SKRIPSI
Oleh:
Winarti
NIM : U20162009
SKRIPSI
Oleh:
Winarti
NIM : U20162009
ii
anak gadits kalian ( jodoh yang baik), menikahlah kalian dengan yang sekufu dan
1
Abdullah Shonhaji, Terjemah Sunan Ibnu Majjah Jilid IV ( Semarang : CV. Asy Syifa’, 1993),
688.
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, serta rahmat dan
persembahkan kepada : Kedua orang tua saya bapak Careh dan Ibu Musmiati,
yang telah memberi cinta kasih sayang yang begitu tulus, mengajarkanku untuk
selalu bersabar dan kerja keras tanpa harus mengeluh, serta selalu mendoakan
yang terbaik, semoga putrimu dapat membanggakan kedua orang tua secara lahir
Almamaterku
vi
Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh
karena itu dengan sepenuh hati penulis menyampaikan banyak terima kasih dan
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor IAIN Jember
3. Bapak H. Mawardi Abdullah, Lc., M.A selaku ketua Program Studi Ilmu
vii
5. Seluruh keluarga tercinta terutama bapak dan ibu yang selalu mendoakan,
6. Keluarga dan sahabat asrama dan foto copy al-Magfiroh yang selalu
membawa kebahagiaan.
sempurna dan banyak kekuranngannya. Oleh karena itu kritik dan saran
bagi pembaca.
WINARTI
NIM. U20162009
viii
ix
RI. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543/U/1987
ب Ba B Be
ت Ta T Te
ج Jim J Je
د Dal D De
ﺮ Ra R Er
س Sin S Es
غ Gain G Ge
ؼ Fa F Ef
ؽ Qaf Q Qi
ؾ Kaf K Ka
ؿ Lam L El
ـ Mim m Em
ف Nun N En
و Waw w We
ﻩ Ha H Ha
ﻲ Ya Y Ye
2. Vokal
Vokal bahasa Arab adalah seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri
dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal dalam bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau
ؘ
fatḥah A A
ؘ Kasrah I I
ُ
xi
b. Vokal Rangkap
Gabungan
Tanda dan Huruf Nama Nama
Huruf
Contoh:
c. Māddah
Tanda
dan Huruf dan tanda
Nama Nama
ػ ؘػا
H fathah dan alif atau ya ā a dan garis di
ur atas
uf
ػػ ي ؘ
kasrah dan ya ĩ i dan garis di
atas
ػػ و ؘ dhammah dan wau ũ u dan garis di
atas
xii
d. Ta’ marbūṭah
Ta’ marbūṭah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah dan
adalah “h”.
2) Kalau pada kata yang terakhir dengan Ta’ marbūṭah diikuti oleh kata
Contoh:
xiii
MOTTO ..................................................................................................................v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan......................................................................................................7
D. Manfaat....................................................................................................8
E. Defini Istilah............................................................................................9
xiv
BAB IV PEMBAHASAN
xv
sekarang ..................................................................................................... 87
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ..................................................................................................93
2. Saran.............................................................................................................94
Lampiran .................................................................................................................
xvi
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
dan sakral, bermakna ibadah kepada allah, mengikuti sunnah Rasulullah dan
menurut syara‟ artinya akad yang telah terkenal dan memenuhi rukun-rukun
pengertian meniru tingkah laku nabi Muhammad saw. Orang yang menikah
tetapi mereka berharap agar mempunyai keturunan dan keluarga yang sah
menuju kehidupan bahagia dunia dan akhirat, di bawah naungan cinta kasih
disebutkan:
1
Moh. Rifa‟I, Terjemah Khulasan Kifayatul Akhyat, ( Semarang; CV. Toha Putra Semarang, 1978),
268.
2
Wahyu Wibisana,” Pernikahan Dalam Islam”, Ta‟lim, 2 (2016), 185.
اجا لِتَ ْس ُكنُوا إِلَْي َها َو َج َع َل بَْي نَ ُك ْم َم َوَّدةً َوَر ْْحَ ًة إِ َّن ِ ِ ِِ وِمن
ً آَيتو أَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم م ْن أَنْ ُفس ُك ْم أ َْزَو
َ ْ َ
. ت لَِق ْوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن
ٍ ك ََلَيِ
َ َ ِِف ذَل
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dia menjadikan di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Qs. ar-Rum:21).3
pernikahan, terdapat pula aturan dalam hukum perkawinan Islam. Aturan itu
Kafaah.
pula bahwa penentuan kafa‟ah juga menjadi hak perempuan, sehingga apabila
dia akan dinikahkan oleh walinya dengan orang yang tidak se-kufu dia dapat
Sebaliknya dapat pula dikatakan sebagai hak wali yang akan menikahkan,
apabila si anak perempuan menikah dengan laki-laki yang tidak se-kufu wali
3
Al-Qur‟an dan Terjemah Al-Hikmah (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2010), 406.
dimana salah satu hal yang tergabung di dalamnya adalah konsep Kafaah.
Kafaah berarti kesetaraan antara suami dan istri dalam aspek-aspek tertentu.
Jika tidak ada Kafaah dalam sebuah pernikahan maka akan dianggap menjadi
karena dalil yang mengaturnya tidak ada yang jelas dan spesifik baik dalam
dilakukan antara orang-orang yang sepadan. Dengan kata lain, bahwa lajunya
bahtera rumah tangga juga sangat ditentukan oleh orang-orang yang sekufu.
Haruslah kafa‟ah itu dari pihak laki-laki, bukan dari pihak perempuan, karena
4
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqih Munakahat Dan Undang-
Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2009). 140-141.
5
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqih Munakahat Dan Undang-
Undang Perkawinan,. 40-41.
dikhawatirkan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini berlaku pula
bagi para wali perempuan yang turut menentukan nasib mereka dalam hal
Kafaah dalam pernikahan berlaku bagi suami, sedangkan hal itu tidak
berlaku bagi istri. Maksud dari itu, laki-laki yang diisyaratkan agar sekufu
kampung arab, beliau juga menikah dengan shafiyyah binti Huyyai yang
adalah perempuan yang hina dan memiliki kedudukan yang lebih rendah
darinya.7
adalah hak orang yang memiliki perwalian secara langsung. Salah satu
riwayat dari ahmad menyebutkan bahwa Kafaah merupakan hak semua wali,
baik wali yang dekat maupun yang langsung. Siapa saja diantara mereka yang
yang lain dari Ahmad menyebutkan bahwa Kafaah merupakan hak Allah.
6
Nurcahaya, Kafaah Dalam Perspektif Fiqih Islam dan Undang-Undang Negara Muslim; UIN Suka,
67-68.
7
Muhammad Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,(Jakarta : Pena Pundi Askara, 2009), 408- 409.
Seandainya para wali dan istri rela untuk meninggalkan Kafaah, maka
kerelaan mereka tidak sah. Tetapi riwayat ini didasarkan kepada pendapat
bahwa Kafaah hanya berlaku dalam hal agama saja, sebagaimana disebutkan
ada yang mengikuti sunah para Rasul kadang ada yang melalalikannya. sudah
rumah tangga tentu kita harus memilih pasangan yang baik untuk kita jadikan
sebagai pendamping hidup. Untuk mengikuti jejak para sahabat Nabi perlu
Imam Muslim, Abu Daud, Imam at-Tirmidzi, dan kutubu sittah laiinya.
dalam kategori hasan, diantara hadits shahih dan dhoif, sehingga tak salah lagi
mengenai hadits tersebut, perlu diteliti lebih lanjut. bagaimana kondisi hadist
baik dari segi sanad, matan maupun rowinya. Sehingga dapat mengetahui
8
Muhammad Sayyid Sabiq., 409-410.
maksud dari hadits tersebut. Ktiteria sebuah hadits juga sangat penting untuk
hujjah atau dasar hukum. Ketika sebuah hadits diketahui status haditsnya dan
syarat-syarat di terimanya suatu hadits tersebut jelas maka tidak salah apabila
sekedar membaca arti sebuah hadits tidak mungkin langsung bisa memahami
maksud dari hadits tersebut, jadi perlu di teliti lebih lanjut untuk memahami
dilalui oleh semua orang, sehingga sangat penting untuk kita memahaminya.
al-Qur‟an dan tidak banyak hadits yang tercatat semasa hidup Nabi, maka
pemalsuan hadits, dengan demikian penelitian hadits jauh lebih rumit dan
penting. Oleh karena itu peneliti memilih hadis-hadits yang melandasi konsep
Dari latar belakang yang sudah dijelakan diatas, peneliti merasa tertarik
A. FOKUS PENELITIAN
sekarang?
B. TUJUAN PENELITIAN
riwayat at-Tirmidzi.
masa sekarang.
9
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45.
C. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat teoritis
b. Manfaat praktis
a. Bagi penulis
b. Pembaca
10
Tim Penyusun., 51-52.
11
Arikunto Suharsimi, Prosedur Pendekatan Suatau Penelitian Praktik, (Jakarta : Renika Cipta,
2002), 55.
selanjutnya.
D. DEFINISI ISTILAH
yang terdapat pada judul dan rumusan masalah berdasarkan maksud dan
penelitian ini;
12
Iffah Muzammil, Fiqh Munakahar (Hukum Pernikahan Dalam Islam), (Tanggerang: Tira Smart,
2019), 63.
13
Iffah Muzammil,. 1.
anak serta orang tua agar tercapai suatu kehidupan yang aman dan
perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat. Jadi ilmu hadits adalah ilmu-
komprehensif, baik dari segi makna yang tersurat maupun makna yang
tersirat.15
Jadi, maksud dari judul ini yaitu konsep Kafaah dalam pernikahan
E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Agar penelitian ini dapat tersususun dengan rapi maka akan kami
pemikiran yang menjadi latar belakang lahirnya penelitian ini. Bab ini
14
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, (Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya, 2001), 1.
15
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadits, ( Jakarta: Amzah, 2014), 134.
analisis data.
saran-saran.16
16
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press: 2018), 69.
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A. PENELITIAN TERDAHULU
1. Skripsi yang ditulis oleh Khoirotul Fauziyah dengan judul konsep Kafaah
sunan al-kabir karya al-Bayhaqi No. Indeks 13.769) pada tahun 2018 di
riwayat Abdullah Ibnu Umar tentang Kafaah dalam sunan Al- Kabir Al-
relavan, kecuali Kafaah dalam segi agama. Karena baik dari segi nasab,
17
Khoirotul Fauziah, “Konsep Kafaah dalam Menikah Perspektif Hadits Nabi”, (Skripsi, UIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2018).
12
kalau skripsi ini meneliti hadits yang ada di dalam kitab Sunan al- Kabir
at-Tirmidzi.
2. Skripsi yang ditulis oleh Rusdiani dengan judul “Konsep Kafaah dalam
dengan faktor agama sehingga antara faktor agama dan faktor nasab ibarat
18
Rusdiani, “ Konsep Kafaah dalam Perkawinan Masyarakat Sayyid ditinjau dari Hukum Islam (Studi
Kasus di Kelurahan Sindere Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto)”, (Skripsi, UIN Alaudin,
Makasar,2014).
dua sisi mata uang yang tidak bisa di pisahkan satu sama lain. Persamaan
3. Skripsi yang ditulis oleh Dia Yuliana dengan judul “ Analisis Konsep
2014 di fakultas syari‟ah Sekolah tinggi Agama Islam Solok Nan Indah
tenggelam dan suatu saat akan musnah. dan imam Syafi‟i tidak
19
Dia Yuliana, Analisis Konsep Kafaah dalam Pernikahan Menurut Pemikiran Syafi‟iyah , ( Skipsi,
STAI – SNI,2014).
No. Indeks 13.769) Kafaah dalam sunan Al- tersebut dipahami secara
kemerdekaan maupun
diperhitungkan. Persamaan
perbedaanya dengan
Tirmidzi.
Rusdiani “Konsep Kafaah 1), Bagaimana sistem Dalam Skripsi ini Jenis
tersebut menggunakan
masyarakat sayyid.
membedakannya dengan
Syafi‟i memaknai
sama-sama membahas
pernikahan, namun
perbedaannya dengan
menggunakan metode
kepustakaan dengan
tersebut menggunakan
imam syafi‟i.
adalah dari bagian objek penelitian dan metode penelitian, yang mana
B. Kajian Teori
1. Kafaah
Kata kufu sendiri dalam syari‟at Islam adalah ikatan perkawinan yang
harus dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bisa
cinta dan kasih sayang. Bila kemungkinan ini tidak ada, maka terjadinya
(kufu) ini. pernikahan diantara pasangan- pasangan yang tidak kufu tidak
disetujui. Bila seorang laki-laki dan perempuan berasal dari keluarga yang
hal moralitas, agama, kelakuan sosial dan cara –cara mengatur rumah tangga
20
Maisyaroh Fika Nurzanah, Hadis- Hadis Kafaah dalam Perspektif Tokoh-Tokoh al-Irsyad, (Skripsi,
IAIN Jember, 2018).
kemungkinannya yang lebih besar adalah baik dalam kehidupan rumah tangga
maupun dalam hubungan perasaan mereka, pasangan itu akan gagal untuk
mereka sangat kecil. Inilah intisari kufu atau kesesuaian dalam hukum
Islam.21
calon istri dan suami sehingga masing-masing calon tidak merasa berat untuk
melangsungkan pernikahan.22
Kalau kita melihat pada al-qur‟an dan sunnahnya ditinjau dari segi
insaniyah, manusia itu sama seperti pada surat al-Hujarat ayat 13;
وًب َوقَبَائِ َل لِتَ َع َارفُوا إِ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم ِ ِ َيأَيُّ َها الن
ً َُّاس إ ََّّن َخلَ ْقنَا ُك ْم م ْن ذَ َك ٍر َوأُنْثَى َو َج َعلْنَا ُك ْم ُشع
ُ َ
. ٌاَّللَ َعلِ ٌيم َخبِي َِّ ِعْن َد
َّ اَّلل أَتْ َقا ُك ْم إِ َّن
21
Alwiyah, The Laws Of Marriage And Divorce In Islam, Cet. Pertama, (Jakarta : Darul Ulum Press),
16-17.
22
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2003), 96.
Ayat ini menetapkan bahwa semua manusia sama dari segi penciptaan
dan nilai kemanusiaan. Tidak seorang pun lebih mulia dari pada orang lain,
kecuali dari segi ketaqwaan kepada allah swt, yaitu dengan menunaikan hak
Adapun hal-hal yang dianggap dapat menjadi ukuran kufu‟ antara lain
sebagai berikut:
1. Keturunan
orang lain arab lainnya. Begitu juga sesama dengan orang Quraisy.
صلَّى هللاُ َعلَْي ِو َِّ ول َِّ عن عب ِد،اَّلل ب ِن أَِِب ملَي َك َة
ُ قَ َال َر ُس: قَ َال،اَّلل بْ ِن عُ َمَر ِ ِ
َ اَّلل َْ ْ َ ْ ُ ْ َّ َعْبد
ض ُه ْم ٍ ٍ ض ُه ْم أَ ْك َفاءٌ لِبَ ْع
ُ َوالْ َم َوِاِل بَ ْع، َوَر ُج ٌل بَِر ُج ٍل، قَبِيلَةٌ بَِقبِيلَة،ض ُ الْ َعَر:َو َسلَّ َم
ُ ب بَ ْع
23
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1999), 55.
) السنن الصغي.ام
ٌ ك أ َْو َح َّج ٍ أَ ْك َفاءٌ لِبَ ْع
ٌ ِ إََِّّل َحائ، َوَر ُج ٌل بَِر ُج ٍل، قَبِيلَةٌ بَِقبِيلَ ٍة،ض
ٕٗ
( للبيهقي
Artinya:“ Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin
„Abdillah Al-Haafidz: telah menceritakan kepada kami Abdul
„Abbas Muhammad bin Ya‟quub; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani; telah mengabarkan kepada
kami Syuja‟ bin Al-Walid; telah menceritakan kepada kami
sebagai saudara kami, dari Ibnu Juraj, dari „Abduullah bin Abi
Mulaikah, dari „Abdullah‟alaihi wa sallam, orang arab satu
dengan yang lainnya adalah sekufu‟. Kabillah yang satu sekufu‟
dengan lainnya, kelompok yang satu sekufu‟ dengan yang lainnya,
laki-laki yang satu sekufu‟ dengan lainnya kecuali tukang tenun
atau tukang bekam”. (HR. Al-Baihaqy).
َّ َع ْن ُم َع ِاذ بْ ِن َجبَ ٍل َر ُِ َي، َع ْن َخالِ ِد بْ ِن َم ْع َدا َن،ثَ ْوٌر يَ ْع ِِن ابْ َن يَِز َيد
:اَّللُ َعْن وُ قَ َال
Hisyam.26
2. Merdeka
3. Beragama Islam
Dalam Islam, semua orang kufu‟ dengan yang lain, ini berlaku
27
Najma Sayuti, Al-Kafa‟ah Fi Al-Nikah, ( Jurnal Ilmiah Kajian Gender ; Vol.V No.2, 2015), 186.
beragama Islam.
ayahnya saja.
4. Pekerjaan
antara yang satu dengan yang lainnya, maka tidaklah dianggap apa
perbedaanya.
28
Selamet Abidin., 59.
5. Kekayaan
ٍِ ُّ ج البَ ْغ َد ِاد
سُ ُ َحدَّثَنَا يُون: قَالُوا،ي َو َغْي ُر َواحد ْ ض ُل بْ ُن َس ْه ٍل األ
ُ َعَر ْ الف
َ َحدَّثَنَا
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َِّ ٍ
ِّ ِ َعن الن، َع ْن ََسَُرَة، َعن اْلَ َسن، َع ْن قَتَ َاد َة، َع ْن َسالم بْن أَِب ُمطي ٍع،بْ ُن ُُمَ َّمد
َّب
ٕ9
. َوال َكَرُم التَّ ْق َوى،ال
ُ ب الْ َم َّ ِ َّ صلَّى
ُ اْلَ َس: قَ َال،اَّللُ َعلَْيو َو َسل َم َ
Artinya : “ Telah menceritakan kepada kami fadlu sahli
„Araju Bagdadi, Telah menceritakan kepada kami Yunus bin
Muhammad dari Salam bin Abi Muti‟ dari qotadah bin Hasan, dari
Smurat dari Nabi SAW, Ia berkata : kebangsawanan ada pada
kekayaan alam dan kemuliaan pada takwa”.
kekayaan.
29
At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, vol.15, (Beirut: Dar Al-Gharb Al-Islami, 1998), 243.
6. Tidak cacat
Salah satu syarat kufu‟ adalah tidak ada kecatatan. Hal ini
maka dalam hal ini ada dua pendapat: Rauyani bahwa lelaki seperti
2. Penikahan
a. Pengertian
sebuah ungkapan tentang akad yang sangat jelas dan terangkum atas
30
Selamet Abidin., 60-61.
pada :31
(diawali dalam akad) lafadz nikah atau kawin, atau makna yang
pernikahan, yaitu akad yang kuat untuk mentaati perintah allah dan
31
Wahyu Wibisana, Pernikahan Dalam Islam, ( Jurnal Pendidikan Agama Islam, Ta‟lim Vol. 14
No.2, 2016), 186.
32
Al-Qur‟an dan Terjemah Al-Hikmah (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2010), 107
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ََوإِ ْن خ ْفتُ ْم أَََّّل تُ ْقسطُوا ِِف الْيَ تَ َامى فَانْك ُحوا َما ط
َ ْاب لَ ُك ْم م َن النّ َساء َمث
ِ ِ ِ ِ
ك أ َْد ََن أَََّّل ْ ع فَِإ ْن خ ْفتُ ْم أَََّّل تَ ْعدلُوا فَ َواح َد ًة أ َْو َما َملَ َك
َ ت أ َْْيَانُ ُك ْم َذل َ ث َوُرًَب
َ َوثَُال
تَعُولُوا
Artinya : “dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat Berlaku adil33, Maka (kawinilah) seorang saja34, atau budak-
budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya”. (An-Nisa : 3).35
Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama
33
Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan
lain-lain yang bersifat lahiriyah.
34
Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini poligami
sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini
membatasi poligami sampai empat orang saja.
35
Al-Qur‟an dan Terjemah Al-Hikmah, 77.
sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan
ثنا أَبُو،ْي بْ ُن ُُمَ َّم ِد بْ ِن ِزََي ٍد ْ ثنا،يسى بْ ِن إِبَْر ِاى َيم
ُ ْ اْلُ َس
ِ ِ
َ َحدَّثَنَا َعل ُّي بْ ُن ع
36
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1954), 374.
37
Al-Hakim, Al-Mustadrak Ala Shahihain,vol.2 (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1990), 174.
akan menurutkan sifat kebinatangan, dan dengan sifat itu akan timbul
b. Hakekat Penikahan
38
Sulaiman Rasjid., 175.
banyak umat yang ingkar kepada ajaran yang dibawa oleh para
Nabi dan Rasul, namun tetap saja mereka hidup dalam ikatan
3. Hadits
a. Pengertian hadits
Hadits menurut bahasa ialah al-jadid (baru), lawan dari kata al-
qadim. Kata hadits juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang
yang menisbatkan kepada Nabi saw. Tanpa menyertakan sifat diri dan
39
Ahmad Sarwad, Seri Fiqh Kehidupan (Pernikahan),( Jakarta : DU Publishing, 2011), 28.
40
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadits, (Surabaya : al Muna, 2010), 1.
41
Nurudin, „Ulumul Hadits, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2017), 14.
dan ketetapan Nabi Saw. Sebutan yang banyak di pakai oleh ulama
berhubungan dengannya.44
42
Nuruddin, „Ulumul Hadits,(Bandudung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), 16.
43
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, ( Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya, 2001), 5.
44
Nawir Yuslem., 9.
b. Pembagian hadis
1) Hadis mutawâtir
pada setiap tingkatannya terdiri atas perawi yang banyak yang jumlah
2) Hadis ahad
ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang , dua orang,
atau lebih yang tidak memenuhi syarat hadits mutawatir, atau hadits
a) Masyhûr,
b) „Azîz
c) Gharîb.46
1) Hadis Shahih
45
Nawer Yuslem,. 203.
46
Mohammad Gufron, Ulumul Hadits, ( Yogyakarta : Teras, 2013), 109- 118.
yang „adil dan dhabith dari perawi yang „adil dan dhabith pula
2) Hadis Hasan
47
Muhammad Gufron., 122- 123.
3) . Hadis Dhaif
4. Ma’anil Hadits
ungkapan kata. Sehingga dilihat dari segi kebahasaan bahwa makna dari
suatu ungkapan bersumber pada akal manusia dan berkorelasi kuat dengan
perasaan.
bagian dari ilmu gharib al-hadits. Hal tersebut wajar terjadi dalam batang
tubuh ungkapan suatu matan hadits. Gharib artinya sulit untuk dimengerti
atau dipahami dengan kata lain hal kata tersebut jarang dipakai dalam
48
Muhammad Gufron, Ulumul Hadist, 127.
49
Muhammad Gufron., 131.
Dan disini dapat dipahami bahwa objek material ilmu ma‟anil hadits
adalah redaksi hadits- hadits Nabi Saw, mengingat ilmu ma‟anil hadits
yang menjadi sudut pandang dari mana sebuah ilmu memandang objek
50
Esa Agung Gumelar, Memerangi atau Diperangi Hadits-hadits Peperangan Sebelum Kiamat,
(Guepedia,2019), 16-17.
teks hadits, maka objek formalnya adalah matan atau redaksi hadits itu
sendiri.
masalah sanad, maka akan dikaji dalam ilmu hadits riwayah, kemudian
adalah pada aspek sejarah dan latar belakang munculnya hadits, maka hal
itu merupakan wilayah ilmu asbabul wurud atau sababul hadits. Demikian
hadits yang gharib (asing), maka akan dikaji dalam ilmu gharib al- hadits.
Jadi ilmu ma‟anil hadits adalah bagian dari ilmu hadits, dimana objek
ilmu ma‟anil hadits harus bernilai mutawatir, shahih atau minimal hasan,
sebab hadits- hadits seperti itulah yang secara kualitatif dinilai sah untuk
diamalkan.
dalam hadits.51
51
Yusuf Qordhawi, Pengantar Studi Hadits, ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2007), 187.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis pendekatan
karena itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
B. Jenis penelitian
jurnal, dokumen, catatan dan lainnya. Dari dokumen yang ada tersebut
C. Sumber data
52
Albi Anggito, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Sukabumi: CV Jejak, 2018), 7.
42
a. Data Primer
b. Data Sekunder
data literature yang sesuai dan berhubungan dengan tema yang akan dibahas.
sumber yang berkaitan dengan tema yang dikaji, baik yang bersumber dari
E. Analisis data
BAB IV
PEMBAHASAN
tanggung jawab yang serius dan tunduk kepada peraturan yang spesifik.
beruntungan.
53
Ahmad Royani, Kafa‟ah dalam Perkawinan Islam ( tela‟ah kesederajatan agama dan sosial), (
Stain Jember, AL-Ihwal, Vol.5 No 1, 2013), 108.
44
tidak ada yang namanya syarat kalau menikah harus dengan yang sekufu‟.
Pendapat ahl Dzohir ini berpandangan bahwa muslim itu semua sama,
Jadi, wanita sah di nikahi dengan pemuda baik, rajin sholat dan
sopan. Begitu juga sebaliknya, laki-laki asalkan muslim sah buat dia
mereka. Sehingga jika keduanya berasal dari kelas atau golongan yang
54
Ahmad Zarkasih, Menakar Kufu‟ Dalam Memilih Jodoh, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2018),
41-42.
perkawinan.55
pendapatnya pada;
1. Hadits Nabi dari Ali RA yang diriwayatkan oleh Thirmidzi dan al-
Hakim :
،ِنِ ِ ِ ِ ِِ ٍ ِ
ِّ َع ْن َسعيد بْن َعْبد هللا اَُِه، َحدَّثَنَا َعْب ُد هللا بْ ُن َو ْىب: قَ َال،َُحدَّثَنَا قُتَ ْي بَة
ٍ ِ َع ْن َعلِ ِي بْ ِن أَِِب طَال، َع ْن أَبِ ِيو،ب
َّ أ،ب
َّ َِن الن
َّب ٍ َِع ْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن عُمر بْ ِن َعلِ ِي بْ ِن أَِِب طَال
ّ ّ ََ
َواَِنَ َازةُ إِ َذا،ت
ْ َالصالَةُ إِ َذا آن ٌ َ ثَال، ََي َعلِ ُّي:ُاَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َال لَو
َّ :ث َّلَ تُ َؤِّخ ْرَىا َّ صلَّى
َ
ِ
َ َواأل َّّيُ إِ َذا َو َج ْد،ت
56
.ت ََلَا ُك ْفئًا ْ ضَر
َ َح
Artinya :“ Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahab dari Sa‟id bi
Abdullah Al Juhani dari Muhammad bin Umar bin Ali bin Abu Thalib
dari bapaknya dari Ali bin Abu Thalib bahwa Rasulullah SSAW,
bersabda: wahai Ali, ada tiga hal, janganlah kamu menunda
pelaksanaannya, shalat jika telah masuk waktunya, mengurus jenazah
jika ada yang meninggal dan nikahkan seorang gadis jika telah
mendapatkan pasangan yang sesuai”.
َّ اْلَ َك ِم
ُّ ِ الذ ْس َع
َّن, ِن ُّ ْي الْبَ لَ ِد
ْ َّن َزَك ِرََّي بْ ُن, ي ِ ْ الس َك
ُّ يسى بْ ِن ِ
َ َْحَ ُد بْ ُن ع
ْ َحدَّثَنَا أ
ٍ ِ ِ أَبُو الْ ُمغِ َيِة َعْب ُد الْ ُقد
ُ َح َّدثَِِن ا ْْلَ َّج, َّن ُمبَ ّش ُر بْ ُن عُبَ ْيد, اج
, اج بْ ُن أ َْرطَا َة ِ اْلَ َّج
ْ ُّوس بْ ُن
55
Sudarto, Fih Munakahat 3, 22.
56
At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, vol.1 (Beirut: Dar Al-Gharb Al-Islami, 1998), 238.
َِّ ول َِّ عن جابِ ِر ب ِن عب ِد, وعم ِرو ب ِن ِدينَا ٍر, عن عطَ ٍاء
ُصلَّى هللا
َ اَّلل ُ قَ َال َر ُس: قَ َال, اَّلل َْ ْ َ ْ َ ْ َْ َ َ َْ
َوََّل َم ْهَر ُدو َن, ُ َوََّل يَُزِّو ُج ُه َّن إََِّّل ْاأل َْولِيَاء, َ ََّل تَ ْن ِك ُحوا النِّ َساءَ إََِّّل ْاألَ ْك َفاء:َعلَْي ِو َو َسلَّ َم
٘ٚ
.َع َشَرِة َد َر ِاى َم
Artinya : “ Menceritakan kepada kami Ahmad bin Isa Sakainil
Badi, Menceritakan kepada kami Zakaria bin Hakim Dzah‟ani,
Menceritakan kepada kami Abu Mugiroh bin‟Abdul Qudus bin Hajaj,
ya Mubasir bin „Ubadi, mengatakan kepada kami Hajaj bin Artha,
dari Atok, dan Umar bin Diyar, Dari Jabir bin‟Abdillah, ia berkata
Rasulullah SAW,” jangan nikahkan wanita kecuali dengan orang-
orang yang sekufu, jangan menikahkan mereka kecuali wali mereka,
dan tiada maskawin dibawah 10 dirham”.
Basri, dan al- Karki (Hanafiyah), adapun dasarnya adalah sabda Nabi:
dengan pemabuk atau orang fasik, maka ia memiliki hak untuk dirinya
57
Ad-Daraquthni, Sunan Ad-Daraquthni, vol.4 (Beirut: Mu‟assasah Ar-risalah, 2014), 358.
58
Sudarto, 23.
mereka berdua, begitu pula jika ayah menikahkannya dengan orang yang
memiliki harta haram atau dengan orang yang banyak bersumpah atau
menjatuhkan talak.59
harta kekayaan. Karena tidak ada yang keluar dari itu melainkan yang
sebab itu, maka kecantikan harus termasuk Kafaah jika dilihat dari sisi
tertentu.
zaman sekarang ini orang tua yang memiliki pemikiran, bahwa di dalam
59
Fuad Syarifudin Nur, Bidayatul Mujtahid Jilid 2, (Jakarta Timur, Pustaka Al- Kautsar, 2010), 27-28.
adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk
iman dan taqwa serta akhlaq seseorang, bukan status sosila, keturunan
orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan
Dan mereka tetap sekufu‟ dan tidak ada halangan bagi mereka
untuk menikah satu sama laiinya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan
إِ َّن امل ْرأََة, فَ َد َاك إِذَ ْن: قّ َال,يت أَ ْن تَ ْد ُج َل بَْي ِِن َونَْي نَ ُه َّن فَ َخ ِش,ات ِ إِ َّن ِِل أِ ِخو
َ ُ َ
ِ ِ ِ ِ
ْ َ بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب,ك َ فَ َعلَْي, َو ََخَاَلَا,تُْن َك ُح َعلَى دينِ َها
ٙٓ
.ت يَ َد َك
َّ اَّللِ صلى
: اَّلل عليو وسلم َّ َر ُِ َي-َو َع ْن اب ِن عُ َم ْر
َّ قَ َال َر ُس ْو: اَّللُ َعنْ ُه َما قَ َال
ُام) َرَواه ٌ ك أ َْو َح َّج ٌ ِ إَِّلَ َحائ,ض ِ ض ُه ْم أَ ْك َفاءُ بَ ْع ِ َوامل َو,ض
ُ اَل بَ ْع ِ ض ُه ْم أَ ْك َفاءُ بَ ْع
ُ ب بَ ْع
ُ (اَ َلعَر
َ
ٍِ استَ نْ َكر ُه اَبُ ْو َح
َع ْن ُم َع ِاذ: اِت َولَوُ َشا ِى ٌد ِعنْ َد اَلبَ ّزا ِر ِِ ِ ِ ِ
َ ْ َو, َوِف إ ْسنَده َراَِو ََلْ يُ َس َّم,اْلَاك ُم
.بْ ِن َجبَ ٍل بِ َسنَ ٍد ُمنْ َق ِط ِع
60
Muslim bin Hajjaj, “Musnad Shohih Mukhtasor”, (Beirut : Dar Ihyak Turos „arobi, juz 5), 1087.
61
Djamaludin Arra‟uf, Aturan Pernikahan dalam Islam, (Jakarta : JAL Publising, 2011), 20-21.
ٌ اد َع ِر
.يض ِ إَِّلَّ تَ ْف َعلُوا تَ ُك ْن فِْت نَةٌ ِِف األ َْر،ُُ ْو َن ِدينَوُ َو ُخلَُقوُ فَ َزِّو ُجوه
ٌ َوفَ َس،ض َ إِلَْي ُك ْم َم ْن تَ ْر
ِ
ِ ح ِديث أَِِب ىري رةَ قَ ْد خولِف عب ُد اْل ِم. وعائِش َة،اِت الْمزِِِن
يد بْ ُن َ َْ َ ُ َْ َ ُ ُ َ َ َ َ ّ َ ُ ٍ َوِِف البَاب َع ْن أَِِب َح
َع ِن،َ َع ْن أَِِب ُىَريَْرة، َع ِن ابْ ِن َع ْجالَ َن،ث بْ ُن َس ْع ٍد ِ سلَيما َن ِِف ى َذا اْل ِد
ُ يث َوَرَواهُ اللَّْي َ َ َْ ُ
يث َعْب ِد ِ ِ يث اللَّي
َ ث أَ ْشبَوُ َوََلْ يَعُ َّد َحد
ِ ِ َّ َّب صلَّى
ْ ُ َو َحد: قَ َال ُُمَ َّم ٌد.ًاَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ُم ْر َسال َ ِّ ِالن
ِ
َْ اْلَ ِميد
.ُم ُفوظًا
63
62
Muhammad bin Isa,” Jami‟ al-Kabir”, ( Beirut : Dar Gharib Islami, Juz 6, 1998).
63
Muhammad bin Isa, “ Sunan Tirmidzi”, ( Beirut : Dar Gharibu Islami, Juz 2, 1998), 385.
ِحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍﻭ ﺍلسَّوَّﺍﻕُ ﺍلْبَلْخِيُّ حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ ﺇِسْمَعِيلَ عَنْ عَبْد
َﺍللَّوِ بْنِ مُسْلِمِ بْنِ ىُرْمُزَ عَنْ مُحَمَّدٍ ﻭَسَعِيدٍ ﺍبْنَيْ عُبَيْدٍ عَنْ ﺃَبِي حَاتِمٍ ﺍلْمُزَنِيِّ قَالَقَاﻝ
َّﺭَسُوﻝُ ﺍللَّوِ صَلَّى ﺍللَّوُ عَلَيْوِ ﻭَسَلَّمَ ﺇِﺫَﺍ جَاءَكُمْ مَنْ تَرَُْوْﻥَ ﺩِينَوُ ﻭَخُلُقَوُ فَﺄَنْكِحُوهُ ﺇَِّل
تَفْعَلُوﺍ تَكُنْ فِتْنَ ٌة فِي ﺍألَْﺭْﺽِ ﻭَفَسَاﺩٌ قَالُوﺍ يَا ﺭَسُوﻝَ ﺍللَّوِ ﻭَﺇِﻥْ كَاﻥَ فِيوِ قَاﻝَ ﺇِﺫَﺍ
ٌجَاءَكُمْ مَنْ تَرَُْوْﻥَ ﺩِينَوُ ﻭَخُلُقَوُ فَﺄَنْكِحُوهُ ثَلَاﺙَ مَرَّﺍتٍقَاﻝَ ﺃَبُو عِيسَى ىَذَﺍ حَدِيث
ِحَسَ ٌن غَرِيبٌ ﻭَﺃَبُو حَاتِمٍ ﺍلْمُزَنِيُّ لَوُ صُحْبَ ٌة ﻭََّلَ نَعْرِﻑُ لَوُ عَنْ ﺍلنَّبِيِّ صَلَّى ﺍللَّوُ عَلَيْو
64
Muhammad bin Isa, 385.
mengatakan tiga kali. Abu Isa berkata: “ ini merupakan hadits gharib.
Abu Htim Al-Muzani adalah seorang sahabat, namun tidak kami
ketahui dia meriwayatkan hadits dari Nabi SAW selain hadits ini."65
ك قَ ِد ًيرا ِ ِ
َ َُّو ُى َو الَّذي َخلَ َق ِم َن الْ َماء بَ َشًرا فَ َج َعلَوُ نَ َسبًا َو ِص ْهًرا َوَكا َن َرب
A. Imam At-Tirmidzi
1. Biografi
Saurah ibn Musa ibn al- Dhahak al-Sulami al- Bugi at-Tirmidzi. 71
Nama beliau lebih popular dengan nama Abu „Isa. Bahkan dalam kitab
68
Al-Qur‟an dan Terjemah Al-Hikmah (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2010), 107.
69
Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan yang berasal dari hubungan pernikahan, seperti
menentu, ipar, mertua, dan sebagainya.
70
Al-Qur‟an dan Terjemah, 364.
71
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadits, (Surabaya : Al- Muna, 2010),117.
wafat pada malam senin tanggal 13 rajab tahun 279 H di desa Bug
mencatat hadist yang di dengar dari para ulama‟ yang di temuinya. At-
Tirmidzi.74
seorang imam yang hafidz dan ahli fiqih. Hanya saja, kriterianya
(ketat).75
72
M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, ( Yogyakarta : Teras, 2009), 104.
73
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 2013), 367-368.
74
Zainul Arifin., 118.
75
Syaikh Ahmad Syarif, biografi Ulama Salaf atau Min A‟lam As-Salaf, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2006), 550.
antaranya, yaitu:
5. „Abu Sa‟id al-Asyaj „Abdullah bin Sa‟ad al-Kindi (w. 257 H).
(194- 256 H), Muslim bin Hajaj ( 204 -261 H), Imam at-Tirmidzi
(209-279 H), Abu Daud (206-275 H), Imam Nasa‟0 (215- 303 H),
yang sama, meski di waktu yang lain mereka juga berguru dan
76
Muamar, „Ilal Al-Hadits Menurut Imam Al-Tirmidzi,( Makasar, Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Alauddin, 2016), 13.
Saqofi Abu Raja‟ (150 H-240 H), Suwaid ibn Nasr Suwaid al-
ibn Mani‟ al-Baghawi (w. 244 H), „Ummar ibn „Ali Falas, dan
Hasan Ahmad ibn Abi Syu‟aib (w. 250 H), Imam al-Bukhari, Imam
Isma‟il al- Samarqandi, Abu Hamid Ahmad ibn Abdullah, Ibn Yusuf
- Ahmad ibn „Ali Maqri, Ahmad ibn Yusuf al-Nasafi Abu al-Haris
- Dawud ibn Nasr ibn Suhail al-Bazdawi, „Abd ibn Muhammad ibn
Mahmud al-Nasafi.
- Abu Hasan „Ali ibn „Umar ibn Kalsum al-Samarqandi, Al- Fadi
77
Muamar, 14-15.
78
Muammar, 16.
tetapi, hanya ada dua karyanya saja yang sudah masyhur, yaitu kitab
kita.79
1) Al- Jami‟ al- Shahih, yang dikenal dengan al- Jami‟ al- Tirmidzi,
Maliki
al-Nas al-Syafi‟i.
Zainuddin al-„Iraqi
79
Syaikh Ahmad Syarif, 565.
80
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadits, ( Surabaya : Al-Muna, 2010), 119.
2) Al-„Ilal Ash- Shughra, kitab ini terdapat pada akhir kitab al-Jami‟
al-Tirmidzi.
yang bersabda.
81
M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 109.
a. Az-Zuhud
c. Kitab Al-Tarikh.
pada adanya dua bab yang tidak ditemukan pada kitab al-Bukhori dan
karya tersebut. Diantaranya :al- Hafiz Ibn Asir (w. 524 H), yang
82
Masturi Irham, Qishshah At-Tartar Min Al-Bidayah ila „Aim Jalut atau sejarah bangsa Tartar,
(Jakarta: Pustaka Al-Kaautsar, 2019), 593-594.
83
Zainul Arifin, Sudi Kitab Hadits, 123.
84
Zainul Arifin, 123.
85
Mohammad Gufron, Ulumul Hadits : Praktis dan Mudah, ( Yogyakarta : Teras, 2013), 171.
maupun kunyyahnya.86
Tirmidzi, namun bukan berarti kitab ini luput dari kritikan. Al-
Kitab Jami‟ al- Tirmidzi ini selesai di susun dan di tulis oleh
dari “Kutubus Sittah”, kitab Jami‟ ini lebih di kenal dengan nama
86
M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadits,121-122.
87
M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadits, 123.
bab-bab fiqih. Imam al- Hakim juga memberikan julukan kitab ini
Tirmidzi terdiri dari 5 juz, 2375 bab dan 3956 hadits. Kitab ini memuat
tentang tauhid), al- ahkam (tentang hukum), al- riqaq (tentang budi
luhur), adab (tentang etika), al- tafsir (tentang tafsir al-qur‟an), al-
tarikh wa al-syiar ( tentang sejarah dan sejarah jihad nabi SAW), al-
fitan ( tentang terjadinya fitnah dan mala petaka), dan tentang biografi
bab fiqih, dari bab Taharoh seterusnya sampai dengan bab akhlak,
88
Algifri Muqsit Jabar, Membahas kitab Hadits (Kitab Shahih al-Bukhori dan Sunan Tirmidzi ),
b(Skripsi,UIN Syafir Hidayatullah Jakarta, 2017), 50-51.
do‟a, tafsir, fada‟il dan lain-lain. Dengan kata lain at-Tirmidzi dalam
model juz, kitab, bab, dan sub bab. Kitab ini ditahqiq dan dita‟liq oleh
sebagai berikut:90
2. Asbab al-Salah 62 89
2 1. Asbab Witir 22 35
2. Asbab al-Jum;ah 29 41
3. „Idain 9 12
4. Al- Safar 44 72
3 1. Zakat 38 73
89
M. Abdurahman, Studi Kitab Hadits, 115.
90
M. Abdurrahaman, 116-118.
2. Siyam 83 126
3. Hajj 116 15
4. Janajah 76 144
5. Nikah 43 65
6. Rada‟ 19 26
8. Buyu‟ 76 104
9. Al-Ahkam 42 58
4 1. Al- Diyat 23 36
2. Al-Hudud 30 40
3. Al-Said 7 7
4. Al-Zabaih 1 1
6. Al-Dahi 24 30
7. Al-Siyar 48 70
8. Keutamaan Jihad 26 30
9. Al-Jihad 39 49
10. Al-Libas 45 67
11. Al-At‟imah 48 72
12. Al-Asyribah 21 34
14. Al-Tibb 35 33
15. Al-Fara‟id 23 25
16. Al-Washaya 7 8
19. Al-Ru‟ya 10 16
20. Al-Syahadah 4 7
5 1. Al- Iman 18 31
2. Al-„Ilm 19 31
3. Isti‟zan 34 43
5. Al- Nisa‟ 7 11
6. Fadail al-Qur‟an 25 41
7. Al-Qira‟at 13 18
11. Al-„Ilal
2. Analisis Hadits
b. Takhrij hadits
Dengan berpedoman pada kata kunci إِ َّن امل ْرأَةَ تُْن َك ُح ditemukan kata kunci
َ
sebagai berikut :
ِ
ُ فَ َهالَ بِ ْك ُر تَُال عبُ َها قُ ْل:قَ َال, ب
ت ِ ُ ْ أ َْم ثَيِّب قُل, بِ ْكر: قَ َال, نَ َعم: ت
ُ ّ ثَي: ت ُ ُ ْ ُ ْقُل
, فَ َد َاك إِذَ ْن: قّ َال,يت أَ ْن تَ ْد ُج َل بَْي ِِن َونَْي نَ ُه َّن ِ ِ ِِ
ُ فَ َخش, إِ َّن ِِل أخ َوات: اَّلل
َّ ولَ ََي َر ُس:
ِ ِ ِ ِ
َ فَ َعلَْي, َو ََخَاَلَا,إِ َّن امل ْرأَةَ تُنْ َك ُح َعلَى دينِ َها
ْ َ بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب,ك
9ٔ
.ت يَ َد َك
َ
Tabel 4.1 Jalur Perawi Hadits
91
Muslim bin Hajjaj, “Musnad Shohih Mukhtasor”, (Beirut : Dar Ihyak Turos „arobi, juz 5), 1087.
Riwayat An-Nasai
، َع ْن َعطَ ٍاء،ك
ِ ِ َعن َعب ِد الْمل، حدَّثَنَا خالِ ٌد: قَ َال،ود
َ ْ ْ َ َ
ٍ أَخب رََّن إِ َْسعِيل بن مسع
ُ ْ َ ُ ْ ُ َ ََ ْ
صلَّى ِ ِ َِّ ولِ أَنَّو تَزَّوج امرأَةً َعلَى َع ْه ِد رس،َعن جابِ ٍر
ُّ ِ فَلَقيَوُ الن،صلَّى هللاُ َعلَْيو َو َسلَّ َم
َ َّب َ اَّلل َُ َْ َ َ ُ َ ْ
» «بِ ْكًرا أ َْم ثَيِّبًا: قَ َال، نَ َع ْم:ت ِ
ُ ْ قُل:ت ََي َجابُِر » قَ َال
َ «أَتََزَّو ْج: فَ َق َال،هللاُ َعلَْيو َو َسلَّ َم
َِّ ول
ُك َّن ِِل،اَّلل َ ََي َر ُس:ت َ ُ «فَ َه َّال بِ ْكًرا تَُال ِعب: قَ َال، بَ ْل ثَيِّبًا:ت
ُ ْ قُل: قَ َال،»ك ُ ْ قُل:قَ َال
إِ َّن الْ َم ْرأََة تُنْ َك ُح َعلَى، «فَ َذ َاك إِذًا: قَ َال،يت أَ ْن تَ ْد ُخ َل بَْي ِِن َوبَْي نَ ُه َّن ِ
ُ ات فَ َخش
ٌ َخ َو
َأ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ فَ َعلَْي، َو ََجَاَلَا، َوَماَلَا،دينِ َها
ْ َك بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب
ت يَ َد َاك
92
Kholid II ال
َ َق
92
Abu „Abdurrahman Ahmad, “ Sunan Shogir An-Nasai”,( Khalaba : Maktabat matbu‟at Islamiyah,
Juz 9) 65 .
رسول هللا
قال
عن
َعْب ِد َّ
اَّلل بْ ِن ُُنَِْي إسحاق بن يوسف َخالِ ٌد
َحدَّثَنَا حدثنا َحدَّثَنَا
Dari I‟tibar sanad diatas dapat diketahui bahwa hadits tentang Kafaah
memiliki perawi yang berstatus syahid dan muttabi‟; penjelasan terkait syahid
takhrij hadits dan I‟tibar sanad diatas, memiliki perawi yang berstatus syahid.
Karena hadits tentang Kafaah diriwayatkan oleh 3 sahabat yang berbeda yakni
diantaranya ialah :
- Dalam sanad Imam Muslim dan Imam at-Tirmidzi terdapat perawi Ishaq
bin Yusuf dan Abdullah bin Umar. Keduanya meriwayatkan dari guru
Kholid, Ishaq bin Yusuf dan Abdullah bin Umar, ketiganya meriwayatkan
dari guru yang sama yakni Abdul Malik bin Abi Sulaiman.
َّ صلَّى ِ ُ رس
ُاّلل َ ول هللا َُ
إسحاق بن يوسف
جامع الرتمدى
2) Shigotul Ada‟
langsung dari gurunya 'Atha` bin Abi Rabah menggunakan kata عن,
3) Biografi Perawi
235 H, beliau guru dari Imam Bukhori, at-Tirmidzi dan juga An-
Abdillah, Abdullah bin „Aun, Abdul Aziz bin Umar, Abdul Malik
Jarh wa Ta‟dil : berkata dari ad- Darimi dari Yahya bin Mu‟min
93
Al-Mizzi, Tahdzib Al-Kamal fiAsma‟ Ar-Rijal, vol.1 (Beirut Mu‟assasah Ar-Risalah), 473
94
Al-Mizzi, Tahdzib Al-Kamal fiAsma‟ Ar-Rijal, vol.2 (Beirut Mu‟assasah Ar-Risalah), 496.
berkata : sesuatu yang patut dikagumi dari Abdul Malik bin Abi
Guru- gurunya : Usamah bin Zaid bin Haritsah, Aus bin Shamit,
bin Unais, Ali bin Abi Thalib, Ammar bin Yasir, Umar bin
„Abdillah Tsiqoh.97
96
Al-Mizzi, Tahdzib Al-Kamal fiAsma‟ Ar-Rijal, vol.20 (Beirut Mu‟assasah Ar-Risalah), 69.
97
Al-Mizzi, Tahdzib Al-Kamal fiAsma‟ Ar-Rijal, vol.4 (Beirut Mu‟assasah Ar-Risalah), 443.
Tsiqoh
Ahmad bin Muhammad bin Musa 235 H Ishaq ibn Yusu
Tsabit
Abdul Malik bin Abi Sulaiman 145 H Ishaq bin Yusuf Tsiqoh
3. Kualitas hadits
َخبَ َرََّن
ْ أ،ف ْاأل َْزَر ُق
َ وس ِ ْ أ،َْحَ ُد بْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن ُموسى
ُ َُخبَ َرََّن إ ْس َحاق بْ ُن ي َ ُ ْ َحدَّثَنَا أ
ٍ ِ َِعب ُد الْمل
َّ ِ أَ ّن الن، َع ْن َجابِ ٍر، َع ْن َعطَاء،ك بْ ُن أَِِب ُسلَْي َما َن
" إِ َّن الْ َم ْرأََة تُْن َك ُح:َّب قَ َال َ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ فَ َعلَْي، َو ََجَاَلَا، َوَماَلَا،َعلَى دينِ َها
ْ َك بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب
." ت يَ َد َاك
dalam hadits ini Tsiqoh (shahih), dilihat saja pada Ahmad bin
menjelaskan bahwa hadits yang beliau dapat Tsiqoh, namun dalam bab
Auf bin Malik, Aisyah, Abdullah bin Amr dan Abu Said, dan juga
membahas masalah ini dengan panjang lebar dalam kitab al-Imam at-
batas keghariban.
hadits yang demikian adalah hadits yang sesuai dengan definisi yang
satu jalur.100
penelitian atau ktitik matan hadits. Kajian matan hadits ini merupakan
penelitian yang fokus pada matan haditsnya saja, sebagai upaya meneliti
kebenaran teks hadits, apakah matan tersebut benar-benar berasal dari nabi
atau hanya rekayasa belaka, karena tidak semua hadits yang sanadnya
99
Nurudin, „Ulumul Hadits, ( PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2017), 276.
100
Nurudin, „ulumul Hadits, 277.
Hadits.
berpendapat bahwa suatu sanad yang shahih, pasti matannya shahih juga,
sehingga tidak perlu lagi dilakukan pemahaman ulang. Bagi mereka, sanad
yang shahih belum tentu matannya shahih. Implikasi dari hal ini, penelitian
hadits tidak boleh berhenti pada aspek sanad saja, tetapi juga harus
matan hadits dikatakan sebagai matan yang shahih jika tidak ada illat dan
adalah kaidah maudhu‟ tidaknya suatu matan hadits dan kaidah yang
101
Suryadi, Rekontruksi Kritik Matan dan Sanad Dalam Studi Hadits, (UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta : ESENSIA, Vol.16,No.2, 2015),202.
akan di dipaparkan kutipan redaksi matan hadits dalam kitab sunan at-
ِ ِ ِ ِ ِ
َ فَ َعلَْي، َو ََجَاَلَا، َوَماَلَا،إِ َّن الْ َم ْرأَةَ تُنْ َك ُح َعلَى دينِ َها
ْ َك بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب
ت يَ َد َاك
ِ ِ ِ ِ
َ فَ َعلَْي, َو ََخَاَلَا, إِ َّن امل ْرأَةَ تُنْ َك ُح َعلَى دينِ َها,فَ َد َاك إِذَ ْن
ْ َ بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب,ك
ت يَ َد َك
َ
c. Redaksi matan hadits An-Nasai
ِ ِ ِ ِ ِ
َ فَ َعلَْي، َو ََجَاَلَا، َوَماَلَا، إِ َّن الْ َم ْرأََة تُْن َك ُح َعلَى دينِ َها،فَ َذ َاك إِ ًذا
ْ َك بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب
ت يَ َد َاك
temanya sama. Kalau dilihat dari beberapa redaksi hadits diatas, redaksi
meskipun dengan jalur sanad yang berbeda. Dalam hal ini at-Tirmidzi
kalau dilihat dari isi hadits at-Tirmidzi yang tidak jauh beda dengan
hadits yang lain yang mempunyai makna yang sama, maka hadits at-
kondisi sanad dan matan hadits maka, hadits at-Tirmidzi dapat dijadikan
sebagai hujjah.
Semua manusia memiliki hak asasi yang sama, jika harus dibedakan atas
menjadi tolak ukur hadits yang dapat diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa
secara jelas baik dalam al-qur‟an maupun hadits. Walaupun ada hadits
hadits adalah bagian dari realita trdisi keIslaman yang berkaitan dengan
102
Ibnu Hamzah al-Husaini, Asbabul Wurud Latar Belakang Historis Timnulnya Hadis-Hadits Rasul
Jilid 2, (Jakarta: Kalam Mulia, 2016), 18.
kebaikan.
menyuruh factor mana saja yang disukai. Akan tetapi factor yang (taat)
beragama adalah yang paling penting terpenuhi oleh wanita itu, meskipun
dia kaya, atau miskin, dan keduanya ( calon suami dan isteri) akan
Maka memilih jodoh karena factor agama menolong suami isteri sendiri,
serta akan menjadi teladan bagi anak-anaknya kelak, karena factor agama
lagi, “ gadis atau janda ? “ saya menjawab : janda. Nabi SAW bertanya
lagi, mengapa kamu tidak memilih menikahi gadis saja, sehingga kamu
baik agamanya. Dengan adanya agama yang baik, akan membawa rumah
tangga yang sakinah mawadah lan warohmah, bahkan dapat menjadi bekal
untuk anak-anak kita kelak. Jadi kafa‟ah atau setara yang di maksud dalam
ulama fuqoha mengenai Kafaah yang bersumber dari al-qur‟an dan hadits.
Konsep yang dimaksud peneliti disini ialah bagaimana hasil ijtihad para
ulama tentang Kafaah yang diambil dari hadits-hadits Nabi yang artinya;
serupa, setara, sama seimbang atau serasi. Kemudian dalam hadits riwayat at-
104
H.Said Agil Husain Munawar, Asbabul Wurud, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), 139.
إِ َّن الْ َم ْرأَةَ تُْن َك ُح َعلَى ِديْنِ َها : sesungguhnya perempuan itu dinikahi
karena agamanya.
ِ
ْ َك بِ َدات الدين تَرب
ت يَ َد َاك َ فَ َعلَْي :Pilihlah karena agamanya, maka
menekankan Kafaah dilihat dari agamanya itulah yang paling penting untuk
Begitupun Imam malik beliau salah satu ulama yang menetapkan penentuan
Kafaah khusus dalam agamanya, ini dinuqil dari Ibnu Umar dan Ibnu Mas‟ud,
juga dinuqilkan dari Muhammad bin Sirin dan Umar bin Abdul Aziz dari
kalangan Tabi‟in.
Ada dua pendapat mengenai Kafaah dalam hal agama, yaitu yang
pertama tolak ukur kafa‟ah dalam hal agama di nilai dari keIslaman nasab (
(ayah/ kakek) Islam dianggap tidak sekufu dengan orang yang punya nasab
(ayah/kakek) bukan Islam. Seorang yang hanya mempunyai orang tua yang
Islam sekufu dengan orang yang hanya mempunyai satu orang tua yang Islam,
Pendapat yang kedua, ukuran Kafaah dalam hal agama adalah tingkat
tangga yang harmonis. Agama mengajarkan etika dan sopan santun dalam
Islam mengajarkan bagaimana hak dan kewajiban sebagai suami dan isteri.
Kriteria yang kedua yang menjadi tolak ukur Kafaah dalam segi
sapu dan lain-lain yang sejenis tidak sebanding atau tidak sekufu dengan
tidak kufu‟ dengan perempuan merdeka. Dapat dilihat juga apakah mereka
105
Ahmad Royani, Kafa‟ah dalam Perkawinan Islam (Tela‟ah Kesederajatan Agama dan Sosial),
(STAIN Jember, Al-Ihwal, Vol 5, No 1, 113.
merdeka. 106
laki-laki untuk menikahi seorang perempuan. Hal ini dapat dilihat apabila
dengan seorang laki-laki dari kelas ekonomi bawah, maka sang laki-laki akan
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sang isteri dan juga
sulit menemukan seorang perempuan yang mau menerima kondisi yang tidak
Pernikahan dalam Islam terkait erat dengan aspek ibadah, sosial dan
Jika ditinjau dari segi tujuan pernikahan, yakni menciptakan keluarga sakinah,
pasangan hidup menjadi unsur yang sangat penting. Salah satu pertimbangan
dalam memilih pasangan hidup adalah melalui proses Kafaah. Kafaah sangat
106
Iffatin Nur, Pembaharuan Konsep Kesepadanan Kualitas (Kafa‟ah) dalam Al-Qur‟an dan Hadits,
(STAIN Tulung Agung, Vol 6, No 2, 2012), 424.
maka engkau akan beruntung. Melihat hal tersebut dan beberapa realita yang
ada, agar menikahlah dengan seseorang yang baik agamanya, maka mereka
akan beruntung. Hal tersebut bukannya mengecualikan yang lain, akan tetapi
pendirian dalam agamanya, bukan orang yang fasiq, karena orang yang seperti
ini tidak boleh untuk menjadi saksi dan tidak boleh pula meriwayatkan hadis.
Terhadap orang yang teguh pendirian dalam agamanya ini, Allah berfirman:”
apakah sama orang yang mu‟min dengan orang yang fasiq ? sesungguhnya
mereka itu tidak sama” ( QS, al-Sajadah, 32:48). Dalam ayat lain Allah juga
seseorang itu agamanya Islam (muslim), begitu pula dengan kedua orang
tuanya juga adalah muslim. Maka dalam hal ini, yang disebut dengan sekufu
adalah jika kedua orang tua kedua belah pihak adalah sama-sama muslim,
akan tetapi jika salah seorang saja dari orang tua kedua belah pihak yang
Muslim, maka hal itu tidak disebut sekufu. Karena baiknya seseorang dalam
mereka kepada Allah. Kalaupun ada perbedaan di antara mereka maka hal itu
yang baik bukan sekedar beragama Islam, akan tetapi agama yang baik itu
ibadah, muamalah, yakni orang yang memiliki kepribadian yang baik, jujur,
bertanggung jawab, mandiri, pekerja keras, menghormati orang lain, dan lain
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bagian ini peneliti memaparkan kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan
1. Kafaah atau kufu‟ berarti sederajad, sepadan atau sebanding. Yang dimaksud
kafa‟ah menurut konsep Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa
serta akhlaq seseorang, bukan status sosila, keturunan dan lain-liannya. Allah
memandang sama derajad seseornag baik itu orang Arab maupun non Arab,
miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya melainnkan derajad
taqwanya.
hasan dengan predikat shahih bagi hadits tersebut untuk menjelaskan bahwa
hadits tersebut telah lepas dari batas keghariban. Melihat dari segi sanad dan
93
seperti kecantikan, harta dan agama. jika melihat fenomena sosial sekarang
dalam hal agama, karena pada dasarnya semua hamba itu sama di hadapan
B. Saran
Dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat merubah pola pikir masyarakat
bahwasannya jika akan menikah harusnya memilih pasangan yang sesuai seperti
kisah para sahabat, carilah pasangan setara dalam agama, bukan karena kekayaan,
kecantikan, nasab dan lainnya, karena dimata Allah SWT semua manusia sama,
kecuali karena ketaqwaanya. Carilah yang baik agamanya, akhlaq dan sopan santun.
Hasil penelitian ini belum sempurna, penulis berharap semoga para pencinta ilmu
hadits bisa melanjutkan dan menyempurnakan tulisan ini. Dengan adanya penelitian
ini, penulis berharap muncul lebih banyak lagi penelitian-penilitian yang mengarah pada
persoalan tentang kafaah. Hal tersebut diharapkan dapat membantu keperluan referensi
oleh masyarakat luas, dan khususnya untuk langan akademik Fakultas Adab dan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Mifdhol. 2005. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar.
Algifri Muqsit Jabar,Muqsit, Algifri.2017. Membahas kitab Hadits (Kitab Shahih al-
Bukhori dan Sunan Tirmidzi ).Jakarta : Skripsi UIN Syafir Hidayatullah..
Alwiyah. The Laws Of Marriage And Divorce In Islam. Cet. Pertama. Jakarta Darul
Ulum Press.
Arra‟uf, Djamaludin. 2011. Aturan Pernikahan dalam Islam. Jakarta : JAL Publising.
95
Hajjaj, Bin, Muslim. “Musnad Shohih Mukhtasor”. Beirut : Dar Ihyak Turos „arobi.
Ibnu Hamzah al-Husaini, Ibnu, Hamzah. 2016. Asbabul Wurud Latar Belakang
Iffah Muzammil, Iffah. 2019. Fiqh Munakahar (Hukum Pernikahan Dalam Islam).
Tanggerang: Tira Smart.
Irham, Maturi. 2019. Qishshah At-Tartar Min Al-Bidayah ila „Aim Jalut atau sejarah
bangsa Tartar. Jakarta: Pustaka Al-Kaautsar.
Khon,Abdul, Majid. 2014. Takhrij dan Metode Memahami Hadits. Jakarta: Amzah.
Maisyaroh Fika Nurzanah, Fika, Maisyaroh. 2018. Hadis- Hadis Kafaah dalam
Perspektif Tokoh-Tokoh al-Irsyad. Skripsi: IAIN Jember.
Nur,Fuad, Syarifudin. 2010. Bidayatul Mujtahid Jilid 2. Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar.
Rifa‟I, Moh. 1978. Terjemah Khulasan Kifayatul Akhyat, Semarang : CV. Toha
Putra
Rusdiani, 2014. Konsep Kafaah dalam Perkawinan Masyarakat Sayyid ditinjau dari
Hukum Islam (Studi Kasus di Kelurahan Sindere Kecamatan Binamu
Kabupaten Jeneponto). Makasar : Skripsi. UIN Alaudin.
Suryadi,2015. Rekontruksi Kritik Matan dan Sanad Dalam Studi Hadits. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta : ESENSIA.
Syarif, Ahmad, syarif, 2006. biografi Ulama Salaf atau Min A‟lam As-Salaf. Jakarta :
Pustaka Al- Kautsar.
Wibisana, Wahyu. 2016. Pernikahan Dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam,
Ta‟lim .
Yuliana, Dia. 2014. Analisis Konsep Kafaah dalam Pernikahan Menurut Pemikiran
Syafi‟iyah . Skipsi : STAI – SNI.
Zarkasih,Ahmad. 2018. Menakar Kufu‟ Dalam Memilih Jodoh. Jakarta: Rumah Fiqih
Publishing.
Nim : U20162009
No Hp : 081330866043
Riwayat Pendidikan :
Pengalaman Organisasi :