Anda di halaman 1dari 7

Hukum Memakai Susuk Dalam Islam dan

Dalilnya
Susuk menurut Wikipedia adalah sebuah benda asing yang gaib kemudian
diletakkan ke tubuh atau bagian tertentu seseorang. Umumnya, benda tersebut berukuran
kecil. Barang seperti logam, jarum, emas, namun sudah diberi mantra-mantra khusus.
Ads
Maksud dan tujuan penempatan benda tersebut adalah untuk menarik lawan jenis,
penambah daya pikat, penambah daya stamina, atau apapun yang disugestikan orang yang
ingin memakainya. Baca juga tentang Syirik Dalam Islam, Hukum Memakai Jimat Dalam
Islam, dan Ramalan Menurut Islam
Kemudian, susuk biasanya dipasangkan sesuai dengan kehendak pasien. Tempat
paling umum yang biasa pasien minta dipasangkan susuk adalah, mata, pipi, dagu. Biasanya
para pasien tergiur dengan apa yang dihasilkan oleh susuk tersebut. Yaitu tak lain adalah aura
dalam tubuh kita lebih terpancar dan menjadikan pemakainya berbeda dan tampak luar biasa
dari sebelumnya.Susuk menurut Wikipedia adalah sebuah benda asing yang gaib kemudian
diletakkan ke tubuh atau bagian tertentu seseorang. Umumnya, benda tersebut berukuran
kecil. Barang seperti logam, jarum, emas, namun sudah diberi mantra-mantra khusus.
Maksud dan tujuan penempatan benda tersebut adalah untuk menarik lawan jenis, penambah
daya pikat, penambah daya stamina, atau apapun yang disugestikan orang yang ingin
memakainya.
Kemudian, susuk biasanya dipasangkan sesuai dengan kehendak pasien. Tempat paling
umum yang biasa pasien minta dipasangkan susuk adalah, mata, pipi, dagu. Biasanya para
pasien tergiur dengan apa yang dihasilkan oleh susuk tersebut.
Yaitu tak lain adalah aura dalam tubuh kita lebih terpancar dan menjadikan pemakainya
berbeda dan tampak luar biasa dari sebelumnya. Baca juga tentang Hukum Menggugurkan
Kandungan dalam Islam
Hukum Memakai Susuk dalam Islam
Dalam Islam sendiri, susuk sudah terkenal sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Susuk pada
zaman itu disebut dengan ‘At-tiwalah’. Kemudian, sejak zaman itu pula, Rasulullah SAW
menyatakan bahwa memakai susuk termasuk perbuatan syirik. Berikut sabda Rasulullah
SAW terkait dengan pemakaian susuk:
“Sesungguhnya jampi, jimat dan ‘tiwalah‘ adalah kesyirikan.” [HR.Ibnu Majah dan
Ahmad]

Kemudian, dalam Shahih Ibnu Hibban, Sahabat bertanya kepada Ibnu Mas’ud Radhiyallahu
‘Anhu:
“Wahai Abu Abdurrahman, tentang jampi dan jimat kami sudah paham, lalu apa yang
disebut dengan ‘at-tiwalah‘?” Beliau menjawab, “Sesuatu (susuk) yang dibuat dan diklaim
dapat menjadikan suami cinta kepadanya.”
Pernyataan lain datang dari Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, menjelaskan tentang definisi
“Tiwalah” yang dihukumi sebagai perbuatan syirik oleh Nabi, diungkapkan seperti:
“Sesuatu (susuk) yang dipasang pada wanita untuk mendatangkan cinta suaminya dan ini
merupakan bagian dari sihir.”
Dengan pernyataan – pernyataan, Sudah dipaparkan secara jelas dan gamblang, bagaimana
susuk sebenarnya adalah sebuah bentuk perbuatan syirik. Terutama ketiak dimulai saat sang
pemakai mendatangi dukun untuk dipasangkan susuk ke dalam dirinya. Baca juga
tentang Dosa Wanita Yang Paling Dibenci Allah
Perbuatan ini sudah jelas diancam oleh Rasulullah SAW tentang siapa yang mendatangi
dukun, maka ia sudah termasuk sebagai orang yang kufur.
“Barangsiapa mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu membenarkan apa yang dia
katakan, maka sungguh dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan atas Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Hukum Seorang Kyai Memasangkan Susuk
Dewasa ini sudah banyak pula seorang yang mengerti agama atau biasa kita sebut
Kyai/Ustadz pun memasangkan susuk dengan menggunakan ayat-ayat Al-Quran.
Berdasarkan pernyataan Syaikh Bin Baz Rohimahullah, terkait tiwalah sebagian bagian dari
sihir:
“Meskipun yang melakukan (memasang susuk) itu mengaku sebagai muslim yang fanatik,
mereka menulis al Qur’an dan asma Allah, hanya sebagai bentuk pelecehan terhadapnya,
karena mereka menulis seperti caranya orang-orang Yahudi, yakni memisah-misahkan
hurufnya (seperti dalam mujarobat,pen) dengan tinta khusus dan mencampurinya dengan
mantra-mantra jahiliyyah.”

Dengan pernyataan ini, para pemasang susuk apapun derajatnya, diklaim telah melakukan
sihir. Dalam kesempatan lain Rasulullah SAW juga bersabda,
“Man sahara faqad asyraka,” yang artinya, barang siapa melakukan sihir, maka dia telah
musyrik.
Sekalipun Kyai/Ustadz berdalil dengan “Yang Penting Niatnya”, tidak bisa mengubah status
pemasangan susuk itu menjadi halal. Dalam hal ini susuk tetap haram sekalipun berdasarkan
dengan niat baik. Baca juga tentang Hukum Menghina Allah Dalam Hati
Contoh yang sering kita dapati adalah pemasangan susuk kepada perempuan yang berprofesi
pelacur, dengan dalil untuk mencukupi atau menghidupi keluarga yang menjadi
tanggungannya. Atau seorang istri yang memakai susuk agar sang suami tetap menjaga
pandangannya dari lawan jenis yang bukan mahram/muhrimnya.
Ditinjau dari sisi lain, pengaruh susuk tidak hanya berdampak kepada pemakai, namun juga
orang lain yang melihat sang pemakai tersebut. Bisa jadi, setelah pemakai memasang susuk,
yang tertarik bukan hanya mahram/muhrimnya, tetapi juga lawan jenis lain atau mungkin Jin.
Dan apabila sudah terlibat dengan jin, “mahar” yang ditebus menjadi mahal. Baca juga
tentang Penyebab Amal Ibadah Ditolak dalam Islam
Oleh karena itu, jika belum terlanjur atau baru mau memakai, ada baiknya menahan nafsu
tersebut. Karena selain dosanya berkali – kali lipat, susuk lebih banyak mendatangkan
mudharat dibandingkan manfaat.
Tempuhlah segala sesuatunya melalui jalan yang halal, mulai dari lisan hingga perbuatan.
Karena dicintai dengan cara yang Allah Ridhai akan lebih baik seribu kali lipat untuk
kehidupan dunia maupun di akhirat.
Wallahu ‘Alam. Semoga bermanfaat.
Wa ‘Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Bismillah wal hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ba’d:

Susuk adalah logam emas, perak, atau selainnya yang berukuran kecil yang dimasukan ke
balik kulit manusia dengan tujuan mempercantik, memperkuat, kekebalan, dan sebagainya,
yang dengan itu agar manusia tunduk dan tertarik kepadanya.

Asas dari susuk adalah sihir, dan tidak ada khilafiyah para ulama tentang haramnya
mempelajari sihir dan memanfaatkan jasa ahli sihir dan benda-benda yang mengandung sihir
seperti susuk, dari siapa pun dia berasal. Bahkan menurut Mazhab Syafi’i, siapa yang
mengatakan “boleh” mempelajari dan memanfaatkan jasa sihir maka dia kafir. Sebab itu
menghalalkan kesyirikan.

Seorang ustadz tidak akan pernah membolehkan hal ini, kecuali dia adalah dukun yang
mengaku-ngaku ustadz, atau barangkali dia tergelincir dalam masalah ini. Maka, hendaknya
kita harus berhati-hati. Wallahu A’lam

Menggunakan susuk yang merupakan sejenis penangkal (tamiimah) adalah kesyirikan. Dari
Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

‫إن الرقى والتمائم والتولة شرك‬

“Sesungguhnya ruqyah, penangkal, dan pelet, adalah syirik.” (HR. Abu Daud No. 3883,
Ibnu Majah No. 3530, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 19387. Syaikh Al Albani
menyatakan: shahih. Lihat Shahihul Jami’ No. 1632)

Ada pun alasan “demi kebaikan dunia dan akhirat” ini adalah alasan untuk mentalbis dan
membuat syubhat masalah yang sudah jelas haramnya. Dalam fiqih ada kaidah bahwa tujuan
yang baik tidak bisa menghalalkan yang haram.

Kaidahnya:

‫الغاية ال تبرر الوسيلة إال بدليل‬

“Tujuan (yang baik) tidaklah membuat boleh sarana (yang haram) kecuali dengan adanya
dalil.” (Syaikh Walid bin Rasyid bin Abdul Aziz bin Su’aidan, Tadzkir Al Fuhul bitarjihat
Masail Al Ushul, Hal. 3. Lihat juga Talqih Al Ifham Al ‘Aliyah, 3/23)

Tujuan dan niat yang mulia tidak boleh dijalankan dengan sarana yang haram, dan sarana
haram itu tetap haram walau dipakai untuk niat dan tujuan yang baik.

Dalilnya:

َ‫اط ِل َوت َ ْكتُ ُموا ْال َح َّق َوأَ ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬
ِ َ‫سوا ْال َح َّق ِب ْالب‬
ُ ‫َوال ت َْل ِب‬

“Dan janganlah kamu mencampurkan antara haq dan batil, dan kamu menyembunyikan yang
hak itu padahal kamu tahu.” (QS. Al Baqarah (2): 42)
Pemakai susuk biasanya akan ketergantungan dengan susuk tersebut, dia akan merasa pe-de
(percaya diri) jika susuk itu ada dalam dirinya, jika lepas maka dia akan mencari-carinya,
maka ini jelas merupakan bentuk ketergantungan kepada benda-benda yang sebenarnya sama
sekali tidak membawa manfaat dan mudharat. Maka, jauhilah susuk dan tetaplah melindungi
diri dengan ayat-ayat Al Quran dan doa-doa ma’tsur, bukan dengan benda-benda.

Wallahu A’lam.

Redaktur: Ardne

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/01/22/27100/bolehkah-menggunakan-susuk-dari-
ustadz-atau-kiai/#ixzz5daQGrAHk
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Pernah mendengar istilah Guna-Guna, Pelet, Susuk, dan semisalnya? Ya, istilah tersebut
sangat familiar di jagat perdukunan Indonesia.

Banyak sekali varian istilah yang biasa dipakai oleh seorang dukun. Istilah itu dipakai sesuai
dengan jenis dagangan perdukungan serta fungsi tujuan masing-masing.

Salah satu dagangan sihir perdukunan adalah sihir yang berfungsi untuk memikat hati lawan
jenis. Sihir satu ini biasanya banyak dicari oleh para bujangan yang belum juga menemukan
cinta kasihnya.

Atau juga seorang istri yang hubungan cinta dengan suaminya sedang bermasalah. Dalam
syariat Islam, jenis sihir ini disebut dengan istilah Tiwalah.

KURANG SABAR

Setiap pasangan suami-istri tentu selalu mendambakan kehidupan cinta yang harmonis.
Namun demikian, selalu saja muncul masalah antara keduanya yang berujung pada
pertengkaran.

Dan akhirnya itu membuat cinta suami-istri menjadi renggang berjurang. Usaha untuk
mengembalikan cinta pun mulai ditempuh.

Sebenarnya, syariat Islam telah menghadirkan berbagai macam solusi terbaik atas masalah
yang menimpa manusia. Namun, terkadang manusia kurang sabar dalam menghadapi sebuah
masalah.

Akhirnya jalan alternatif ditempuh. Tak menghiraukan masalah halal-haram, boleh dan tidak.
Yang penting suami bisa kembali mencitai sang istri dengan cinta sepenuh hati. Perdukunan
pun akhirnya beraksi.

TIWALAH ADALAH SYIRIK

Tiwalah, jenis sihir yang digunakan oleh seorang istri agar suaminnya tetap mencintainya
sepenuh hati. (‘Aunul Ma’bud, 10/367, Sihir dan Cara Pengobatannya secara Islami, 87)

Apapun bentuknya, tiwalah tetap saja hukumnya haram. Sebab itu termasuk salah satu jenis
kesyirikan yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

‫الرقَى َوالتَّ َمائِ َم َوالتِ َولَةَ ِش ْرك‬


ُّ ‫إِ َّن‬

“Sesungguhnya mantera, jimat dan tiwalah adalah kesyirikan.” (HR. Ibnu Majah dan
Ahmad)

CARA KERJA TIWALAH

Seorang istri yang datang ke dukun untuk meminta guna-guna/pelet/tiwalah, biasanya dukun
itu meminta salah satu bekas pakaian suaminya (sapu tangan, peci, atau kain) yang
mengandung bau keringat suaminya.
Kemudian diambil beberapa benangnya lalu ditiup. sebagian benang itu dijadikan buhul sihir
pada suaminya. Kemudian dukun memerintahkan agar benang-benang ditanam di tempat
yang jauh, ditaruh dalam air, atau makanan.

Sihir yang paling dahsyat ialah yang dibuat dalam benda najis terutama darah
haid. Kemudian diperintahkan agar diletakkan di makanan, minuman, atau wewangian
suaminya.

Ada pula yang menggunakan cara pasang susuk, berbentuk jarum emas, intan atau lainnya
yang telah dibacakan mantera untuk dimasukkan ke dalam tubuh. (Dukun Hitam Dukun
Putih, 124)

Efek yang ditimbulkan dari sihir Tiwalah ini antara lain munculnya asmara cinta yang
melebihi batas wajar pada diri suami. Muncul hasrat yang besar untuk melakukan hubungan
suami-istri sesering mungkin. Menuruti segala permintaan istri tanpa pertimbangan apapun,
dan efek lain semisalnya.

Terkadang pula terjadi kegagalan sihir pada diri suami. Akibatnya suami jatuh sakit. Atau
bahkan suami justeru berbalik menjadi sangat benci kepada istrinya.

SOLUSI JIKA TERKENA SIHIR TIWALAH

Seorang suami yang terkena Tiwalah dapat diatasi dengan metode ruqyah syar’i. yaitu
dengan membacakan ayat-ayat al-Qur’an pada dirinya.

Syaikh Wahid Abdus Salam Bali di dalam bukunya “As-Sharimul Batar fi at-Tashaddi lis
Saharati wal Asyrar” menjelaskan sebuah metode di dalam meruqyah orang yang terkena
sihir Tiwalah sebagai berikut:

Membacakan ayat kepada yang diruqyah

Pertama dengan membacakan beberapa surat dan ayat al-Qur’an pada korban tiwalah. Surat
tersebut adalah al-Fatihah dari ayat pertama hingga akhir. Lalu Surat al-Baqarah ayat 1-
5. Kemudian surat at-Taghabun ayat 14-16.

Biasanya orang yang terkena sihir ini tidak akan kesurupan tetapi hanya merasa ngilu di
ujung jemarinya. Ditambah pusing kepala, sesak dada, atau sakit berat di lambung. Bahkan
mungkin akan muntah jika telah meminum sihir yang berbentuk air.

Jika merasakan sakit di lambung dan ingin muntah maka bacakanlah ayat-ayat di bawah ini di
air dan perintahkan agar meminum sebagiannya di hadapan anda.

Ayat-ayat tersebut adalah, Surat Yunus ayat 81-82, Surat al-A’raf ayat 117-122, dan surat
Thaha ayat 69.

Ikhtiyar dengan metode ruqyah Syar’i ini sebisa mungkin diakukan tanpa sepengetahuan istri,
agar istri tidak mengadukan kepada dukun tempat dia meminta sihir tiwalah.

Jika memuntahkan sesuatu berwarna kuning, merah, atau hitam maka insya Allah berarti
telah hilang sihirnya. Segala puji bagi Allah.
Jika tidak, maka perintahkan dia agar meminum air tersebut selama tiga minggu atau lebih
sampai hilang sihirnya.

Setelah masalah sihir selesai, hendaknya sang suami menasehati istrinya agar bertaubat
kepada Allah.

Menjelaskan kepada istrinya bahwa meminta bantuan dengan perdukunan itu adalah haram
dan termasuk perbuatan syirik yang bisa mengeluarkan dirinya dari Islam. (Syaikh Wahid
Abdus Salam Bali, As-Sharimul Batar fi at-Tashaddi lis Saharati wal Asyrar). Wallahu
a’lam. [Shodiq/dakwah.id]

Anda mungkin juga menyukai