Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

DIVESTASI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keadvokatan yang
dibimbing oleh:

Bapak Abdul Hamid, SH., M.H

Disusun Oleh Kelompok 7:

1. Nur Nafi’atul Khusniyah (S20181078)


2. Isyrofah Tazkiyah (S20181070)

PRODI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Cara dan Peran Advokat dalam perkara
non Litigasi”. Makalah ini diselesaikan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keadvokatan Prodi
Al-Ahwal Al-Syakhsiyah Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Jember.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih kepada:

1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan semangat dan do’anya demi terselesainya
makalah ini.
2. Teman-teman dari prodi Al-Ahwal Al-Syakhsiyah yang telah membantu analisis
makalah ini.
3. Dosen pengajar mata kuliah Keadvokatan Prodi Al-Ahwal Al-Syakhsiyah Fakultas
Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri Jember.
4. Sumber-sumber referensi yang penulis baca, dll.

Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Mohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam penulisan makalah ini. Akhir kata penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang telah membacanya.

Jember, 01 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Cover ............................................................................................................... i


Kata Pengantar................................................................................................................ ii
Daftar isi........................................................................................................................... iii
BAB I :PENDAHULUAN............................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3. Tujuan.......................................................................................................... 2
1.4. Manfaat........................................................................................................ 2

BAB II :PEMBAHASAN................................................................................................ 3
2.1. S...................................................................................................................
2.2. Pi..................................................................................................................
2.3. T ..................................................................................................................
2.4. R ..................................................................................................................

BAB III :PENUTUP........................................................................................................


3.1. Kesimpulan..................................................................................................
3.2. Saran ............................................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingan hidup manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup


dihadapkan pada benturan-benturan kepentingan yang bermuara pada
terjadinya sengketa dan perselisihan. Karena manusia atau masyarakat diatur
dengan kaidah/norma hukum maka sengketa dan perselisihan tersebut
langsung bersinggungan dengan peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
Oleh karena itu, semakin meningkatnya kebutuhan manusia maka semakin
meningkat pula kebutuhan masyarakat akan hukum terutama dalam memasuki
kehidupan yang semakin terbuka dalam pergaulan antar bangsa. Di sinilah
dituntut peranan advokat dalam menjalankan tugas profesinya demi tegaknya
keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan.
Dalam hal ini termasuk pula usaha memberdayakan masyarakat dalam
menyadari hak-hak dasar mereka di hadapan hukum.1

Persepsi masyarakat terhadap tugas advokat sampai saat ini masih


banyak yang salah paham. Mereka menganggap bahwa tugas advokat hanya
membela perkara di pengadilan dalam perkara perdata, pidana, dan tata usaha
negara di hadapan kepolisan, kejaksaan, dan di pengadilan. Sesungguhnya
pekerjaan advokat tidak hanya bersifat litigasi, tetapi mencangkup tugas lain
di luar pengadilan bersifat nonlitigasi.2
Tugas advokat adalah membela kepentingan masyarakat (public
defender) dan kliennya. Advokat dibutuhkan pada saat seseorang atau lebih
anggota masyarakat menghadapi suatu masalah atau problem di bidang
hukum.3 Dalam menjalankan tugasnya, ia juga harus memahami kode etik

1
Undang-Undang Advokat ( Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 5.
2
Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2003), 84.

4
advokat sebagai landasan moral.3
Tugas advokat dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat
tidak terinci dalam uaraian tugas, karena ia bukan pejabat negara sebagai
pelaksana hukum seperti halnya polisi, jaksa, dan hakim. Ia merupakan profesi
yang bergerak di bidang hukum untuk memberikan pembelaan,
pendampingan, dan menjadi kuasa untuk dan atas nama kliennya. Ia disebut
sebagai benteng hukum atau garda keadilan dalam menjalankan fungsinya.4
Tugas dan fungsi advokat dalam sebuah pekerjaan atau profesi apa pun
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Karena keduanya merupakan
sistem kerja yang saling mendukung. Dalam menjalankan tugasnya, seorang
advokat harus berfungsi :
a. Sebagai pengawal konstitusi dan hak asasi manusia;
b. Memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam negara hukum Indonesia;
c. Melaksanakan kode etik advokat;
d. Memberikan nasehat hukum (legal advice);
e. Memberikan konsultasi hukum (legal consultation);
f. Memberikan pendapat hukum (legal opinion);
g. Menyusun kontrak-kontrak (legal drfting);
h. Memberikan informasi hukum (legal information);
i. Membela kepentingan klien (litigation);
j. Mewakili klien di muka pengadilan (legal representation);
k. Memberikan bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada masyarakat yang lemah
dan tidak mampu (legal aid).5

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, dapat kami simpulkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa Advokad ?
2. Apa Peran Advokat?

3
Ibid.
4
Ibid.
5
Ibid., 85. Ibid., 85.

5
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, berikut tujuan penulisannya:
1. Untuk mengetahui
2. Untuk mengetahui

1.4. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi dalam berpendapat tentang Cara dan Peran Advokat
dalam perkara non Litigasi dan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan tantang Cara dan Peran Advokat dalam perkara non Litigasi.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan pertimbangan dalam berpendapat dan menghadapi perkembangan
yang ada pada masyarakat tentang Cara dan Peran Advokat dalam perkara non
Litigasi yang ada dalam negara, sehingga mereka mampu meluruskan yang salah
yang ada dalam negara sesungguhnya.
c. Bagi Pengajar
Sebagai bahan referensi dan pertimbangan dalam menjelaskan Cara dan Peran
Advokat dalam perkara non Litigasi dalam islam saat proses ngajar-mengajar.

6
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Pengertian

Seorang Advokat adalah orang yang berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam
maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan undang-undang advokat
yang berlaku. Regulasi soal Advokat juga menjelaskan jika jasa hukum yang diberikan
Advokat dapat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa,
mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan
hukum klien.

Dalam konteks penyelesaian sengketa secara perdata, advokat dapat menyelesaikan


sengketa tersebut melalui pengadilan (litigasi) atau menempuh penyelesaian sengketa di luar
pengadilan (non litigasi). Penyelesaian sengketa di luar pengadilan lazim dinamakan
dengan Alternative Dispute Resolution (ADR) atau Alternatif Penyelesaian Sengketa. Ada
beberapa jenis pilihan forum penyelesaian sengketa yang dapat dilakukan oleh Advokat
dalam ADR yaitu:

a. Arbitrase (Arbitration)

Arbitrase merupakan bagian dari ADR yang paling formal sifatnya. Lembaga
arbitrase tidak lain merupakan suatu jalur penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak
ketiga sebagai wasitnya. Jadi, di dalam proses arbitrase para pihak yang bersengketa
menyerahkan penyelesaian sengketanya kepada pihak ketiga yang bukan hakim,
walaupun dalam pelaksanaan putusannya masih diperlukan bantuan hakim. Perlu
diketahui bahwa sengketa yang dapat diselesaikan melalui jalur arbitrase yaitu sengketa
dalam dunia bisnis saja seperti masalah perdagangan, perindustrian, dan keuangan.

7
Sengketa perdata lainnya seperti masalah warisan, pengangkatan anak, perumahan,
perburuhan dan lain-lainnya, tidak dapat diselesaikan oleh lembaga arbitrase.

b. Konsultasi hukum (legal consultant)

Konsultasi hukum sangat diperlukan dalam rangka mendudukkan suatu persoalan


yang sedang dihadapi. Seorang Advokat akan memberikan layanan informasi hukum
(legal information) yang diharapkan dapat memberikan pencerahan dan pemahaman
terhadap suatu permasalahan hukum sehingga dapat diketahui cara penyelesaian yang
terbaik. Di samping itu, konsultasi hukum juga berfungsi untuk memberikan pencerahan
kepada masyarakat luas dalam bidang hukum.

c. Negosiasi/Perundingan (Negotiation)

Seorang pengacara atau advokat di dalam memberikan jasa hukum kepada klien
di luar sidang pengadilan, terlebih dahulu membuat surat teguran kepada pihak lawan
untuk mencapai kompromi atau negosiasi guna mencari penyelesaian. Negosiasi ini
merupakan proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang bersengketa, di mana pihak
yang satu dalam hal ini pengacara berhadapan dengan pihak lainnya berusaha untuk
mencapai titik kesepakatan tentang persoalan tertentu yang dipersengketakan.

d. Mediasi/Penengahan (Mediator)

Seorang advokat dapat juga memberikan jasa hukum kepada klien dengan cara
mediasi sebagai kelanjutan proses negosiasi untuk membantunya menyelesaikan
persengketaan itu. Dalam proses mediasi yang digunakan adalah nilai-nilai yang hidup
pada para pihak sendiri, yang terdiri dari hukum, agama, moral, etika, dan rasa adil
terhadap fakta-fakta yang diperoleh untuk mencapai suatu kesepakatan. Kedudukan
mediator dalam mediasi hanya sebagai pembantu para pihak untuk mencapai konsensus,
karena pada prinsipnya para pihak sendirilah yang menentukan putusannya bukan
mediator.

e. Konsiliasi

Konsiliasi adalah suatu lembaga alternatif penyelesaian sengketa sebagaimana


disebutkan dalam Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang

8
Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase. Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa
dengan cara musyawarah, hakikatnya adalah untuk menghindari proses pengadilan dan
akibat-akibat hukum yang timbul dari suatu putusan pengadilan. Konsiliasi juga dapat
diartikan sebagai perdamaian, konsiliasi dapat dilakukan untuk mencegah proses litigasi
dalam setiap tingkat peradilan, kecuali putusan yang sudah memperoleh kekuatan hukum
tetap tidak dapat dilakukan konsiliasi

f. Penilaian ahli

Penilaian ahli atau biasa juga disebut pendapat ahli adalah suatu keterangan yang
dimintakan oleh para pihak yang sedang bersengketa kepada seorang ahli tertentu yang
dianggap lebih memahami tentang suatu materi sengketa yang terjadi. Pendapat ahli pada
umumnya bertujuan untuk memperjelas duduk persoalan di antara yang dipertentangkan
oleh para pihak. Pendapat ahli yang dimintakan terhadap suatu persoalan yang sedang
dipertentangkan harus disepakati terlebih dahulu oleh para pihak, apakah akan dianggap
mengikat ataukah tidak. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perselisihan menyangkut
hasil dari pendapat ahli yang dimintakan terhadap proses pengambilan kesimpulan.

1.2. Peran Kuasa Hukum


Advokat dalam perkara perdata berperan sebagai kuasa hukum berdasarkan asas
representative. Hal ini diatur dalam Pasal 123 Het Herziene Indonesische Reglement (HIR)
atau Reglemen Indonesia yang yang Diperbaharui (RIB) dan 1792 Kitab Undang-undang
Hukum acara Perdata.6
a. Pendapat Hukum (legal opinion)
Adakalanya klien hanya meminta pendapat hukum atau fahta hukum terhadap
peristiwa yang belum ada dasar hukum atau masih belum jelas dasar hukumnya.
Pendapat hukum juga diperlukan ketika hendak memahami dan menerapkan suatu teks
hukum berupa peraturan perundang-undangan.7
b. Pembuatan draft hukum (legal drafting)

6
Abdul Fatah, “ Peran Advokat Dalam Penanganan Kasus Litigasi”, Cakrawala Hukum, No.1 (2017), 63.
7
Vicky Zulfikar Widiyantoro, “Analisis Yuridis Terhadap Peran Advokat Dlalam Perkara Perceraian
Secara Non Litigasi Dan Litigasi Di Pengadilan Agama Kota Madiun” (Skripsi, IAIN Ponorogo, 2019), 26.

9
Seorang advokat adalah ahli hukum, memiliki kompetensi dalam Menyusun draft
dan melaksanakannya. Kemampuannya sebagai legal drafter inilah yang sering diminta
jasanya untuk Menyusun draftr peraturan perundang-undang yang akan diusulkan ke
badan legislative, ataupun peraturan-peraturan organisasi, semacam Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga agar tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Draft hukum ini meliputi sistematika, format, dan Bahasa
hukum. Sedangkan rentang substansi hukumnya merupakan keinginan klien.8
c. Menjadi Negosiator
Jika klien memiliki keterbatasan, seperti komunikasi, retensi emosi, dan tidak
memiliki wewenang untuk melaksanakan nasihat yang diberikan oleh pengacara, mereja
umumnya akan mencari jasa pengacara yang mewakili mereka (dengan surat kuasa)
untuk bernegosiasi dengan pihak lawan. Dalam hal ini, pengacara melakukan
berbagaiu ,manuver, mencari informasi, mengelola data, Menyusun strategi, dan aktifi
mengkampanyekan hak-hak klien yang diwakilinya. Jika upaya negosiasi ini tidak
berhasil, upaya hukum diperluas dengan mengajukan gugatan di pengadilan (tahap
litigasi).9
d. Menjadi Mediator
Seorang advokat harus berusaha menjadi penengah yang baik bagi kedua belah
pihak yang bersengketa. Meskipun awalnya kekuatan satu pihak, tetapi kemudian secara
intensive berkomunikasi dengan pihak lain untuk menawarkan solusi yang adil. Ketika
pihak lawan merespon dan percaya. Maka posisi advokat berubah menjadi mediator.10

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

8
Widiyantoro.
9
Widiyantoro.
10
Widiyantoro, 27.

10
3.2. Saran

Dari riwayat diatas telah menunjukan betapa pentingnya mengetahui Cara dan Peran
Advokat dalam perkara non Litigasi. Semoga dapat bermanfaat. Dan banyak hal yang belum
terselesaikan dalam makalah ini. Kami menyadari akan keterbatasan dan kekurangan baik dalam
penulisan, pemahaman, dan sumber rujukan. Terhadap kesalahan tersebut penulis minta maaf
karena hal tersebut terjadi karena kekurangan wawasan penulis.

Daftar Pustaka

Undang-Undang Advokat ( Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 5.


Rahmat Rosyadi dan Sri Hartini, Advokat dalam Perspektif Islam dan Hukum Positif (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003), 84.
Abdul Fatah, “ Peran Advokat Dalam Penanganan Kasus Litigasi”, Cakrawala Hukum, No.1 (2017), 63.
Vicky Zulfikar Widiyantoro, “Analisis Yuridis Terhadap Peran Advokat Dlalam Perkara Perceraian Secara Non
Litigasi Dan Litigasi Di Pengadilan Agama Kota Madiun” (Skripsi, IAIN Ponorogo, 2019), 26.

11

Anda mungkin juga menyukai