Anda di halaman 1dari 15

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Etika profesi Hukum Ambo Ako, M.Si

Kode Etik Advokat

Oleh

Kelompok 5 :

Mei Della Putri 12020225440


Diaz Fayat Habibullah 12020215134

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam, shalawat serta salam
mudah-mudahan senantiasa Allah karuniakan atas penutup dan Nabi paling mulia,
Muhammad SAW juga atas segenap keluarganya, para shahabat, para Tabi’in dan
Tabi’in-tabiin serta para pengikut setia Nya hingga akhir zaman.

Makalah yang berjudul Kode Etik Advokat ini, kami susun unuk memenuhi
tugas yang diamanahkan kepada kami pada mata kuliah Etika Propesi Hukum, serta
sebagai wasilah untuk memperdalam tentang Manajemen Resiko dalam Perbankan
Islam dan pihak lain yang berkenan membacanya, makalah ini bahasanya sangat
sederhana dan fokus pada pokok bahasan sehingga mudah dipahami dan memiliki
ruang lingkup yang terbatas pada judul diatas.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah mendatang. Dalam menyusun makalah ini kami mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Kami
berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pekanbaru, September 2023

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Pengertian Kode Etik Advokat..................................................................3
B. Etika Melakukan Tugas Jabatan................................................................ 5
C. Etika Pelayanan Terhadap Klien...............................................................5
D. Etika Hubunga terhadap Advokat............................................................. 6
E. Pengawasan………………………….…………………………………..8
BAB III PENUTUP.............................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Kedudukan advokat adalah sebagai pemberi bantuan hukum atau jasa hukum
kepada masyarakat (klien) yang sedang mengahadapi suatu masalah hukum di
dalam persidangan. Pengertian Advokat sendiri telah di jelaskan di dalam Pasal 1
Ayat 1 Kode Etik Advokat Indonesia bahwa, “Advokat adalah orang yang
berprofesi memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun diluar pengadilan yang
memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan UndangUndang ini”. Suhrawandi
K. Lubis menjelaskan bahwa “Pada dasarnya tugas advokat atau penasehat hukum
adalah untuk memberikan pendapat hukum (legal opinion), serta nasihat hukum
(legal advice) dalam rangka menjauhkan klien dari konflik, tetapi di lingkungan
peradilan (beracara di Pengadilan) penasehat hukum justru tidak sedikit yang
mengajukan atau membela kepentingan kliennya unsich (secara ambisius)”.
Dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat seorang advokat
dapat melakukan secara Cuma cuma (Prodeo) ataupun atas dasar mendapatkan
honorarium (Lawyer Fee) dari kliennya Abdulkadir Muhammad menjelaskan
bahwa, “Profesi adalah pekerjaan tetap bidang teretentu berdasarkan keahlian
khusus yang dilakukan secara bertangggung jawab dengan tujuan memperoleh
penghasilan. Apabila profesi itu berkenaan dengan bidang hukum, maka profesi
itu disebut profesi hukum.
“Profesi hukum meliputi profesi legislatior, administrator hukum, konsultan
hukum, dosen hukum, notaris, polisi jaksa, hakim dan advokat”.
Dalam perkembangan zaman dan di tengah krisis multidimensi, kehidupan
hukum menunjukkan fenomena adanya ketidakpastian hukum dan ketidakadilan.
Pihak yang sering disalahkan sebagai penyebab runtuhnya supremasi hukum
adalah aparat penegak hukum itu sendiri, seperti polisi, hakim, advokat, dan jaksa.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika melakukan tugas jabatan sebagai advokat?
2. Bagaimana etika hubungan terhadap klain?
3. Bagaimana pengawasan dalam menjalankan tugas advokat ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kode Etik Advokat

Kode Etik Advokat di Indonesia Advokat sebagai profesi terhormat (officium


nobile) yang dalam menjalankan profesinya berada di bawah perlindungan
hukum, Undang-undangdan kode etik, memiliki kebebasan yang didasarkan
kepada kehormatan dan kepribadian Advokat yang berpegang teguh
kepada kemandirian,kejujuran, kerahasiaan, dan keterbukaan.Dari ketentuan
sebagaimana dimaksud Pasal 3 . Kode Etik Advokat Indonesia dapat disimpulkan
bahwa seorang advokat, dalam menjalankan profesinya, harus selalu berpedoman
kepada:
Kejujuran profesional ( professional honesty) . Kode Etik Advokat Indonesia
dalam kata-kata “Oleh karena tidak sesuai dengan keahilannya”. Suara hati nurani
(dictate of conscience) Keharusan bagi setiap advokat untuk selalu berpihak
kepada yang benar dan adil dengan berpedoman kepada suara hati nuraninya
berarti bahwa bagi advokat Indonesia tidak ada pilihan kecuali menolak setiap
perilaku yang berdasarkan “he who pays the piper calls the tune” karena
pada hakikatnya perilaku tersebut adalah pelacuran profesi advokat. Keperluan
bagi advokat untuk selalu bebas mengikuti suara hati nuraninya adalah karena di
dalam lubuk hati nuraninya, manusia menemukan suatu satu hukum yang harus ia
taati.
Oleh karena itu juga, setiap Advokat harus menjaga citra dan martabat
kehormatan profesi, serta setia dan menjunjung tinggi Kode Etik dan Sumpah
Profesi, yang pelaksanaannya diawasi oleh Dewan Kehormatan sebagai suatu
lembaga yang eksistensinya telah dan harus diakui setiap Advokat tanpa melihat
dari organisasi profesi yang mana ia berasal dan menjadi anggota, yang pada saat

3
mengucapkan Sumpah Profesi-nya tersirat pengakuan dan kepatuhannya terhadap
Kode Etik Advokat yang berlaku.
Dengan demikian Kode Etik Advokat Indonesia adalah sebagai hukum
tertinggi dalam menjalankan profesi, yang menjamin dan melindungi namun
membebankan kewajiban kepada setiap Advokat untuk jujur dan bertanggung
jawab dalam menjalankan profesinya baik kepada klien, pengadilan, negara atau
masyarakat dan terutama kepada dirinya sendiri.
Pelaksanaan Kode Etik Dan Undang-Undang Advokat Berkaitan dengan UU
Advokat No. 18 tahun 2003 maka disusun Kode Etik Advokat Indonesia, hal ini
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi Advokat (Pasal 26 Bab
IX ayat 1); UU tersebut juga mengatur bagaimana seorang Advokat wajib tunduk
dan mematuhi kode etik profesi Advokat dan ketentuan tentang Dewan
Kehormatan Organisasi Advokat (ayat 2); Kode etik profesi Advokat sebagaimana
dimaksud pada :
 ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan ayat.
 ayat (3); Pengawasan atas pelaksanaan kode etik profesi Advokat
dilakukan oleh Organisasi Advokat.
 (ayat 4). Kode etik juga mengatur tentang susunan, tugas, dan
kewenangan Dewan Kehormatan Organisasi Advokat.

Pada dasarnya, Kode Etik Advokat dan Undang-Undang Advokat mengatur


tentang hubungan Advokat dengan Klien dan Hubungan Advokat dengan teman
sejawat. Advokat dilarang berprilaku buruk dan melanggar kode etik dan
sumpah advokat (Pasal 6) Advokat dilarang bersikap diskriminatif (SARA)
(Pasal 18 ayat 1) Advokat dilarang memberikan keterangan yang menyesatkan
kliennya (Pasal 4 KEAI) Advokat dilarang memegang jabatan yang
menyebabkan terjadi conflict of interest (Pasal 20).1
1
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,

4
B. Etika Melakukan Tugas Jabatan Advokat
Etika Melakukan Tugas Jabatan sebagai Penasihat Hukum Advokat sebagai
pejabat penasihat hukum dalam melakukan tugas jabatannya:
a. Tidak memasang iklan untuk menarik perhatian, dan tidak memasang
papan nama dengan ukuran dan bentuk istimewa;
b. Tidak menawarkan jasa kepada klien secara langsung atau tidak
langsung melalui perantara, melainkan harus menunggu permintaan;
c. Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang merugikan
kedudukan advokat, misalnya di rumah atau di kantor seorang bukan
advokat;
d. Menerima perkara sedapat mungkin berhubungan langsung dengan
klien dan menerima semua keterangan dari klien sendiri:
e. Tidak mengizinkan pencantuman namanya di papan nama, iklan, atau
cara lain oleh orang bukan advokat tetapi memperkenalkan diri sebagai
wakil advokat,
f. Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualifikasi untuk
mengurus sendiri perkara, memberi nasihat kepada klien secara lisan
atau tertulis;
g. Tidak mempublikasikan diri melalui media massa untuk menarik
perhatian masyarakat mengenai perkara yang sedang ditanganinya,
kecuali untuk menegakkan prinsip hukum yang wajib diperjuangkan
oleh semua advokat;
h. Tidak mengizinkan pencantuman nama advokat yang diangkat untuk
suatu jabatan negara pada kantor yang memperkerjakannya dahulu;
i. Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera menangani perkara
di pengadilan yang bersangkutan selama tiga tahun sejak dia berhenti
dari pengadilan tersebut.2
C. Etika Pelayanan Terhadap Klien
2
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,

5
Pasal 4

1. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian


dengan jalan damai.
2. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan
klien mengenai perkara yang sedang diurusnya.
3. Advokat tidak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang
ditanganinya akan menang.
4. Dalam menentukan besarnya honorarium Advokat wajib mempertimbangkan
kemampuan klien.
5. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak
perlu.
6. Advokat dalam mengurus perkara cuma-cuma harus memberikan perhatian
yang sama seperti terhadap perkara untuk mana ia menerima uang jasa.
7. Advokat harus menolak mengurus perkara yang menurut keyakinannya tidak
ada dasar hukumnya.
8. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan
oleh klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah
berakhirnya hubungan antara Advokat dan klien itu.
9. Advokat tidak dibenarkan melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada
saat yang tidak menguntungkan posisi klien atau pada saat tugas itu akan
dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi klien yang
bersangkutan, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 3 huruf a.
10. Advokat yang mengurus kepentingan bersama dari dua pihak atau lebih harus
mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan-kepentingan
tersebut, apabila dikemudian hari timbul pertentangan kepentingan antara
pihak-pihak yang bersangkutan.

6
11. Hak retensi Advokat terhadap klien diakui sepanjang tidak akan menimbulkan
kerugian kepentingan klien.

D. Etika hubungan sesama rekan advokat


Hubungan yang terjalin antara rekan Advokat harus dilandasi sikap saling
menghormati, saling menghargai dan saling mempercayai.
Advokat jika membicarakan rekan jika berhadapan satu sama lain dalam sidang
pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan baik
secara lisan maupun tertulis. Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman
sejawat yang dianggap bertentangan dengan Kode Etik Advokat harus diajukan
kepada Dewan Kehormatan untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk
disiarkan melalui media massa atau cara lain.3
Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang klien dari rekan
advokat lainnya. Apabila klien hendak mengganti Advokat, maka Advokat yang
baru hanya dapat menerima perkara itu setelah menerima bukti pencabutan
pemberian kuasa kepada Advokat semula dan berkewajiban mengingat kan klien
untuk memenuhi kewajibannya apabila masih ada terhadap Advokat semula.
Apabila suatu perkara kemudian diserahkan oleh klien terhadap Advokat
yang baru, maka Advokat semula wajib memberikan kepadanya semua surat dan
keterangan yang penting untuk mengurus perkara itu, dengan memperhatikan
hak retensi Advokat terhadap klien tersebut.
Dalam ketentuan Bab IV KEAI mengatur asas-asas tentang hubungan antar
teman sejawat advokat. Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kegiatan
menjalankan profesi sebagai suatu usaha, maka persaingan adalah normal.
Namun persaingan ini harus dilandasi oleh “ ... sikap saling menghormati, saling

3
John Rawls, 1971, A. Theory of Justice, Belknap, Harvard. Lasdin Wlas, Wlas,
Lasdin, 1989, Cakrawala Advokat Indonesia, Liberty Yogyakarta.

7
menghargai dan saling mempercayai” (KEAI, Pasal 5 alinea 1). Dalam
persaingan melindungi dan mempertahankan kepentingan klien, sering antara
para advokat, atau advokat dan jaksa/penuntut umum, terjadi “pertentangan”.
Alinea 4 dari Pasal 5 KEAI merujuk kepada penarikan atau perebutan klien.
dalam bahasa ABA ini dinamakan “encroaching” atau “trespassing”, secara
paksa masuk dalam hak orang lain (teman sejawat advokat). Secara gamblang
dikatakan adanya “obligation to refrain from deliberately stealing each other’s
clients”. Bagaimana dalam praktek nanti Dewan Kehormatan KEAI akan
mendefinisikan “stealing of clients” ini? Bagaimana akan ditafsirkan “menarik
atau merebut klien” itu? Kita harus menyadari bahwa adalah hak klien untuk
menentukan siapa yang akan memberinya layanan hukum; siapa yang akan
mewakilinya; atau siapa advokatnya.
Masalah lain dalam hubungan antar advokat ini adalah, tentang penggantian
advokat. Advokat lama berkewajiban untuk menjelaskan pada klien segala
sesuatu yang perlu diketahuinya tentang perkara bersangkutan. Pengaturan
dalam Pasal 4 alinea 2 KEAI tentang Pemberian Keterangan oleh advokat yang
dapat menyesatkan kliennya. Advokat baru sebaiknya menghubungi advokat
lama dan mendiskusikan masalah perkara bersangkutan dan perkembangannya
terakhir.
Seorang advokat adalah berkomunikasi atau menegosiasi masalah perkara,
langsung dengan seseorang yang telah mempunyai advokat, tanpa kehadiran
advokat orang ini. Asas ini tercantum dalam Canon 9 ABA. Dalam asas ini tidak
berlaku untuk mewawancarai saksi saksi dari pihak lawan dalam berperkara
(alinea 5 dan 6, Pasal 7 KEAI). Suatu etika hubungan sesama rekan Advokat
sebagai sesama pejabat penasihat hukum:
 Mempunyai hubungan yang harmonis antara sesama rekan advokat
berdasarkan sikap saling menghargai dan mempercayai;

8
 Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan atau yang menyakitkan hati jika
membicarakan teman sejawat atau jika berhadapan satu sama lain di dalam
sidang pengadilan;
 Mengemukakan kepada Dewan Kehormatan Cabang setempat sesuai
dengan hukum acara yang berlaku keberatan terhadap tindakan teman
sejawat yang dianggap bertentangan dengan Kode Etik Advokat;
 Dilarang menarik klien dari teman sejawat;
 Dengan sepengetahuan teman sejawat yang telah menjadi advokat tetap
kliennya, dapat memberi nasihat kepada klien itu dalam perkara tertentu
atau menjalankan perkara untuk klien yang bersangkutan.4

E. Pengawasan terhadap advokat


Suatu etika pengawasan terhadap Advokat melalui pelaksanaan Kode Etik
Advokat sebagai berikut:
 Pengawasan terhadap advokat melalui pelaksanaan Kode Etik Advokat
dilakukan oleh Dewan Kehormatan baik di Cabang maupun di Pusat dengan
acara dan sanksi atas pelanggaran yang ditentukan sendiri.
 Tidak satu Pasal pun dalam Kode Etik Advokat ini yang memberi
wewenang kepada badan lain selain Dewan Kehormatan untuk menghukum
pelanggaran atas Pasal-Pasal dalam Kode Etik Advokat ini oleh seorang
advokat.
 Hal-hal yang belum diatur dalam Kode Etik Advokat ini dan atau-pun
penyempurnaannya diserahkan kepada Dewan Kehormatan Pusat untuk

4
John Rawls, 1971, A. Theory of Justice, Belknap, Harvard. Lasdin Wlas, Wlas,
Lasdin, 1989, Cakrawala Advokat Indonesia, Liberty Yogyakarta.

9
melaksanakannya dengan kewajiban melaporkannya kepada Munas yang
berikutnya.5

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

5
John Rawls, 1971, A. Theory of Justice, Belknap, Harvard. Lasdin Wlas, Wlas,
Lasdin, 1989, Cakrawala Advokat Indonesia, Liberty Yogyakarta.

10
Dasar ratiologis Dewan Kehormatan Advokat memberikan sanksi terhadap
advokat yang dinyatakaan melakukan pelanggaran etika profesi advokat berkaitan
untuk perlindungan hukum bagi klien atau advokat lain yang dirugikan dan
pemberian sanksi guna pembinaan advokat yang melanggar. Advokat sebagai
profesi mulia harus menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan dan kode
etik, sehingga apabila melakukan pelanggaran yang merugikan profesi atau klien
harus mendapat tindakan berupa sanksi-sanksi yang dijatuhkan juga tidak
menghilangkan haknya untuk tetap jalankan profesi. Di sinilah martabat sebagai
advokat tetap dihormati sedang sanksi adalah bentuk penindakan atas pelanggaran
yang dilakukan. Selain itu, rasiologis sanksi adalah dalam rangka memberikan
perlindungan hukum, khususnya terhadap pihak yang dirugikan. Sesuai pendapat
Pilipus M. Hadjon mengenai perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam,
yaitu: pertama perlindungan hukum preventif, adanya peraturan perundang-
undangan yaitu Undang-Undang Advokat dan Kode etik harus ditaati oleh setiap
advokat. Kedua perlindungan hukum represif, adanya pemberian sanksi terhadap
pelanggaran Undang-Undang Advokat maupun Kode Etik Advokat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung Frans Hendra Winata, 1995. Advokat Indonesia, Citra, Idealisme dan
Kepribadian, Sinar Harapan, Jakarta.

11
Jazim Hamidi, 2005, Makna dan Kedudukan Hukum Naskah Proklamasi 17
Agustus 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Disertasi,
Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung

John Rawls, 1971, A. Theory of Justice, Belknap, Harvard. Lasdin Wlas, Wlas,
Lasdin, 1989, Cakrawala Advokat Indonesia, Liberty Yogyakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai