Abstract
"Thus this Book was handed down, indeed the Qur'an was derived on seven letters, so read the easy
one from it." (History of al-Bukhārī and Muslims). In this discussion, the author explains the brief
history and development of Qiraat science which aims to provide an overview of the stages of
development of Qiraat science which began with the descent of the Qur'an and there were disputes
in reading it, especially when the Messenger of Allah went to Medina and found many different
lahjahs and dialects so that in some histories of these hadiths about ahrufussab'a, The Prophet
explained to Allah why he made the request regarding the difference in the reading of the Qur'an,
namely that his people consisted of different walks of life and various ages. Some cannot read and
write, some are old and some are young, they are all readers of the Qur'an. They will be in trouble
if they are required to read the Qur'an with only one reading option. The Qur'an should be spread
to people all over the world. Therefore, Allah derived the Qur'an with many variations of the reading
commonly known as al-qirā'āt as-sab'.
Abstrak
“Demikianlah Kitab ini diturunkan, sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh huruf, maka
bacalah yang mudah darinya.” (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim). Bahasan kali ini penulis
menjelaskan terkait sejarah singkat dan perkembangan ilmu Qiraat yang bertujuan untuk
memberikan gambaran tahapan perkembangan ilmu Qiraat yang bermula dari turunnya Al-Qur’an
dan terdapat perselisihan dalam membacanya terutama saat Rasulullah ke Madinah dan mendapati
banyak lahjah dan dialek yang berbeda sehingga dalam beberapa riwayat hadits-hadits tentang
ahrufussab'a ini, Nabi menjelaskan kepada Allah alasan mengapa ia melakukan permintaan terkait
perbedaan bacaan Al-Qur'an, yaitu bahwa umatnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dan
beragam umur. Ada yang tidak bisa membaca dan menulis, ada yang sudah tua dan ada yang masih
muda, mereka semua adalah pembaca Al-Qur'an. Jika mereka diharuskan untuk membaca Al-Qur'an
dengan hanya satu pilihan bacaan saja, mereka akan berada dalam kesulitan. Al-Qur'an harus
disebarkan kepada orang-orang di seluruh dunia. Oleh karena itu, Allah kemudian menurunkan Al-
Qur'an dengan banyak variasi bacaan yang biasa dikenal sebagai al-qirā'āt as-sab'.
2 Metode Penelitian
A. Jenis Penulisan
Penulisan artikel ilmiah ini bersifat deskriptif analisis. Metode analisis deskriptif
adalah metode pemecahan masalah atau metode kerja dimana situasi atau keadaan
suatu objek masalah dideskripsikan, dijelaskan dan dianalisis dari sudut pandang
penulis, berdasarkan hasil penelitian studi literatur (telaah pustaka).
B. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder.
Data sekunder dapat diperoleh dari perpustakaan yang dikumpulkan seperti jurnal,
dokumentasi, data dari lembaga penelitian dan data dari instansi terkait.
C. Teknik Pengumpulan
Data Teknik pengumpulan data melalui studi literatur, studi literatur yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan data mengenai sejarah kemunculan dan perkembangan
ilmu Qiroat.
4 Kesimpulan
Setelah mengetahui sejarah dan perkembangan ilmu qiraah, maka selaku
muslim yang dimana Al-Qur'an adalah pedoman hidup maka tidak ada alasan bagi
kita untuk tidak dapat mempelajari dan memahaminya, jika dilihat dari perjuangan
Rasulullah dan para sahabatanya untuk dapat menyampaikan wahyu dari Allah
SWT kepada seluruh umat rahmatan lil alamiin. Adapun hikmah mengetahui dan
mempelajari ilmu qiraah diantaranya yaitu:
1. Bukti nyata kehati-hatian Al-Qur'an terhadap perubahan dan
penyimpangan, meskipun memiliki banyak qiroah, namun tetap
terpelihara.
2. Memudahkan bagi seluruh umat manusia untuk dapat membaca dan
memahami Al-Qur'an.
3. Membuktikan mukjizat Al-Quran karena dalam qiroat yang berbeda
ternyata juga dapat memunculkan istinbat hukum yang berbeda. Contoh
dari masalah ini adalah susunan kata: "wa arjulakum" dalam surat Al-
Maidah ayat 6, yang juga bisa dibaca sebagai "wa arjulikum" dalam qiroah
lainnya. Jadi yang pertama menunjukkan aturan bahwa kedua kaki dicuci
dengan mencuci. Lain menunjukkan aturan menggosok kedua kaki (al-
mash) dengan khuf atau sejenis sepatu.
4. Satu qiroat dapat membantu menjelaskan/menafsirkan qiroat lain yang
maknanya masih belum jelas. Contoh soal ini: Dalam surat ke-9 ayat
Jum'at, yang diucapkan "Fas'au", kata aslinya berarti berjalan cepat, tetapi
kemudian dijelaskan oleh qiroat lain: "famdhou", yang berarti pergi,
jangan lari.
Meskipun memiliki qiraat yang berbeda namun tetap bisa menjadi pedoman
hidup bagi kita semua dan membuat kita yakin bahwa tidak ada keraguan di
dalamnya.
Daftar Pustaka