Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SEJARAH ISLAM KAWASAN ASIA TENGAH DAN SELATAN


“ASIA TENGAH DI MASA KEKUASAAN MONGOL”

Dosen Pengampu:
Juma’, M.Hum

Disusun Oleh:
1. Kharisma Amada Putri (A92219092)
2. Laretza Della Laurent (A92219094)
3. Ghina Shafiyyah (A92219089)
4. Jakfar (A02217001)

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis makalah mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Mata Kuliah Sejarah Kawasan Asia Tengah
dan Selatan dengan judul “Asia Tengah di Masa Kekuasaan Mongol”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Bapak
Juma’ M. Hum. Selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Islam Kawasan Asia Tengah dan
Selatan kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah
ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Surabaya, 20 Maret 2021

Penulis
2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

M. Abdul Karim berpendapat bahwa sejarah bangsa Mongol sudah dimulai pada abad ke
XII M. dan awal abad ke XIII M. sebagaimana ia mengutip dari buku Secret History Of The
Mongol, beberapa sumber Persia dan Cina, mengatakan bahwa tampak pada mulanya bangsa
Mongol adalah suatu masyarakat hutan, mereka adalah salah satu dari anak rumpun bangsa
Tartar. Sebagian besar ahli sejarah mengatakan bahwa bangsa Mongol adalah asal nama suatu
tempat asal mereka di Mongolia, dimana mula- mula mereka tinggal maka dinamakan Mongol.

Sejarah Cina mengatakan bahwa nama Mongol berasal dari bahasa Cina “ Mong “ yang
artinya pemberani, namun hampir seluruh sejarawan mengakui bahwa bangsa Mongol muncul
bersamaan dengan bangsa Hun di Asia tengah yang terkenal dengan bangsa tartar. Badri Yatim
dalam sejarah peradaban Islam mengatakan bangsa Mongol berasal dari pegunungan Mongolia,
yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia utara, Tibet selatan, dan Manchuria barat
serta Turkistan timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan yang mempunyai dua putra
kembar, Tartar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa yang besar, Mongol
dan Tartar.

Keadaan umum pada masa tersebut masih menurut Abdul Karim mengenai Sejarah
Bangsa Mongol, yakni sejak munculnya sampai hancurnya kekuasaan Mongol, identik dengan
teror, kerusakan, pembunuhan massal dan pembakaran yang tidak ada duanya. Mereka membumi
hanguskan banyak Negara, dan kekuatan bangsa yang lemah dilenyapkan selamanya dari peta
dunia. Namun para penguasa Mongol juga banyak menyumbang jasa dalam kemajuan Negara
dan rakyat.

Mengkaji sejarah Mongol-Islam, perlu dikembangkan. Mereka memiliki peradaban yang


baik bagi teladan umat Islam saat ini dan yang akan datang. Keberhasilan mereka mampu
dijadikan cermin, ruang dialektika yang akademis, dan proporsional mengenai sejarah Islam di

3
kalangan Mongol senantiasa dikembangkan oleh peneliti lain, sehingga dapat memperkaya
pengetahuan kita, khususnya di kalangan Mongol.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah bangsa Mongol?

2. Bagaimana kisah Chengis Khan dan Dunia Islam?

3. Bagaimana Mongol setelah meninggalnya Chengis Khan?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui sejarah bangsa Mongol

2. Mengetahui kisah Chengis Khan dan Dunia Islam

3. Mengetahui kondisi Mongol setelah meninggalnya Chengis Khan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Bangsa Mongol

Sejarah kemunculan Bangsa Mongol di bawah pimpinan Chengis Khan merupakan


bagian dari sejarah dunia yang menarik dan popular, terutama bagi sejarah peradaban umat
Islam. Hal itu disebabkan karena, sejarah tidak dapat membuktikan secara akurat tentang babak
baru sejarah kejadian bangsa tersebut. Pada konteks dapat disejajarkan dengan sejarah
kemunculan bangsa Arab-Islam pada abad VII M. Kehadiran Chengis dengan membangun
tentara dan sistematis, menjadi sebuah era baru dalam sejarah dunia maupun yang kuat dan
disiplin disertai administrasi pemeritahan yang teratur keberhasilan munculnya entitas Mongol-
Islam tersebut, Tertentu bagi Bangsa Mongol. Selanjutnya para pemimpin pengganti Chenggis
mampu memperluas daerah kekuasaan Mongol. Dari China di Timur dan sampai Rusia di bagian
Barat bahkan jauh masuk ke dalam Eropa termasuk seluruh Asia Tengah. Termasuk pula daerah-
daerah seperti Mesir, Jepang, Korea, Miyanmar, dan India dapat mereka kuasai. Kekuatan
tentara Mongol juga pernah sampai ke Indonesia (perairan Nusantara pada masa Singosari).
Akibat serangan Mongol ini, tidak sedikit rakyat tak berdosa dan harta benda yang menjadi
korban. Tidak sedikit peradaban manusia mereka musnahkan. Kemunculan mereka di muka
bumi ini, bagaikan "teror besar” bagi peradaban bangsa di belahan dunia lain. Sejarawan
menyamakanya dengan “Laknat dan musibah besar dari Tuhan”. Sejarawan juga memberikan
respon positif karena bangsa Mongol meninggalkan sumbangsi dalam kemajuan peradaban.
Keturunan Chengis dalam sejarah Islam bahkan dalam sejarah dunia meninggalkan pengaruh
sangat signifikan bagi peradaban umat manusia.

2.1.1. Asal-usul Bangsa Mongol

Sejarah Mongol dalam catatan sejarah dimulai pada akhir abad XII dan awal abad XIII
M, sebagaimana diungkapkan dalam buku Secret History of the Mongols, beberapa sumber
Persia, dan China. Tampaknya pada mulanya bangsa Mongol adalah suatu masyarakat hutan,
yang mendiami hutan Siberia dan Mongolia Luar di antara gurun pasir Gobi dan Danau Baikal.
Mereka berasal dari daerah pegunungan (Mongolia) yang membentang dari Asia Tengah sampai
Siberia Utara , Tibet Selatan, dan Mancuria Barat serta Turkistan Timur, bukannya bangsa

5
nomad stepa.1 Mereka adalah salah satu anak rumpun dari bangsa Tartar. 2 Sebahagian besar ahli
sejarah menyatakan bahwa atas nama tempat asal mereka di Mongolia, di mana mula-mula
mereka tinggal, maka dinamakan Mongol.3 Sejarawan China beranggapan bahwa; nama Mongol
bersal dari bahasa China “Mong" (pemberani). Namun hampir seluruh sejarawan mengakui dan
memastikan, “mereka muncul bersamaan dengan bangsa Hun.4 Di Asia Tengah mereka terkenal
dengan Bangsa Tartar (Tatar). Pendapat lain : dahulu di Asia Tengah, selain Bangsa Mongol,
juga terdapat Bangsa Tartar, mendiami di wilayah yang cukup luas, bersaing dan permusuhan
ketat dengan Bangsa Mongol. Namun seiring dengan perkembangan zaman, dua bangsa ini
melebur jadi satu dengan nama Bangsa Mongol.5 Lamb mencatat: Tartar berasal dari nama suku
dari asal kata China: T’ta atau T’tzi. Sampai saat ini orang-orang masih menggunakan hasil
konversi Tartur, bukan Tartar yang disalahgunakan sebagai nama suku asal bangsa Mongol.
Mereka terbagi dengan ratusan anak suku. Diantaranya yang terkenal ialah; Nayman, Kerait, dan
Merakait. Namun dengan variasi kemajuan peradaban mereka dapat dibagi menjadi tiga suku
bangsa terbesar yaitu; White Tartar, Red Tartar, dan Wild Tartar. Chengis lahir dari suku Red
Tartar.6

Manusia Mongol seperti bangsa nomad yang lain, hidup dalam pengembara dan tinggal
di perkemahan. Hidup sederhana dengan memburu binatang, mengembala domba, dan memakai
kulit binatang untuk menutupi aurat, serta budaya perampokan sudah menjadi perilaku umum
bagi mereka. Sebagaian kecil mereka menganut cabang Nestoria dan Sammaniah. 7 Pada
umumnya orang-orang Mongol menyembah matahari saat terbit, makan daging semua binatang,
dan juga sesama manusia. Halal-haram dan benar-salah tidak menjadi suatu persoalan. Mereka
hidup dengan keadaan kotor dan tidak bersih, sama seperti di Aceh dan di Jawa pada masa
lampau yang dicatat oleh Marco Polo: “...masyarakat pegunungan dan pedalaman Aceh hidup

1
Mereka beranggapan bahwa: in fact, they regarded the Gobi Desert as the original birth place of mankind: Ivar
Lissner, The Living Past, trans. J. Maxwell Borwnjhon London Jonathan Cape, LTD, 1957), hlm. 199, C. Ě.
Bosworth, The Islamic Dynasties (Edinburgh: The University Press, 1967), hlm.167, dan Owen Lattimore,
Encyclopaedia Britannic, VOLXII (Chicago: University of Chicago, 1979), hlm. 370.
2
48 Lamb, Genghis, 1964), hlm. 30 dan Ali, Muslim, hlm. 1-2.
3
Ashrafuddin Ahmed, Maddhyajuger Muslim Itihash (1258-1800 M) (Dhaka: Cayonika Press, 2003), hlm. 40-41.
4
Sykes mengutip dari Ibn al-Athir: “Bangsa Mongol, orang-orang nomaden yang nenek moyang mereka adalah
berasal dari Bangsa Hun*: Ali, Muslim, hlm.2.
5
Ibid., hlm. 41 dan Bertold Spuler, History of The Mongol, Based on Eastern and Western Accounts of The 13th-
14th Centuries, trans. Helga and Stuart Drummond (London: Routledge & Kegan Paul, 1972), hlm. 1-3.
6
www.turkishdailynews.com/old editions/12_28_96/feature.htm, Ahmed, Maddhyajuger, hlm. 41, Lewis, Islam,
hlm. 81, dan Ali, Muslim. hlm. 1-3
7
Grosset & Dunlap, The Travels of Marcopolo (New Yourk: t. th.), hlm.249-250 dan Karim, “Pengaruh", hlm. 44.

6
dan makan makanan bersih-kotor tidak jadi soal, yang penting mereka menyukainya”. 8 Mereka
tidak beradab, namun pemberani, pejuang, sabar, ahli perang, tahan sakit, dan tekanan dari
musuh dengan fisik yang kuat. Mereka sangat patuh kepada pemimpin atau kepala suku 9 Kondisi
georafis menyebabkan sifat mereka bercampur dengan sifat baik dan buruk.

2.2. Chengis Khan dan Dunia Islam

Asal mula atau kapan bangsa Mongol muncul, Sejarah tidak banyak banyak
menceritakan. Adanya catatan sejarah bahwa pada awal abad XII M orang-orang Mongol ada di
bawah kekuasaan Dinast Keen di China Utara. Mereka ini bersatu di bawah pimpinan Kabul
Khan (ayahnya Chengis) dan berontak terhadap Dinasti China tersebut, di mana ia menang
mutlak dengan mengalahkan panglima perang Dinasti Keen, Kusaku (Kusagu). Dengan
demikmian orang-orang Mongol mulai dikenal dalam sejarah. Demikian juga pemimpin mereka,
Kabul Khan dengan memakai gelar Khakan. Pada akhir abad XI M, orang-orang Mongol bersatu
di bawah pimpinan Chengis dan muncul dalam sejarah sebagai kekuatan besar yang mengetarkan
rakyat Asia.10 Lissener mencatat, penghancuran dan perampokan. Peking oleh Bangsa Mongol,
dapat disamakan dengan Bangsa Romawi yang menaklukan Yunani dan Bangsa Hun yang
mencaplok Itali.11 Orang-orang Mongol di bawah Chengis mencaplok daerah Asia dan Eropa di
antaranya; China, Turkistan, sebagian India, Peasia, Asia Minor, dan Eropa Timur.12

Chengis lahir (1162 M) di Daeyliun Buldagha, terletak di tepi Sungai Onon (Unan),
Mongolia.13 Ayahnya bernama Ishujayi (Ishugayi) dan ibunya, Helena Khatun. Ishujayi
memimpin suku- suku Mongol yang berjumlah sebanyak tiga belas, dan dengan kemampun
memimpin, ia mengorganisir tetangga-tetangga suku tersebut. Waktu kecil Chengis dikenal
dengan nama Temucin. Pada tahun kelahirannya, ayah Chengis dapat berhasil mengalahkan suku
Tartar dan membunuh pemimpin mereka, Temucin Uji pada tahun 1162 M. Pada tahun itu lahir
Chengis, maka atas nama musuh, Ishujayi memberi nama putranya , Temuchin (artinya besi /baja
8
Ali, Muslim, hlm. 2-3
9
Ibid., hlm. 4-5
10
Lissner, The Living, hlm. 62
11
Hasan, Sejarah, hlm. 257.
12
Tentang tanggal kelahiran Chengis Khan terdapat beda pendapat di kalangan ahli sejarah Persia yang menyatakan
ia lahir pada tahun 1155 M. Sejarawan China mencatat tahun 1162. Akan tetapi tentang kematiannya pada tahun
1227 M dengan usia 66 tahun, mereka bersepakat: Ahmed: Maddhyajuger, hlm. 42. Oleh karena itu Chengis lahir
pada tahun 1162 M, itu lebih kuat. www.ucalgary.ca/applied history/tutor/oldworld/armies/ Khan.htm, dan
http://www.pma.edmonton.ab.ca/vexhibit/genghis/intro.htm
13
E. G. Brill. Encyclopedia of Islam, Vol. II (London: 1968), hlm. 41 dan Ahmed, Maddhyajuger, hlm. 42.

7
yang kuat).14 Pada saat Temujin beumur 13 tahun (dan hal itu) membawa petaka dalam
kehidupannya. Suku Kiyat pecah, keluarganya ditang Temujin bangkit menjadi orang yang
sangat kuat di seluruh dunia, bahkan ketika ia bertambah dewasa orang-orang di sekelilingnya
menilainnya sebagai sosok yang cerdas, pemberani, dan berwibawa yang luar biasa. Hal ini
terdapat dalam dirinya Chengis, sejak balita sampai menginjak usia remaja, ia melihatkan dirinya
seorang pemberani dan memiliki cita-cita yang tinggi. Perkawinan usia dini secara adat digemari
di kalangan Mongol, maka Ishujayi mengawinkan putranya, Temuchin dengan putri dari Deshai
Chan, dari suku Unghir yang berusia sepuluh tahun. Dengan adat kebiasaan Mongol, istri masih
belum cukup umur, harus tinggal di rumah mertua. Oleh karenanya, pada saat ayahnya, Ishujayi
tinggalkan Temucin di rumah mertuanya dan dalam perjalanan pulang, Ishujayi diserang oleh
musuhnya dari suku Tatar yang pemimpinnya pernah ia bunuh dalam perang, maka dengan
mencampuri racun dalam makanan, mereka membunuh Ishujayi. Dengan demikian mereka puas
untuk balas dendam atas kematian pemimpin mereka, Temuchin Uji.15

Saat ayahnya tebunuh Temucin berusia 13 tahun menggan tikan posisi ayahnya sebagai
pemimpin suku. Saat itu kekuasaan yang dipegang remaja Temucin dalam kondisi yang sulit,
dikarenakan bangsa Mongol enggan tunduk atas kepemimpinanya. Dengan semangat yang
tinggi, sabar, dan gaya pemimpinan yang baik, ia belajar dari ayahnya serta dorongan dan asuhan
yang sangat baik dari ibunda Helena, maka Temucin dapat mengatasi semua tantangan dan
kesulitan awal dengan berani dan baik. Kesulitan-kesulitan dan tantangan yang ia hadapi dalam
sejarah jarang ada pemimpin-pemimpin mashur dunia yang pernah mengalamannya, tetapi
dengan semangat tinggi dibarengi kesabaran, dan gaya pimpinan yang jitu, mengangkatnya dari
situasi patah semangat saat ayahnya terbunuh.16 Chengis, pendiri Dinasti Mongol, awalnya
didirikan oleh kakeknya, Kabul Khan dengan gelar Khakan, yang berasal dari keluarga
bangsawan, anak dari kepala suku Kiyat-Borjigid, Ishugayi, dan diberi nama Temujin. Dengan
keberanian dan berhasil mencuri simpati bangsannya , ia mulai mendapat pengikut. Menginjak
dewasa ia mampu menaklukan bangsa Tartar dan suku-suku lain, di antarannya; Kerait/Merkit 17

14
Spuler, History, hlm. 18-20
15
Ibid.
16
Nama aslinya adalah Toghril [Tughril) (To'oril dalam bahasa Mongol), Pemimpin suku Kereit. Sukunya mungkin
asli bangsa Turki, mereka beragama Kristen Nestorian, menghuni Orkhon dan Tula antara gunung Khangai da
Kentei. Borte/Bortay berasal dari suku ini, begitu pula nantinya Hulagu menyunting istri dari suku ini: J. A. Boyle,
The History of The World-Conqueror (Cambridge: Harvard University Press, 1958), hlm.35.
17
Ibid., hlm. 19-21

8
(1203 M) dan Naiman (1204 M), dan menjadikan Karakurum (Karakorum) sebagai ibu kota
Mongolia. Saat yang sama di mana keadaannya serba sulit, orang-orang dari Merkayit menyita
istrinya, Bortayi. Temucin gusar dan merasa harga dirinya terinjak. Ia tetap tegar dalam
mengadapi kesulitan ini. Temujin mengadakan persahabatan dengan para kepala suku. Dengan
bantuan Tughril, kepala suku Kerayit, ia dapat mengalahkan musuhnya di medan perang dengan
kemengan mutlak dan kembali istri (Bortayi) di sisinya.18

Penyelesaian drama penculikan Bortay dengan kemenangan luar biasa, membawa


Temucin ke awal gerbang pintu kesuksesan dan mulai ia melatih tentara dengan pelatihan yang
keras, disiplin ketat, dan penuh bersemangat. Hal ini dapat dilaksanakan karena bantuan dari
sahabatnya, Tugril yang seterusnya bekerja sama dengan baik untuk menumpas akar-akar
permusuhan dan menghadapi serangan-serangan dari musuh-musuhnya yang kuat dan handal.
Seperti Chengis mengalahkan musuh bebuyutan, bangsa Tartar lain dengan bantuan Tugril pula,
juga berhasil mengadakan persahabatan dengan penguasa Keen di China Utara. Begitu juga
menghadapi serangan dari Jamuka yang awalnya Jamuka mengalahkannya. Namun dengan
bantuan Wong Khan ia dapat mengalahkan Jamuka dan seterusnya suku-suku yang lain. 19
Dengan kemenangan Chengis bertubi-tubi membuatnya tambah kuat dan popular sebagai
penguasa, maka musuh-musuhnya dari suku-suku yang lain menjadi iri. Seperti suku Nayman,
Merkayit, Kereit, dan lain-lain bersatu di bawah piminan Jamuka, namun akhirnya Temucin
mampu mengalahkannya. Pada tahun 1204 Temucin menghadapi persatuan musuh. Akhirnya
Jamuka tertawan di medan perang, kemudian ia dibunuh.20 Setelah itu tidak ada suku-suku
Mongol dan musuh yang lain di sekitarnya yang berani menentang Temucin. Ia tidak puas
dengan kesuksesan itu tanpa pengakuan dari suku-suku tersebut, baik dari suku-suku yang
Temucin mengalahkannya, maupun dari para kepala suku yang ia telah mengikat dengan
persahabatan, di mana mereka telah membantunya Temucin dengan bahu-membahu di medan
perang. Oleh karena itu (1206 M), di Karakuram (Karakorum) dalam Quriltay, menghasilkan
kesepakatan untuk mengangkat Temucin dengan gelar Chengis Khan sebagai pemimpin tertinggi
Bangsa Mongol.

18
Ibid., hlm. 21
19
Ahmed, Maddhyajuger, hlm. 43. Spuler, History, hlm. 20: Temucin tidak menangkap Jamuka dan membunuh,
Jamuka dan teman-teman dari suku lain menyerah kepadany. Menjadi sahabat dan kerja sama dengannya. Untuk
menghadapi musuhnya yang lain.
20
Lamb, Genghis, hlm. 31-37, dan www.ucalgary.ca/applied history/tutor/oldworld/armies/Khan.htm

9
Nama Chengis Khan sebenarnya adalah gelar bagi Temujin, anak dari pemimpin atau
Khan bangsa Mongol, yang dalam sejarah bernama Yesugey Ba'atur (W.1175 M), sedang
Lissner menyebutnya Jenghiz, dan Guralnik mencatat: Jenghis. Penulis seterusnya menggunakan
“Chengis”, karena sebutan ini yang paling popular. Dengan keberhasilannya itu, akhirnya
membawa Temujin (1206 M) memperoleh gelar Chengis Khan (Genghis atau Jenghiz Khan),
artinya “Penguasa Yang Agung, Pemimpin seluruh manusia" yang diberikan oleh Quriltay. 21
Sejak itu Chengis meletakkan semua aspek hidup Bangsa Mongol di bawah Yassa, 22 sebuah
Badan Hukum yang berisi berbagai kode etik/norma-norma dari semua suku dan peraturan-
peraturan kemiliteran. Hukum itu menuntut kepatuhan pada Chengis, kesatuan suku-suku, dan
hukuman tanpa ampun bagi yang bersalah. Melalui Yassa, dia mampu memegang komando yang
menyatukan kumpulan suku liarnya dalam watak tanpa kasih dan mesin perang yang sukses. 23
Chengis adalah pemimpin militer tangguh, administrator, dan seorang perancang yang sangat
hati-hati menjalankan peraturan yang keras bagi anak buahnya. Ciri khasnya, dia akan mengirim
utusan pada para pesaingnya untuk meminta ketundukan mereka. Jika disetujui maka biasanya
dia akan ijinkan pemimpin mereka untuk tetap berkuasa selama mereka bersedia membayar
upeti, pajak, menyediakan buruh, dan layanan militer. Jika menentang, maka ia akan serbu dan
hancurkan mereka.24 Ia adalah salah satu inovator militer terbesar dalam sejarah manusia, dan
pasukannya terdiri dari para penunggang kuda yang terbaik. 25 Bangsa Mongol atau Chengis
sendiri merupakan pengikut kepercayaan animisme, penyembah Tengri "Penguasa Surga".
Agama mereka hampir sama dengan agama Buddha, dan Tuhan berkomunikasi dengan mereka
melalui Shamman.26 Tahun 1207-1215 merupakan pergerakannya untuk menaklukan wilayah
21
Menurut Qalqashandhi, Subh al-A'sha Vol. IV hlm. 210, al-Siyasa berasal dari bahasa Mongol Yasa.
Yasaha/yasaq juga merupakan dari bahasa Turki kuno yang berarti Undang-undang Sosial: Hasan, Sejarah, hlm.
259-261. Spuler, History, hlm. 3941, Lamb, Genghis, hlm. 189-191, dan J. J. Saunders, A History of Mediavel Islam
(London: Routledge & Kegan Paul, 1980), 56, dan Ali, Muslim, hlm.3-4 dan 43-44.
22
http://greek439.20m.com/genghiskhan.htm
23
http://www.ucalgary.ca/...htm
24
http://www.wsu.edu/...htm
25
T. W. Arnold, Preaching of Islam; A History of the Propagation of The Muslim Faith (Lahore: SH. Muhammad
Ashraf, 1968), hlm. 223 : kepercayaan-kepercayaan dan konsep ini selamat meski terjadi perubahan dari orang-
orang Turco-Mongol untuk memeluk agama Islam, Kristen Nestorian, dan Buddha, mereka tetap dalam bentuk
murni, dan kuat sepantasnya Bangsa Mongol, yang pada masa Chengis tetap berpegang teguh pada agama leluhur
mereka, Shamman, tak dipengaruhi oleh hubungan dengan berbagai agama tertinggi: Saunders A. History, hlm. 42,
dan Åhmad, Sejarah, 1978, hlm. 222-226. Shammanisme ialah suatu paham yang berkeyakinan bahwa roh dapat
menjelma pada seseorang. Biasanya roh diundang ke dalam tubuh seseorang dengan jalan menari hingga mabuk.
Pada saat memasuki orang yang mabuk, roh dapat menceritakan berbagai macam informasi gaib yang diperlukan
oleh masyarakat. Sebagai informasi di Sumatra mereka dikenal dengan pawang, di Jawa dengan dalang, dan Jatilan:
Doeliman, Ethnografi Indonesia Jogjakarta: Percetakan Stensil “A. Š.", 1955), hlm. 34-35.
26
Lattimore, Encyclopaedia, hlm. 372.

10
China Utara. Ia memanfaatkan dengan baik Khitan dari Manchuria Selatan dan China Utara,
yang telah ditumbangkan oleh kerajaan Liao SangJuchen-Chin dan bawahan yang tidak puas
pada China. Tahun 1215 Peking dapat diambil alih dan dikuasai, karena sang Kaisar China telah
menarik diri ke sebelah selatan, sehingga kota tersebut mudah ditaklukkan. 27 Kejeniusan Chengis
dan keberanian orang-orang yang loyal padanya menjadikan dominasi kekuasannya meluas
secara cepat ke seluruh Mongolia dan daerah-daerah tetangganya, sehingga wilayah kekuasannya
terlihat diperbatasan kerajaan Iran, dan Khwarazm di Asia Tengah, yang luasnya meliputi Persia
hingga Transoxiana. Karena kekagumannya akan kekuatan militer (khususnya senjata) dan
majunya kebudayaan bangsa Iran, maka Chengis mengirimkan para duta 28 pada Sultan Alauddin
Muhammad Shah, raja Khwarazm,29 untuk satu tujuan dan lainnya. Di sinilah sejarah hubungan
Bangsa Mongol dan umat Islam bermula hingga nantinya berakhir pada kehancuran kerajaan-
kerajaan Islam di Asia Barat.

Hubungan perdagangan tersebut berakhir ketika warga dari Khwarazm merampas kafilah
atau iring-iringan orang Mongol dan beberapa ratus pedagang, dengan alasan bahwa terdapat
mata-mata berada dalam kafilah tersebut. Chengis mengirim utusannya guna meminta keadilan,
akan tetapi karena rasa kebanggaan dan kepercayaan diri yang sangat tinggi, seperti yang
diperlihatkan para membunuh para utusan Mongol tersebut dengan membakar jenggut yang
tertinggi atas bangsa Mongol dan memutuskan untuk akhirnya membunuh para utusan Mongol
27
Menurut al-Nasawi utusan tersebut berjumlah 4 pedagang muslim, warga Khwarizam; sementara para penulis
lainnya menambahkan jumlah mereka menjadi 450 orang. Pengiriman utusan yang kedua kalinya terdiri dari dua
orang Mongol dan seorang Turki bernama Bughara, menuntut keadilan atas peristiwa pembunuhan tersebut pada
pengadilan Khwarizam. Pembunuhan tersebut dipimpin gubernur Utrar yang berkomplot dengan Sultan
Khwarazmshah: Browne, A Literary, Vol.11, hlm. 436437.
28
Alauddin Muhammad (1199-1220 M) adalah pemimpin terkuat dalam jalurnya, keturunan Ghaur Khan, cucu dari
Anushtigin yang menyembah berhala, gubernur pertama dari Saljuq Khwarazm, setelah kemenangannya melawan
Sultan Sanjar ibn Malik Shah. Ia menguasai Khurasan dari Dinasti Ghur yang membuatnya menerima agama Islam.
Dia juga menaklukan Bukhara, Samarkhand, dan dilengkapi dengan Persia. Pada abad XIII ia merupakan muslim
paling berkuasa dan kuat setelah menundukkan Afganistan dan Ghazni (1214 M). Perselisihannya dengan khalifah
Abbasiah mulai memanas dengan berubahnya ia menjadi Shi'ah dan mendirikan kekhalifahan sendiri di Asia
Tengah. Dia adalah seorang pemimpin yang hebat, terbukti pada masanya Asia Tengah menjadi pusat kebudayaan
Muslim; sekolah-sekolah, dan perguruan tinggi menyebar di kota-kota Trans-Oxiana, perdagangan berkembang dan
populeritas dari kemakmuran Asia Tengah tersebar sampai negeri-negeri lainnya. Hal ini pula yang membuat
Chengis tertarik untuk datang, dan akhirnya menjadikan Khwarazm banjir darah dengan mesin perang yang mereka
gunakan. Perlawanan ini dilanjutkan oleh anaknya, Sultan Jalaludin Shah yang keberaniannya bagaikan seekor
singa, cerdas, perkasa, dan organisator hebat hingga membuat Chengis sendiri kagum padanya dan membiarkannya
hidup dalam perlawanannya di daerah Attock, lembah Sungai Indus: S.F. Mahmud, The Story of Islam (Dhaka:
Oxford University Press, 1959), hlm. 124-126, Browne, A Literary, Vol.II, hlm. 436-440, 455-458, dan Hasan,
Sejarah, hlm. 264-266
29
Ahmad, Sejarah, hlm. 135-137 dan www.fsmitha.com/h3/h11mon.htm/Genghis Khan, The Mongol and Asia, to
1300, www.visitiran.com/History/islamic%20 period.htm, yahoo.com/" The Mongol the last great nomadic
chalenges-from Chengis Khan to Timur First assault on the islamic world:conquest in China”.

11
tersebut dengan membakar jenggut dan mengirim potongan kepala mereka kepada tuannya.
Hinaan tersebut jelas berarti perang, sebuah perang yang sangat dikuasai oleh Khwarazmshah. 30
Terdapat motif lain dari sumber yang berbeda, memberikan alasan yang menyatakan bahwa
faktor penyerangan Chengis terhadap Khwarazmshah digambarkan sebagai berikut: “Bangsa
Tartar (Mongol) yang masih liar dan biadab, mendiami daerah sekitar Danau Baikal, belum
pernah mengenal dunia luar, dan tidak pernah mencatatkan hidup mereka sampai munculnya
Chengis Khan. Bermula dari datangnya tiga pedagang kain di kalangan muslim dari Bukhara
(1212 M) berjualan ke daerah Tartar. Ketiganya ditangkap, disiksa, dan dirampas semua barang
dagangannya. Untuk mendapatkan kain lagi, ia mengirimkan 150 orangnya menyamar sebagai
pedagang. Mengetahui hal ini Gubernur Ghayar Khan membalas kekejaman mereka dengan
menghukum para pedagang samaran tersebut, akan tetapi satu dari mereka berhasil lolos dan
mengabarkan peristiwa di Utrar ini pada tuannya”.31

Tahun 1219 M, Chengis dan pasukan Mongolnya berjumlah sekitar 200.000 bergerak ke
barat melalui Transoxiana, berhasil menduduki kota-kota yang makmur seperti Bukhara dan
Samar- Khand dan membunuh semua penduduk sebagai pembalasan dendamnya. 32 Penyerbuan
itu bukanlah cara yang mudah bagi Chengis karena mendapat perlawanan yang hebat pula dari
pihak Khawarizam Shah. Ia tidak berhenti hanya menghancurkan wilayah itu dan menyapu
bersih seluruh kota yang memaksanya dengan cara lebih kejam, Chengis membantai mereka
dengan cara tidak berperikemanusiaan, wanita dan anak-anak (kecuali yang dijadikan budak). Ia
bahkan membangun menara yang terbuat dari kepala manusia,33 pasukannya membantai para
pria dan wanita, anak laki-laki dan gadis-gadis. Memperkosa para wanita dan para gadis; yang
sebenarnya merupakan kejahatan paling sedikit yang mereka lakukan. Hal itu karena bangsa
Mongol melarang keras tindakan perkosaan karena bertentangan dengan tradisi mereka, sehingga
mereka akan lebih dulu membunuh sang suami sebelum memperkosa istrinya.34

30
Ahmad, Sejarah, hal.135-137.
31
Spuler, History, hlm. 27-28 dan 32-39: http://www.fsmitha.com/Ibid., http://The mongol the last great.../Building
the Mongol war machine and First assault on th islamic world: Conquest in China, untu gambaran kekuatan mesin
tempur dan strategi pasukan Mongol.
32
Serupa dengan peperangan di Tours (732 M) 200 mil dari kota Paris, di mana pasukan Muslim di bawah Panglima
Abdur Rahman al-Gafiqi kalah. Charles, penguasa Prancis membunuh banyak tentara muslim, kemudian kepalanya
dibuat menara, maka ia memperoleh gelar “Martel", dengan julukan Charles Martel: S. M. Imamuddin, A Political
History of Muslim Spain (Dhaka: Najmah & Sons. 1969), hlm. 38.
33
http://www.turkisdaailynews.com/old_editions/12_28_96/feature.htm/Butchers, saviors, or just ordinary world-
dominators?.
34
http://www.fsmitha.com/Ibid

12
Bangsa Iran tidak pernah merasa sangat dipermalukan dan terhina, kecuali selama
terjadinya gelombang kedua invasi Bangsa Mongol-Tartar oleh Timûr Lâng (the lame Timûr)
atau Timûr Lane seperti yang dikenal oleh orang Barat.35 Satu hal yang dapat dikatakan,
pemimpin bangsa Iran memaksa Chengis dalam kancah peperangan melawan rakyat Iran, dan
sekali lagi Ia tidak akan puas dengan seluruh wilayah Iran. Ia menguasai semua kerajaan Iran,
mengacaukan banyak kota dan bahkan menghabisi mereka semuadari muka bumi. Karakter
bangsa Iran yang terlihat selalu mereka ulangi kembali antaranya dua unsur, yaitu harga diri dan
percaya diri yang terlalu tinggi antara para pemimpin dan para bangsawan, yang kerapkali
membawa mereka pada kehancuran,36 kedua yaitu; ketekunan, kesabaran, dan kegembiraan di
antara rakyat biasa. Setiap kota yang dihancurkan Chengis akhirnya dibangun kembali oleh
rakyat Íran.37 Dia menghabiskan beberapa tahun di Asia Tengah dan menikmati kesuksesan
militer besarnya, dengan keberhasilannya dalam setiap penyerbuan mengambil kota-kota di Asia
Tengah, dan berbagai ekspedisi ke Novgorod, Rusia. Pada 1224 M, ia kembali ke Mongolia
karena pemberontakan dari suku Tangut. Ia wafat (1227 M), mungkin karena terluka atau
demam selama penekanan dari pemberontakan suku Tangut. 38 Kerajaan Mongol sangat luas pada
dua generasi berikutnya, maka diwariskan wilayah tersebut pada empat anak-anaknya, Dinasti
Yuan di China Utara menjadi paling penting. Chengis menyempurnakan moral masyarakatnya
dengan Undang-Undang sosial yang dibuatnya, yakni Ulang Yassa.39 Peraturan tersebut antara
lain dimaksudkan untuk memberi landasan yang kokoh bagi bangsanya guna menghadapi
tantangan dan meluaskan wilayahnya, baik ke China maupun ke negeri-negeri Islam, bahkan
ambisinya untuk dapat menguasai dunia, sebagaimanadirinya dijuluki sebagai Alexander For
Asia.40

2.2.1. Silsilah Mongol

Setelah memperkuat posisinya baik secara pribadi terhadap bangsa Mongol maupun
secara umum bangsa Mongol terhadap suku lain, ambisi sebagai seorang penakluk dan
35
Browne, A Literary, Vol. II, hlm. 435, Sumber lain mengatakan bahwa kelemahan pertahanan kekuatan Islam
adalah karena perselisihan yang muncul antara Muhammad Khwarazm Shah dan Khalifah Abbasiah, al-Nasir. Ibid,
hlm. 436.
36
http://www.pma.edmonton.ab.ca/vexhibit/genghis/omtro.htm
37
http://www.ucalgary.ca/..htm
38
Ali, Muslim, hlm 2-3 dan Ali Mufradi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos, 1997), hlm. 128
39
Alexander Agung mampu menaklukan Asia Kecil, Syiria, Mesir, Babilonia, dan Persia dalam waktu singkat, ia
dijuluki: The Great King of Persia: Ali, History, hlm. 40.
40
Lissner, The Living, hlm. 186.

13
pemimpin besar mulai dengan invasi-invasi di antaranya yang terkenal adalah China,
Khawarizam, Rusia, dan Barat-Laut Persia. Dengan memperolah kemenangan yang gilang-
gemilang dalam invasi tersebut karena strategi perang, teknis, dan kepandaian serta kecerdasan
Chengis, maka ia menjadi pemimpin militer yang hebat dan tidak ada duanya. Pada saat Bangsa
Mongol muncul sebagai kekuatan baru, di China ada suku Keen dan Sung, yang kuat dan saling
bertikai. Pemimpin besar bangsa Mongol yang ambisius ini tidak menyianyiakan waktu dan
kesempatan emas. Ia meyerang Dinasti Sung (1211 M). Setelah beberapa kali perang dengan
dinasti tersebut, Chengis menang mutlak. Ia duduk di atas puing-puing kehancuran dari
kemajuan peradaban terutama kesenian (painting), kesusastraan, kerajinan tangan seperti
Cermaik (porcelain), dan lain sebagainya dari Dinasti Sung.41 Akhirnya ia menjadi penguasa
tunggal hamapir di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Sung tersebut. Setelah itu Chengis
menghadapi Dinasti Keen, dengan mengepung ibu kota, Peking (1214). Raja Keen akhirnya
menyerah dengan memberikan upeti, hadiah-hadiah, dan harta benda sangat banyak, yang mahal
harganya kepada Chengis. Raja mengadakan perjanjian untuk bekerja sama dan tidak memusuhi
Bangsa Mongol. Tidak hanya itu termasuk sang princess /permaisuri dan anak gadis dari raja
China tersebut pun diserahkan kepada Chengis, sebagai istrinya, agar Chengis tidak menyerang
lagi terhadap negeri China yang sejak dahulu hubungan Mongol-China seperti air dan minyak
Akhirnya Chengis mengurungkan niat menghancurkan China, bersama princess dan membawa
banyak macam hadiah, ia dan pasukannya pulang ke Karakuram. 42 Akan tetapi ambisi itu hanya
bertahan sekejap. Tahun berikutnya ia menyerang China dan berhasil menduduki Peking.

Setelah posisnya kuat di China, Chengis mengarahkan pandanganya ke Dinasti


Karakhitayi, Turkistan Timur. Sebab saat ia sedang sibuk menhadapi China, pemimpin Tartar
(Karakhitayi) membrontak. Untuk memadamkan api pembrontakkan tersebut, Chengis mengirim
panglima Zebi (Jebi) yang masih muda yang berhasil menganeksasi Gur Khan, pemimpin perang
dari Karakhitayi yang kalah telak, dan terbunuh di medan perang. Dengan demikian daerah
Turkistan Timur jatuh ke tangannya (1218 M).43 Sementara itu invasi ke Semirechye, Turkistan
Utara pada tahun itu mengantarkan kekuasaan bangsa ini ke wilayah perbatasan Dinasti Islam,
Khawarizm di Asia Tengah.44 Rangkaian peristiwa lainnya yang kemudian mempercepat invasi

41
Ahmed, Maddhya, hlm.44.
42
Ali, Muslim, hlm.6.
43
Ibid. dan Bosworth, Islmaic, hlm. 167
44
Hasa, Sejarah, hlm. 263-265

14
Mongol ke wilayah kekuasaan Íslam. Pada mulanya hubungan antara Shah dengan Chengis
adalah sahabat, namun hal itu tidak lama bertahan akibat ambisi kedua sahabat yang sangat
tinggi. Ketika penguasa Khawarizm (Teluk Persia sampai dengan perbatasan Turkistan dan
India), Muhammad Shah, bersifat tamak, haus kekuasaan, dan tentaranya yang membunuh
kafilah dagang dan utusan-utusan Chengis yang membawa hadiah-hadiah dari Chengis kepada
Khawarizam Shah. Peristiwa ini terkenal dengan Insiden Utrar tahun 1218 M. 45 Di sisi lain
tentara Shah menangkap kafilah dagang muslim berasal dari Bukhara dan Khiva yang dicurigai
mata-mata dari Chengis dan atas perintah Shah, mereka dibunuh oleh gubernur Utrar. Akibat
membunuh rakyatnya sendiri, maka banyak sekali orang muslim tidak mendukung Khawarizam
Shah ketika Chengis menyerang Khiva.

Chengis mengirim utusan kepada Muhammad Shah yang kedua kali dan hal yang sama
diperlakukan terhadapnya. Begitu duta itu datang ke istana sultan membawa surat dari Chengis.
Ahmed mencatat bahwa penyebab kegusaran Khawarizam Shah terhadap Chengis ialah” surat
Chengis kepada Shah yang menyebutnya dengan kata “kepada anak Khawarizam Shah”
membuatnya merasa diejek dan dihina oleh Chengis,46 maka utusannya dibunuhnya atas perintah
Shah. Akhirnya Chengis menyerang yang memang semula sudah punya niat kokoh untuk
menghancurkan negara-negara muslim. Dengan alasan kematian utusannya, memyebabkan
Chengis berangkat. Meskipun jumlah tentara muslim jauh lebih banyak, namun karena teknis
perang yang lebih canggih dan disüplin tentara yang tinggi membawanya berhasil dalam
peperangan Utrar di dekat Ush pada tahun 1219 M yang ia kepung selama enam bulan. Akhirnya
Shah kalah di tangan putranya Chengis, Chaghtai. Dengan demikian wilayah sekitar Utrar,
Samarkhand, Bukhara, dan wilayah-wilayah muslim yang lain di sekitarnya jatuh di tangan
Chengis. Selanjutnya ke Amu Daria-rakyat daerah-daerah tersebut pertama kali masuk Islam
semasa Khalifah Usman Bin Affan-, kemudian Balakh, Khurasan, Heart, dan Merv semuanya
dapat dianeksasi dengan mudah. Ketika Chengis menaklukan Nishapur, Raja Kawarizam
akhirnya melarikan diri ke daerah tepi Laut Kashpia yang tidak diketahui nama tempatnya. Di
sana beberapa lama kemudian ia wafat. Untuk menganeksasi seluruh wilayah Khawarizam,
Chengis hanya habiskan waktu tiga tahun (1219-1221 M).

45
Ahmed, Maddhyajuger, hlm. 45.
46
Ali, Muslim, hlm.7

15
Menurut, Gibbon (1737-1794 M): “dalam waktu empat tahun Chengis memperoleh
kemenangan yang luar biasa atas penghancuran dan kerusakan, serta pemusnahan peradaban
yang terjadi, tidak dapat diganti dengan kemajuan-kemajuan daerah tersebut selama 500 tahun
kemudian”.47 Selain itu, Lissner menyebut Chengis dengan predikat: “orang yang paling ditakuti
oleh dunia pada awal abad XM M”.48 Berbeda dengan lissner, Spuler menginformasikan bahwa,
“serangan Mongol di bawah Chengis Khan ke Asia Tengah mengakibatkan sebagian besar
penduduk di sana gugur. Insiden besar tersebut membawa kerugian yang luar biasa dan
kehancuran serta kerusakan kemajuan peradaban umat manusia yang parah, sehingga belum
dapat pulih sampai sekarang”.49 Setelah wafatnya Shah putranya yang paling cakap untuk urusan
kenegaraan, J laluddin naik takhta. Ia memiliki segala sifat kemampuan seoarang penguasa kelas
pertama pada abad Pertengahan. Gibbon sangat memujuinya dan menyatakan bahwa setelah ia
naik tahta, berusaha memulihkan harga diri keluarga dan kaum muslim dengan mengambil
wilayah Ghazni dari tangan Mongol, dan inilah kekalahan pertama kali dialami bangsa Mongol
untuk menghadapi tentara muslim. Akhirnya untuk membalas kekalahan tersebut, Chengis
mengalahkan Jalaluddin dengan susah-payah di tepi Sungai Sind (Indus). Di sini Jalal berusaha
menghadapi Mongol dengan teknis perang yang luar biasa dan semangat juang yang tinggi.
Setelah kalah dan telah dikepung oleh musuh, ia bersama kuda yang ditumpangi meloncat dari
bukit ke sungai setinggi 30 metar, sambil mundur tetap membuang panah ke arah musuh.
Akhirnya berhasil melarikan diri dan meminta suaka politik kepada Sultan Shamsuddin Iltutmish
(1211-1236 M) di India. Karena kecerdikan Sultan Delhi, maka ia menolak permohonan Shah
dengan alasan udara Delhi tidak cocok untuknya. Dengan demikian Iltutmish menyelamatkan
Kesultanan Delhi dari serangan Mongol. Mereka hanya sampai di Multan, menghancurkan
Pesawat. Karena udara buruk, Chengis pulang ke Karakuram (1223 M). Di sisi lain dalam
keadaan dikejar-kejar oleh tentara Mongol, pada tahun 1231 M Jalaluddin terbunuh di kampong
Kudish di tangan seorang Kurdi.50 Dengan kematian Jalaluddin, maka berakhirlah Dinasti
Khawarizam yang megah itu. Akhirnya Chengis tidak jadi menyerang India, ia segera bergabung
dengan pasukan yang kirim ke daerah Rusia Selatan dan barat-laut Persia

47
... Jengiz Khan, the most feared man of his day: Lissner, The Living, hlm. 194.
48
Spuler, The Muslim, hlm. 9.
49
Ahmed, Maddhyajuger, hlm. 46, Ali, Muslim, hlm.6-7, dan Hasan, Sejarah, hlm. 266.
50
Spuler, History, hlm.3 dan 44 dan Lissenear, The Living, hlm. 202-203

16
Saat Chengis sibuk perang di Asia Tengah, dua orang panglima perangnya, Subati dan
Jebi dikirim ke Rusia Selatan dan Persia Utara, di mana di tepi Sungai Kalka tentara Mongol
berhasil mengalahkan Rusia (1225). Dengan kemengan ini. satu bersatu mulai dari Khiva, Ray,
Rum, Hamadan, dan Sabah jadi milik Chengis Kemenanagan Chengis yang luar biasa, tidak
dapat dinikmatinya dengan waktu yang lama, setelah pulang ke Karakuram, tidak lama lagi,
Chengis sibuk untuk memadamkan api pembrontakan dari Dinasti Sung di China, akan tetapi
sebelum sampai ke China, saat tentara Mongol sedang menyerang dan merazia wilayah Tanguts,
terletak di antara perbatasan Tibet dan China, dalam usia 65 tahun tepatnya pada tahun Babi,
Ramadan, 624 H, antara 15 Agustus sampai 13 September 1227 M Chengis mangkat di Chali,
Mongolia Selatan.51 Lissenar mencatat bahwa, pada musim semi tahun 1227 M, Chengis sampai
di pegunungan Liu-pang, sebelah barat Peking, keadaan letih dan merasa tidak lama lagi ajalnya
tiba, kondisi kesehatannya sangat buruk dengan berbagai penyakit, maka ia mengarahkan
wajahnya kepada kawan setia, Kiluken Bahadur52 dan menyatakan:

“jadilah seorang teman sejati untuk istri pertamaku, Bortai, yang saya membawanya saat
ia berusia sembilan tahun53 dan buat anak-anakku Ogotai dan Toluy gembira. Berbuatlah
baik untuk mereka dengan penuh kebijaksanaan dan netral. Jangan mempengaruhi
dengan pengaruh dari siapapun”.54

Kemudian ia mengatur tentara dalam keadaan berbaring di tempat tidur dan instruksikan
kepada putra bungsunya, Ottshigin untuk menyerang lagi terhadap China. Ia wasiat : membagi
ke- kuasaannya kepada lima putranya.55 Tidak lama lagi Chengis meninggal (1227 M). Sumber
ini juga didukung oleh penulis lain seperti Ali, Ahmed, dan lain-lain yang menyatakan bahwa
Chengis meninggal di tepi sungai Chali, Mongolia Selatan.56 Saat Ia meninggal wilayah
kuasaannya sangat luas, meliputi dari Lautan Teduh di Timur sampai Laut Hitam di Barat. 57
Berita lelayunya sangat dirahasiakan demi keutuhan dan kesatuan Bangsa Mongol sampai saat

51
dan menikah dengannya pada saat usia 17 tahun :Lissenar, The Living, hlm.203.
52
Sebutan bahadur berasal dari bahasa Persi dan dijumpai dalam bahasa Turki, diadopsi dalam bahasa sehari-hari di
kawasan Asia Selatan yang biasanya digunakan untuk orang kuat yang memenangkan perang/pahlawan dalam
membangun negara.
53
Ibid, hlm. 202.
54
dua putra yang lain adalah Chaghtai dan Joshi: Ibid. Kebanyakan sumber : Chengis ke empat putranya. Nama
Ottshigin tidak disebut.
55
Ali, Muslim, hlm. 8.
56
Ibid., hlm. 3
57
Lissenar, The Living, hlm. 200-202

17
terlaksanaannya Quriltay. Jenazahnya dibawa kepada setiap janda Chengis yang berjumlah 500
orang. Ribuan orang dari kalangan istri, anak, dan cucu Chengis, termasuk empat puluh putera
yang sangat cantik juga ikut membakar jasad ayah mereka.58

2.3. Mongol Setelah Meninggalnya Chengis Khan

Setelah meninggalnya Chengis Khan perluasan wilayah Mongol tetap berlanjut. Dengan
kemauan Chengis akhirnya imperium yang sangat luas itu dibagi rata bagi keempat anaknya;
Jisi/Jochi/Juzi/Joshi59, Chaghtai, Oghtai, dan Toluy/Touli. Yang ketiga diangkat menjadi Khan
Agung.60 Dalam sejarah Mongol periode kekuasaannya dinilai sebagai periode yang membawa
masa kejayaan Mongol. Dalam hal invasi atau penaklukan daerah, ia meniru sistem dan cara
perang ayahnya. Daerah kekuasaannya meluas ke China.dan menghancurkan Dinasti Sung.
Walaupun demikian ia tidak dapat menundukan Dinasti Keen. Korea tunduk dengan membayar
upeti dan hadiah kepada Oghtai. Chengis pernah mengalahkan dan mengusir Shah, Jalaluddin
yang berlindung di Multan, Pakistan sekarang, Kemudian setelah meninggalnya Chengis, Jalal
kembali ke tanah airnya dan menyatukan bangsanya untuk melawan Mongol. Ia menguasai
Gergia dan Ajarbyzan. Khalifah Baghdad pun dapat ia kalahkan. Dengan peningkatan kekuatan
Shah yang luar biasa, membuat Oghtai jadi tidak tenang, akan tetapi akhirnya ia menyerang
Khawarizam dan Jalaluddin dikalahkanya. Pada masa Oghtai Bangsa Mongol banyak
menaklukkan daerah-daerah di Eropa. Pada tahun 1237 Batu, kemanakan Oghtai melintasi
pegunungan Ural (Oral) untuk menyerang Rusia. Di antara daerah-daerah yang dirampas dan
dihancurkannya adalah: Moskow, Kiyev (Khiva), Bladimor, Cremia, Polandia, dan Hungaria.
Tahun 1241 mengalakan persatuan Jerman-Polandia dan Hungaria menjadi wilayah taklukan
Mongol. Dengan meninggalnya Oghtai (1241 M), bangsa Mongol kehilangan seorang pemimpin
yang merakyat yang mempertahankan kejayaan Mongol saat periode ayahnya, bahkan peta
kekuatan Mongol bertambah sampai ke tengah-tengah Eropa. Ia juga keras dan disiplin seperti
ayahandanya.61 Setelah Oghtai meninggal, putranya Qayuk Khan menjadi Khan Agung. Dia
tidak seperti para pendahulunya, meskipun telah mengadakan banyak perubahan dalam tubuh
pemerintahan. Qayuk sering mengadakan pesta, ia dikelilingi penari dan para wanita cantik, serta

58
Joshi mininggal sebelum Chengis wafat, maka anaknya, Batu Khan (cucu Chengis Khan) mewakili ayahnya di
wilaya Tarter di Rusia dan sekitarnya
59
Oghtai formal menjadi Khan Agung (1229 M): Saunders, A History, hlm. 178
60
Spuler, History, hlm. 44-63 dan Ali, Muslim, hlm.13-14
61
Lamb, Genghis, hlm 214-215 dan Ahmed, Maddhyajuger, hlm. 53-54.

18
terlalu banyak minum. Di samping itu, ia dipengaruhi oleh dua orang menteri yang beragama
Kristen, yaitu Kaydak dan Chinkayi. Hal tersebut menyebabkan keduanya terlalu jauh
mencampuri urusan pemerintahan. Pada masanya tidak ada kejadian yang luar biasa.
Kelemahan-kelemahan tersebut dimanfaatkan musuh, maka pada tahun 1247 M penguasa Korea
menghentikan upeti kepada Qayuk, maka ia menyerang Korea. Selain itu ia mengirim pasukan
untuk melawan Dinasti Sung. Namun ia mendadak meninggal dunia (1248 M) menyebabkan
ekspedisi-ekspedisi tersebut ditunda.62

Setelah Qayuk Khan, putra Toluy, Monggu menjadi sebagai Khan Agung. Keadaan
negara yang serba kocar-kacir itu diatur dan dipimpin dengan baik dan tegas. Untuk Perluasan
wilayah ia dibantu oleh kedua saudaranya, Qubilai (Qublai) dan Hulagu. Qubilai ditempatkan
untuk menaklukkan di Kawasan timur, sedangkan Hulagu ditugaskan ke Kawasan barat. Merek
disebut sebagai Ilkhan atau gubernur di bawah Khan Agung.63 Monggu dapat membasmi
gangguan Kelompok Asasin,64 kemudian menghancurkan Baghdad.65

Disebutkan bahwa, Kublai Khan ditugaskan ke China, melawan Dinasti Sung, akhirnya penguasa
diansti tersebut kalah telak di tangannya. Dengan pribadi yang baik, seorang Ilkhan yang adil,
dan dicintai rakyat menyebabkan namanya cepat terkenal yang mengakibatkan dicurigai oleh
Monggu; “jangan-jangan Kublai bersaing dan merebut takhta keKhanan Agung dari padanya”.
Oleh karena jabatan Ilkhan diserahkan kepada Alamdar yang tidak populer sama sekali (1257).
Tahun berikutnya, Monggu berangkat ke China, untuk menyempurnakan invasinya. Dalam
perjalanan, ketika mengepung suatu benteng tentara musuh, ia wafat (1259 M). Monggu terkenal
sebagai seorang penguasa yang toleran terhadap berbagai pemeluk agama. 66 Para penyebar dari
semua agama dapat menyiarkan agama tanpa rintangan dari pemerintah. Ia dipuji oleh berbagai

62
Spuler, History, hlm. 4. Ahmed, maddhyajuger, hlm. 54 : menyebut Menggu dan, Ali, Muslim, hlm., 15 dengan
Monggu Khan. Seterusnya yang terakhir disebut
63
Lewis, Islam, hlm. 82.
64
P. M. Holt, K. S. Lambton, and Bernard Lewis, The Cambridge History of Islam, Vol. 1 (Cambridge: University
Press, 1970), 155-158. Lewis, Islam, hlm., 82-83: mencatat bahwa, “saat istana khalifah dikepung tentara Mongol,
Khalifah Abbsiah terakhir, al- Mu'tasim Billah sedang tengelam dalam menikmati tarian erotis dari penari Urfa”.
Assasin diuraikan saat menjelskan hubungan Berke-Mamluk-Hulagu.
65
Kublai yang sangat berjasa untuk menundukkan orang-orang China terhadap kekuasaan Khan Agung Mongol,
Monggu, akhirnya menjadi korban. Kisah semacam ini menambah deretan tokoh yang bernasib sama, seperti; Badar
di Andalusia semasa Abdur Rahman al-Dakhil (756-788 M), Abu Abdullah al-Syi'i semasa Khalifah Fatimiah, al-
Mahdi (909-934 M) di Afrika, dan Bairam Khan di pemerintahan Akbar Agung (1556-1605 M), Dinasti Mughal
, India. Mereka setia pada penguasa, tetapi korban politik, karena dicurigai bersaing : Karim, Jurnal Thaqafiyyat,
Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2001, hlm. 135, Imammudin, A Political, hlm. 53-69, dan Karim, Arab, hlm. 425.
66
Ali, Muslim, hlm. 15-16.

19
kalangan tentang kemajuan ekonomi, budaya, lebih-lebih sebagai seorang penguasa yang netral
dan sukses.67 Monggu wafat mendadak, maka saudaranya, Kublai68 Khan naik takhta di
Karakuram (1259M) Pendiri Dinasti Mongol adalah Chengis, sedang penguasa yang sangat baik
dan paling berhasil adalah Kubalai. Era Kublai selama 35 tahun tercatat sebagai The Golden Age
of Mongol. Menurut sejarawan Barat: “Era Kublai adalah era yang paling makmur, kaya-raya,
jaya, dan penuh dengan kebanjiran para ilmuwan, di samping itu Kublai sendiri seorang
ilmuwan, paling mencintai ilmu, dan pemberani di antara para Khan Mongol yang diklilingi oleh
para intlek dan ilmuwan serta ahli dalam berbagai bidang. Para pecinta ilmu baik dari domestik
mauaupun mancanegara berkumpul di Karakuram pada masanya”. 69 Saat Kublai naik tahta,
terjadi konflik antar pangeran dalam tubuh Mongol di istana Karakuram. Saudara kandungnya,
Arikbuka berontak dengan, Hulagu Khan. Pembrontakan itu mudah dibasmi. Cucu Оghtai,
Kaydu menekan kekuasaan Kublai dengan mengusir wakilnya dari Kashgar dan menguasai
Karakuram (1277M). Akan tetapi panglima Kublai, Bayan mengalahkan dan Karakuram kembali
ke pangkuan Kublai.

Kublai memindahkan ibu kota ke Peking, sekaligus Dinasti Mongol diganti namanya
menjadi Dinasti Yuan. Dinasti ini di Peking berusia 100 tahun. Orang-orang Mongol sejak
Chengis sampai Monggu selalu berusaha menaklukan China, yang akhirnya dapat ditaklukan
oleh Kublai dengan kemenangan mutlak. Kemudian seluruh kekuasaan Dinasti Sung (960-1281
M), dianeksasi yang menjadi milik Kublai. Setelah itu, ia menaklukan Korea, Tibet, dan Asam. 70
Tahun 1281 invasi ke Jepang dengan 100.000 tentara, semua gugur kecuali 3 orang kembali ke
Peking dengan susah payah, sedang dua kali ke Jawa (Nusantara) (1291-2)71 gagal pula.72
Wilayah kekuasaanya meluas dari Korea sampai ke Teluk Persia, dan Turkistan sampai
Miyenmar. Periode Kublai negerinya sangat maju dalam segala bidang. Kerukunan umat
beragama juga terlihat. Umat Islam di setiap kota di China mempunyai kampung tersendiri dan

67
Ibid.
68
Spuler, History, hlm. 211: menyebut juga “Qubilai Khan" yang mulai berkuasa sebagai Khan Agung pada tahun
1260 M.
69
Henry Howarth, History of Monggol (London: t. P. 1928), hlm. 252.
70
Asia Selatan, saat ini bernama Bangladesh dan bagian Utara, menjadi miliki India.
71
Ahmed, Maddhyajuger, hlm., 56. 20.000 pasukan Qubilai Khan mencapai Jawa (1292 M) dan menyerbu Kerajaan
Singosari: Spuler History, hlm. 168-169 dan Sumanto al Qurtuby, Arus China-Islam-Jawa (Jogjakarta: INSPEAL
Press, 2003), hlm. 77-78.
72
Kegagalan invasi Kublai ke Jepang menyerupai invasi Muhammad Bin Tughlaq 1325-1351 M di India ke
Qarachil, Tibet dan Timûr ke China (1405 M). Kedua invasi itu gagal dan hampir semua tentara gugur: Ali, History,
hlm. 106 dan Ali, Muslim, hlm. 74.

20
setiap kampung terdapat masjid. Orang-orang muslim sangat dihormati dan diperhitungkan. 73
Marcopolo mengunjungi Peking (1275) dan tinggal bersama sang Khan Agung selama 7 tahun.74

Catatan Marcopolo maupun sejarawan lain:

“Kublai Khan adalah penguasa tunggal hampir di seluruh Asia. Tidak pernah dalam
sejarah tercatat, seorang penguasa manapun yang pernah memiliki seluas wilayah
kekuasaan Kublai. Inilah bukti dan alasan para sejarawan termasuk sejarawan China dan
Marcopolo, menjuluki Kublai sebagai Khan Agung (Kublai, The Great).75

Setelah Kublai, maka sejarah Mongol Khan Agung juga berakhir. Di antara keturunannya, Uljytu
(1294-1307 M), Qyulug (1307-1311 M), Byantu (1311-1220 M), Ghizen (1320-1323 M), dan
Ishun Timûr (1323-1328 M) yang tercatat dalam sejarah. Para pengganti Kublai semuanya
lemah, maka wilayah kekuasaan Kublai yang begitu luas menjadi terbagi dalam lima dinasti
merdeka; Dinasti China, Chaghtai, Golden Hordé, Ilkhan, dan Kerajaan Siberia. Telah disebut,
putra Pertama Chengis, Jochi berhasil menaklukkan lembah sungai Volgha dan Siberia yang
dipimpin putranya, Batu. Dialah yang kemudian merintis Dinasti Kipcak atau dikenal dengan
Golden Horde. Kemudian mereka masuk Islam dan berhasil menaklukan Rusia, Polandia, dan
sekitarnya. Chaghtai, menempati wilayah Transoxiana, sedang anaknya Touly, Hulagu
mendirikan Dinasti Ilkhan di Persia.122 Dari keturunan ketiga anak Chengis tersebut akhirnya
menyumbang dalam kemajuan Islam yang telah dirusak oleh Chengis dan keturunannya.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sejarah Islam di kalangan Mongol, dalam banyak hal berbeda dengan sejarah Islam di
belahan dunia lain. Mongol, sebagai salah satu suku bangsa yang memiliki karakter dan

73
Denison Ross and Elleen Power (ed.), The Broadway Travellers: Ion Battuta Travels in Asia and Africa 1325-354
(London: Routledge & Kegan Paul LTD,1953), hlm., 283.
74
Dunlap, The Travels, hlm. 286.
75
Ibid., hlm. 285-286 dan Ahmed, Maddhyajuger, hlm. 55-56 dan 58.

21
peradaban dengan dunianya, akhirnya mampu menerima dan meyakini akidah islamiah sebagai
pilihan hidup. Lebih jauh pada beberapa periode Islam, ternyata mampu menjadi spirit dan dasar
hukum yang berlaku sebuah institusi kekuasaan. Teramat mengherankan, jika sekelompok suku
bangsa yang keras, akhirnya menerima kahadiran Islam tanpa harus dibarengi dengan konflik
yang berarti. Pada tahapan tertentu, Islam yang ada di Mongol sama dengan Islam yang ada di
India dan Indonesia. Resistensi konflik yang ditimbulkannya dalam ruang budaya, sosial, dan
politik relatif kecil dibandingkan dengan kehadiran Islam di Asia Barat, Afrika Utara, dan
Andalusia.

Kehancuran peradaban Islam (Abbasiah 1258 M) tidak bisa terlepas dari serangan
Mongol, Hulagu Khan yang membumi hanguskan Baghdad (1258 M). Pada level ini, barangkali
Mongol adalah musuh utama bagi Islam kekhalifahan Abbasiah. Tetapi 40 tahun berikutnya,
cicit dari Hulagu, Ghazan membangun kembali peradaban Islam, namun tidak di Asia Barat,
melainkan di Sentral Asia, Persia, dan sekitarnya. Ghazan Khan merupakan bagian dari sejarah
Dinasti Ilkhan, tidak hanya itu peradaban Islam di kalangan Mongol, juga ditorehkan oleh
penguasa-penguasa Mongol yang lain. Mereka tersebar dalam tiga generasi, yaitu masa Dinasti
Caghthai, Golden Hordé, dan Ilkhan. Kemajuan pengetahuan, Arsitektur, ekonomi, sistem
administrasi pemerintahan, dan banyak hal lainnya menjadi sumbangan yang tak ternilai bagi
sejarah peradaban Umat Islam. Namun dari ketiga dinasti Islam di kalangan Mongol ini, masa
İlkhanlah yang paling maju dalam membangun peradaban Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Karim, M. Abdul. Islam di Asia Tengah (Sejarah Dinasti Mongol-Islam). Yogyakarta:


Bagaskara, 2006

22
Ahmed, Ashrafuddin. Maddhyajuger Muslim Itihash (1258-1800M). Dhaka: Cayonika Press,
2003

Lamb, Harold. Genghis Khan; The Conqueror Emporer of All Men. London: Bantam Pathfinder
Edition, 1964

Sykes, P. K. A History of Persia. London: Cambridge University Press, 1921

Karim, M. Abdul “Sultan Mahmud dan Sultan Ghuri” dalam Jurnal Thaqafiyyat Vol 6, no.2 Juli-
Desember 2004

Dunlap, &Grosset. The Travels of Marcopolo. New York: T. Th.H

Hasan, Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Djahdan Humam. Yogyakarta:
Kota Kembang, 1997.

Spuler, Bertold. History of The Mongol, Based on Eastern and Western Accounts of The 13 th-
14th centuries, terj. Helga and Stuart Drummond. London: Routledge and kegan paul,
1972.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press, 2000.

Lissener, Ivar. The Living Past. London: Jonathan Cape, LTD, 1975.

Arnold, Thomas. W. Preaching of Islam; A History of The Propagation of The Muslim Faith.
Lahore: SH. Muhammad Ashraf, 1968.

Mufradi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos, 1997.

Howarth, Henry. History of Mongol. Vol.III. London: t.P. 1888.

23

Anda mungkin juga menyukai