Anda di halaman 1dari 10

Pemikiran Dan Gerakan Ibn Taimiyah

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Gerakan Radikal Islam Dunia

Dosen Pengampu:

Dr. Imam Ibnu Hajar, Dr., S. Ag., M. Ag.

Disusun Oleh :

Abdulloh Shahid (A72219044)

Wahyu Budi utomo (A92219118)

SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Ta’ala


yang telah melimpahkan kenikmatan kepada kita semua, baik berupa nikmat
jasmani maupun rohani sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Pemikiran Dan Gerakan Ibn Taimiyah ” dalam keadaan sehat
wala'fiat. Sholawat salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad shallallhu ‘alaihi wasallam. Dengan disusunnya makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Kawasan Asia Timur dan Tenggara pada
semester Empat, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya, kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
berkontribusi membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa lainnya di
masa yang akan datang, kami juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya akan menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Akhirul kalam, semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Surabaya, 4 April 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada zaman Ibnu Taimiyah ini dibesarkan keadaan umat islam saat itu kondisi umat Islam
terbelenggu dengan paham-paham keagamaan yang junud, penuh dengan berbagai bid’ah
dan khurafat yang ketika itu oleh Ibnu Taimiyyah dinilai sudah keterlaluan. Sehubungan
dengan itu maka, Ibnu Taimiyyah berusaha untuk melakukan pemurnian dan pembaharuan
dalam Islam.
Ibnu Taimiyah adalah penentang keras terhadap setiap bentuk khuraft dan bid’ah atau
inovasi terhadap agama. Dengan sikapnya yang demikian itu dia dimusuhi oleh banyak
kelompok islam, dan kerap kali berlawanan pendapat dengan kebanyakan ulama ahli hukum,
dia sering pula menentang arus, karenanya berkali-kali masuk penjara, bahkan akhirnya
meninggal dalam penjara. Ibnu Taimiayh sering keluar masuk penjara bukan berarti dia
memusuhi penguasa, namun tidak lebih dari pengaduan atau tuntutan dari sekelompok
madzhab tertentu, terutama karena ketajaman kritiknya terhadap kebiasaan memuja para
nabi, para wali, para fanatisme madzhab.

1.2 Rumusan Masalah


2. Bagaimana Biografi Ibn Taimiyah ?
3. Bagaimana Pemikiran Pemurnian islam Ibn Taimiyah?
4. Bagaimana Gerakan pemurnian islam Ibn Taimiyah?
5. Bagaimana Respon masyarakat terhadap pemikiran dan gerakan ibn
Taimiyah ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Biografi Ibn Taimiyah
2. Untuk mengetahui Pemikiran Pemurnian islam Ibn Taimiyah
3. Untuk mengetahui Gerakan pemurnian islam Ibn Taimiyah
4. Untuk mengetahui Respon masyarakat terhadap pemikiran dan gerakan ibn
Taimiyah

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Biografi Ibn Taimiyah
Namanya adalah Ahmad bin Abdil Halim bin Abdissalam bin Abdillah bin Al- Khadr bin
Muhammad bin Al- Khadr bin Ali bin Abdillah bin Taimiyah An- Namiri Al- Harrani Ad-
Dimasyqi Abu Al- Abbas Taqiyuddin Syaikh Al- Islam. Ibnu Taimiyah lahir pada hari Senin
10 Rabi‘ul Awal di Harran tahun 661 Hijriah.2Bertepatan dengan tanggal 22 januari 1263
M,3yaitu daerah yang terletak di tenggara negeri Syam.4 Ibnu Taimiyah lahir dari keluarga
cendikiawan dan ilmuan terkenal. Ayahnya Syihabuddin Abu Ahmad adalah seorang Syeikh,
khotib dan hakim dikotanya. Sedangkan kakeknya, Syeikh Islam Majdudin Abu al- Birkan
adalah Fakih Hambali, Imam, Ahli Hadits, Ahli Tafsir, Ahli Usul, Nahwu dan seorang
huffaz, dan pamannya bernama Fakhruddin yang terkenal sebagai seorang cendikiawan dan
penulis muslim ternama
Ketika umur 7 tahun dia bersama ayahnya pindah ke Damsyik karena melarikan diri dari
serbuan tentara Tartar. Ia tumbuh di lingkungan ilmu fiqh dan ilmu agama. Ayah, kakeknya
dan saudaranya serta sebagian besar pamannya adalah ulama-ulama terkenal. Dalam
lingkungan keluarga ilmiah yang shalih inilah Ibnu Taimiyah tumbuh dan berkembang. Ia
mulai menuntut ilmu dari ayahnya dan ulama- ulama Damsyik. Ia menghafal Al-Qur‘an saat
masih kecil, mempelajari Hadits, fiqh, ushul (aqidah), dan tafsir. Ia sejak kecil dikenal
cerdas, kuat hafalannya, dan cepat menerima ilmu. Kemudian ia memperluas pemahamannya
dengan mempelajari berbagai ilmu, mendalaminya, dan menguasainya sehingga ia memiliki
syarat-syarat untuk menjadi mujtahid. Sejak mudanya ia selalu menjadi imam. Ia dikenal
mempunyai keluasan ilmu, akhlak yang terpuji, dan kepemimpinan sebelum ia mencapai
umur 30 tahun.61
1
1Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf,terj Masturi Irham dan Asma’i Taman,( Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2006), h. 783.
2 Muhammad bin Ali Adhabi’i, Bahaya Mengekor Non Muslim,(Yogyakarta: Media Hidayah, 2003), Cet., 3, h. 17.
Ibnu Taimiyah tumbuh dalam lingkungan keluarga yang berpendidikan tinggi. Ia mulai
belajar agama saa ia masih kecil. Berkat kecerdasan dan kejeniusannya. Ibnu Taimiyah yang
masih berusia muda sudah dapat menghafal al- Qur’an dan telah mampu menamatkan
sejumlah mata pelajaran, seperti tafsir, hadits, fiqih, marematika dan filsafat, serta berhasil
menjadi yang terbaik diantara teman-teman seperguruannya

2.2 Pemikiran pemurnian islam Ibn Taimiyah


Ibnu Taimiyah Ia juga dikenal sebagai seorang pembaharu, dengan pengertian memurnikan
ajaran Islam agar tidak tercampur dengan hal-hal yang berbau bid’ah. Diantara elemen
gerakan reformasinya, adalah : pertama, melakukan reformasi melawan praktek-praktek yang
tidak Islami. Kedua, kembali kearah prioritas fundamental ajaran Islam dan semangat
keagamaan yang murni, sebaliknya mempedebatkan ajaran yang tidak fundamental dan
sekunder. Ketiga, berbuat untuk kebaikan publik melalui intervensi pemerintah dalam
kehidupan ekonomi, mendorong keadilan dan keamanan publik serta menjaga mereka dari
sikap eksploitatif dan mementingkan diri sendiri.
Ibnu Taimiyyah juga menggantikan kedudukan ayahnya sebagai guru besar hadits dan
fiqh Hambali dibeberapa Madrasah terkenal yang ada di Damaskus, mulai dari sinilah karir
Ibnu Taimiyyah dikenal sebagai juru pengubah yang tidak rela menyaksikan kondisi umat
Islam terbelenggu dengan paham-paham keagamaan yang junud, penuh dengan berbagai
bid’ah dan khurafat yang ketika itu oleh Ibnu Taimiyyah dinilai sudah keterlaluan.
Sehubungan dengan itu maka, Ibnu Taimiyyah berusaha untuk melakukan pemurnian dan
pembaharuan dalam Islam.

Ahli-ahli bid’ah dan khufarat merupakan musuh bebuyutan Ibnu Taimiyyah. Dia memerangi
tanpa takut dan gentar, pendiriannya tegas dan kuat memegang prinsip. Ulama-ulama yang
hidup pada zamannya banyak yang berusaha menyainginya, khususny mereka yang
mempunyai kedudukan yang tinggi dan berpengaruh dimasyarakat. Ibnu Taimiyyah
memerangi dengan pena dan kemahiran diplomasinya. Dia yakin bahwa pena lebih mapan
untuk menghancurkan bid’ah dan khufarat yang mereka lakukan dari pada pedang.2

3. Abdul Azim Islahi, Konsepsi Pemikiran Ibnu Taimiyah, (London: The Islamic Fondation, 1998 M), Cet., 1, h. 89.
2
9 Muhammad Amin, Ijtihad Ibnu Taimiyyah Dalam Bidang Fiqh Islam, (Jakarta: INIS,1991),h. 12
2.3 . Gerakan pemurnian islam Ibn Taimiyah

Gerakan pemurnian (tajdid) dilakukan karena terjadinya krisis akidah, kemerosotan moral,
kelemahan politik dan ekonomi, serta jumud dalam pemikiran. Dapat diartikan juga bahwa
kondisi tersebut terjadi karena adanya sikap yang melampaui batas dalam urusan agama yang
tidak sesuai dengan syari‟at Islam.

Salah satu tokoh ulama yang mengusung gerakan pemurnian ini adalah Syekh Ibnu
Taimiyah. Tema utama pemikiran Ibnu Taimiyah ialah gerakan al-ruju ila al-Quran wa as-
Sunnah (kembali pada sumber ajaran Islam, yakni al-Qur‟an dan Sunah). Dengan tekanan pada
pemurnian akidah, gerakan ini sering disebut dengan muhyi atsar al-salaf (menghidupkan
kembali ajaran ulama salaf yang saleh), yakni praktik ajaran Islam sebagaimana yang dilakukan
Rasulullah SAW dan tiga generasi sesudahnya, yakni generasi para sahabat, tabiin, dan tabiut
tabiin.

Gerakan pemurnian yang diusung Ibnu Taimiyah saat itu sejalan dengan pemikiran Imam
Ahmad bin Hanbal, yang menghidupkan ajaran salafiyah tetapi sekaligus membuka pintu ijtihad.
Keras dalam ajaran akidah, tetapi terbuka pada ijtihad. Karena dalam perkembangan berikutnya,
gerakan pemurnian tersebut menjadi bersenyawa dengan spirit ijtihad dan berorientasi pada
bagaimana membangkitkan kembali kemajuan umat Islam dari kemunduran dan kejumudan.
Ibnu Taimiyyah memandang bahwa Islam telah dikotori oleh tasawuf dan tarekat yang sama
sekali tidak berorientasi kepada Sunnah Nabi. Tarekat yang dimaksud mengetengahkan konsep-
konsep wali, wasilah, dan karamah yang mengandung unsur khurafat dan syirik yang salah
satunya adalah seperti kelompok sufi al-Ahmadiayah pada zamannya. Selain itu juga masuknya
pengaruh pemikiran barat seperti kelompok sporadis Majusi, Nasrani, serta filsafat Yunani yang
telah merasuk kedalam dunia Islam yang melakukan tipu daya untuk menhancurkan kaum
Muslim. Ibnu Taimiyyah berusaha menghilangkan itu semua dengan menyerukan “kembali
kepada tauhid”.

Begitu pentingnya aspek pemurnian dan ketahuidan dalam pandangan Ibnu Taimiyah,
maka dalam banyak tulisannya, hampir separo atau bahkan dua pertiga dari jumlah karangannya,
memfokuskan bahasannya tentang ilmu kalam (tauhid). Informasi ini paling tidak memberi
indikasi, bahwa Ibnu Taimiyah dalam usaha pemurniannya, lebih bersifat akademik dan kurang
bersifat praktis.

2.4 Respon masyarakat terhadap pemikiran dan gerakan ibn Taimiyah

Respon masyarakat waktu itu terhadap pemikiran ibnu Taimiyah sangat bermacam mulai dari
yang setuju dan mengaugumi pemikiran ibnu Taimiyah da nada yang memungsuhi dan tidak
suka terhadap pemikiran ibnu Taimiyah. Seorang sejarawan al –dzahabi pernah memberi
komentar tentang ibnu Taimiyah: sesungguhnya ibnu Taimiah merupakan figur pembaca
yang berhasil, ia mahir di bidang imu hadist dan fiqih dalam usia yang relative muda, selain
itu ia juga menguasai ilmu tafsir, ushul fiqih dan hamper seluruh ilmu keislaman.
Kehebtan ibu Taimiyah tidak hanya diakui dari kalangan yang mengaguminya, sebutlah
kelompok yang setuju dengan pemikirannya, ternyata lawan polemiknya juga memberikan
komentar yamg sama Kamal al-Din Ibnu al-zamlakani, seorang penganut madzhab syafi’i,
sengaja menulis bebrapa jilid buku untuk menentang pendapat-pendapat ibnu Taimiyah,
dalam sebuah tulisannya tetap mengakui kehebatan ibnu Taimiyah, ia berkomentar : “jika dia
(ibnu Taimiyah) berbicara tentang suatu ilmu, dia selalu lebih dari yang dibutuhkan, dalam
hal tulis menulis dia begitu indah memilih kata-kata. Paparannya tepat pada sasaran , panadai
menyusun kerangka dari kata-kata

Meskipun demikian, Ibnu Taimiyah tidak selalu mendapat komentar positif, banyak juga
kalangan yang malah menyudutkannya, dan menuduh Ibnu taimiyah tidak pernah berhaji
atau melarang naik haji, padahal beliau sendiri tidak pernah melarang untuk melaksanakan
haji dan beliau senidiri ketika pergi mekkah pada tahun 1292 untuk melaksanakan haji,
bahkan pada tingkat yang paling ekstrem, ibnu Taimiyah dituduh seorang atheis. Ibnu
Taimiyah merupak seorang penentang keras terhadap segala bentuk bid’ah dan khurafat atau
inovasi dalam agama, dengan sikapnya yang demikian itu dia dimusuhi oleh banyak
kelompok islam, dan kerap kali berlawanan pendapat dengan kebanyakan ulama ahli hukum,
dia seirng pula menentang arus, karenanya berkali-kali masuk penjara, bahkan akirnya
meninggal dalam penjara, kalau ibnu Taimiyah sering keluar masuk penjara bukan berarti dia
memusuhi penguasa, namun tidak lebih dari pengaduan dan tuntutan dari sekelompok
madzhab tertentu, terutama karena ketajaman kritiknya terhadap kebiasaan memuja para
nabi, para wali atau fanatisme madzhab.
Kesimpulan

Kondisi umat islam pada masa ibnu Taimiyah, pada umumnya sudah menyimpang dari
ajaran yang murni, aqidah mereka bercampur syirik, ibadah yang dikerjakan mereka berunsur
bid’ah, semangat ijtihad sudah menurun, ruh taklid merajalela dan faham tasawuf besera
tarikat-tarikat telah berbaur dengan tradisi pemikiran diluar islam, kondisi seperti ini
mendorong ibu Taimiyah melakukan pembaaruan dan perbaikan dalam ajaran islam, tetapi
nyatanya dalam melakukan pembaruan ini ibnu taimiyah mendapatkan banyak respo, mulai
dari yang mendukung pemikirannya dan ada juga yang menentang pemikirannya dari
kalangan ulama ilmu hukum, tak jarang juga ibnu Taimiyah keluar masuk penjara bukan
karena memusuhi penguasa saat itu melainkan karena pengaduan dan tuntutan dari
seklompok madzhab tertentu. Berkali-kali ia difitnah orang karena keberaniannya
mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan pendapat orang banyak pada waktu itu,
sehingga berulang-ulang ia ditangkap oleh penguasa dan hidupnya berpindah-pindah dari
satu penjara kepenjara yang lain antara Damaskus dan Kairo pusat pemerintahan pada waktu
itu dan ia tetap mengajar dan menulis meskipun dalam penjara
Daftar pustaka
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/509/1/103274-FRENGKI
%20SWITO-FITK.pdf
Asmuni, Yusran, pengantar studi pemikiran dan pembaharuan dalam dunia islam.
(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada;1998)
http://repository.uin-suska.ac.id/2725/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai