dan 38 UU No. 4 Tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menjelaskan bahwa setiap orang yang
tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum. Bahkan dalam perkara
pidana, seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan/atau penahanan
berhak menghubungi dan meminta bantuan hukum.9

Advokat bertugas tidak hanya menyelesaikan sengketa litigasi tetapi juga


non litigasi. Bagi perkara litigasi, seorang advokat harus mendampingi tersangka
7
Teguh Samudera, Fungsi dan Peran Advokat, h. 3-4.
8
Mochamad Mansur, Peran Advokat Dalam Pembangunan Hukum Indonesia, h. 63.
9
Mochamad Mansur, Peran Advokat Dalam Pembangunan Hukum Indonesia, h. 64.
6

yang melakukan tindak pidana pada semua tahapan proses peradilan. Adapun
dalam hal keperdataan maka seorang advokat menerima kuasa dari seseorang
yang sedang bersengketa. Oleh karena itu, tujuan yang dikehendaki advokat
dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian dengan jalan
damai dialihkan.10

Selain dalam proses peradilan, peran Advokat juga terlihat di jalur profesi
di luar peradilan. Melalui pemberian jasa konsultasi, negosiasi maupun dalam
pembuatan kontrak-kontrak dagang, profesi Advokat ikut memberikan sumbangan
berarti bagi pemberdayaan masyarakat serta pembaruan hukum nasional
khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan, termasuk dalam penyelesaian di
luar pengadilan.11

Menurut pendapat Ahli, tidak dapat kita pungkiri, bahwa saat ini profesi
Advokat yang bebas dan mandiri serta bertanggung jawab itu sangat diperlukan
untuk menjaga kekuasaan kehakiman yang bebas dari: segala campur tangan dan
pengaruh dari luar. Karena kekuasaan kehakiman yang independen itu semata-
mata demi terselengaranya peradilan yang jujur, adil dan bersih demi kepastian
hukum bagai semua pihak.12

10
Mochamad Mansur, Peran Advokat Dalam Pembangunan Hukum Indonesia, h. 64.
11
Teguh Samudera, Fungsi dan Peran Advokat, h. 2
12
Teguh Samudera, Fungsi dan Peran Advokat, h. 3
7

B. Peranan dan Tujuan Lembaga Bantuan Hukum

Bantuan hukum merupakan bagian dari profesi hukum (advokat) yang


telah dirintis sejak zaman Romawi dan diperkenalkan di Amerika Serikat pada
akhir abad kesembilan belas yang lalu. Meskipun begitu, Masyarakat dan bahkan
kalangan profesi hukum (advokat) masih ada yang mempunyai persepsi yang
keliru mengenai bantuan hukum. 13

Perkembangan dari bantuan hukum ini juga memunculkan suatu Lembaga


Bantuan Hukum sebagai salah satu gerakan bantuan hukum di Indonesia karena
cirinya yang sangat dinamik dan juga cara pengelolaannya juga lebih professional
dibandingkan dengan pengelolaan di biro-biro konsultasi hukum yang dijalankan
oleh fakultas hukum baik itu swasta maupun negeri.

Keberadaan Lembaga Bantuan Hukum sangat penting ditengah-tengah


masyarakat mengingat prinsip persamaan di depan hukum atau equality before the
law. Apalagi dengan sebagian besar anggota masyarakat kita masih hidup
dibawah garis kemiskinan, dan minimnya pengetahuan hukum masyarakat juga
merupakan hambatan dalam menerapkan hukum dalam masyarakat. Terlebih lagi
budaya hukum dan tingkat kesadaran hukum dan tingkat kesadaran hukum
masyarakat Indonesia yang masih rendah.

Dalam pengembangan program bantuan hukum di negara kita, telah


berdiri sebuah lembaga yang terkenal dalam kegiatan pemberian bantuan hukum
kepada golongan miskin dan buta hukum dengan nama Lembaga Bantuan Hukum
(LBH). Lembaga ini adalah merupakan sebuah pilot proyek daripada PERADIN
yang dibentuk dalam kongres Nasionalnya yang ke III bulan Oktober 1970 dan
kemudian dituangkan dalam surat keputusan Dewan Pimpinan Pusat 5 Peradin
tanggal 26 Oktober 1970 No.001/Kep/DPP/10/1970 dengan nama Lembaga
Bantuan Hukum/Lembaga Pembela Umum (Legal Aid/Public Defender) disingkat

13
Abdurrahman, Aspek-Aspek Bantuan Hukum Indonesia, (Jakarta: Cendana Press,
1983), h. 22.
8

LBH. Sudah lebih dari 40 tahun lembaga ini berdiri, sudah sampai sejauh mana
perkembangannya dalam memberikan kontribusi di bidang bantuan hukum akan
dibahas disini.14

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.83 Tahun 2008


tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara cuma cuma
memberikan pengerian dari lembaga ini, yang diatur dalam pasal 1 angka 6,
dimana dikatakan bahwa Lembaga Bantuan Hukum adalah lembaga yang
memberikan bantuan hukum kepada pencari keadilan tanpa menerima
pembayaran honorarium.

Adapun LBH didirikan dengan konsep awal melindungi masyarakat dari


penindasan hukum yang kerap menimpa mereka. Konsep ini kemudian
dituangkan dalam Anggaran Dasar LBH yang didalamnya disebutkan bahwa
tujuan LBH adalah:

1. Memberi pelayanan hukum kepada rakyat miskin


2. Mengembangkan dan meningkatkan kesadaran hukum rakyat, terutama
mengenai hak-haknya sebagai subjek hukum
3. Mengusahakan perubahan dan perbaikan hukum untuk mengisi kebutuhan
baru dari masyarakat yang berkembang.15

Secara umum dapat dikatakan bahwa bantuan hukum itu adalah bantuan
memberikan jasa untuk:

1. Memberikan nasehat hukum


14
Abdurrahman, Aspek-Aspek Bantuan Hukum Indonesia, h. 295.
15
Binziad Kadafi, dkk., Advokat Indonesia Mencari Legitimasi Studi Tentang Tanggung
Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia, 2002),
h. 163.
9

2. Bertindak sebagai pendamping bagi mereka yang tidak mampu maupun


yang buta hukum.

Penanganan bantuan hukum kepada golongan miskin sudah seharusnya


dilakukan oleh tenaga-tenaga professional, yaitu mereka yang bukan hanya
berpendidikan sarjana hukum saja. Akan tetapi kenyataan menunjukkan tenaga
professional tidak banyak jumlahnya dan distribusinya tidak merata dari satu
tempat ke tempat lain. Dengan demikian maka yang harus memegang posisi
utama dalam hubungan ini adalah para Advokat bukan hanya Advokat yang
berada di bawah naungan Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

Istilah paralegal, dikenakan bagi orang yang bukan advokat, namun


memiliki pengetahuan dibidang hukum (materil) dan hukum acara, dengan
pengawasan advokat atau organisasi bantuan hukum, yang berperan membantu
masyarakat pencari keadilan. Dalam praktik sehari-hari, peran para legal sangat
penting untuk menjadi jembatan bagi masyarakat pencari keadilan dengan advokat
dan aparat penegak hukum lainnya untuk penyelesaian masalah hukum yang
dialami individu maupun kelompok masyarakat.16

Perkembangan tidak hanya tampak dari pemberi bantuan hukum dengan


munculnya Paralegal. Semenjak tahun 1978 terjadi perkembangan yang cukup
menarik bagi bantuan hukum di Indonesia dengan munculnya berbagai lembaga
bantuan hukum dengan menggunakan berbagai nama. Ada lembaga Bantuan
Hukum yang sifatnya independen, ada Lembaga Bantuan Hukum yang dibentuk
oleh suatu organisasi politik atau suatu organisasi massa, ada pula yang dikaitkan
dengan Lembaga pendidikan dan lain sebagainya.17

16
Abdurrahman, Aspek-Aspek Bantuan Hukum Indonesia, h. 296.
17
Abdurrahman, Aspek-Aspek Bantuan Hukum Indonesia, h.297.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagai landasan kokoh pelaksanaan tugas pengabdian Advokat dalam


kehidupan masyarakat itu dibentuklah Undang-undang Advokat No 18 tahun
2003, yang mengatur secara komprehensif berbagai ketentuan penting yang
melingkupi profesi Advokat (fungsinya): seperti dalam pengangkatan,
pengawasan, dan penindakan serta ketentuan bagi pengembangan organisasi
Advokat yang kuat di masa mendatang. Di samping itu juga diatur berbagai
prinsip dalam penyelenggaraan tugas profesi Advokat khususnya dalam
peranannya dalam menegakkan keadilan serta terwujudnya prinsip negara hukum
pada umumnya.

Keberadaan Lembaga Bantuan Hukum sangat penting ditengah-tengah


masyarakat mengingat prinsip persamaan di depan hukum atau equality before the
law. Apalagi dengan sebagian besar anggota masyarakat kita masih hidup
dibawah garis kemiskinan, dan minimnya pengetahuan hukum masyarakat juga
merupakan hambatan dalam menerapkan hukum dalam masyarakat. Terlebih lagi
budaya hukum dan tingkat kesadaran hukum dan tingkat kesadaran hukum
masyarakat Indonesia yang masih rendah.

B. Saran

Demikian makalah yang telah saya susun apabilah terdapat kesalahan


penggunaan kata dan kesalahan pengetikan mohon dimaafkan atas perhatiannya
terima kasih, lebih dan kurangnya kami mohon maaf sebanyak banyaknya,
Wassalam.
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati, Mustika Prabaningrum. “Peranan Advokat” dalam Arena Hukum


Vol 9, 2016, (hal. 190-206). Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia
Kadafi, Binziad. Dkk. Advokat Indonesia Mencari Legitimasi Studi Tentang
Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Hukum
& Kebijakan Indonesia, 2002.
Mansur, Mochamad. “Peran Advokat Dalam Pembangunan Hukum Indonesia”
dalam Widya Yuridika Jurnal Hukum, Volume 2 Nomor 2, Desember 2019
(hal 57-69). Fakultas Hukum Universitas Bojonegoro
Samudera, Teguh. Fungsi dan Peran Advokat. Jakarta: Keterangan Ahli
Pemohon, 2017.

11

Anda mungkin juga menyukai