Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGERTIAN, KEDUDUKAN DAN FUNGSI


ADVOKAT DAN SEJARAH BERDIRINYA ADVOKAT
DI INDONESIA
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Advokatur
Dosen Pengampu : Kamsiah, SH.,MH.

Disusun Oleh Kelompok 1:

Annisatul Husna 2021609007

Wahyu Hidayat 2021609061

Ahmad Hatib Syarbini 2021609064

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


JURUSAN PIDANA POLITIK ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA
2022/2023

KATA PENGANTAR

i
Bismillahirrahmannirrahim

Puji syukur senantiasa kami haturkan kepada Allah SWT, karena


berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya makalah kami ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Beliaulahyang telah berhasil membawa kita dari kehidupan yang anarkid
dan penuh kesengsaraan menuju kehidupan yang penuh nikmat dan
sajahtera. Semoga kita selalu mendapatkan syafa’at dan pertolongan beliau,
baik di deniahmaupun di akhirat kelas. Aamiin.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok, mata


kuliah “Advokatur” Semester 6 Program Studi Hukum Tata Negara (HTN)
pada Universitas Islam negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Oleh
karena itu, kami haturkan terima kasih banyak kepada Ibu Kamsiah,
SH.,MH. Selaku dosen pengampuh mata kuliah ini, yang membimbing kami
dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga saja
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, 17 Februari 2023

Penulis,

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I..............................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................6
C. Tujuan Penulisan.................................................................................6
BAB II............................................................................................................7
PEMBAHASAN.............................................................................................7
A. Pengertian Advokat.............................................................................7
B. Kedudukan Advokat............................................................................8
C. Fungsi Advokat..................................................................................10
BAB III.........................................................................................................11
PENUTUP....................................................................................................11
A. Kesimpulan........................................................................................11
B. Kritik dan Saran.................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan advokat sebagai pemberi bantuan hukum atau jasa


hukum kepada masyarakat (klien) yang menghadapi masalah hukum,
keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat, seiring dengan
meningkatnya kesadaran hukum masyarakat serta kompleksitasnya masalah
hukum. Advokat dalam menjalankan tugas dan fungsinya berperan sebagai
pendamping, pemberi nasihat (Advice), atau menjadi kuasa hukum untuk
dan atas nama klien. Dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat
seorang advokat dapat melakukannya secara cuma-cuma (Prodeo) atau pun
atas dasar mendapatkan honorarium (Lawyer Fee) dari kliennya. Advokat
termasuk profesi mulia, karena ia dapat menjadi mediator bagi para pihak
yang bersengketa tentang suatu perkara, baik yang berkaitan dengan perkara
pidana, perdata, maupun tata usaha negara, putusan di Mahkamah
Konstitusi. Selain itu advokat juga dapat menjadi fasilitator dalam mencari
kebenaran dan menegakkan keadilan untuk membela hak asasi manusia dan
memberikan pembelaan hukum yang bersifat bebas dan mandiri. Satjipto
Rahardjo berpendapat bahwa : 1 
“Peran yang dimainkan seorang pembela adalah sebagai penjaga (pengawal)
kekuasaan pengadilan. Dalam hal ini pembela bertugas untuk menjamin
agar pejabat-pejabat hukum tidak melakukan penyelewengan-
penyelewengan sehingga merugikan hak terangka/terdakwa.”  
Profesi Advokat telah dikenal dari sejak jaman pemerintah Hindia Belanda
sampai masa kemerdekaan hingga pemerintah Orde Baru berkuasa. Akan
tetapi eksistensi profesi Advokat tersebut tidak diatur secara tegas dalam
suatu peraturan perundang-undangan tersendiri melainkan hanya terdapat
pada pasal-pasal pada peraturan perundang-undangan lain yang mengatur
tentang bantuan hukum. Tidak seperti profesi hukum lain Polisi, Jaksa dan

1
Satjipto Rahardjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan, Alumni, Bandung,
1976, hlm.7

4
Hakim di mana ketiga profesi hukum tersebut keberadaannya telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan tersendiri. Memasuki masa reformasi,
Indonesia telah mengalami 4 (empat) tahap perubahan UUD 1945.
Perubahan secara signifikan adalah dianutnya secara tegas prinsip negara
berdasar atas hukum. Dalam usaha mewujudkan prinsip negara hukum,
peran serta fungsi Advokat merupakan hal yang sangat penting dalam
memberikan jasa hukum kepada masyarakat serta turut serta menciptakan
lembaga peradilan yang bebas dari campur tangan pihak lain. Sejalan
dengan usaha mewujudkan prinsip negara hukum, maka telah disahkan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (UU Advokat),
yang memberikan legitimasi bagi advokat dalam menjalankan profesinya
sekaligus menjadikan profesi advokat sejajar dengan penegak hukum lain.  
Advokat mempunyai fungsi memberikan jasa hukum di bidang litigasi dan
non litigasi. Di bidang litigasi khususnya dalam perkara pidana, Advokat
dapat mewakili klien sebagai kuasa di Pengadilan untuk memberikan
keterangan dan kejelasan hukum dalam persidangan dari tahap pemeriksaan
kepolisian, kejaksaan, sampai adanya putusan di pengadilan. Kemudian
dalam perkara perdata advokat dapat mewakili pihak yang berperkara, tetapi
hal yang sangat penting adalah advokat dapat mendamaikan pihak yang
berperkara sebelum perkara dibawa ke pengadilan. Di bidang non litigasi,
advokat dapat memberikan konsultasi kepada perseorangan atau badan
hukum swasta, BUMN, negara, dan lain sebagainya. Dengan diberlakukan
UU Advokat, menjadikan peran negara atau pemerintah bersifat statis,
karena seluruh penyelenggaraan kepentingan advokat dilakukan oleh
Organisasi Advokat tanpa adanya campur tangan dari pemerintah.  
Profesi advokat sangat berfungsi demi tegaknya keadilan berdasarkan
hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha
memperdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka
di depan hukum. Advokat sebagai salah satu unsur sistem peradilan
merupakan salah satu pilar dalam menegakkan supremasi hukum dan hak
asasi manusia. Selain dalam proses peradilan, peran advokat juga terlihat di
luar pengadilan. Kebutuhan jasa hukum advokat di luar proses peradilan

5
pada saat sekarang semakin meningkat, sejalan dengan semakin
berkembangnya kebutuhan hukum masyarakat terutama dalam memasuki
kehidupan yang semakin terbuka dalam pergaulan antar bangsa melalui
pemberian jasa konsultasi, negosiasi, maupun dalam pembuatan kontak-
kontrak dagang. Profesi advokat ikut memberi sumbangan berarti bagi
pemberdayaan 4 masyarakat serta pembaharuan hukum nasional khususnya
di bidang ekonomi dan perdagangan, termasuk dalam penyelesaian di luar
pengadilan. 

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian Advokat ?


2. Apa kedudukan Advokat ?
3. Apa saja fungsi Advokat ?
4. Bagaimana sejarah berdirinya Advokat di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

1. Agar mengetahui pengertian Advokat


2. Agar mengetahui kedudukan Advokat
3. Agar mengetahui apa saja fungsi Advokat
4. Agar mengetahui sejarah berdirinya Advokat di Indonesia

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Advokat

Advokat berasal dari kata advocate yakni seseorang yang berprofesi


sebagai ahli hukum di pengadilan. Terjemahan lain menyatakan bahwa
advokat bermakna sebagai nasihat. Advokat bisa dikatakan penasihat
hukum karena pekerjaannya dalam pengadilan sebagai penasihat. Istilah
penasihat hukum/bantuan hukum dan advokat/pengacara merupakan
istilah yang tepat dengan fungsinya sebagai pendamping
tersangka/terdakwa atau penggugat/tergugat, bila dibandingkan dengan
istilah pembela. Karena istilah pembela dapat diartikan sebagai
seseorang yang membantu hakim dalam usaha menemukan kebenaran
materiil walaupun itu bertolak dari sudut pandang subjektif yaitu
berpihak pada kepentingan tersangka atau terdakwa.2 

Advokat merupakan sebuah Profesi yang Officium Nobile atau


profesi yang mulia karena mengabdikan dirinya pada kepentingan
masyarakat, serta kewajibannya untuk menegakan hak-hak asasi
manusia. Dimana dalam pasal 1 ayat 1 UU Advokat menjelaskan bahwa
Advokat berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan yang memenuhi persyaratan. Lebih lanjut didalam UU
Advokat ditegaskan kembali mengenai definisi Jasa Hukum yang
diberikan oleh seorang Advokat dimana dalam Pasal 1 ayat 2 berbunyi
Jasa Hukum yang diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi
hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi,
membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan
hukum klien. Pemberian jasa hukum maupun bantuan hukum
2
O.C.Kaligis,Bila Advokat Menjadi Terdakwa, Jakarta: Yarsif Watampone,2015,
hlm. 2

7
diharapkan dapat mencegah perlakuan tidak adil dan tidak manusiawi
atas tersangka atau terdakwa yang dinamakan due process of law atau
proses hukum yang adil. Tersangka atau terdakwa dilindungi haknya
sebagai orang yang menghadapi tuntutan hukum dan terdesak karena
lingkup kegiatan bantuan hukum meliputi pembelaan, perwakilan, baik
di luar maupun di dalam pengadilan, pendidikan, penelitian dan
penyebaran gagasan.3

B. Kedudukan Advokat

Dalam sistem penegakkan hukum di Indonesia dikenal lembaga-


lembaga penegak hukum yaitu lembaga kepolisian, kejaksaan dan hakim
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun sejak adanya undang-
undang nomor 18 tahun 2003 semunya telah berubah, Advokat yang
dulu dalam peranya memberi bantuan hukum kepada klien sering
dianggap sebelah mata oleh penegak hukum lain kini eksistensinya
sudah mulai naik. Ketentuan Pasal 5 Ayat (1) undang-undang Advokat
memberikan status kepada advokat sebagai penegak hukum yang
mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam
menegakkan hukum dan keadilan. Berikut ini bunyi pasal 5 undang-
undang nomor 18 tahun 2003 tentang advokat “Advokat berstatus
sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum
dan peraturan perundang-undangan”.

Dalam penjelasan undang-undang advokat menerangkan bahwa


yang dimaksud dengan pasal 5 ayat (1) diatas adalah advokat sebagai
salah satu perangkat dalam proses peradilan yang mempunyai
kedudukan setara dengan penegak hukum lainya dalam menjalankan
fungsinya untuk menegakkan hukum dan keadilan. Kedudukan tersebut
memerlukan suatu organisasi yang merupakan satusatunya wadah
profesi advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 Ayat (1) undang-

3
Penilaian Profesionalisme Advokat Dalam Penegakan Hukum Melalui
Pengukuran Indikator Kinerja Etisnya https://media.neliti.com/media/publications/112915-
ID-penilaian-profesionalisme-advokat-dalam.pdf diakses pada 17 Februari 2023, pukul
20.30 WITA

8
undang advokat, yaitu organisasi advokat merupakan satu-satunya
wadah profesi advokat yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai
dengan ketentuan undang-undang ini dengan maksud dan tujuan untuk
meningkatkan kualitas profesi advokat. Oleh karena itu, organisasi
advokat, yaitu PERADI, pada dasarnya adalah organ negara dalam arti
luas yang bersifat mandiri (independent state organ) yang juga
melaksanakan fungsi negara.4

Kalau diselidiki lebih jauh, baik secara normatif maupun dalam


kenyataan lembaga penegak hukum tidak hanya terdiri dari tiga
lingkungan jabatan tersebut di atas, bahkan dari perspektif pemecahan
masalah dan pembaharuan penegak hukum, kalau hanya disebut tiga
lingkungan jabatan tersebut, bukan saja tidak lengkap tetapi
menyebabkan bias. Jika kita kaji dari sisi komponen kelembagaan
penegak hukum, komponen utama lembaga atau kelembagaan penegak
hukum dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, kelompok pro
yustitia, dan kelompok non pro justitia, kelompok pro justitia dibedakan
antara pro justitia murni dan tidak murni. Kelompok pro justitia murni
terdiri dari lingkungan jabatan kepolisian (polisi), kejaksaan (jaksa
penuntut umum), pengadilan (hakim). Tiga lingkungan jabatan ini
merupakan kesatuan penegak hukum dalam rangkaian proses peradilan.
Sedangkan kelompok pro justitia tidak murni adalah lembaga peradilan
semu “quasi administratie rechpraak”.5 Sebelum dihapus, kelompok ini
mencakup juga badan-badan lain seperti Panitia Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Perburuhan, dan lain sebagainya. Lembaga
penegak hukum non pro justitia dapat dibedakan antara kelembagaan
dalam lingkungan pemerintahan dan di luar pemerintahan. Dalam
lingkungan pemerintahan adalah lingkungan jabatan administrasi negara
yang memiliki atau diberi wewenang polisionil, termasuk jabatan
keimigrasian, bea cukai, perpajakan dan lain-lain. Sedangkan lembaga
penegak hukum di luar pemerintahan adalah badan-badan yang
4
Lihat Pertimbangan Hukum Putusan MK Nomor 014/PUU-IV/2006 mengenai
Pengujian Undang-Undang Advokat q
5
www.lawyersclubs.com › kedudukan-advokat

9
diselenggarakan oleh masyarakat seperti advokat, notaris, mediasi,
arbitrase, dan berbagai lembaga yang ada diberi wewenang
menyelesaikan sengketa yang bersifat perdamaian.6Jadi setelah
keberadan pasal 5 undang-undang nomer 18 tahun 2003 tentang
advokat, maka kedudukan advokat sama seperti lembaga penegak
hukum lainya seperti hakim, jaksa dan polisi. advokat adalah lembaga
penegak hukum yang bebas dan independen karena tidak digaji oleh
negara. Hal ini di tegaskan juga dalam pasal 14 undang-undang advokat.

C. Fungsi Advokat

Advokat sebagai profesi yang mendapat gelar officium nobile yaitu


gelar yang sangat mulia, karena membela semua orang tampa
membedakan latar belakang ras, agama atau status sosial lain yang ada
di dalam masyarakat. Advokat wajib memberikan bantuan hukum
kepada semua klien dengan seadil-adilnya untuk membantu
menciptakan keadilan dalam proses penegakkan hukum di Indonesia.
Menurut Ropaum Rambe advokat bukan hanya sekedar profesi untuk
mendapatkan nafkah, tetapi juga harus memperjuangkan idealisme dan
moralitas yang di dalamnya ada nilai kebenaran dan keadilan.

Oleh karena itu sebagai seorang advokat, seseorang harus


mempunyai standar idealisme dan moralitas yang kuat sehingga
keberadaannya mampu memberikan kemaslahatan bagi proses
penegakkan hukum di Indonesia. Dalam pasal 7 Universal Declaration
of Human Right menjelaskan bahwa setiap orang berhak atas
perlindungan hukum yang sama dan tak ada perbedaan apapun satu
dengan yang lainnya.6Konstitusi di Indonesia juga menjamin dalam
pasal 27 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa, semua
warga Negara sama kedudukannya di mata hukum dan pemerintahan
serta menjunjung hukum dan pemerintahan itu tanpa pengecualian. Oleh
karena itu memberi pembelaan kepada semua masyarakat yang
membutuhkan tanpa pandang bulu itu sudah menjadi kewajiban bagi
6

10
seorang advokat. Dalam Undang-Undang nomor 18 tahun 2003 tentang
advokat pasal 1 ayat 1 menjelaskan peran dan fungsi advokat yang
berbunyi sebagai berikut:

“Advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa hukum baik di


dalam maupun diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan ketentuan undang-undang ini.”

Dari pasal di atas dapat diketahui bahwah fungsi advokat adalah


memberikan bantuan hukum kepada klien yang telah membutuhkan.
Bantuan ini bisa dilakukan di dalam pengadilan maupun di luar
pengadilan. V. Harlen Sinaga berpendapat bahwa fungsi dan peran
advokat ini harus mencakup seluruh masalah hukum baik itu hukum
publik (public law) yaitu permasalahann hukum antara negara dengan
warganya dan hukum perdata (private law) yaitu hukum yang mengatur
hak dan kewajiban orang perorangan dan korporasi.7

D. Sejarah Berdirinya Advokat di Indonesia

Sejarah advokat dimulai ketika masa kolonial Belanda karena


jumlahnya sangat sedikit waktu itu, mereka tidak bergabung dalam
organisasi advokat tetapi di kota-kota besar waktu itu mereka ada
perkumpulan yang dikenal sebagai Balie van Advocaten yang
keanggotaannya didominasi oleh advokat Belanda. Balie van Advocaten ini
kemudian menjelma menjadi Persatuan Advokat Indonesia (PAI) pada 14
Maret 1963 sebagai embrio dari Persatuan Advokat Indonesia (PERADIN).

Harapan dan usaha untuk mengadakan suatu kongres atau musyawarah para
advokat Indonesia waktu itu mulai dikumandangkan dalam Kongres II
Perhimpunan Sarjana Hukum (PERSAHI) di Surabaya yang berlangsung
pada tanggal 15-19 Juli 1963. PERSAHI waktu itu boleh dikata adalah Law
Society di Indonesia yang mencita-citakan organisasi advokat bisa didirikan.
Hasil Kongres II PERSAHI ini mengharapkan agar kongres para advokat
dapat diselenggarakan pada bulan Agustus 1964 di Solo.
7
V. Harlen Sinaga, Dasar-Dasar.

11
Sejarah organisasi advokat di Indonesia ini kemudian tidak dapat lepas dari
Kongres Nasional Pertama para advokat Indonesia di Solo pada tanggal 30
Agustus 1964, yang kemudian secara aklamasi dibentuklah suatu organisasi
advokat yang dinamakan PERADIN sebagai organisasi atau wadah
persatuan para advokat di Indonesia. Sejak tanggal 30 Agustus 1964 nama
PERADIN menggantikan PAI sebagai singkatan dari Persatuan Advokat
Indonesia. Dalam musyawarah tersebut Meester in de Rechten Iskaq
Tjokrohadisuryo (mantan Menteri Perekonomian dalam kabinet Ali
Sastroamidjojo I) terpilih sebagai Ketua Umum PERADIN merangkap Tim
Formatur DPP PERADIN, yang kemudian dilanjutkan oleh para penerusnya
seperti Sukardjo Adidjojo, Lukman Wiriadinata, Suardi Tasrif dan Harjono
Tjitrosubono.

Sewaktu PERADIN di bawah kepengurusan Suardi Tasrif, PERADIN


mendeklarasikan dirinya sebagai organisasi perjuangan pada tahun 1978 dan
banyak kiprahnya yang mengkritik dan menentang Keppres dan Perpres
yang bertentangan dengan Konstitusi UUD 1945. Mereka dikenal sebagai
“L’infant terrible” atau si anak nakal karena kritik yang dilontarkan sewaktu
pemerintahan Orde Baru mengembangkan otoritarianisme.

Seperti tokoh-tokoh advokat sebelumnya mereka memperjuangkan Rule of


Law agar supaya putusan-putusan pengadilan dapat memberi keadilan
kepada masyarakat dan para penguasa itu diatur hukum atau undang-undang
dalam menjalankan kekuasaannya. Maka pengadilan dalam keputusan-
keputusannya dapat menjembatani konflik antara yang berkuasa dan yang
dikuasai sebagai masyarakat. Adanya keseimbangan antara negara dan
individu menjadi acuan dari Rule of Law atau dalam konsep negara hukum
ada pembagian kekuasaan dalam ajaran Montesquieu tentang Trias Politica.
Pemegang kekuasaan tertinggi adalah rakyat atau teori tentang demokrasi
“Salus Populi Suprema Lex Esto” atau “Keselamatan Rakyat Merupakan
Hukum Tertinggi”. Tokoh-tokoh advokat itu sejak zaman dulu sewaktu
perjuangan kemerdekaan dan setelah merdeka sudah berjuang untuk
kepentingan rakyat.

12
Karena itu perjuangan untuk “due process of law” diutamakan untuk
memperoleh keadilan, diperlukan pengadilan yang jujur, terbuka dan tidak
memihak. Pembelaan yang dilakukan dengan mengabaikan SARA adalah
penting karena profesi advokat harus bebas dari keberpihakan, medeka, dan
independen. Inilah yang kemudian diperjuangkan PERADIN dalam negara
hukum (Rechtsstaat).

Pada zaman kepengurusan Lukman Wiriadinata di Lembaga Bantuan


Hukum atau LBH berdiri tahun 1970 dalam membela orang miskin atau
probono public atau prodeo. Konsep negara hukum (Rechtsstaat) ini
menjadi pegangan para advokat Indonesia dengan tidak memandang latar
belakang kliennya.

Gagasan untuk mendirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) muncul pada


saat Kongres PERADIN ke-III pada tanggal 18-20 Agustus tahun 1969 di
Jakarta. Gagasan tersebut muncul dari seorang mantan jaksa bernama Adnan
Buyung Nasution. Gagasan ini diwujudkan dengan pendirian LBH Peradin
di Jakarta pada tahun 1970. Berdasarkan hasil Kongres PERADIN tersebut
pula dipilih Adnan Buyung Nasution sebagai Direktur Utama LBH yang
pertama. Pendirian LBH merupakan proyek khusus dari PERADIN.
Pendirian LBH Jakarta yang didukung pula oleh Pemerintah Daerah
(Pemda) DKI Jakarta ini, pada awalnya dimaksudkan untuk memberikan
bantuan hukum bagi orang-orang yang tidak mampu dalam
memperjuangkan hak-haknya, terutama rakyat miskin yang digusur,
dipinggirkan, di-PHK, dan pelanggaran atas hak-hak asasi manusia pada
umumnya.8

BAB III

PENUTUP
8
https://www.hukumonline.com/berita/a/sejarah-advokat-indonesia

13
A. Kesimpulan

Advokat berasal dari kata advocate yakni seseorang yang berprofesi


sebagai ahli hukum di pengadilan. Terjemahan lain menyatakan
bahwa advokat bermakna sebagai nasihat. Advokat bisa dikatakan
penasihat hukum karena pekerjaannya dalam pengadilan sebagai
penasihat. Istilah penasihat hukum/bantuan hukum dan
advokat/pengacara merupakan istilah yang tepat dengan fungsinya
sebagai pendamping tersangka/terdakwa atau penggugat/tergugat,
bila dibandingkan dengan istilah pembela. Karena istilah pembela
dapat diartikan sebagai seseorang yang membantu hakim dalam
usaha menemukan kebenaran materiil walaupun itu bertolak dari
sudut pandang subjektif yaitu berpihak pada kepentingan tersangka
atau terdakwa, Ketentuan Pasal 5 Ayat (1) undang-undang Advokat
memberikan status kepada advokat sebagai penegak hukum yang
mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam
menegakkan hukum dan keadilan. Berikut ini bunyi pasal 5 undang-
undang nomor 18 tahun 2003 tentang advokat “Advokat berstatus
sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh
hukum dan peraturan perundang-undangan”. Dari pasal di atas dapat
diketahui bahwah fungsi advokat adalah memberikan bantuan
hukum kepada klien yang telah membutuhkan. Bantuan ini bisa
dilakukan di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan. V. Harlen
Sinaga berpendapat bahwa fungsi dan peran advokat ini harus
mencakup seluruh masalah hukum baik itu hukum publik (public
law) yaitu permasalahann hukum antara negara dengan warganya
dan hukum perdata (private law) yaitu hukum yang mengatur hak
dan kewajiban orang perorangan dan korporasi

B. Kritik dan Saran

Demikian makalah yang dapat kami susun. Semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua. Kami sebagai pengetik makalah ini meminta maaf sebesar-

14
besarnya apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan pada makalah
yang kami buat ini. Akhir kata kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah
proses akhir, tapi merupakan langkah awal yang masih banyak memerlukan
perbaikan karena itu kami sangat mengharapkan tanggapan, saran dan kritik
yang membangun, demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Satjipto Rahardjo, Hukum Masyarakat dan Pembangunan, Alumni,


Bandung, 1976, hlm.

O.C.Kaligis,Bila Advokat Menjadi Terdakwa, Jakarta: Yarsif


Watampone,2015, hlm. 2

“Penilaian Profesionalisme Advokat Dalam Penegakan Hukum Melalui


Pengukuran Indikator Kinerja Etisnya”
https://media.neliti.com/media/publications/112915-ID-penilaian-
profesionalisme-advokat-dalam.pdf

Pertimbangan Hukum Putusan MK Nomor 014/PUU-IV/2006 mengenai


Pengujian Undang-Undang Advokat

Bagir Manan, Kedudukan Penegak hukum dalam sistem ketatanegaraan


Republik Indonesia, Varia Peradilan ke XXI No.243 Februari
2006, hlm.7

V. Harlen Sinaga, Dasar-Dasar. 20

https://www.hukumonline.com/berita/a/sejarah-advokat-indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai