Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB

PROFESI ADVOKAT

Disusun Oleh

Kelompok 1B:

1. Alif Ilham (12020113899)

2. Azam Purnama (12020114220

3. Beny Salman Hadi (12020113973)

4. Bunga Azhara (12020123677)

KELAS 6C

PRODI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

1444/2023 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Advokasi” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Advokasi dari Dosen Pengampu Bapak Dasmar Ali, SH.,MH selain itu makalah ini juga

bertujuan untuk menambah wawasan tentang tugas dan tanggung jawab profesi advokasi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam

proses penyusunan makalah ini dapat tersusun dengan rapi. Kami menyadari bahwa makalah

ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami menerima segala kritik dan saran

agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

Pekanbaru,04 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................

a. Latar Belakang …………………………………………………………………………..

b. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….

c. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................

a. Tugas Dan Fungsi Advokasi …………………………………………………………….

b. Sifat dan Asas Profesi Advokat ………………………………………………….

c. Tanggungjawab Advokat ………………………………………………………………..

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................

a. Kesimpulan ……………………………………………………………………………...

b. Saran …………………………………………………………………………………….

c. Daftar Pustaka …………………………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Advokat secara historis termasuk salah satu profesi yang tertua, dalam

perjalanannya profesi advokat dinamai sebagi officum Nobile,jabatan mulia.

Penamaan itu terjadi karena aspek “kepercayaan” dari pemberi kuasa klien1..Menurut

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat,pengertian advokat adalah

orang yang berprofesi memberi jasa hukum,baik di dalam maupun di luar pengadilan

yang memenuhi syarat berdasarkan ketentuan Undang-Undang yang berlaku2.

Advokat/penasehat Hukum adalah warga negara Indonesia yang bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria, jujur dalam mempertahankan keadilan dan

kebenaran dilandasi moral yang tinggi,luhur dan mulia demi tegaknya hukum, setia

kepada falsafah pancasila dan Undang-Undang dasar 1945. Advokat juga berperan

penting dalam menciptakan stabilitas hukum di masyarakat, karena hukum merupakan

salah satu norma sosial yang ada pada masyarakat selain norma agama, kesopanan,

dan norma kesusilaan.

Seorang advokat/penasehat hukum dapat menjalankan tugasnya dengan baik,

jujur, adil,memegang amanat dari negara maupun masyarakat tidak cukup hanya

diatur, dilindungi oleh undang-undang saja tetapi juga perlu adanya etika profesi yang

mengatur dan mengawasi. Profesi advokat merupakan salah satu tugas mulia yang

wajib ikut serta menegakkan keadilan bagi setiap orang yang membutuhkan tanpa

1
Luhut M.P.Pangaribuan , 1996 Advokat dan Contemp of Court,Satu Profesi di Dewan Kehormatan
Profesi, Djambatan, Jakarta : hlm.1.

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
melihat asal usul atau tidak memandang bulu. Kekonsistenan dan etika profesi wajib

dimiliki bagi setiap penegak hukum di Negara Indonesia khusus para advokat. Dalam

kamus bahasa Indonesia etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk

dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)3 . Dalam kamus bahasa Indonesia

“moral” memiliki tiga arti yaitu yang pertama ajaran tentang baik buruk yang diterima

umum,pengertian yang kedua yaitu kondisi mental yang membuat orang tetap

berani,bersemangat,bergairah,disiplin,dan sebagainya,isi hati atau keadaan perasaan

sebagaimana terungkap dalam perasaan,ketiga yaitu ajaran kesusilaan yang dapat

ditarik dari suatu cerita4 . “Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk

membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada

kode etik profesi dan peraturan perundangundangan.”

B. Rumusan Masalah

Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberikan rumusan masalah agar

lebih memudahkan dan tidak terjadi kesalah pahaman dalam menjawab

permasalahannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis berikan ada

beberapa rumusa masalah sebagai pertanyaan dalam makalah ini. Berikut rumusan

masalah dari makalah ini yaitu :

1. Bagaimana tugas dan fungsi advokat?

2. Apa saja sifat dan asas profesi advokat?

3. Apa saja tanggung jawab profesi advokat

3
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,2002 , Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Ketiga,
Balai Pustaka, Jakarta ,hlm. 309.

4
Ibid., hlm. 754 – 755.
C. Tujuan Masalah

Tujuan dari permasalahan ini sesuai dengan rumusan masalah yang telah

disampaikan. Hal tersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan berdasarkan

masalah yang akan dibahas. Berikut ini tujuan dari permasalahan tersebut:

1. Mengetahui tugas dan fungsi advokat

2. Mengetahui sifat dan asas advokat

3. Mengetahui tanggung jawab advokat


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tugas dan Fungsi Advokasi

Secara umum, tujuan advokasi adalah untuk membantu klien

dalammemperoleh hak-haknya dalam proses penegakan hukum, baik melalui

pengadilan (litigation) maupun di luar jalur pengadilan (nonlitigation). 25 Dengan

adanya bantuan dari advokat, maka penegakan hukum dapat terlaksana. Seorang

klien, dapat terhindar dari tindakan semena-mena. Penegakan hukum adalah

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-

kaidah, pandangan-pandangan yang mantap dan mengejawantahkannya dalam

sikap, tindak sebagai serangakaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan

kedamaian pergaulan hidup.5

Ketentuan Pasal 5 Ayat (1) UU Advokat memberikan status kepada Advokat

sebagai penegak hukum yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak

hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan. Kedudukan tersebut

memerlukan suatu organisasi yang merupakan satu-satunya wadah profesi

Advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Ayat (1) UU Advokat,

yaitu‖Organisasi Advokat merupakan satu-satunya wadah profesi Advokat yang

bebas, dan mandiri yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini

dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi Advokat‖. Oleh

karena itu, Organisasi Advokat, yaitu Persatuan Advokat Indonesia (PERADI),

5
Didi Kusnadi, 82
pada dasarnya adalah organ negara dalam arti luas yang bersifat mandiri

(independent state organ) yang juga melaksanakan fungsi Negara6.

Dengan demikian, profesi advokat memiliki peran penting dalam upaya

penegakan hukum. Setiap proses hukum, baik pidana, perdata, tata usaha negara,

bahkan tata negara, selalu melibatkan profesi advokat yang kedudukannya setara

dengan penegak hukum lainnya. Dalam upaya pemberantasan korupsi, terutama

praktik mafia peradilan, advokat dapat berperan besar dengan memutus mata

rantai praktik mafia peradilan yang terjadi. Peran tersebut dijalankan atau tidak

bergantung kepada profesi advokat dan organisasi advokat yang telah dijamin

kemerdekaan dan kebebasannya dalam UU Advokat.

Kemandirian dan kebebasan yang dimiliki oleh profesi advokat, tentu harus

diikuti oleh adanya tanggungjawab masing-masing advokat dan Organisasi Profesi

yang menaunginya. Ketentuan UU Advokat telah memberikan ramburambu agar

profesi advokat dijalankan sesuai dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan

keadilan. Hal yang paling mudah dilihat adalah dari sumpah atau janji advokat

yang dilakukan sebelum menjalankan profesinya.

Menurut buku Peran Advokat Dalam Sistem Hukum Nasional (2019) oleh Dr.

Yahman dan Nurtin Tarigan, advokat menjalankan peran dan fungsi secara

mandiri dalam mewakili kepentingan klien dan tidak terpengaruh kekuasaan

negara baik yudikatif dan eksekutif.

Tugas advokat adalah membela kepentingan masyarakat dan kliennya. Kemudian

fungsi advokat adalah menjaga objektivitas dan prinsip persamaan di hadapan

hukum yang berlaku dalam sistem peradilan Indonesia.

6
ibid
peran advokat sendiri antara lain :

1. Memperjuangkan hak asasi manusia

2. Pengawal konstitusi dan hak asasi manusia

3. Memegang tegung sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum,

keadilan, dan kebenaran.

4. Melaksanakan kode etik advokat

5. Menjunjung tinggi dan mengutamakan nilai keadilan, kebenaran, dan

moralitas.

6. Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat, dan

martabat advokat.

7. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap masyarakat

dengan terus belajar untuk memperluas wawasan dan ilmu hukum

8. Menangani perkara sesuai dengan kode etik advokat, baik secara nasional

maupun internasional.

9. Menjaga hubungan baik dengan klien dan rekan sejawat

10. Memberikan pelayanan hukum, nasihat hukum, konsultasi hukum,

informasi hukum, dan menyusun kontrak-kontrak.

11. Membela kepentingan klien dan mewakili klien di muka pengadilan (legal

representation)
12. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang

lemah dan tidak mampu secara ekonomi

13. Pembelaan bagi orang tidak mampu, baik dalam maupun luar negeri

tugas dan wewenang advokat adalah sebagai berikut:

1. UU RI No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

 Memberikan bantuan hukum kepada tersangka atau terdakwa selama dalam waktu

dan pada tingkat pemeriksaan. (Pasal 54)

 Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana

yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih

yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri pejabat yang bersangkutan pada

semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasehat hukum.

(Pasal 56 ayat (1))

2. UU RI No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat

 Memberi jasa pelayanan hukum. (Pasal 1 butir 2)

 Memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari keadilan yang tidak

mampu. (Pasal 22 ayat (1))

 Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya karena

adanya hubungan profesi. (Pasal 19 ayat (1))

3. UU RI No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman


 Pemberian bantuan hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu. (Pasal 56 ayat

(1))

4. UU RI No. 16 Tahun 2001 tentang Bantuan Hukum

 Melakukan pelayanan bantuan hukum. (Pasal 9 huruf d)

 Menyelenggarakan konsultasi hukum, penyuluhan hukum, dan kegiatan lain yang

berkaitan dengan bantuan hukum. (Pasal 9 huruf c)

B. Sifat dan Asas Profesi advokat

• Sifat

PERWADI (Perkumpulan Pengacara Pengawal Demokrasi Indonesia)

merupakan Organisasi Advokat perjuangan yang bersifat bebas, mandiri, merdeka

dan bertanggung jawab serta mengemban misi luhur para Advokat Indonesia

untuk turut serta dalam penegakan hukum dalam rangka mengembangkan Profesi

Advokat Indonesia yang memiliki integritas dalam kaitannya dengan

Pembangunan hukum ditingkat nasional dan internasional.

• Azas

PERWADI (Perkumpulan Pengacara Pengawal Demokrasi Indonesia)

Berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. 7

Advokat sebagai profesi terhomat yang dalam menjalankan profesinya

berbeda dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik memiliki

7
Perkumpulan Pengacara Pengawal Demokrasi Indonesia, https://perwadi.or.id/sifatazas-dam-motto/,
diakses pada 02 maret 2023 pada pukul 16.00 WIB
kebebasan yang didasarkan kepada kehormatan dan kepribadian advokat yang

berpegang tegus kepada Kemandirian, Kejujuran, Kerahasiaan dan Keterbukaan.

Bahwa profesi advokat adalah selaku penegak hukum yang sejajar dengan istansi

penegak hukum lainnya, oleh karena iru satu nama lainnya harus saling

mengahargai atara teman sejawat dan juga antara penegak hukum lainnya.

Standar etika advokat dalam perhubungannya dengan klien terdapat pada

Pasal 4. Standar etika yang dimaksud adalah sebagai berikut: utamakan

penyelesaian jalan damai; jangan sesatkan klien mengenai perkara yang

diurusnya; jangan memberi jaminan kemenangan; pertimbangkan kemampuan

klien dalam hal honorarium; jangan bebani klien dengan biaya-biaya yang tidak

perlu; berikan perhatian sama untuk semua perkara; tolak perkara yang menurut

keyakinan tidak ada dasar hukumnya; jaga rahasia jabatan dari mulai maupun

setelah berakhirnya hubungan dengan klien; jangan melepaskan tugas yang

diberikan pada saat posisi klien tidak menguntungkan; mengundurkan diri apabila

mengurus kepentingan bersama dari dua pihak yang berselisih; dan adanya hak

retensi.

Standar etika advokat yang berhubungan dengan teman sejawat diatur pada

Pasal 5. Standar etika dimaksud adalah sebagai berikut: saling menghormati,

menghargai dan mempercayai dalam hubungan dengan teman sejawat; gunakan

kata-kata yang sopan dalam pembicaraan maupun dalam sidang pengadilan;

ajukan keberatan jika ada tindakan teman sejawat yang dianggap bertentangan

dengan kode etik advokat; jangan merebut klien dari advokat lain; terima klien

dari advokat lain jika disertai bukti pencabutan pemberian kuasa; dan advokat

yang dicabut kuasanya wajib memberikan semua surat dan keterangan yang

berkaitan dengan perkara yang pernah dibelanya kepada advokat yang baru.
Standar etika lain yang tidak kalah penting adalah yang berkaitan dengan etika

dalam penanganan perkara. Pasal 7 memberikan rambu-rambu bagi advokat

apabila dalam penanganan perkara tidak boleh berhubungan secara sendiri

(pribadi) dengan hakim.Advokat bisa menghubungi hakim bersama-sama dengan

advokat dari pihak lawan (dalam perkara perdata) atau Jaksa Penuntut Umum

(perkara pidana). Advokat tidak dibenarkan mengajari dan atau mempengaruhi

saksi-saksi yang diajukanoleh pihak lawan dalam perkara perdata atau oleh jaksa

penuntut umum dalam perkarapidana.

Setiap advokat yang wajib mematuhi kode etik advokat (Pasal 9 huruf a). Hal

ini terjadi karena Kode Etik Advokat Indonesia adalah sebagai hukum tertinggi

dalam menjalankan profesi, yang menjamin dan melindungi namun membebankan

kewajiban kepada setiap Advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam

menjalankan profesinya baik kepada klien, pengadilan, negara atau masyarakat

dan terutama kepada dirinya sendiri. Beberapa ketentuan dalam kode etik ini

diulang pada beberapa perundang-undangan, seperti UU No. 8 Tahun 1981

tentang Hukum Acara Pidana, UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, dan UU

No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yang dikategorikan sebagai hak dan

kewajiban advokat8

Demikian kode etik advokat adalah sebagai hukum tertinggi dalam

menjalankan profesi, yang menjamin dan melindungi namun membebankan

kewajiban kepada setiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam

menjalankan profesinya baik kepada klien,pengadilan,negara atau masyarakat dan

terutama kepada diri sendiri.

8
Agus Raharjo & Sunarnyo, PENILAIAN PROFESIONALISME ADVOKAT DALAM PENEGAKAN HUKUM
MELALUI PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA ETISNYA, Jurnal Media Hukum, Hal. 187
C. Tanggung jawab advokat

Dalam hubungannya dengan menjalankan peran dan fungsi tersebut, maka

advokat sebagai profesi; bebas, mandiri,dan bertanggung jawab mempakan hal

yang penting, sebab melalui jasa hukun Advokat yang telah diberikan menjadi

bagian dari salall satu usur dalan sistem peradilan. Sehingga dalam menegakkan

hukum dan keadilan advokat bebas mengelurkan pendapat atau pemyataan dalan

membela perkara yang menjadi tanggung jawab di dalam sidang pengadilan

dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-

undangan, dengan demikian ada kebebasan dalam menjalankan profesi, nanun

tetap diwajibkan menghomati kode etik peraturan perundang-undangan.

Dalam UU Advokat diatur berbagai prinsip/ dasar dalam penyelenggaraan

tugas profesi advokat khususnya dalam peranannya dalam menegakkan keadilan

serta terwujudnya prinsip-prinsip negara hukum pada umumnya. Berdasarkan

ketentuan Pasal 15 UU Advokat menyatakan bahwa :

” Advokasi bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara

yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan

peraturan perundang-undangan. “

Kemudian Pasal 16 UU Advokat menyatakan bahwa :

“Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana dalam

menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk kepentingan pembelaan klien

dalam sidang pen

Adapun maksud dimaksud dengan “iktikad baik” adalah menjalankan tugas

profesi demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk membela kepentingan


kliennya. Kemudian yang dimaksud dengan “sidang pengadilan” adalah sidang

pengadilan dalam setiap tingkat pengadilan di semua lingkungan peradilangadilan.9”

Berdasarkan ketentuan Pasal 16 di atas, aturan tersebut lebih menguatkan

profesi dan tanggungjawab advokat dengan memberikan kekebalan advokat

(advocacy immunity) untuk tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun pidana di

dalam sidang pengadilan untuk membela kepentingan klien dalam mencari keadilan.

Berikut kepada siapa saja seorang advokat bertanggung jawab :

1. Bertanggung jawab Kepada Negara. Seorang advokat sebagai manusia dan individu

adalah warga negara suatu negara, tentunya dalam bertindak dan bertingkah laku

harus senantiasa sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Sehingga hal ini

berarti bahwa seorang advokat tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Jika

perbuatan seorang advokat itu salah, maka ia harus mempertanggungjawabkannya

kepada negara.

Advokat memiliki kode etik dan janji profesi yang harus dilaksanakan selama

melaksanakan profesi sebagai advokat sebagaimana hal ini diatur dalam Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Kehadiran kode etik dan janji

profesi advokat ditujukan untuk menjamin, melindungi, dan membebankan

kewajiban tiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan

profesinya.

2. Bertanggung jawab Kepada Pengadilan. Seorang advokat sebagai salah satu aparat

penegak hukum. Oleh karenanya, advokat dalam andilnya di proses peradilan

mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya. Advokat dalam

9
Lihat Penjelasan Pasal 16 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
berpikir, bertingkah laku, dan berbicara di persidangan harus

mengimplementasikan prinsip-prinsip persidangan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, yakni dengan menjaga kewibawaan sidang dan

kewenangan pengadilan.

3. Bertanggung jawab kepada Masyarakat. Advokat juga sebagai salah satu anggota

kelompok masyarakat, sudah sepantasnya pula mematuhi aturan, seperti

menerapkan nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berlaku dalam masyarakat.

Implementasi aturan bermasyarakat tersebut mampu mewujudkan pribadi yang

bermoral tinggi dan berperilaku jujur. Oleh karenanya, advokat harus mampu

mempertanggungjawabkan perbuatannya kepada masyarakat sebagai lingkup

kehidupan sosial.

4. Bertanggung jawab kepada Pihak Lawan. Hubungan seorang advokat dengan

teman sejawat maupun pihak lawan perlu dilandasi rasa saling menghormati,

menghargai, dan mempercayai. Sifat profesionalisme yang tinggi diperlukan demi

menjaga hubungan baik dengan teman sejawat ataupun dengan pihak lawan, yang

dapat dilakukan melalui penggunaan kosa kata/tutur kata (baik secara lisan maupun

tertulis) dan tingkah laku yang sopan serta tidak menyinggung ketika saling

berhadapan satu sama lain dalam sidang pengadilan.

5. Bertanggung jawab Kepada Klien. Klien sebagai pihak yang berperkara sekaligus

sebagai pihak yang meminta bantuan hukum, sudah sepantasnya mendapat

pertanggungjawaban atas apa yang diperbuat seorang advokat ketika

menyelesaikan kasus klien. Seorang advokat mewakili Klien dalam menyelesaikan

suatu kasus hukum, baik di dalam maupun di luar persidangan.


Di luar pengadilan, tugas lain seorang advokat yakni memberikan bantuan

hukum dan membuat “memorandum hukum” (legal audit/pemeriksa hukum) dan

legal opinion (pendapat hukum) dalam menangani kasus yang dihadapi klien.

Seorang advokat harus mampu menjalin hubungan baik dengan klien seperti

ditegaskan dan Kode Etik Advokat Indonesia, salah satunya ialah larangan melakukan

diskriminasi SARA. Sebagaimana Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

Pasal 18 memuat bahwa dalam menjalankan tugasnya, seorang Advokat dilarang

membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama politik, keturunan,

ras atau latar belakang sosial budaya.10

10
Lisa Ikhsana, “ Kepada Siapa Seorang Advokat Bertanggung Jawab ? “,
https://heylawedu.id/blog/kepada-siapa-seorang-advokat-bertanggung-jawa, pada tanggal 02 maret 2023 pukul
19.40 WIB.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa:

Penerapan hak imunitas memiliki keterkaitan yang erat dengan profesionalitas advokat.

Penerapan hak imunitas ini dihadapkan dengan peraturan perundang-undangan dan kode etik

profesi. Dengan kata lain penerapan hak imunitas terbatas dan tidak bisa digunakan dengan

sewenangwenang tersebut tetapi harus berdasarkan pada undang-undang dan kode etik

profesi.

Keberlakuan hak imunitas ini adalah terbatas, maksudnya hak ini akan tidak berlaku

apabila terjadi suatu pelanggaran hukum yang sanksinya akan dihadapkan kepada advokat itu

sendiri. Sanksi yang didapatkan oleh advokat dapat berasal dari peradilan umum dan/atau

peraturan Profesi Advokat. Untuk hal ini Organisasi Advokat sangat dibutuhkan dalam

penerapan hak imunitas advokat tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengawasi dan memberi

perlindungan kinerja profesi advokat dalam menggunakan hak imunitas pada saat

menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum dan bertujuan untuk mencerminkan profesi

terhormat (officium nobile).

SARAN

Dengan selesainya makalah ini, pemakalah yakin bahwa masih banyak terdapat

kekurangan dan juga ketidaksempurnaan yang ada pada makalah ini. Oleh karena itu besar

harapan bagi kami sebagai pemakalah agar seluruh pembaca dapat memberikan berupa saran

dan kritik yang membangun kepada kami agar kami dapat membentuk makalah yang lebih

baik lagi kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Luhut M.P.Pangaribuan, 1996. Advokat dan Contemp of Court,Satu Profesi di Dewan Kehormatan

Profesi, Djambatan, Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,2002 , Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Ketiga,

Balai Pustaka, Jakarta

Perkumpulan Pengacara Pengawal Demokrasi Indonesia, https://perwadi.or.id/sifatazas-dam-motto/

Raharjo, Agus & Sunarnyo, PENILAIAN PROFESIONALISME ADVOKAT DALAM

PENEGAKAN HUKUM MELALUI PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA ETISNYA,

Jurnal Media Hukum.

Ikhsana, Lisa “Kepada Siapa Seorang Advokat Bertanggung Jawab ?“,

https://heylawedu.id/blog/kepada-siapa-seorang-advokat-bertanggung-jawa.

Anda mungkin juga menyukai