SKRIPSI
Disusun Oleh :
Egi Zulhansah
NIM :1111022000002
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat rahmat, hidayah dan taufiknya sehingga penulis bisa
menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan syarat untuk meraih gelar
sarjana dalam bidang Sejarah dan Peradaban Islam (SPI). Walaupun dalam prosesnya
penulis menyadari banyak kendala yang dihadapi. Tapi, atas idzin Allah SWT, penulis
mampu menyelesaikannya dengan penuh rasa syukur mendalam.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW sebagai
Nabi akhir zaman, yang telah mengajak kita pada jalan kebenaran, sehingga terhindar
dari kesesatan, Nabi yang telah mengangkat kita dari kejahiliyahan hingga kita
mengenal ajaran Islam yang senantiasa dipegang teguh oleh Nabi dan para sahabat,
dan tabi’in.
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari
Skipsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan serta motivasi semua
pihak yang telah membantu penulis. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terimakasih yang tak terhingga kepada segenap pihak yang telah menbantu. Semoga
Allah SWT membalas kebaikan mereka :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.
3. Nurhasan MA,g, Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Solikhadus Sa’diyah, M.Pd. selaku sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban
Islam yang telah dengan sabar mengurusi semua administrasi yang penulis
butuhkan
5. Dr. Hj Tati Hartimah, MA, dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya
dengan penuh kesabaran untuk membimbing penulis dari awal sampai akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Segenap jajaran dosen dan karyawan Fakultas Adab dan Humaniora, yang telah
menyediakan dan memenuhi keperluan mahasiswa.
7. Ibunda ku tercinta Ema Sunenti dan Bapak H. Gaya Sutardi tercinta, yang selalu
mendo’akan dan mendidik serta kasih sayangnya yang tidak terbatas untuk
ii
kesuksesan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga mereka selalu dalam lindungan
Allah SWT dan semoga amal-amal baik almarhum diterima Allah SWT.
8. Kakak tercinta, Ega Gushandi dan adikku tercinta Mahesa Nugraha yang selalu
mendo’akan dan tidak pernah lelah memberikan nasehat kepada saya demi
kesuksesan menuntut ilmu. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
9. Kepada sahabat-sahabat Angga, Saiful, Maulana, Indri, Yuli Susanti, dan Kawan-
Kawan SKI Taqiyudi, Ilham S.Hum, Mulyadin S.Hum, Ahmad Fauzi, Mitra
Zalman , Yudha, Humaedi dan semuanya yang tidak dapat saya sebut satu persatu
namanya, terimakasih atas dukungan dan motivasinya.
10. Teman-teman KKN Saya Hayatih Hidayah, Dewi Aria Sandi, Mustofa, Faisal
Ramdan Mulyadi, Agus Supratman, dan teman KKN Semua yang tidak saya
sebutkan satu persatu
Terakhir penulis ucapkan terimakasih, semoga segala motivasi, dukungan dan
bantuan terhadap penulis mendapat balasan yang berlimpah dan ridha Allah SWT.
Amin Ya rabbal Alamin
Egi Zulhansah
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 7
D. Sistematika Pendahuluan ................................................................... 7
E. Metode Penelitian .............................................................................. 8
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan……………………………………………….11
BAB II Biografi Habib Ahmad Bin Hasan Vad’aq
A. Gambaran Umum Kehidupan Islam di Kota Bekasi ………………12
B. Latar Belakang Keluarga……………………………………………16
C. Latar Belakang Pendidikan…………………………………………18
D. Amal Usaha Habib Ahmad ................................................................ 18
BAB III Profil Pondok Pesantren Al-Khairaat Bekasi
A. Sejarah Berdirinnya Pesantren Al-Khairaat ....................................... 21
B. Sistem Pembelajaran di Pesantren Al-Khairaat……...………….…..22
C. Karakteristik Pondok Pesantren Al-Khairaat…………………….....29
BAB IV Peran Habib Ahmad di Pondok Pesantren Al-Khairaat Bekasi
(1987-2009)
A. Peran Habib Ahmad di Pondok Pesantren Al-Khairaat………….....33
B. Aktivitas Belajar Mengajar di Pesantren…………………………....35
1.Unit-Unit Lembaga non Formal........………………………….......37
C. Pola Hidup Santri Di Pondok Pesantren Al-Khairaat………..……...42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ ..47
B. Saran……..……………………………………………………………48
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….49
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..51
iv
BAB I
PENDAHULUAN
3
DR Affandi Mochtar, Membedah Diskursus Pendidikan Islam, hal. 78-79.
4
Salafi/Salafiyah suatau metode dalam ajaran agama Islam yang mengajarkan syariat
Islam murni, merujuk kepada generasi pertama Islam yaitu, Nabi Muhammad, sahabat dan
setelahnya. Salafiyah juga di sebut sebagai Salafisme, suatu pemahaman yang mengacu kepada
Ibnu Thaimiyah.
4
5
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hal. 60.
5
6 Manfred Ziemek, Pesantren Dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986), hal.184.
6
Dari uraian latar belakang di atas penulis akan merumuskan yang menjadi
permasalah dalam kajian skripsi ini menjadi dua pertanyaan:
1. Bagaimana sejarah berdiri dan Perkembangan pesantren Al-Khairaat?
2. Bagaimana peran Habib Ahmad Bin Hasan Van‟aq dalam perkembangan
pesantren?
Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis akan membatasi kajian ini
pada “Sejarah perkembangan pesantren dan peran habib dalam perkembangan
pesantren”.
D. Sistematika Pendahuluan
Clifford Geertz dalam karyanya menyebutkan, pondok adalah sekolah
tradisional yang disebut Pesantren. Umumnya yang menjadi ciri-cirinya
pondok terdiri dari seorang guru-pemimpin yang disebut Kyai dan terdiri dari
murid-murid yang disebut Santri. Para santri biasanya tinggal disebuah asrama
atau pondok yang disediakan oleh Kyai, mereka memasak dan mencuci baju
7
sendiri. Bangunan pondok terdiri dari masjid, rumah Kyai dan sederetan asrama
yang disediakan untuk para Santri.8
Sistem belajar mengajar di pondok pesantren juga dijelaskan oleh Geertz,
kegiatan belajar mengajar diadakan di masjid. Kyai membacakan kitab-kita
keagamaan bab demi bab, para santri menyimak baris demi baris.9 Sistem
pondok tidak diatur seketat mungkin, untuk para santri yang pemahaman
belajarnya sudah memadai ada yang memilih untuk menetap mengadikan ilmu,
tetapi ada yang hijrah ketempat lain atau kembali ke kampung halamannya
mereka tinggal. Untuk mereka yang hijrah dan kembali ke kampung sendiri
merepukan peng-aplikasian ilmu yang didapat dari pondok pesantren yang
telah ditimbanya.
Uraian Geertz sebagai pemaparan hingga jaman sekarang, bahwa tradisi
pesantren akan terus mengalami perkembangan ke wilayah-wilayah oleh sebab
Santri. Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan dalam masyarkat
memberikan kontribusi penting untuk keberlangsungan generasi muda Islam.
Dalam pendekatan sosiologis yang mengkaji hubungan sosial antar individu
yang satu dengan yang lain atau dengan kelompok, peran intitusi sangat
berpengaruh terhadap perkembangan suatu komunitas.10
Dalam buku Hasbullah yang menjadi tujuan terbentuknya pesantren ada dua
pokok:
1. Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian
Islam yang dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubaligh Islam dalam
masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
2. Mendidik santri untuk mengembangkan agamanya supaya santri bisa
memberikan wadah bagi setiap muslim di Indonesia untuk generasi muda yang
beragama Muslim.
8
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyai Dalam Masyarkat Jawa, (Mojokuto: Pustaka
Jaya, 1983), hal. 242.
9
Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyai Dalam Masyarkat Jawa, (Mojokuto: Pustaka
Jaya, 1983), hal. 242.
10
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, (Jakarta:
Gramedia, 1993), hal. 4.
8
E. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode sejarah, yaitu mengkonstruksi masa lalu
dari objek yang diteliti. Langkah awal adalah mencari sumber dan
mengumpulkan untuk dianalisa dan dijadikan sebagai tulisan sejarah. Untuk
memperoleh data yang otentik maka penulis menggunakan penelitian lapangan
dan teknik kepustakaan (Library Research) dengan metode :
Heuristik, pencarian sumber data, pertama tentu saja yang dicari adalah
sumber primer, ditambah dengan data sekunder yang ada di perpustakaan UIN
Jakarta dan perpustakaan lainnya yang berkaitan dengan AL–Khoirot.
Hasil penelusuran, penulis yang diperoleh sumber tertulis. Sumber-sumber
tersebut berkaitan dengan masalah yang diteliti baik berupa buku, dokumen,
biografi yang berhubungan dengan masalah ini. Data diperoleh melalaui
wawancara dengan pihak pesantren dan dari perpustakaan utama UIN Syarif
Hidayatullah, perpustakaan Pasca Sarjana, perpustakaan Fakultas Adab dan
Humainora, dan perpustakaan lain di daerah Ciputat. Sumber-sumber data
tersebut terdiri dari data wawancara dan kepustakaan yang berbentuk dokumen,
biografi pendiri.
Jenis data dibagi menjadi dua. Primer dan Sekunder. Data primer, adalah
suatu dokumen yang ditulis sendiri atau orang terdekat yang terlibat langsung
11
Hasbullah, Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996),
hal. 24.
9
sepert biografi Habib yang di tulis oleh Ustadz Amin Sholeh, data sekunder
berbentuk buku-buku yang penulis dapatkan dari perpustakaan.
Analisa data yaitu mengadakan kritik terhadap sumber data yang sudah
terkumpul. Kritik eksteren untuk mengetahui otentisitas sumber data.
Sedangkan kritik interen untuk mengetahui kredibilitas sebuah data,12 karena
setiap data diperoleh memiliki bobot nilai yang berbeda. Kritik eksteren
dilakukan untuk menguji bagian-bagian sumber dan dari penampilan
penampilannya. Selanjutnya adalah membaca secara detail setiap sumber
sejarah yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
Setelah berjuang keras mengumpulkan, melakukan kritik sumber dan
menganalis fakta-fakta hasil temuan tahap berikutnya adalah penyusunan
dalam bentuk tulisan sejarah, dengan merekonstruksi fakta-fakta hasil temuan
penulis. Penulisan ini secara deskriptif analisis dan sistematik yang telah
direncanakan dalam skripsi ini. Prosesnya terbagi ke beberapa tahap dari
penentuan judul, pencarian masalah dan mengumpulkan bahan-bahan hingga
melakukan proses seperti yang telah direncnakan. Mulai dari konsultasi ke
dosen pembimbing, melakukan perbaikan sehingga penulisan dalam bentuk
skripsi.
F. Tinjauan Pustaka
Mengenai penelitian, sudah semestinya berkaitan erat dengan penelitian
sebelumnya. Namun sejauh penelusuran penulis, tidak menemukan penelitan
yang khusus mengkaji pondok pesantren Al-Khairaat. Adapun karya-karya
berikut berkaitan dengan sejarah berkembangnya pendidikan Islam di
Indonesia.
1. Buku “ Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia” karya Hasbullah, buku ini
menjelaskan berkembangnya lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang
dinilai hampir bersamaan dengan masuk dan berkembangnya Islam di
Indonesia. Dijelaskan pula tentang pereodenisasi perkembangan lembaga
pendidikan Islam dari zaman Nabi Muhammad sampai kepada masa
12
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta: UI Press, 2008), hal. 59.
10
13
Zuhairi Misrawi, Hadratussayaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, Keutamaan dan
Kebangsaan(Jakarta:Kompas 2010), 223
11
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan Berisi tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah, Tujuan Kegunaan Penelitian, Kajian Teori, Metodologi Penelitian,
Sistimatika Penulisan
BAB II Biografi Habib Ahmad Bab ini berisikan Gambaran Umum
Kehidupan Ummat Islam dibekasi, Latar Belakang Keluarga Habib Ahmad,
Latar Belakang Pendidikan Habib Ahmad
BAB III Profil Pondok Pesantren Al-khairat Bekasi Bab ini berisikan Pendiri
Pondok Pesantren Al-Khairaat, Sistem Pembelajaran, Karakteristik Pesantren
Al-Khairaat Bekasi
BAB IV Perkembangan pesantren Al-Khairat di Bekasi Bab ini berisikan,
Peran Habib Ahmad, Unit-Uinit Lembaga Non Formal, Pola Hidup Santri di
Pondok Pesantren Al-khairaat
BAB V Penutup Bab ini berisikan tentang Kesimpulan dan Saran
BAB II
BIOGRAFI HABIB AHMAD BIN HASAN VAD’AQ
14
Andi Sopandi, Perkembangan Sejarah dan Budaya Bekasi, (Bekasi: Dinas Pemuda,
Olahraga, Kebudayaan dan Kepariwisataan Pemerintah Kota Bekasi, 2009), hal. 18. Lihat pula:
Uka Tjandrasasmita, Sejarah perkembangan Kota Jakarta, Jakarta: Dinas Museum dan
Pemugaran, 2000, hal. 14, Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan
Adat Istiadatnya, Jakarta, Gunara Kata, hal. 1997, hal. 130.
15
R.Z. Leirissa, Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1995, hal. 88.
16
Siti Masitoh, Posisi Hukum Waris Adat dan Hukum Waris Islam dalam Masyarakat
(Studi Tentang Pelaksanaan Hukum Kewarisan Ditengah-tengah Masyarakat Muslim Bekasi),
Tesis Magister Hukum Universitas Indonesia (UI) Tahun 1998, hal. 85.
12
13
banyaknya pedagang muslim maupun Mubaligh baik yang berasal dari Arabia,
India, Persia maupun di Semenanjung Melayu yang datang dan ikut
berkontribusi dalam kegiatan Islamisasi di kawasan ini. Hal ini mengakibatkan
tumbuhnya Jayakarta sebagai kota dagang maupun kota Islam.17
17
Nina Herlina Lubis, Banten dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara,
(Banten: LP3ES, 2004), hal. 86.
18
Siti Masitoh, Posisi Hukum Waris Adat dan Hukum Waris Islam dalam Masyarakat:
(Suatu Studi Tentang Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam di Tengah-tengah Masyarakat Muslim
Bekasi), Tesis Universitas Indonesia, hal. 86.
14
19
Husein Kamali, Sejarah/Kebudayaan dan Permasalahan Daerah dalam Kabupaten
Bekasi, (Bekasi:____,1980), hal. 3.
20
Andi Sopandi, Perkembangan Sejarah dan Budaya Bekasi, hal. 168-169.
15
21
Dikutip dari http://www.cibarusah.com/2012/12/masjid-al-mujahidin-kampung-
babakan.html dan http://artikel.masjidku.id/articles-item.php?id=264, (diakses pada tanggal 21
Juni 2018, pukul 08:08 WIB)
22
Dikutip//http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/535/,
http://duniamasjid.islamic-center.or.id/529/masjid-agung-al-barkah/,
http://jakarta.tribunnews.com/2018/05/23/mengungkap-sejarah-masjid-agung-al-barkah-yang-
berdiri-di-alun-alun-bekasi (diakses pada 21 Juni 2018, pukul 08:16)
16
beliau mengambil berkah pada para ulama disana seperti Mufti Syafi'i al-Habib
Hasan bin Muhammad Vad'aq, al-Imam Muhammad „Alawi al-Maliki, Syekh
Ismail al-Yamani, al-Habib Abdul Qodir as-Segaf dan lain-lain. Beliau juga
berkumpul bersama Habib Hasan bin Abdullah asy-Syathiri dan Habib
Muhammad Al-Haddar di rubath sadah di Makkah al-Mukarromah, semoga
Allah merahmati mereka semua.
Beliau sangat tawadlu' pada ulama dan penuntut ilmu, baik yang muda
maupun tua, tidak peduli dengan penghormatan atau celaan orang, almarhum
sering berpesan pada anak dan para santri menukil sebuah hadits Rasulullah
saw yang artinya :”Jadilah orang yang alim, pelajar, pendengar dan pencinta
ilmu, dan jangan jadi yang kelima niscaya kamu akan binasa”. Lalu beliau
berkata," saya hanya pendengar dan pencinta ilmu agar saya tidak celaka."
Beliau tidak malu untuk bertanya pada siapapun tentang masalah yang tidak
diketahui atau ingin memastikan suatu hukum, tidak ada istilah gengsi
termasuk pada murid sekalipun. Tetapi beliau tidak bisa mentoleril orang yang
bermain-main pada hukum Allah-siapa pun dia, sebesar apapun pengaruhnya,
sebanyak apapun pengikutnya.24
Pada tahun 1987 beliau menerima waqaf tanah dari Haji Qosim, seorang
yang muhibbin dan tulus, untuk dibangun pondok pesantren, di waktu itu
beliau tidak mempunyai uang sama sekali, tetapi setelah istikhoroh dan
mendapat isyarah yang baik dari Nabi Muhammad saw melalui mimpi, beliau
bertekad bulat mendirikan ponpes Al-Khairat bersama saudara-saudara seiman
yang kebanyakan mereka bukan orang-orang kaya, dengan bermodal uang dua
ribu rupiah yang ada di kantongnya beliau membeli benang untuk mengukur
dan mematok tanah, agar pemberi wakaf semangat dan mengira akan cepat
dimulai pembangunan pondok pesantren. Beliau mengangkut sendiri semen
dan besi dengan mengendarai sepeda motor tua hingga Alhamdulillah
terbangunlah pondok pesantren yang beliau beri nama Al-Khairat.
24
Munakib/biografi Habib Ahmad Bin Hasan Vad‟aq yang ditulis anak beliau Habib
Muhammad bin Ahmad (Hasil wawancara di lapangan).
18
tata nilai atau yang kita kenal dengan moral atau akhlak itu bagian-bagian yang
ada dalam agama islam. Beliau menyaksikan ada kemunduran kaum muslimin,
maka beliau punya kepedulian besar terhadap persoalan-persoalan ini. Hasil
pemikiran dituangkan dalam bentuk puisi-puisi ada juga buku tapi tidak sempat
tertulis.
Namun dari hubungan para assatidz dengan Habib Ahmad beliau punya
rencana besar kalau beliau masih ada waktu, usia dan kesempatan ia yakin ada
buku-buku besar yang beliau tuliskan karena kapasitas pemikiran Habib
Ahmad itu luar biasa. Beliau mengikuti pemikiran-pemikiran dalam bidang
politik dan agama dan banyak ide-ide besar yang diutarakan kepada muridnya
dan generasi muslimin. Ide-ide dalam pemikiran politik Habib Ahmad
seringkali mengenalkan kepada temannya siapa itu Haqel dan Qarmar, tokoh-
tokoh komunis dan sosialis yang ada di Indonesia.25
Demikian pula tokoh-tokoh kemerdekaan dan para ulama. Misalnya KH.
Agus Salim dan para tokoh kemerdekaan baik itu ulama maupun cendikiawan
tokoh kebangsaan itu diuraikkan kepada masyarakat dengan kronologis yang
fasih dan para generasi muda waktu itu tertarik menyukainya sehingga
masyarakat tertarik untuk mempelajari sejarah dan poltitk dan perkembangan
keindonesiaan dari sisi kebangsaan itu dari sisi tulisan karya beliau lainnya
beliau meliputi bentuk bangunan fisik pembangunan madrasah dan pesantren
dan juga beliau juga suka membangun Masjid dan Musholla hampir 2500 se
Indonesia Habib Ahmad juga sering membangun Masjid di Kupang NTT (Nusa
Tenggara Timur) beliau juga berkumpul dengan petani dan orang kecil
bagaimana perjuangan Habib Ahmad itu luar biasa.
Demikian pula di Kalimantan tepatnya di kota samarinda dan di Irian
beliau juga membangun di Sulawesi terutama di daerah Palu, Sumatra dan
pulau jawa khususnya di jawa barat, jawa timur, dan jawa tengah. Termasuk
Madura, banyak Masjid-Masjid yang di bangun oleh Habib Ahmad ada
beberapa Madrasah yang di bangun oleh Beliau terutama Pondok Pesantren Al-
25
Wawancara Ustad Amin Sholeh pada Sabtu tanggal 7 juli 2018 Pukul 10:30
20
Khairaat ada pula di purwodadi dan sampai sekarang masih berjalan da nada
satu lagi di Madura. Sedangkan beberapa sekolah lainnya tidak tercatat dan
tertulis.
Karena sifatnya bantuan misalkan para assatid, dan guru-guru, Kyai dan
Ulama yang datang kepada Habib untuk dibangunkan Pesantren dan Musholla
disamping itu juga Habib Ahmad membantu hal-hal yang berkaitan dengan
kesehteraan guru-guru, assatid, dan para Ulama. Beliau juga seringkali
menyumbangan mobil dan uang-uangnya dan menyumbangkan ide-ide
pemikirannya buat kepentingan Muslimin.
Habib Ahmad orangnya amat sosial dermawan suka sekali membantu
orang-orang miskin buka rok anak-anak hitam dan armalah atau dikenal dengan
istilah para janda sering sekali beliau membantu orang berupa kusen kusen
tiang kayu buat buat rumah memberi modal kepada orang yang berminat jualan
membeli kitab kitab atau buku buku yang diperlukan oleh para santri
menikahkan anak-anak muda yang sudah usia nikah praktek penyembuhan
berupa thibbun Nabawi atau kedokteran yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
Shallallahu
21
BAB III
PROFIL PONDOK PESANTREN Al-KHAIRAAT BEKASI
26
Wawancara dengan Ust. Amin Sholeh 15/7/2018 Pukul 13:00 Ust Amin Sholeh adalah
orang yang sangat dekat dengan Habib Ahmad bin Hasan Vad‟aq.
22
Hasanain dan Pondok Putri Pondok Putri waktu itu kurang lebih ada sekitar 10 lokal
sekalian Aula dan Pondok Putra kurang lebih ada 12 lokal sekalian aula untuk
pondok1.
Perkembangan Pesantren Al Khairat dari sisi fisik yang berupa bangunan
dimulai dengan gedung Pondok Putra kemudian Pondok Putri pada tahun 1986 dan
sekarang sudah meliputi meliputi masjid Aula ruang kelas Taman koperasi dapur
kamar mandi dan lain-lain dari sisi kesiswaan yang semula pada tahun 1987 ada 22
siswa kini pada tahun 2018 jumlah siswa sekitar 450 Pondok Putra dan Pondok Putri.
Adapun guru-gurunya pada mulanya ada beberapa Guru Habib Ahmad sendiri
selaku pendiri pondok kemudian Ustadz hasil dari Purwokerto Ustadz Akhyar dari
Pasuruan Sayyid Alwi Barok lebah dari Pati Ustad amin dari Pati dan beberapa guru
yang tinggal di sekitar kota Bekasi perkembangan selanjutnya ketika sudah ada
Pondok Putri guru-guru meliputi ustadz dan ustadzah maka dicarilah guru pengajar
dari beberapa pesantren dari Jawa Timur dari Sidogiri dari Langitan dari Jombang
Gresik dan lain-lain dengan tenaga pengajar yang tidak kurang dari 27 pengajar
bahkan tenaga pengajar lulusan luar negeri dari Makkah Al Mukarramah dari
Madinah dan dari Yaman mereka alumni Pesantren besar dari teman-teman direktur
Pondok Pesantren Al Khairat yaitu Habib Hamid nagib bin Syekh Abubakar kini
jumlah pengajar kurang lebih ada 34 ustadz dan ustadzah. 27
Habib Ahmad juga menyediakan kitab-kitab untuk para santri beliau juga
menyediakan AL-qur‟an untuk belajar santri,beliau juga membantu uqoro wal dan
kaum dhuafa, para santri terbiasa belajar kitab-kitab yang diberikan Habib Ahmad
untuk membaca dan menulis santri-santri belajar dengan tekun dan giat
meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Setelah Kyai atau ustadz
membacakan teks dalam kitab kemudian santri mengulanginya. Sedangkan santri-
sanri lain, baik yang mengaji kitab yang sama ataupun berbeda duduk agak jauh
sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh Kyai atau ustadz sekaligus
mempersiapkan diri menunggu giliran dipanggil.
Inti metode sorogan adalah berlangsungnya proses belajar mengajar secara
face to face antara Kyai dan santri. Keunggulan metode ini adalah Kyai secara pasti
mengetahui kualitas anak didiknya, bagi santri yang IQ nya tinggi akan cepat
menyelesaikan pelajaran, mendapatkan penjelasan yang pasti dari seorang Kyai.
Kelemahannya adalah metode ini membutuhkan waktu yang sangat banyak. 28
Meskipun sorogan ini dianggap statis, tetapi bukan berarti tidak menerima
inovasi. Malah menurut Suyoto, metode ini sebenarnya konsekuensi daripada
layanan yang ingin diberikan kepada santri. Berbagai usaha dewasa ini dalam
berinovasi dilakukan justru mengarah kepada layanan secara indivual kepada anak
didik. Metode sorogan justru mengutamakan kematangan dan perhatian serta
kecakapan seseorang.
Mastuhu memandang bahwa sorogan adalah metode mengajar secara
indivividual langsung dan intensif. Dari segi ilmu pendidikan, metode ini adalah
metode yang modern karena antara Kyai dan santri saling mengenal secara erat. Kyai
menguasai benar materi yang seharusnya diajarkan, begitu pula santri juga belajar
dan membuat persiapan sebelumnya. Metode sorogan dilakukan secara bebas (tidak
ada paksaan), dan bebas dari hambatan formalitas.
2. Metode Wetonan/ Bandongan
Wetonan istilah ini berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang berarti
waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu
sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardhu. Metode wetonan ini
merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk
di sekeliling Kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak
28
Ali, A. Mukti. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Press, 1987.
24
kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Istilah wetonan ini di Jawa
Barat disebut dengan bandongan.
Pelaksanaan metode ini yaitu: Kyai membaca, menerjemahkan,
menerangkan dan seringkali mengulas teks-teks kitab berbahasa Arab tanpa
harakat (gundul). Santri dengan memegang kitab yang sama, masing-masing
melakukan pendhabitan harakat kata langsung di bawah kata yang dimaksud agar
dapat membantu memahami teks.
Metode bandongan atau weton adalah sistem pengajaran secara kolektif
yang dilakukan di pesantren. Disebut weton karena berlangsungnya pengajian itu
merupakan inisiatif Kyai sendiri, baik dalam menentukan tempat, waktu, terutama
kitabnya. Disebut bandongan karena pengajian diberikan secara kelompok yang
diikuti oleh seluruh santri. Kelompok santri yang duduk mengitari Kyai dalam
pengajian itu disebut halaqoh. Prosesnya adalah Kyai membaca kitab dan santri
mendengarkan, menyimak bacaan Kyai, mencatat terjemahan serta keterangan
Kyai pada kitab atau biasa disebut ngesahi atau njenggoti. 29
H. Abdullah Syukri Zarkasyi, memberikan definisi tentang metode
bandongan, yaitu: “Di mana Kyai membaca kitab dalam waktu tertentu, santri
membawa kitab yang sama, mendengarkan dan menyimak bacaan Kyai”.
Sedangkan Nurcholis Madjid memberikan definisi tentang metode weton.
Menurutnya, “weton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari Kyai sendiri,
baik dalam menentukan tempat, waktu maupun lebih-lebih lagi kitabnya”.
Senada dengan hal di atas, Hasbullah mendefinisikan tentang metode
wetonan, menurutnya:
Metode wetonan adalah metode yang di dalamnya terdapat seorang Kyai yang
membaca kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang
sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kyai. Metode ini dapat
dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif. Zamakhsyari Dhofier
juga memberikan definisi tentang metode bandongan, menurutnya:
29
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta:
LP3S, 1985.
25
30
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam/ Direktorat Pendidikan Keagamaan dan
Pondok Pesantren. Profil Pondok Pesantren Muaddalah. Depag RI, 2004.
26
31
Siberman, Mel. Active Learning 101 Strategies to Teach Any Subject, Terj. H. Sardjuli
dkk. Yogyakarta: Yappendis, 1996.
27
32
Arifin, Imron. Kepemimpinan Kyai, Kasus Pondok Pesantren Tebuireng. Malang:
Kalimasyahada Press, 1993.
28
lebih banyak berisi Tanya jawab dan hampir seluruhnya diselenggarakan dalam
bahasa Arab.
Dalam upaya pengembangan model pembelajaran di pesantren, yang
menjadi pertimbangan bukan upaya untuk mengganti metode sorogan menjadi
model perkuliahan sebagaimana sistem pendidikan modern, melainkan
merenovasi sorogan menjadi soroganyang mutakhir (gaya baru). Dimaksudkan
sorogan yang mutakhir ini sebagaimana praktik dosen-dosen selama ini. Mereka
mengajar kuliah dengan model sorogan. Mahasiswa diberi tugas satu persatu pada
waktu tatap muka yang terjadual, setelah membaca diadakan pembahasan dengan
cara berdialog dan berdiskusi sampai mendapatkan pemahaman yang jelas pada
pokok bahasan.
Sejalan dengan itu, tampaknya perlu dikembangkan di pesantren model
sorogan gaya mutakhir ini sebagai upaya pengembangan model pengajaran. Sudah
barang tentu akan lebih lengkap apabila beberapa usulan metode sebagai alternatif
perlu dipertimbangkan, seperti metode ceramah, kelompok kerja, tanya-jawab,
diskusi, demonstrasi, eksperimen, widya wisata, dan simulasi.
Metode pembelajaran yang lebih baik ialah mempergunakan kegiatan
murid-murid sendiri secara efektif dalam kelas, merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan sedemikian rupa secara kontinu dan juga melalui kerja
kelompok. Hal tersebut senada dengan ucapan Confusius dalam Mel Siberman
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya faham
Pola pengembangan pembelajaran yang disebutkan di atas, dapat dituangkan
ke dalam metode pembelajaran yang digunakan sewaktu mengajar. Adapun
metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
1. Metode Pembelajaran Terbimbing
Dalam teknik ini, guru menanyakan satu atau lebih pertanyaan untuk
membuka pengetahuan mata pelajaran atau mendapatkan hipotesis atau
kesimpulan mereka dan kemudian memilahnya kedalam kategori- kategori.
Metode pembelajaran terbimbing merupakan perubahan dari ceramah secara
29
langsung dan memungkinkan santri mempelajari apa yang telah diketahui dan
dipahami sebelum membuat poin-poin pengajaran. Metode ini sangat berguna
ketika mengajarkan konsep-konsep abstrak.
2. Metode Mengajar Teman Sebaya
Beberapa ahli percaya bahwa satu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya
apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan pada peserta lain. Mengajar
teman sebaya memberikan kesempatan pada peserta didik mempelajari sesuatu
dengan baik pada waktu yang sama, ia menjadi narasumber bagi yang lain.
Adapun langkah-langkah metode mengajar teman sebaya ini, adalah:
- Memulai dengan memberikan kisi-kisi atau bahan pelajaran kepada santri
- Menyuruh santri untuk mempelajarinya atau mendiskusikannya sejenak
- Menunjuk perwakilan dari santri untuk maju ke depan
- Menyuruh perwakilan santri tersebut untuk mengajarkan (menerangkan) materi
yang telah didiskusikan atau dipelajari.
C. Karakteritik Pondok Pesantren Al-khairaat
Karakteristik atau ciri-ciri umum pondok pesantren
a. Adanya kiai
b. Adanya santri
c. Adanya masjid
d. Adanya pondok atau asrama
Sedangkan ciri-ciri khusus pondok pesantren adalah isi kurikulum yang
dibuat terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya ilmu sintaksis Arab,
morfologi arab,hukum islam, tafsir Hadis, tafsir Al-Qur‟an dan lain-lain.
Dalam penjelasan lain juga dijelaskan tentang ciri-ciri pesantren dan juga
pendidikan yang ada didalamnya, maka ciri-cirinya adalah
a. Adanya hubungan akrab antar santri dengan kiainya.
b. Adanya kepatuhan santri kepada kiai.
c. Hidup hemat dan sederhana benar-benar diwujudkan dalam lingkungan
pesantren.
d. Kemandirian sangat terasa dipesantren.
30
33
Ivor K. Davies,Pengelolaan Belajar: Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No.8 (Jakarta:
Rajwali Pers, 1986),h.35-36
31
34
Harjanto,Perencanaan pengajaran: Komponen MKDK Materi Disesuaikan dengan
Silabi Kurikulum Nasional IAIN(Jakarta:rineka Cipta, 2005
32
yang ditulis oleh para ulama‟ abad pertengahan. Pesantren model ini masih
banyak kita jumpai hingga sekarang seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa
Timur beberapa pesantren di daerah Sarang Kabupaten Rembang Jawa tengah
dan lain-lain.
Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam pengajaran namun
dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tak mengikuti
kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang
dikeluarkan tak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah
formal.
Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalam baik berbentuk
madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam naungan DEPAG)
maupun sekolah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam berbagai
jenjang bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi yang tak hanya meliputi
fakultas-fakultas keagamaan meliankan juga fakultas-fakultas umum.
Contohnya adalah Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur.
Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santri belajar
disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan
agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga bisa
diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang
terbanyak jumlahnya
33
BAB IV
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-KHAIRAAT BEKASI
35
. Wawancara dengan Ust Amin Sholeh 29/7 15.28. Ust Amin Sholeh adalah orang yang
sangat dekat dengan Habib Ahmad bin Hasan Vad’aq.
34
Al-Khairat. Awal pertama kali dibangun gedung dua lantai dilengkapi kamar
mandi dengan halaman saja. Haji Qosim juga mengikhlaskan sebagian tanah milik
lagi untuk dibangun perumahan guru beserta para asatidz.
Pada tahun 1987 beliu membangun 12 lokal tempat fasilitas belajar
mengajar, seperti gedung sekolah untuk kegiatan belajar. Tahun 1990 didirikan
masjid dan pondok putri. Tahun 1993 ditambah local untuk belajar siswa dan
juga penambahan local belajar mengajar khusus bagi santri-santri putri sehingga
kegiatan belajarnya bisa dilaksanakan ditempat tersebut. Baru pada tahun 2000-
an dibangun fasilitas untuk pesantren seperti halaman tempat bermain santri,
ruang pelatihan, disediakan dapur untuk para dan perbaikan sanitasi toilet dan
tempat mandi. Selain dibuatkan juga pembuangan sampah.36
Pesantren juga memberikat tempat untuk para alumni yang ingin
berkontribusi. Salah satunya adalah menjadi tenga pengajar di pesantren dengan
bembantu kegiatan belajar yang ada. Selain itu ada yang dibidang staf tata usaha
atau bantuan teknis seperti sound system serta membantu akomudasi seperti
membantu pembelian buku-buku beserta kitab-kita. Ada yang mengabdi di
masyarakat atas anjuran dan utusan dari pesantren Al-Khairat.
Pada dasarnya pesantren Al-Khairat ini diperuntukan bagi kaum dhuafa
dari kalangan orang tidak mampu, keseluruhan santri tidak dibebani oleh
pesantren, pesantren menangung semuanya. Namun seiring pekembangannya wali
murid dari kalangan menengah keatas yang juga juga ikut andil dalam membantu
pembiayaan belajar mengajar. Meski pada awalnya tenaga pengajar mengabdi
dengan ikhlas dalam proses mengajar, berkat para dermawan semua kebutuhan
pondok terpenuhi. Strategi yang memperlihatkan Pondok Pesantren Al-Khairaat
Bekasi tidak memiliki strategi khusus untuk mempertahankan perkembangan
zaman, hanya saja ada beberapa faktor hal ini menyebabkan Pesantren Al-
Khairaat masih eksis hingga kini sementara banyak pesantren di Kota Bekasi yang
terdaftar di Kementerian Agama kurang lebih ada 93 pesantren tidak satupun yang
bertahan dengan metode lama kecuali Pesantren Al hanifiyyah yang ada di
Jatiasih dan Pesantren Al Khairat yang ada di Pengasinan Rawalumbu.
36
. Wawancara dengan Ust Amin Sholeh tanggal 15 Agustustus pukul 13:00
35
Pertama dari sisi model atau kepala sekolah kepala sekolah beliau berasal dari
Palembang dengan latar belakang pendidikan yang dimulai dari pesantren Ar
Riyadh yang ada di Palembang Kemudian beliau melanjutkan studi ke masjid Al
Mukarromah di bawah bimbingan Sayyid struktur Muhammad Alwi al-maliki
tentu saja Beliau memiliki banyak teman dan jaringan yang luas teman-teman
yang tersebar di nusantara Malaysia Brunei dan beberapa negara Asia Tenggara
menjadikan faktor tersendiri yang menjadikan Pesantren Al Khairat ada magnet
yang menarik anak-anak kaum muslimin untuk belajar di pesantren Al Khairat
yang kedua metode pembelajaran dengan cara lama yaitu mempelajari agama
ilmu-ilmu agama murni tentu ini beresiko di tengah-tengah zaman yang
menuntut agar generasi muda mudi muslim menyesuaikan tuntutan zaman
terutama berkaitan tentang persoalan administrasi birokrasi dan jenjang
pendidikan formal.
Kondisi ini memaksa pesantren alkhoirot untuk segera menyesuaikan tuntutan
zaman maka pesantren alkhoirot di samping memberikan pembelajaran ilmu-
ilmu agama juga memberikan pembekalan ilmu-ilmu umum dengan cara
mendaftarkan diri kepada pendidikan formal atau informal yang kita kenal
dengan wajar Dikdas kewajiban belajar pendidikan dasar 9 tahun terlepas dari
perjalanan wajar Dikdas yang semula Mandiri kemudian digabungkan dengan
PKBM dan untuk dewasa ini terlepas lagi setiap Pesantren punya hak untuk
menyelenggarakan wajar Dikdas secara mandiri dan penyelenggaran ujiannya
tidak mesti harus berbarengan atau bergabung dengan PKBM yang ketiga
Harisma guru guru-guru yang mengajar di Pesantren Al Khairat yang notabene
lulusan Timur Tengah.37
B. Aktivitas Belajar Mengajar Pesantren Khairat
Aktivitas belajar mengajar di Pesantren Al Khairat santri Al Khairat bangun
pagi pukul 03.30 pagi mereka mandi kemudian sholat tahajud berdoa dan baca
wirid dilanjutkan salat Subuh di masjid kemudian baca wirid-wirid aurat dan
Hizib membaca Alquran dan ta'lim pagi Kemudian istirahat makan pagi
Kemudian persiapkan buku-buku dan kitab-kitab untuk belajar dari jam 07.30
37
Wawancara bersama Ustad Amin Sholeh Minggu tanggal 21 Juli 2018 Pukul 11:00
36
sampai jam 11.30 waktu istirahat jam 09.15 menit kemudian jam 09.45 masuk lagi
menjelang sholat dzuhur para santri istirahat dan bersiap-siap mendirikan salat
zuhur setelah sholat dhuhur anak-anak makan siang kemudian istirahat jam 03.00
sore siap-siap salat ashar Setelah sholat Ashar belajar sore Hingga pukul 05.00
sore istirahat sebentar kemudian siap-siap salat magrib setelah salat magrib baca
Alquran dilanjutkan baca wirid kemudian dilanjutkan sholat Isya sehabis sholat
isya anak-anak makan malam
Sehabis makan malam muzakaroh yaitu mengulang pelajaran jam 10.00
malam tidur dilakukan tiap hari kecuali hari Jumat pada hari Jumat para santri
libur namun ada kegiatan sorenya pengajian Roha (membaca kitab). Mengenai
kitab-kita yang dijadikan rujunkan belajar santri, berikut sebagian kitab yang
digunakan : Usul Fiqih, Mustholahul Hadis, tafsir, Nahwu, Qowaidul Fiqihah,
Tajwid yang meliputi Hidayatus Shibyan, Jazariah, Tuhhfatul Ahfal. Balaghoh
yang meliputi Qowadul Lughotil Arabiah dan Qismol Balaghoh. 38
Habib Ahmad juga Menyediakan dan melengkapi kitab-kitab Habib
Ahmad membantu proses mengajar dengan menyediakan dan melengkapi kitab-
kitab yang diperlukan oleh para santri, beliau membeli kitab-kitab diperuntukan
oleh para santri terutama dari kalangan ukoro Wal masakin hitam dan dhuafa
kitab-kitab ini dibagi gratis cuma Cuma. Membangun tempat belajar pada tahun
1900 87 pembangunan gedung dan fasilitas yang dipergunakan untuk belajar
relatif mencukupi kurang lebih ada 12 lokal pada tahun 1993 beliau membangun
dan menambah lokal untuk belajar siswa demikian pula penambahan lokal untuk
santri-santri Putri para santri belajar di ruang ruang tersebut Namun ada juga
pembelajaran diselenggarakan di masjid dan di aula.
Mendatangkan tenaga pengajar profesional dari beberapa pesantren
yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur misalnya dari pesantren Langitan
Tuban dari Pesantren Sidogiri Pasuruan dari pesantren Ploso Jawa Timur Kediri
ada juga dari pesantren sarang dan dari pesantren Pati para asatid mengajar di
pesantren Al-Khairaat dengan sungguh-sungguh.
38
. Wawancara dengan Ust Amin Sholeh tanggal 7 Juli 2018 Pukul 11:00
37
39
Wawancara dengan Ustad Amin Sholeh Pada Minggu 15 Agustus 2018 Pukul 11:00
38
40
Haidar Putra Daulay,Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia
(Jakarta:Kencana, 2005),h.38
39
sekitar mesjid. Dalam praktek, organisasi ini diisi oleh sekumpulan orang.
Biasanya disebut pengurus yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-
masing. Dengan demikian pengaturan hubungan antara pengurus dan pembagian
tugas antara mereka berjalan dengan baik dan efektif. Tetapi tentu saja
organisasi tersebut bukanlah statis melainkan dinamis berkembang sesuai
dengan ruang dan waktunya.41
Remaja mesjid adalah merupakan organisasi mesjid dengan demikian
berarti sebuah badan yang terdiri dari para pengurus mesjid yang mengelola dan
mengurus mesjid. Organisasi mesjid ini sangat penting keberadaannya untuk
memaksimalkan fungsi mesjid baik sebagai tempat ibadah maupun sosial
kemasyarakatan. Untuk mewujudkan organisasi mesjid yang baik tentu saja
harus didukung oleh:
Tenaga manusia.
Pengurus yang terampil
Modal atau dana yang cukup
Alat dan sarana penunjang
Sikap mental dari anggotanya
Hal ini mengisyaratkan bahwa struktur organisasinya betul-betul harus
ditata sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
Dalam tingkat sosial yang sederhana organisasi harus dibuat sederhana.
Sementara dalam tataran sosial yang kompleks maka organisasi pun harus disusun
sesuai keadaannya. Mesjid merupakan salah satu sarana dakwah yang sangat
penting, karena itu keberadaan remaja mesjid juga dianggap penting. Remaja
mesjidlah yang menggerakkan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi
masyarakat sekitar dan memberdayakan pemuda-pemuda setempat. Organisasi
remaja mesjid berusaha membumikan bilai-nilai ideal ajaran agama. Ini berarti
yang mereka rasakan sebagai nilai-nilai ideal ajaran agama ke dalam kehidupan
nyata sebagai upaya penyelesaian persoalan-persoalan kemasyarakatan.
41
Nata, Abuddin, Dkk. Ensiklopedi Islam Edisi Revisi, vol 1. Jakarta : PT. Ictiar Baru Van
Hoeve, 1999.
40
42
Syaiful Sagala,manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan:Membuka
rungan kreativitas, inovasi dan perdayaan potensi sekolah dalam sistem otonomi
sekolah(Bandung:ALPABETA, 2006),h.48
41
43
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, kapita selekta pendidikan islam (bandung: ANGKASA,
2003), hlm.115.
42
Masjid tempat pengajaran yang diberikan ( bahasa Arab madrasah, yang juga
terlebih sering mengandung konotasi sekolah), dan asrama para tempat tinggal
para siswa pesantren (santri).
Dalam konteks ini diperlukan dikaji sejauh mana nilai-nilai di beberapa
tradisi yang berkembang di pesantren yang terkait dengan etika santri di
pesantren untuk diaktualkan dalam masyarakat. Dalam banyak hal, gaya hidup
tidak berubah dari waktu ke waktu, lebih mengedepankan aspek kesederhanaan,
meskipun kehidupan di luar memberikan standar hidup yang berbeda.
Gaya hidup pesantren cinderung askestis, (pertapaan). Seluruh pola hidup
santri di pondok pesantren didasarkan pada nilai-nilai yang di jiwai oleh suasan
yang dapat dirangkum dalam panca indra santri lima hidup santri itu adalah
A. Sikap Hormat dan Ta‟dzim
Sikap hormat atau Ta‟dzim dan kepatuhan mutlak kepada Kyai
adalah salah satu nilai pertama yang ditamkan pada setiap santri.
Kepatuhan itu di perluas lagi, sehingga mecakup kehormatan kepada
para ulama sebelumnya dan ulama yang mengarang kitab-kitab yang
dipelajari. Kepatuhan ini, bagi pengamat luar, tampak lebih penting
dari pada menguasi ilmu, tetapi bagi Kyai hal itu merupakan bagian
integral dari ilmu yang akan dikuasi. Hasyim Asyari, foincdigfather
NU, dikenal sebagi pengagum tafsir Muhammad „Abduh, namun ia
sanrtinya tidak suka membaca kitab tafsir tersebut. Keberatannya
bukan termasuk rasionalisme Abduh tetapi terhadap ulama Tradisional.
44
44
Abdurahman Wahid, Menggerakan esa-esa Pesantren,(Yogyakarta Lkis, 2001),hal 8
44
45
Royal Alan Lukens-Bull, Jihad ala pesantren di mata antrolog Amerika (Yogyakarta,
Grama Media:2004),hal 73
45
BAB V
Penutup
KESIMPULAN
Kesimpulan ini didasarkan pada jawaban penulis terhadap tiga pertanyaan
diawal penulisan skripsi ini, yaitu. Pertama, penulis ingin mengetahui bagaimana
kondisi masyarakat Pengasinan Rawalumbu, khususnya umat Islam, pada masa
sebelum berdirinya Pondok Pesantren Al-Khairaat Bekasi, kedua, penulis ingin
mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Khairaat, ketiga,
penulis ingin mengetahui kontribusi Pondok Pesantren Al-Khairaat terhadap
Masyarakat Pengasinan Rawalumbu, maka penulis memperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
Kondisi masyarakat Pengasinan Rawalumbu sebelum berdirinya Pondok
Pesantren Al-Khairaat, berada dalam keterbelakangan moral. Meskipun
penduduknya seratus persen Islam, akan tetapi mereka tidak rutin menjalankan
shalat lima waktu, berjamaah dimasjid, mengadakan pengajian Al-qur‟an, dan
tidak rutin mengadakan sunnah-sunnah lainnya yang telah diperintahkan dalam
agama Islam.
Kondisi masyarakat Pengasinan Rawalumbu sebelum berdirinya Pondok
Pesantren Al-Khairaat, berada dalam keterbelakangan moral. Meskipun
penduduknya seratus persen Islam, tetapi mereka tidak rutin menjalankan shalat
lima waktu, berjamaah dimasjid, mengadakan pengajian Al-qur‟an, dan tidak
rutin mengadakan sunnah-sunnah lainnya yang telah diperintahkan dalam agama
Islam. Kondisi ini berubah ketika Habib Ahmad Bin Hasan Vad‟aq, yang
dianggap sesepuh (orang yang dituakan) oleh masyarakat sekitar Pengasinan
Rawalumbu, untuk bersama-sama mendirikan sebuah pondok pesantren yang
diberi nama. Al-Khairaat diambil dari nama pendirinya Habib Ahmad bin Hasan
Vad‟aq, yang artinya menerangi. Tujuan didirikannya pondok pesantren ini
adalah untuk menerangi masyarakat Pengasinan Rawalumbu dengan konsep
48
B. Saran-saran
Dari kesimpulan diatas, maka penulis memberikan tiga jenis saran untuk
melengkapi penelitian ini, yaitu sebagai berikut: pertama, para kyai dan pengasuh
pesantren agar mulai membuka diri dengan wawasan luar yang positif untuk
memajukan lembaga yang diasuhnya. Budaya dan praktek feodal hendaknya
dihilangkan dan diganti dengan budaya demokratis yang egaliter dengan tetap
menjaga perilaku etis dan religius.Kedua, literatur pesantren hendaknya di
tambah dengan memasukan literatur-literatur lain yang lebih variatif dan maju,
meski literatur klasik tetap dipertahankan. Kajian kitab klasik sebaiknya
memakai metodelogi dan analisa kritis sehingga kajiannya akan lebih konstruktif
dan dinamis. Ketiga, perlu ada perubahan pada pola manajemen pesantren,
dimana selama ini cenderung tertutup dan sentralistis untuk dirubah agar lebih
terbuka, transparan dan profesional. Ketiga saran ini akan menjadi pemicu bagi
penulis untuk melanjutkan study tentang pondok pesantren ke strata dua. Semoga
hasil penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
49
Daftar Pustaka
A. Sumber Buku
Siti Masitoh, Posisi Hukum Waris Adat dan Hukum Waris Islam dalam
Masyarakat (Studi Tentang Pelaksanaan Hukum Kewarisan Ditengah-
tengah Masyarakat Muslim Bekasi), Tesis Magister Hukum Universitas
Indonesia (UI) Tahun 1998
Zubaini Hasbibullah Asy‟ari: Moralitas Pendidikan Pesantren (PT Kurnia Kalam
Semesta, 1996)
B. Sumber Internet
Diaksesmelalui:https://megapolitan.kompas.com/read/2015/11/22/09433191/KH.
Noer.Ali.Belut. Karawang.yang.Ditolak.sebagai.Pahlawan.Era.Soeharto
(diakses pada tanggal 21 Juni 2018, pukul 08:36 WIB).
https://www.pahlawanindonesia.com/biografi-pahlawan-nasional-kh-noer-alie/
https://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/kh-noer-ali-penjaga-benteng-
islam-bernama-bekasi.htm
51
LAMPIRAN
Beliu adalah pendiri pesantren Alkhairat, foto ini penulis ambil dari ruang para pengurus
pesantren sewaktu berkunjung untuk wawancara
58
Foto ini diambil dari kediaman ustadz Amin Sholeh sewaktu wawacara untuk mengambil
data terakhir dari beliu.