Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TENTANG
INOVASI MONGOL

DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Siti Aisyah, S.Ag.,MM

DISUSUN OLEH :
NAMA : AHMAD SYAROFA
NIM : 2115060003

PRODI ILMU HADIST


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS NEGERI IMAM BONJOL PADANG
BP 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt. yang telah
memberikan hikmah, hidayah, kesehatan serta umur yang panjang
sehingga makalah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul “Invasi
Mongol” ini dapat terselesaikan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
junjungan alam nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa
umatnya dari alam yang berliku-liku menuju alam yang lurus. Aamiin
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam Penulisan
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun dari pembaca
untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Ujung Gading, September 2021

Penulis

i
KATA PENGANTAR

Kata pengantar...............................................................................................i
Daftar isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Bangsa Mongol............................................................3
B. Faktor-faktor Inovasi Mongol....................................................................5
C. Dampak invasi Mongol terhadap Dinasti Abbasiyah................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................12
Daftar Pustaka.............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai umat manusia yang beragama, kita memiliki peran penting
dalam menjalani kehidupan di Muka bumi sebagai Pemimpin (Khalifah fil Ard)
yang mengharuskan kita untuk menjadi pribadi yang berakhlak dan berbudi
pekerti luhur. Sepanjang sejarah umat manusia, kita melihat banyak kerajaan
atau kekaisaran yang berkuasa dan melakukan berbagai penyerangan serta
pengambilalihan kekuasaan terhadap kekaisaran yang lain. Salah satu yang
terkenal adalah Kekaisaran dari Bangsa Mongol.
Sejarah dunia mencatat, bahwasanya Bangsa Mongol mulai muncul pada
penghujung abad Ke-12 atau awal Abad Ke-13 M. Awalnya mereka merupakan
sebuah kumpulan masyarakat yang mendiami daerah antara gurun pasir Gobi
dan Danau Baikal. Kehidupan mereka dikenal dengan kehidupan Bar-bar; tidak
mengenal kebersihan dan memakan semua daging binatang. Mereka menyembah
benda-benda alam Seperti matahari, Sungai, dan berbagai peristiwa alam
lainnya.
Terlepas dari karakteristik bangsa Mongol tersebut, mereka juga
melakukan Ekspansi ke berbagai daerah dari mulai Asia hingga ke Timur tengah
termasuk Kerajaan-kerajaan Islam. Kisah Ekspansi bangsa Mongol ke Kerajaan-
kerajaan Islam merupakan sebuah kisah yang menyedihkan khususnya bagi umat
Islam pada masa tersebut. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang
asal usul dari Bangsa Mongol, masa kekuasaan, invasi terhadap Kerajaan Islam,
serta dampaknya terhadap Kerajaan Islam khususnya pada masa pemerintahan
Dinasti Abbasiyah.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana gambaran umum bangsa Mongol?
2. Faktor apa saja yang memengaruhi invasi Bangsa Mongol?
3. Bagaimana dampak invasi Bangsa Mongol terhadap dinasti Abbasiyyah?

1
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui gambaran umum bangsa Mongol
2. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi invasi Bangsa Mongol
3. Mengetahui dampak invasi Bangsa Mongol terhadap dinasti Abbasiyyah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Bangsa Mongol

Bangsa Mongol berasal dari daerah di Pegunungan mongolia, yang


membentang dari asia tengah sampai ke Siberia utara, Tibet selatan, dan
Manchuria barat serta Turkistan timur. Dahulu mulanya masyarakat mongol
adalah suatu masyarakat yang hidup di hutan. Mereka mendiami hutan siberia
dan Mongolia luar di antara gurun pasir Gobi dan danau Baikal. Mereka pun
salah satu keturunan dari rumpun bangsa Tar-tar.1

Bangsa Mongol adalah salah satu bangsa yang berambisi terhadap


kekuasaan. Salah satu yang membuatnya terkenal adalah salah seorang
pemimpinnya yang bernama Temujin atau dikenal sebagai Genghis Khan,
bahkan ia dikenal sebagai Alexander for Asia karena kekuasaannya yang sangat
luas dan membentang di berbagai penjuru dunia. Kekaisaran Mongol yang
dibangun pada tahun 1206 telah mampu mengusai wilayah seluas sekitar 24 Juta
Km2. Selama beberapa abad, bangsa Mongol hidup secara Nomaden
(Berpindah-pindah) dari daerah satu ke yang lain yang wilayahnya dalam
lingkup daerah Manchuria hingga Turkistan. Mereka ditakuti karena sering kali
melakukan penyerangan yang dahsyat kehancurannya terhadap Kafilah yang
sedang melakukan perjalanan menyusuri jalur sutra.

Dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, Bangsa mongol bergantung pada


hasil perdagangan tradisional melalui pertukaran antara bangsa Turki dan bangsa
Cina yang merupakan tetangga mereka. Sebagai bangsa yang Nomaden, mereka
memiliki sifat yang kasar, suka berperang, dan berani mati demi mewujudkan
ambisi dari Politiknya. Nenek moyang bangsa mongol adalah Alanja Khan yang
kemudian dikaruniai putra kembar, dimana nantinya kedua putranya ini akan
melahirkan keturunan Bangsa Tar- tar dan Mongol. Kebanyakan bangsa mongol
tidak menganut ajaran agama yang ada di sekitar lingkungan mereka, mereka
lebih konsisten taat dan patuh terhadap ajaran dari nenek moyang mereka,

3
Ajaran yang dianut oleh bangsa mongol dinamakan ajaran Agama Syamaniyah,
yakni menyembah Benda alam seperti bintang dan matahari. Adapun agama
samawi sampai ke mereka karena invasi yang dilakukan oleh mereka sendiri.

Dalam banyak catatan sejarah barat maupun Islam, kesan yang muncul
ketika membaca tentang bangsa mongol adalah tentang kekejaman yang
dilakukannya pada masa lampau. Misalnya ketika penyerangan mereka ke kota
Baghdad yang merupakan pusat peradaban dinasti Abbasiyah sekaligus simbol
pusat kekuasaan dan peradaban Islam, mereka meluluhlantakkan dan
membumiratakan kota Baghdad. Bahkan akibat kekejamannya pasukan mereka
membuat Sungai Tigris dan Eufrat yang mengapit kota Baghdad berubah
menjadi warna merah kehitaman, warna merah akibat dari darah dan hitam
akibat dari Tinta yang berasal dari kitab-kitab berisi berbagai pengetahuan umat
Islam dibuang ke kedua sungai tersebut. Sejarah juga mencatat bahwa setelah
beberapa penghancuran yang telah dilakukan oleh bangsa mongol, peradabannya
mengalami perubahan drastis. Bangsa Mongol yang semula barbar telah berubah
menjadi bangsa yang mencintai dan mampu membangun kembali peradaban
yang dulu pernah dihancurkannya, yakni peradaban Islam. Salah satu bukti
nyatanya adalah Taj Mahal, salah satu keajaiban dunia yang merupakan karya
agung dari dinasti Mughal (Mongol) di India.

Penaklukan kota Baghdad oleh tentara Mongol pada tahun 1258, dikenal
sebagai titik balik kejadian yang mengubah wajah peradaban Islam hingga hari
ini. Ironisnya, durasi penaklukan ini hanya berlangsung selama 13 hari, dari
tanggal 29 Januari sampai 10 Februari 1258 M. Dikabarkan, selama berhari-hari
pasukan Mongol menyiksa, memperkosa, dan menganiaya penduduk Baghdad
tanpa henti. Tidak jelas tepatnya jumlah korban dalam agresi ini. Namun para
ahli memperkirakan, 90.000 sampai 1 juta rakyat Baghdad meregang nyawa.
Aroma cendana dari perabotan berkualitas tinggi dan naskah-naskah akademik
yang terbakar menyeruak seantero Baghdad selama berhari-hari. Sekitar 3000
bangsawan kekhalifahan Abbasiyah di hukum mati. Dan Al-Musta’sim, Khalifah
ke-37 Bani Abbas, dibiarkan hidup sambil menyaksikan kekejaman ini selama

4
berhari-hari, hingga ia akhirnya ikut dieksekusi dengan cara yang tragis.2

Terlepas dari kemampuan militernya yang hebat, Mongol tidak menonjol


secara kebudayaan. Walaupun para pemimpin Mongol mengundang para ahli ke
pusat pemerintahannya untuk membangun negeri itu, tetapi bangsa Mongol
sendiri tidak tampil sebagai ilmuwan, sastrawan, atau arsitek. Mereka tetap
memainkan peran yang sama sebagaimana sebelumnya, yaitu sebagai tentara
dan penunggang kuda yang tangguh. Kekosongan di lapangan peradaban
otomatis diisi oleh bangsa-bangsa lainnya, dan kaum Muslimin memiliki peranan
yang besar dalam hal ini. Kemudian mulailah para pimpinan Bangsa Mongol di
daerah-daerah yang di taklukkan seperti di timur tengah masuk Islam, dan pada
akhirnya mayoritas pasukan Mongol yang menguasai daerah di timur tengah pun
masuk Islam. Mereka kagum dengan budaya mulia Islam, dengan ilmu
pengetahuannya, dengan sistem hukumnya, ekonominya serta Ideologinya yang
sangat maju. Para pemimpin inilah yang akhirnya melepaskan diri dari
kekuasaan Imperium Mongol dan justru tunduk pada kekuasaan Khilafah Islam
di Mesir. Para penguasa daerah taklukan Mongol akhirnya mendirikan
Kesultanan Mongol seperti di India, dan Turki. Setelah para pasukan dan
pimpinan Mongol di timur tengah masuk Islam, maka akhirnya kekuatan
Imperium Mongol pun rontok satu per satu. Kekuasaan Mongol di Eropa
berhasil direbut kembali oleh bangsa-bangsa Eropa karena tidak ada dukungan
dari Timur Tengah, sedangkan di Timur Tengah para penguasa Mongol
melepaskan diri dari Imperium Mongol karena tunduk pada Islam. Dan
puncaknya adalah kekuatan terakhir Imperium Mongol yaitu Dinasti Yuan di
Cina, dikudeta oleh kaum muslim dan rakyat Cina.3

B. Faktor-faktor yang memengaruhi invasi Bangsa Mongol


Tentara Mongol melakukan invasi terhadap wilayah-wilayah islam
bukanlah tanpa alasan. Artinya terdapat faktor-faktor yg mendorong mereka
untuk melakukannya. Diantara alasan-alasan itu adalah sebagai berikut :
a. Sikap ambisius penguasa Mongol menjadi satu-satunya penguasa di
muka bumi

5
Keberhasilan bangsa Mongol, sejak masa kepemimpinan Jenghis
Khan, Hulagu Khan sampai masa Timur Lenk menguasai dan menduduki
wilayah- wilayah Islam didorong oleh ambisi untuk menjadikan mereka satu-
satunya penguasa di muka bumi. C.G.E. Von Grunebau menyatakan “The
Mongol under Jenghis Khan were seeking to realize the ideology of the world
state: one god in heaven, one ruler of hearth”.4 Sebagai ambisinya, Timur
Lenk menyusun rencana menaklukan daerah-daerah yang pernah diambil alih
oleh Jenghis Khan. Ia pernah menyatakan bahwa jika di alam ini hanya ada
satu tuhan, di bumi ini pun seharusnya hanya ada satu raja.5

Para pemimpin Mongol sangat tidak menghendaki jika di bumi ini


ditemukan ada penguasa dari kerajaan lain yang bisa hidup berdampingan.
Mereka sangat tidak menginginkan adanya sebuah kekuasaan politik, selain
kekuasaan yang dipegang oleh orang-orang Mongol. Ini artinya bangsa
Mongol harus menjadi bangsa penguasa di atas bangsa-bangsa lain.
b. Ekspansi wilayah

Wilayah asal bangsa Mongol sebenarnya tidak terlalu luas. Bangsa


Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang secara umum,
wilayah-wilayah tersebut adalah wilayah padang pasir dan padang rumput
yang hanya cocok untuk kegiatan beternak atau berburu. Dengan demikian,
sumber penghidupan di wilayah ini sangat terbatas.

Dalam rangka meningkatkan kehidupannya, upaya melakukan


perluasan wilayah adalah cara tepat yang dilakukan bangsa Mongol untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi ini tentu saja menjadi pendorong
utama setelah bangsa Mongol berhasil membangun institusi kekuasaan yang
dibentuk Jenghis Khan, Hulagu Khan dan Timur Lenk. Dengan demikian,
perluasan wilayah menjadi sebuah tuntutan, terlebih negeri-negeri yang
berada di sekelilingnya merupakan wilayah yang subur dan bisa menyediakan
segala kebutuhan bangsa Mongol.6
c. Mencari kekayaan dan sumber-sumber makanan

6
Jumlah penduduk yang besar dan harapan hidup yang akan nomaden
dan hanya mengandalkan hidup dari berburu jelas tidak akan cukup. Untuk
menutupi kebutuhan sehari-hari yang sangat besar, upaya menjadi tentara
yang terlibat dalam peperangan sudah menjadi tuntutan. Harapan mereka,
dengan bergabung menjadi tentara, orang-orang Mongol akan banyak
mendapatkan ghanimah atau harta rampasan perang. Oleh karena itu menjadi
seorang tentara merupakan suatu kebanggaan bagi orang-orang Mongol.
Dengan kata lain, dengan menjadi tentara, kehidupannya akan terangkat.

Pada saat Timur Lenk selesai melakukan penjarahannya di Indi, ia


meminta kepada rakyat-rakyat di negeri yang telah ditaklukannya untuk
membayar upeti. Jika ada rakyat yang membangkang, ia mengambil tindakan
tegas dengan ditawan atau dibunuh.
d. Pembalasan terhadap perlakuan tidak simpatik kaum muslim

Sebenarnya tidak dimungkiri bahwa terjadinya invasi bangsa Mongol


ke negeri-negeri Islam pada abad ke-13 dipicu oleh perilaku orang-orang
islam sendiri, khususnya orang Islam dari dinasti Khawarizm. 7

Pertama, ketika delegasi pengusaha Mongol membawa banyak harta


ke negara Khawarizm dengan maksud untuk membeli baju produk negara
Khawarizm. Wazir dinasti Khawarizm mengirim surat berisi rayuan kepada
Sultan Alal Ad-Din untuk merapas harta yang dibawa oleh pengusaha
Mongol. Sultan terbujuk, sehingga memerintahkan untuk membunuh seluruh
delegasi pengusaha tersebut dan merampas hartanya.8 Tindakan ini menjadi
dasar legal bagi Jenghis Khan untuk melakukan penyerbuan.9

Kedua, ketika Jenghis Khan mengirim utusan kepada sultan untuk


mengantarkan surat , menanyakan apakah pembunuhan tersebut atas
perintahnya atau tanpa sepengetahuannya. Akan tetapi, sultan memerintahkan
untuk memenggal utusan Jenghis Khan.

Ketiga, sultan Khawarizm menyiapkan pasukan kemudian menyerang


kedaulatan “Negara Mongol” yang pada saat itu sedang sibuk berperang

7
melawan negara tetangganya, dengan merampas kekayaan dan menawan
kaum wanita dan anak-anak.10

Mengacu dari peristiwa tersebut, satu-satunya jalan yang harus


dilakukan adalah menyiapkan pasukan untuk memerangi kaum muslim dan
menguasai negaranya.
C. Dampak invasi Mongol terhadap dinasti Abbasiyyah
Invasi bangsa mongol ke Baghdad yang merupakan pusat pemerintahan
Dinasti Abbasiyah menyisakan pilu yang berkepanjangan, dunia Islam
menemukan akhir dari masa keemasannya. Pembakaran yang mereka lakukan
bukan hanya melanda bangunan fisik saja, melainkan juga harapan dan cita-cita
masyarakat Baghdad. Setidaknya ada 2 dampak yang ditimbulkan dari Invasi
bangsa mongol, yakni dampak Positif dan Negatif. Akan tetapi yang akan
dibahas terlebih dahulu adalah dampak negatif yang memang dominan terjadi.
a. Dampak Negatif
Karena Dinasti Abbasiyah terkenal dengan Ilmu pengetahuan, Politik,
dan Ekonominya maka ketiga aspek tersebut juga yang terkena dampak
secara langsung dari invasi bangsa mongol. Pertama yakni terhadap Ilmu
pengetahuan, dampak terhadap dunia Islam kontemporer menyebabkan ilmu
pengetahuan mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan Baghdad pada
Dinasti Abbasiyah merupakan pusat perkembangan ilmu pengetahuan budaya
kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dapat dilihat dari besarnya kontribusi
yang diberikan oleh para ilmuan Islam pada masa tersebut. Pembangunan
perpustakaan, toko buku, sekolah- sekolah, pusat kajian dan diskusi semuanya
terhenti akibat para aktivis intelektualnya terbunuh oleh para tentara mongol.
Pada saat masa kehancuran kota Baghdad Buku-buku yang berada di
Perpustakaan Baitul Hikmah Sebagian besar dibuang di sungai Tigris.
Sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban, kehancuran kota Baghdad
tentu memberikan dampak yang besar terhadap sejarah umat Islam. Jatuhnya
kota Baghdad bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah, tetapi juga
merupakan awal dari kemunduran dunia Islam. Ketika Baghdad hancur

8
berbagai khazanah ilmu pengetahuan yang ada di sana juga ikut lenyap.46

Kedua yakni terhadap Politik, kejatuhan pemerintahan Baghdad


menjadi momok dalam sejarah Islam. Kondisi perpolitikan pasca serangan
bangsa mongol dengan cepat berubah. Bangsa mongol berubah menjadi
ancaman yang serius dan menakutkan bagi negara-negara Islam lainnya,
berbagai kisah kelam bagaikan deretan panjang catatan hitam yang tidak
terhitung. Perbaikan fisik dan mental kiranya tidak bisa diupayakan dalam
waktu dekat dan singkat. Keruhnya bukan hanya membayangi kondisi
masyarakat Baghdad, melainkan umat Islam pada umumnya. Ketika kota
Baghdad di taklukkan, kondisi perpolitikan Islam yang semula telah terpecah
menjadi semakin terpisah satu sama lain dengan disertai ketakutan yang
sangat. Kejatuhan Baghdad benar-benar menjadi bukti bahwa bangsa mongol
memiliki DNA untuk menjadi penguasa dari Peradaban Islam serta pemimpin
di dunia. Hal tersebut karena terlepas dari kekejaman yang dilakukannya,
mereka telah berhasil menyingkirkan kekuatan bangsa-bangsa yang sejak
lama dikenal sebagai pengawal keberlangsungan peradaban Islam di kancah
Global.47 Jika di analisa, terdapat pula dampak secara tidak langsung dari
aspek politik yakni menjadikan umat Islam menjadi terkotak-kotak, negara-
negara Islam yang lebih kecil mengalami penjajahan, serta tidak adanya
sistem Khilafah yang digunakan dalam pemerintahan.

Ketiga yakni dampak terhadap Ekonomi. Penyerangan bangsa mongol


juga berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat Baghdad, dengan
hancurnya berbagai bangunan tempat berdagang dan gudang penyimpanan
membuat aktivitas jual beli lumpuh total. Umat Islam ketika itu terpuruk,
karena fasilitas yang ada sudah dihancurkan seperti irigasi untuk pertanian,
fasilitas umum lainnya juga tidak ada yang tersisa dari penghancuran oleh
bangsa mongol. Padahal, pada masa kejayaan dinasti Abbasiyah tepatnya
pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mahdi, negara Islam mengalami
kemajuan ekonomi yang pesat karena lancarnya jalur perdagangan. Hal ini
terbukti dengan dibangunnya stasiun kafilah dagang dan fasilitas air yang

9
cukup menjadikan para pedagang merasa nyaman untuk melakukan aktivitas
perdagangan mereka. Di jalan-jalan yang biasa dilalui oleh para pedagang
banyak dibangun sumur dan tempat istirahat, keamanan juga diperkuat untuk
melindungi armada dari bajak laut yang sering berkeliaran di sungai Tigris
maupun Eufrat. Dengan begitu, kota Baghdad merupakan salah satu pusat dari
perdagangan dunia. Namun semua kemajuan tersebut hancur setelah dinasti
Abbasiyah mengalami krisis dan serangan tentara mongol di bawah pimpinan
Khulagu Khan tepatnya pada tahun 1258 M. Serbuan bangsa mongol
membuat semuanya lumpuh total dan membuat Dinasti Abbasiyah mengalami
masa-masa ekonomi yang sulit dan membuat kesejahteraan sosial hilang.48
b. Dampak Positif
Dari sekian banyak dampak negatif dan kerusakan yang dibuat oleh
bangsa mongol terhadap peradaban Islam, terdapat beberapa dampak positif
yang dihasilkan antara lain; karena disebabkan mereka berasimilasi dan
bergaul dengan masyarakat muslim dalam jangka waktu yang panjang, seperti
yang dilakukan oleh Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam
sebagai agama resmi kerajaannya, walaupun ia pada mulanya beragama
Budha. Rupanya, ia telah mempelajari agama-agama sebelum menetapkan
keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam ialah pengaruh
seorang menterinya Rasyiduddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang
terkemuka yang selalu dialog dengannya, dan Nawruz, seorang gubernurnya
untuk beberapa provinsi Syria. Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk
membayar jizyah dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan Islam,
melarang riba, menyuruh para pemimpinnya menggunakan sorban. Ia
meninggal ketika masih berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang berat
sehingga ia sakit dan menyebabkan kematiannya ketika pasukannya kalah di
Syria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk mengusirnya
dari kekuasaannya.

Sepeninggal Gazan digantikan oleh Uljaitu Khuda Banda (1305-1316)


yang memperlakukan aliran Syiah sebagai hukum resmi kerajaannya. Ia
mendirikan ibukota baru yang bernama Sultaniyah dekat Qazwain yang

10
dibangun dengan arsitektur khas II Khaniyah. Banyak koloni dagang Italia
terdapat di Tabriz dan II Khaniyah menjadi pusat perdagangan yang
menghubungkan antara dunia barat dan India serta Timur Jauh. Namun,
perselisihan dalam keluarga Dinasti II Khaniyah menyebabkan runtuhnya
kekuasaan mereka.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Periode abad ke 13 dan 15 M bagi wilayah-wilayah Islam yang berada di


kawasan Asia Tengah dan sebagian Timur Tengah dapat disebut sebagai periode
penyerbuan dan penguasaan Bangsa Mongol. Invasi bangsa Mongol di wilayah-
wilayah Islam dipimpin oleh beberapa penguasa, yakni; masa Jenghis Khan,
Hulaghu Khan, dan Timur Lenk.

Potret peradaban Islam pada masa penguasaan bangsa Mongol sangat


suram. Seperti yang telah dipaparkan dalam uraian-uraian terdahulu, pada masa
penguasaan bangsa Mongol, fenomena yang menghiasi lembaran kehidupan
masyarakat Muslim di kedua kawasan itu adalah pembunuhan, pendudukan dan
penghancuran. Walaupun diantara para penguasa Mongol disebutkan ada yang
beragama Islam, dapat dipastikan bahwa perkembangan peradaban Islam di
kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah pada masa penguasaan bangsa Mongol
berada dalam kondisi yang tidak kondusif untuk dapat dikatakan bergerak kearah
yang lebih maju.

B. Saran
Jika dikaitkan dengan masa sekarang, kemunduran Islam dapat kembali
terjadi jika faktor diatas masih dapat terasa, meskipun dalam bentuk yang
berbeda. Pertikaian diantara golongan masyarakat Islam, kurangnya rasa
persatuan dan kesatuan di sesama masyarakat Muslim yang majemuk, serta
kecenderungan masyarakat Muslim dalam mengesampingkan syariat Islam,
dapat memicu kemunduran peradaban Islam dimasa sekarang. Oleh karena itu,
semangat persatuan dan kesatuan diantara semua Muslim dirasa sangat perlu
disertai dengan menjalankan syariat Islam dengan benar-benar bagi seluruh

12
lapisan masyarakat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Bertold, Spuler. History of The Mongols. 1972. London: Routledge &Kegan


Paul Brockelmann, Carl. History of the Islamic Peoples. 1980. London:
Routledge & KeganPaul
C.G.E.Von Grunebaun. Classical Islam : a history 600-1258, translated
by Catherine Watson. 1970. Chicago : Aldine Publishing Company
Encyclopedia Americana. Connecticut: Grolier Incorporated. Vol. 26
Encyclopedia Britannica. London: William Benton Publisher. Vol. 22
First Encyclopedia of Islam. London: E. J. Brill. Vol. 7
Goldschmidt, Arthur, Jr. A Consice History of the Middle East. 1983.
Colorado: Westview Press
Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam : Sejarah, Pemikiran dan
Gerakan. 1992.
Jakarta : Bulan Bintang
Hassan Ibrahim Hassan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. 1989.
Yogyakarta:Kota Kembang
Jalal Al-Din Al Sayuthi. Tarikh al-Khulafa’. Beirut: Al-Fikr
Kusdiana , Ading. Sejarah Peradaban Islam Periode Pertengahan.
2013. Bandung: Pustaka Setia.
Lihar H.A.R. Gib. Modern Trends in Islam, terjemahan L.E.Hakim. 1954.
Jakarta : Tinta Emas
M. Abdul Karim. Islam di Asia Tengah Sejarah Dinasti Mongol-Islam.
2006. Yogyakarta: Bagaskara
Muhammad Amin. 2016. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti
Abbasiyah Serta Dampaknya Terhadap Dunia Islam Kontemporer,
Jurnal el-Hekam Vol.1 No.1.
Muhammad Hudhari Bek.Muhadharat Tarikh al-Umam al-Islamiyah.
1970. Kairo: Al- Maktabah Al-Kubra
Nursyad.2014.Serbuan Bangsa Mongol Ke Kota Baghdad Dan
Dampaknya Terhadap Keruntuhan Dinasti Abbasiyah. Skripsi.
Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
Philip K. Hitti. History of the Arabs.1974.London: Macmillan Student
Editions.

13
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. 2008. Bandung: Pustaka Setia
Yatim , Badri. Sejarah peradaban islam. 1997. Jakarta: Raja grafindo
persada

14

Anda mungkin juga menyukai