NU)
20.
21.
dll.
Ahmad Khotib Sambas Kalimantan, Karangannya : Kitab Fathul Arifin, dll.
23.
Muhammad Annawawi Banten, Karangannya : Syarah Safinatunnaja, Sarah
Sulamutaufiq, dll. Yang Mayoritas Ulama Di Indonesia memakai Karangan Syeikh
Nawawi Albantaniy sebagai Kitab Rujukan.
24.
Syech Mahfudz At-Termasi (mursyid Hadist Budhori matan ke-23),
muridnya al :
Syech Arsyad Al-Banjari - Banjarmasin
Syaikhona Kholil - Bangkalan Madura
Abdul Shomad Al-Palembangi - Palembang
25.
Hasyim AsyAri (Pendiri NU)
Sejumlah murid yang berhasil dicetak menjadi ulama besar oleh Syaikhona Kholil
bangkalan adalah, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari (Tebu Ireng Jombang), KH
Wahab Hasbullah (Tambak Beras Jombang), KH Bisri Syansuri (Denanyar Jombang),
KH Asad Syamsul Arifin (Sukorejo Situbondo), Kiai Cholil Harun (Rembang), Kiai
Ahmad Shiddiq (Jember), Kiai Hasan (Genggong Probolinggo), Kiai Zaini Munim
(Paiton Probolinggo), Kiai Abi Sujak (Sumenep), Kiai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kiai
Usymuni (Sumenep), Kiai Abdul Karim (Lirboyo Kediri), Kiai Munawir (Krapyak
Yogyakarta), Kiai Romli Tamim (Rejoso Jombang), Kiai Abdul Majid (Bata-Bata
Pamekasan). Dari sekian santri Syaikhona Kholil pada umumnya menjadi pengasuh
pesantren dan tokoh NU seperti Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari dan Kiai Wahab
Hasbullah. Bahkan Presiden pertama RI Soekarno, juga pernah berguru pada
Syaikhona Kholil Bangkalan
Selain berhasil mencetak para santri-santrinya menjadi kiai, Syaikhona Kholil bangkalan
adalah salah satu kiai yang menjadi penentu berdirinya organisasi terbesar di
Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama yang disingkat (NU). Dalam proses pendiriannya para
kiai NU tidak sembarangan mendirikan sebuah organisasi, dalam jangka dua tahun Kiai
Hasyim Asyari melakukan shalatistikharah (minta petunjuk kepada Allah), untuk
mendirikan sebuah organisasi yang mewadahi para pengikut ajaranahlussunnah wal
jamaah. Meskipun yang melakukan istkharah adalah Hadratus Syaikh KH Hasyim
Asari, akan tetapi petunjuk (isyarah) tersebut tidak jatuh ke tangan Kiai Hasyim Asyari,
melainkan
isyarah
tersebut
melalui
Syaikhona
Kholil
Bangkalan.
Munculnya isyarah sebuah tongkat dan tasbih yang akan diberikan kepada Hadratus
Syaikh KH Hasyim Asyari melalui perantara Kiai Asad Syamsul Arifin, yang merupakan
tanda akan berdirinya sebuah organisasi besar yakni jamiyah Nahdlatul Ulama (NU).
Para ulama pendiri NU jelas bukan sembarang ulama. Mereka orang-orang khos yang
memiliki kualitas keimanan yang luar biasa di zamannya. Salah satu pendiri jamiyyah
Nahdlatul Ulama, KH Abdul Wahab Hasbullah, selain pendirian NU kepada kepada KH
Hasyim Asyari, beliau meminta persetujuan waliyullah tanah Jawa. Yaitu Kanjeng
Sunan Ampel.
Mari berflashback awal mulanya berdirinya Nahdlatul Ulama
22.
Rapat pembentukan NU diadakan di kediaman Kiai Wahab dan dipimpin oleh Kiai
Hasyim. September 1926 diadakanlah muktamar NU yg untuk pertama kalinya yg diikuti
oleh beberapa tokoh. Muktamar kedua 1927 dihadiri oleh 36 cabang. Kaum muslim
reformis dan modernis berlawanan dgn praktik keagamaan kaum tradisional yg kental
dgn budaya lokal. Kaum puritan yg lebih ketat di antara mereka mengerahkan segala
daya dan upaya utk memberantas praktik ibadah yang dicampur dgn kebudayaan lokal
atau yg lbh dikenal dgn praktik ibadah yg bidah. Kaum reformis mempertanyakan
relevansinya bertaklid kepada kitab-kitab fiqh klasik salah satu mazhab. Kaum reformis
menolak taklid dan menganjurkan kembali kepada sumber yg aslinya yaitu Alquran dan
hadis yaitu dgn ijtihad para ulama yg memenuhi syarat dan sesuai dgn perkembangan
zaman. Kaum reformis juga menolak konsep-konsep akidah dan tasawuf tradisional yg
dalam formatnya dipengaruhi oleh filsafat Yunani pemikiran agama dan kepercayaan
lainnya. Bagi banyak kalangan ulama tradisional kritikan dan serangan dari kaum
reformis itu tampaknya dipandang sebagai serangan terhadap inti ajaran Islam.
Pembelaan kalangan ulama tradisional terhadap tradisi-tradisi menjadi semakin ketat
sebagai sebuah ciri kepribadia.
Mazhab Imam Syafii merupakan inti dari tradisionalisme ini . Ulama tradisional memilih
salah satu mazhab dan mewajibkan kepada pengikutnya krn di zaman sekarang ini
tidak ada orang yg mampu menerjemahkan dan menafsirkan ajaran-ajaran yg
terkandung di dalam Alquran dan sunah secara menyeluruh.
Nah, inilah kenapa kita harus bermazhab salah satu dari mahzab 4.
Sejak abad dua belas Hijriah yang lalu, dunia Islam dibuat heboh oleh lahirnya gerakan
baru yang lahir di Najd. Gerakan ini dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahhab alNajdi dan populer dengan gerakan Wahabi. Dalam bahasa para ulama gerakan ini
juga dikenal dengan nama fitnah al-wahhabiyah, karena dimana ada orang-orang yang
menjadi pengikut gerakan ini, maka di situ akan terjadi fitnah.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa aliran Wahabi berupaya keras untuk
menyebarkan ideologi mereka ke seluruh dunia dengan menggunakan segala macam
cara. Di antaranya dengan mentahrif kitab-kitab ulama terdahulu yang tidak
menguntungkan bagi ajaran Wahhabi. Hal ini mereka lakukan juga tidak lepas dari
tradisi pendahulu mereka, kaum Mujassimah yang memang lihai dalam men-tahrif kitab.
sahabatku semua yang dirahmati Allah, NU ADALAH SALAH SATU BENTENG
AHLISUNNAH WALJAMAAH DI INDONESIA
Adapun Ahlussunnah Wal-Jamaah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits dan
ahli fiqih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi SAW
dan sunnah Khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (alfirqah al-najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini
terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu pengikut Madzhab al-Hanafi, al-Syafii, alMaliki dan al-Hanbali. Sedangkan orang-orang yang keluar dari madzhab empat
tersebut pada masa sekarang adalah termasuk ahli bidah.
Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa Ahlussunnah Wal-Jamaah bukanlah aliran baru
yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran Islam
yang hakiki. Tetapi Ahlussunnah Wal-Jamaah adalah Islam yang murni sebagaimana
yang diajarkan oleh Nabi saw dan sesuai dengan apa yang telah digariskan serta
diamalkan oleh para sahabatnya. Kaitannya dengan pengamalan tiga sendi utama
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, golongan Ahlussunnah Wal-Jamaah
mengikuti rumusan yang telah digariskan oleh ulama salaf.
1.
Dalam bidang aqidah atau tauhid tercerminkan dalam rumusan yang digagas
oleh Imam al-Asyari dan Imam al-Maturidi.
2.
Dalam masalah amaliyah badaniyah terwujudkan dengan mengikuti madzhab
empat, yakni Madzhab al-Hanafi, Madzhab al-Maliki, Madzhab al-Syafi`i, dan Madzhab
al-Hanbali.
3.
Bidang tashawwuf mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi (w. 297 H/910 M) dan
Imam al-Ghazali.
Jika sekarang banyak kelompok yang mengaku sebagai penganut Ahlussunnah WalJamaah maka mereka harus membuktikannya dalam praktik keseharian bahwa ia
benar-benar telah mengamalkan Sunnah Rasul dan Sahabatnya.
Pesan untuk para simpatisan, pengikut, bahkan dai salafi/wahabi ; mohon luangkan
waktu sebentar, renungkan barang sejenak. Bahwa hati yang paling Allah kasihi ialah
hati yang paling lembut terhadap saudaranya, paling bersih dalam keyakinannya dan
paling baik dalam agamanya. InsyaAllah, jika hati tak sekeras batu, dada akan terasa
lapang, pikiran pun tidak beku dan buntu. Semoga kita semua mendapat hidayah serta
inayah dari Allah Subhanahu Wataala.
Akeh kang apal Quran Hadise
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke
Yen isih kotor ati akale
Banyak yang hafal Quran dan Hadist, suka mengkafirkan orang lain, kafirnya sendiri
tidak diperhatikan, (gara-gara) masih kotor hati dan akalnya.
semoga Allah swt meluhurkan setiap nafas kita dg cahaya istiqamah, dan selalu
dibimbing untuk mudah mencapai tangga tangga keluhuran istiqamah, dan wafat dalam
keadaan istiqamah, dan berkumpul dihari kiamat bersama ahlul istiqamah
Semoga Allah SWT menggantikan segala musibah kita dg anugerah, wahai Allah
sungguh firman Mu adalah sumpah Mu yg Kau sampaikan pada kami,
bahwa : SUNGGUH BERSAMA KESULITAN ADALAH KEMUDAHAN, DAN SUNGGUH
BERSAMA KESULITAN AKAN DATANG KEMUDAHAN (Al Insyirah 6-7)
Disari dari beberapa sumber.
semoga bermanfa'at, Amiin
Diposkan oleh sang salik
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Artikel Islam, Fiqih, Islami
5 komentar:
1.
riswanto anto4 Maret 2014 21.13
yang
sudah
terima kasih
di
buat
gambar
ada
gak
Balas
2.
erfan maulana21 November 2014 10.45
Sedikit ralat gan, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari ga sejaman dengan
syekh mahfuz attarmisi karena syekh arsyad satu angkatan dengan syekh
abdussamad al falimbani sewaktu berguru kepada syekh muhammad bin abdul
karim assaman al madani bahkan salah satu anak syekh muhammad arsyad al
banjari yaitu syekh syihabuddin al banjari merupakan guru dari syekh nawawi al
bantani hal ini dapat dilihat dari sanad tarekat sammaniyah yg dipimpin syekh
muhammad zaini al banjari (guru sekumpul martapura), guru sekumpul
mengambil dari KH. M. Syarwani Abdan Bangil (Ponpes Datuk Kalampayan
Bangil) dari Syekh Ali bin Abdullah Al Banjari dari Syekh Zainuddin Assumbawi
dari Syekh Nawawi bin Umar Al Bantani dari Syekh Syihabuddin Al Banjari dari
ayahnya Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dari pendiri tarekat sammaniyah
Syekh Muhammad bin Abdul karim assaman al madani al hasani
Balas
3.
erfan maulana21 November 2014 11.01
Yang kedua. Syekh Mahfuz attarmisi lahir pada tahun 1285 H sedangkan syekh
muhammad arsyad al banjari wafat pada tahun 1222 H jd ada tenggat waktu 63
tahun antara kelahiran syekh mahfuz dengan wafatnya syekh muhammad
arsyad al banjari
Balas
4.
ahmad hadid27 Januari 2015 12.56
klw pengen lebih jelas lagi lihat aja akte kelahiran dari kedua ulama tersebut bro
Balas
5.
Anonim22 Mei 2015 16.34
dan
kurang
saya
mohon
maaf.
INNII
LIMAA
ANZALTA
ILAYYA
MIN
KHAIRIN
FAQIIR.
yaa
Allaah
yaa
rabbal
aalamiin.