Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Tentang
KEBEBASAN PROFESI ADVOKAT
DAN WIBAWA PROFESI ADVOKAT

DISUSUN
OLEH :

NAMA : - CICI ZULFIANI


- YANI SAHIROH
KELOMPOK : II
MATA KULIAH : BANTUAN HUKUM
SEMESTER : VII

Dosen Pembimbing : M. AL-HALIM, MH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM UMAR BIN KHATTAB


UJUNG GADING PASAMAN BARAT
JURUSAN AHWAL AL-SYAKSIYYAH
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan
salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat
dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah.
Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Ujung Gading, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................2
A. Kebebasan Profesi Advokat Dan Wibawa Profesi Advokat....................2
BAB PENUTUP III .............................................................................................7
A. Kesimpulan .....................................................................................................7
B. Saran .................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Advokat sebagai profesi terhormat (officium nobile), dalam menjalankan
profesinya berada dibawah perlindungan hukum, undang-undang dan Kode Etik,
memiliki kebebasan yang didasarkan kepada kehormatan dan kepribadian
Advokat yang berpegang teguh kepada Kemandirian, Kejujuran, Kerahasiaan dan
Keterbukaan.
Profesi Advokat adalah penegak hukum yang sejajar dengan instansi
penegak hukum lainnya. Oleh karena itu, satu sama lainnya harus saling
menghargai antara teman sejawat dan juga antara para penegak hukum lainnya.
Oleh karena itu juga, setiap Advokat harus menjaga citra dan martabat
kehormatan profesi, serta setia dan menjunjung tinggi Kode Etik dan Sumpah
Profesi, yang pelaksanaannya diawasi oleh Dewan Kehormatan.
Dengan demikian, Kode Etik Advokat Indonesia merupakan hukum
tertinggi dalam menjalankan profesi, yang menjamin dan melindungi. Namun
juga membebankan kewajiban kepada setiap Advokat untuk jujur dan
bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya baik kepada klien, pengadilan,
negara atau masyarakat dan terutama kepada dirinya sendiri
.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Kebebasan Profesi Advokat Dan Wibawa Profesi Advokat
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Kebebasan Profesi Advokat Dan Wibawa Profesi Advokat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEBEBASAN PROFESI ADVOKAT DAN WIBAWA PROFESI


ADVOKAT

 Profesi Hukum (Profession of Law)


Profesi hukum adalah profesi yang mulia dan terhormat (officium nobile)
karena bertujuan menegakkan hukum & keadilan dalam kehidupan
masyarakat. Profesi hukum meliputi polisi, jaksa, hakim, advokad, notaris
dan lain-lain, yang kesemuanya menjalankan aktivitas hukum dan menjadi
objek yang dinilai oleh masyarakat tentang baik buruknya upaya
penegakan hukum, walaupun faktor kesadaran hukum masyarakat
sebenarnya juga sangat menentukan dalam upaya tersebut.

Polisi
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri ) adalah Kepolisian Nasional
di Indonesia , yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden . Polri
mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia . Polri
dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Kapolri).
Notaris
Notaris Menurut pengertian undang undang no 30 tahun 2004 dalam pasal
1, yaitu: “Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat
akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana maksud dalam undang-
undang ini.” Pejabat umum adalah orang yang menjalankan sebagian
fungsi publik dari negara, khususnya di bidang hukum perdata.
Sebagai pejabat umum notaris adalah:

1. Berjiwa pancasila;
2. Taat kepada hukum, sumpah jabatan, kode etik notaris;
3. Berbahasa Indonesia yang baik;
Sebagai profesional notaris:

1. Memiliki perilaku notaris;


2. Ikut serta pembangunan nasional di bidang hukum;
3. Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat.
Notaris menertibkan diri sesuai dengan fungsi, kewenangan dan kewajiban
sebagaimana ditentukan di dalam undang-undang jabatan notaris.

2
Pengacara/ Advocat
Pengacara atau advokat atau Kuasa Hukum adalah kata benda, subyek.
Dalam praktik dikenal juga dengan istilah Konsultan Hukum . Dapat
berarti seseorang yang melakukan atau memberikan nasihat (advis ) dan
pembelaan “mewakili” bagi orang lain yang berhubungan (klien) dengan
penyelesaian suatu kasus hukum.
Istilah pengacara berkonotasi jasa profesi hukum yang berperan dalam
suatu sengketa yang dapat diselesaikan di luar atau di dalam sidang
pengadilan . Dalam profesi hukum, dikenal istilah beracara yang terkait
dengan pengaturan hukum acara dalam Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana dan Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata . Istilah
pengacara dibedakan dengan istilah Konsultan Hukum yang kegiatannya
lebih ke penyediaan jasa konsultasi hukum secara umum.

Hakim
Hakim (Inggris : Judge ;Belanda : Rechter ) adalah pejabat yang
memimpin persidangan. Hakim bertugas untuk memutuskan hukuman
bagi pihak yang dituntut. Dalam menjatuhkan putusan Hakim memiliki
pertimbangan-pertimbangan khusus yang secara langsung mempengaruhi
hasil putusan tersebut.

Jaksa
Jaksa adalah pegawai pemerintah dalam bidang hukum yang bertugas
menyampaikan dakwaan atau tuduhan di dalam proses pengadilan
terhadap orang yang diduga telah melanggar hukum.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang dimaksud dengan Jaksa
adalah “Pejabat Fungsional yang diberi wewenang oleh undang undang
untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksanaan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang
lain berdasarkan undang-undang
Sumber:
Ahmad Kemal Firdaus S.H

 Profesi Advokat

Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam


kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi Advokat
sebagai profesi yang bebas, mandiri dan bertanggung jawab merupakan

3
hal yang penting. Selain lembaga peradilan dan instansi penegak hukum
seperti kepolisian dan kejaksaan.

Melalui jasa hukum yang diberikan, Advokat menjalankan tugas


profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan
masyarakat. Termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam
menyadari hak-hak fundamental mereka di depan hukum. Hal tersebut
dijelaskan dalam Penjelasan UU Advokat.

Sebagai salah satu pilar dalam menegakkan supremasi hukum dan hak
asasi manusia, peran Advokat juga terlihat di luar pengadilan. Kebutuhan
jasa hukum Advokat di luar proses peradilan pada saat ini semakin
meningkat. Hal ini sejalan dengan semakin berkembangnya kebutuhan
hukum masyarakat.

Melalui pemberian jasa konsultasi, negosiasi maupun dalam pembuatan


kontrak-kontrak dagang, Advokat ikut memberi sumbangan berarti bagi
pemberdayaan masyarakat serta pembaharuan hukum nasional.
Khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan, termasuk dalam
penyelesaian sengketa di luar pengadilan.

 Wibawa Profesi Advokat di Indonesia


Dalam usaha mewujudkan prinsip negara hukum, peran serta
fungsi Advokat merupakan hal yang sangat penting dalam memberikan
jasa hukum kepada masyarakat serta turut serta menciptakan lembaga
peradilan yang bebas dari campur tangan pihak lain. Sejalan dengan
usaha mewujudkan prinsip negara hukum, maka telah disahkan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (UU Advokat), yang
memberikan legitimasi bagi advokat dalam menjalankan profesinya
sekaligus menjadikan profesi advokat sejajar dengan penegak hukum
lain. Advokat mempunyai fungsi memberikan jasa hukum di bidang
litigasi dan non litigasi. Di bidang litigasi khususnya dalam perkara
pidana, Advokat dapat mewakili klien sebagai kuasa di Pengadilan untuk
memberikan keterangan dan kejelasan hukum dalam persidangan dari
tahap 3 pemeriksaan kepolisian, kejaksaan, sampai adanya putusan di
pengadilan. Kemudian dalam perkara perdata advokat dapat mewakili
pihak yang berperkara, tetapi hal yang sangat penting adalah advokat
dapat mendamaikan pihak yang berperkara sebelum perkara dibawa ke
pengadilan. Di bidang non litigasi, advokat dapat memberikan konsultasi
kepada perseorangan atau badan hukum swasta, BUMN, negara, dan lain
sebagainya. Dengan diberlakukan UU Advokat, menjadikan peran negara

4
atau pemerintah bersifat statis, karena seluruh penyelenggaraan
kepentingan advokat dilakukan oleh Organisasi Advokat tanpa adanya
campur tangan dari pemerintah. Profesi advokat sangat berfungsi demi
tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat
pencari keadilan, termasuk usaha memperdayakan masyarakat dalam
menyadari hak-hak fundamental mereka di depan hukum. Advokat
sebagai salah satu unsur sistem peradilan merupakan salah satu pilar
dalam menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia. Selain
dalam proses peradilan, peran advokat juga terlihat di luar pengadilan.
Kebutuhan jasa hukum advokat di luar proses peradilan pada saat
sekarang semakin meningkat, sejalan dengan semakin berkembangnya
kebutuhan hukum masyarakat terutama dalam memasuki kehidupan yang
semakin terbuka dalam pergaulan antar bangsa melalui pemberian jasa
konsultasi, negosiasi, maupun dalam pembuatan kontak-kontrak dagang.
Profesi advokat ikut memberi sumbangan berarti bagi pemberdayaan 4
masyarakat serta pembaharuan hukum nasional khususnya di bidang
ekonomi dan perdagangan, termasuk dalam penyelesaian di luar
pengadilan. Dalam UU Advokat diatur berbagai prinsip/ dasar dalam
penyelenggaraan tugas profesi advokat khususnya dalam peranannya
dalam menegakkan keadilan serta terwujudnya prinsip-prinsip negara
hukum pada umumnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 15 UU Advokat
menyatakan bahwa : “Advokat bebas dalam menjalankan tugas
profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya
dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan
perundangundangan.” Kemudian Pasal 16 UU Advokat menyatakan
bahwa : “Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata maupun
pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik untuk
kepentingan pembelaan klien dalam sidang pengadilan.” Adapun maksud
dimaksud dengan “iktikad baik” adalah menjalankan tugas profesi demi
tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk membela kepentingan
kliennya. Kemudian yang dimaksud dengan “sidang pengadilan” adalah
sidang pengadilan dalam setiap tingkat pengadilan di semua lingkungan
peradilan. 2 Berdasarkan ketentuan Pasal 16 di atas, aturan tersebut lebih
menguatkan profesi dan tanggungjawab advokat dengan memberikan
kekebalan advokat (advocacy immunity) untuk tidak dapat dituntut baik
secara perdata maupun pidana di dalam sidang pengadilan untuk
membela kepentingan klien dalam mencari keadilan. 2 Lihat Penjelasan
Pasal 16 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat. 5 Namun apabila
melihat kenyataan saat ini, banyak sekali advokat yang dilaporkan ke

5
pihak yang berwajib atas kelalaian ataupun kesalahannya dalam
menjalankan tugas profesinya.

 Sifat Dan Tanggung jawab Advokat di Indonesia yang Independen


Konsep Dewan Advokat Nasional (DAN) yang digagas dalam
RUU Advokat mendapat penolakan yang sangat keras dari kalangan
advokat. Dalam konsep RUU, anggota DAN sebanyak 9 orang
ditentukan oleh pemerintah bersama DPR, wajar saja jika para advokat
berpendapat DAN ini sebagai alat untuk mencampuri dan merampas
kemerdekaan profesi advokat. Advokat itu adalah profesi mandiri dan
swasta, sama dengan profesi lain, misalnya profesi kurator, akuntan,
notaris tidak ada campur tangan pemerintah dalam menentukan para
pengurusnya, nah kenapa untuk profesi advokat dipaksakan adanya
campur tangan pemerintah? Merampas kedaulatan advokat sama saja
dengan mendikte profesi advokat, membuat advokat menjadi
terdegradasi dan menghilangkan sifat dari profesi advokat yang bebas
dan mandiri. Kalau sampai DAN ini berhasil dibentuk maka organisasi
advokat akan dikooptasi oleh pemerintah dan partai-partai politik,
sehingga akan merugikan masyarakat, advokat, khususnya para pencari
keadilan dan akhirnya rule of law tidak dapat ditegakkan. Konsep DAN
dalam RUU Advokat, disebutkan bahwa yang dapat menjadi anggota
DAN tidak harus berprofesi advokat tetapi bisa akademisi dan unsur
masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang advokat. Rumusan
seperti ini adalah sangat tidak tepat karena yang paling paham dan
mengetahui permasalahan advokat adalah para advokat itu sendiri, yang
paling tepat untuk mengurus urusan advokat adalah para advokat sendiri.
Dalam RUU Advokat sama sekali tidak ada penjelasan atapun alasan
logis mengapa unsur non advokat ikut mengurusi advokat. Bahwa jika
dilihat dalam bagian konsiderans RUU dan dikaitkan dengan batang
tubuh RUU terdapat kontradiksi.
Di konsiderans disebutkan bahwa profesi advokat adalah profesi
yang bebas mandiri dalam menjalankan profesinya dalam rangka
mencapai supremasi hukum, namun pada bagian batang tubuh muncul
konsep DAN yang justru menghilangkan kemandirian advokat. Lebih
parah lagi, sumber pendanaan DAN adalah dari negara dan akan diaudit
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hal ini berarti membebani
keuangan negara. Lalu, mengingat anggota DAN diangkat berdasarkan
Keputusan Presiden, maka dia hanya bisa diberhentikan presiden.
Anggota DAN tidak bertanggungkawab kepada anggota (para advokat),
walaupun tugasnya adalah mengurusi para advokat. Hal lain yang perlu

6
mendapat perhatian serius dalam RUU Advokat ini adalah Pasal 65
dimana disebutkan bahwa hanya advokat yang diangkat sampai dengan
tahun 2012 yang dapat dikategorikan sebagai advokat. Ketentuan ini
akan menimbulkan kekacauan dalam implementasinya, karena: 1. Tidak
jelas advokat mana yang dimaksud diangkat dan diangkat oleh siapa? 2.
Fakta bahwa PERADI sebagai pelaksana telah mengangkat ribuan
advokat setelah tahun 2012. Mengacu kepada putusan Mahkamah
Konstitusi maka hanya PERADI yang diberikan kewenangan untuk
mengangkat dan memberhatikan advokat. Putusan MK No. 066 tahun
2004 yang pertimbangannya sbb: Pengertian dari melaksanakan fungsi
negara adalah kewenangan mengangkat advokat yang oleh UU Advokat
diberikan kepada organisasi advokat yaitu kepada PERADI. Wadah
profesi lain boleh saja ada tetapi sebatas organsiasi biasa berdasarkan
asas kebebasan berkumpul dan berserikat yang dijamin Konsitusi, tetapi
kewenangannya tidak untuk mengangkat advokat. Pada awal
pembentukan UU No.18 Tahun 2003, tidak ada sama sekali perbedaan
pendapat di kalangan DPR, Pemerintah dan advokat tentang bentuk
Single Bar. Semua teori dan fakta-fakta tentang organisasi advokat di
beberapa negara telah disampaikan sebagai dasar pilihan terhadap Single
Bar. Semua pihak juga sepakat bahwa tidak boleh ada campur tangan
dari pihak manapun termasuk pemerintah terhadap organisasi advokat
karena advokat adalah profesi yang bebas dan mandiri. Sampai saat ini
tidak ada argumen yang kuat terutama secara akademis yang
membuktikan bahwa UU No.18 Tahun 2003 merugikan advokat maupun
pencari keadilan.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Organisasi Advokat merupakan satu-satunya wadah profesi Advokat


yang bebas dan mandiri yang dibentuk sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang ini dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas profesi
Advokat, maka organisasi PERADI sebagai satu-satunya wadah profesi Advoat
pada dasarnya adalah organ negara dalam arti luas yang bersifat mandiri
( independent state organ ) yang juga melaksanakan fungsi Negara ( vide
Putusan Mahkamah Nomor 066/PUU-11/2004)”. Satu-satunya wadah profesi
Advokat yang memiliki wewenang untuk melaksanakan pendidikan khusus
profesi Advokat [Pasal 2 ayat (1)], pengujian calon advokat [Pasal 3 ayat (1)
huruf f], pengangkatan Advokat [Pasal 2 ayat (2)], membuat kode etik [Pasal
26 ayat (1)], membentuk Dewan Kehormatan [Pasal 27 ayat (1)], membentuk
Komisi Pengawas [Pasal 13 ayat (1)], melakukan pengawasan [Pasal 12 ayat
(1)], dan memberhentikan Advokat [Pasal 9 ayat (1), UU Advokat]. UU
Advokat tidak memastikan apakah wadah profesi advokat lain yang tidak
menjalankan wewenang-wewenang tersebut berhak untuk tetap eksis atau tetap
dapat dibentuk. Memperhatikan seluruh ketentuan dan norma dalam UU
Advokat serta kenyataan pada wadah profesi Advokat, menurut Mahkamah,
satu-satunya wadah profesi Advokat yang dimaksud adalah hanya satu wadah
profesi advokat yang menjalankan 8 (delapan ) kewenangan a quo, yang tidak
menutup kemungkinan adanya wadah profesi advokat lain yang tidak
menjalankan 8 (delapan) kewenangan tersebut berdasarkan asas kebebasan
berkumpul dan berserikat menurut Pasal 28 dan 28 E ayat (3) UUD 1945”.

B. Saran
Semoga pembahasan makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semuanya.
Apabila didalam makalah ini terdapat kesalahan, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya karena kami sebagai pembuat makalah ini masih dalam proses
pembelajaran. Demikian terimakasih

8
DAFTAR PUSTAKA

https://heylawedu.id/blog/kode-etik-advokat-kepribadian-dan-hubungan-advokat
http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/10856/1/Etika%20Profesi%20Hukum.pdf

Anda mungkin juga menyukai