Anda di halaman 1dari 116

KONSEP KAFAAH DALAM PERNIKAHAN PERSPEKTIF HADITS

(Kajian Ma’anil Hadits)

SKRIPSI

Oleh:

Winarti
NIM : U20162009

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
FEBRUARI 2021

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


KONSEP KAFAAH DALAM PERNIKAHAN PERSPEKTIF HADITS
(Kajian Ma’anil Hadits)

SKRIPSI

Diajukan kepada Institut Agama Islam Negeri Jember


untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Program Studi Ilmu Hadis

Oleh:

Winarti
NIM : U20162009

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
FEBRUARI 2021

ii

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
MOTTO

:‫اَّلل َعلَيْ ِه َو َسلَ َم‬


‫ص َل ه‬ ‫ال َر ُس ُو ُل ه‬
َ ‫اَّلل‬ ْ َ‫َع ْن َعائِ َشة قَال‬
َ َ‫ ق‬: ‫ت‬

.‫اء َواتُ ِك ُح ْوا إِلَْي ِه ْم‬ ِ ِ ِ


َ ‫ََتَيه ُرْوا لنُطف ُك ْم َوا تُك ُح ْوا اال َك َف‬

“ Dari Aisyah, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “ pilihkanlah bagi anak-

anak gadits kalian ( jodoh yang baik), menikahlah kalian dengan yang sekufu dan

nikahkanlah anak gadis kalian dengan mereka”.1

1
Abdullah Shonhaji, Terjemah Sunan Ibnu Majjah Jilid IV ( Semarang : CV. Asy Syifa’, 1993),
688.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, serta rahmat dan

hidayah-nya yang telah memberikan kemudahan serta kelancaran dalam setiap

langkahku. Untuk orang-orang yang selalu mendukungku, skripsi ini penulis

persembahkan kepada : Kedua orang tua saya bapak Careh dan Ibu Musmiati,

yang telah memberi cinta kasih sayang yang begitu tulus, mengajarkanku untuk

selalu bersabar dan kerja keras tanpa harus mengeluh, serta selalu mendoakan

yang terbaik, semoga putrimu dapat membanggakan kedua orang tua secara lahir

dan batin serta dapat membawa pulang sebuah kebagian.

Untuk adik-adikku sinta dan pita selalu mengundang semangat

Seluruh guru, ustadz, dan ustadzah yang membimbingku

Sahabat serta keluarga asrama al-Magfiroh

Sahabat keluarga besar ilmu hadis 2016

Terkhusus M. Syaikonil Kirom

Almamaterku

Institut Agama Islam Negeri Jember

vi

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


KATA PENGANTAR

‫بسمميحرلا نمحرلا هللا‬


‫احلمد هلل رب العاملني والصالة والسالم على سيدان دمحم بن عبد هللا الذي أرسله هللا تعاىل رمحة‬
‫للناس وعلى آله وصحبه ومن تبعهم إبحسان إىل يوم الدين‬

Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah Maha pemberi nikmat

dan semangat. Atas izin-Nya perencanaan, pelaksanaan, penyelesaian skripsi

yang berjudul KONSEP KAFA’AH DALAM PERNIKAHAN PERSPEKTIF

HADITS (Kajian Ma’anil Hadits). sebagai salah satu syarat menyelesaikan

program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancer.

Jika bukan karena ke-Agungan dan kasih Sayang-Nya, sungguh penulis

merasa tidak memiliki kemampuan dalam melakukan penelitian ini. Namun

Syukur tak terkira penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh

karena itu dengan sepenuh hati penulis menyampaikan banyak terima kasih dan

jazakumullaoh khoir kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. selaku Rektor IAIN Jember

2. Bapak Dr. M. Khusna Amal, S.Ag, M.S.i selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin, Adab, dan Humaniora.

3. Bapak H. Mawardi Abdullah, Lc., M.A selaku ketua Program Studi Ilmu

Hadis Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora.

vii

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


4. Bapak Dr. Imam Bonjol Juhari, S.Ag. M.Si selaku dosen pembimbing

yang telah meluangkan waktunya dan telah banyak memberi kontribusi

baik arahan, saran, motivasi, semangat dan bimbingannya sehingga dapat

terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh keluarga tercinta terutama bapak dan ibu yang selalu mendoakan,

menasehati, dan mengarahkan kami ke jalan yang diridhai Allah. Semoga

Allah selalu memberikan segala yang terbaik kepada mereka.

6. Keluarga dan sahabat asrama dan foto copy al-Magfiroh yang selalu

membawa kebahagiaan.

7. Sahabat-sahabat penyemangat Ilmu hadis 2016

8. Seluruh sahabat komunitasku:

a. Forsa (Forum Studi Aswaja) yang telah memberikan dukungan dan

telah mengajarkan kami untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

b. Darun Nikmat yang selalu mewarnai hariku untuk selalu tersenyum,

serta memberi semangat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih belum

sempurna dan banyak kekuranngannya. Oleh karena itu kritik dan saran

sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca.

Jember, 30 Januari 2021

WINARTI
NIM. U20162009

viii

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


ABSTRAK

Winarti, 2020: Konsep Kafa’ah dalam Pernikahan Perspektif Hadits (Kajian


Ma’anil Hadits)
Kafaah, secara bahasa al-kafaah berarti kesamaan dan kesetaraan. secara
istilah, ulama fiqih mendefinisikan dengan kesetaraan antara suami istri dalam
hal-hal tertentu untuk mencegah pertikaian. Maksud dengan kafaah ialah
keseimbangan dan keserasian antara calon istri dan suami sehingga masing-
masing calon tidak merasa berat untuk melangsungkan pernikahan.
Fokus penelitian yang diteliti dalam skripsi ini adalah; 1). Bagaimana
konsep kafaah dalam pernikahan perspektif hadits, 2). Bagaimana kehujjahan
hadits tentang kafaah riwayat at-Tirmidzi, 3). Bagaimana analisis kontekstual
hadits tentang kafaah pada masa sekarang. Dengan demikian maka tujuan dari
penelitian ini adalah ; 1). Mendeskripsikan konsep kafaah dalam pernikahan
perspektif hadits, 2). Untuk mengetahui bagaimana kehujjahan hadits tentang
kafaah riwayat at-Tirmidzi, 3). Bagaimana analisis kontekstual hadits tentang
kafaah pada masa sekarang.
Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, peneliti ini menggunakan
metode kualitatif, dengan pendekatan kepustakaan (Library Research), penelitian
ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang bersumber dari buku-
buku, kitab, jurnal, dan lainnya. Dari data yang ada tersebut peneliti melakukan
analisis secara mendalam dengan menggunakan pendekatan kajian Ma’anil hadits
sebagai salah satu cara untuk menganalisis makna yang terkandung dalam hadits.
Hasil penelitian ini adalah Hadits kafa’ah yang diriwayatkan oleh at-
Tirmidzi; Sesungguhnya perempuan itu dinikahi karena agamanya, hartanya, dan
kecantikannya. Pilihlah yang (karena agamanya), maka engkau akan beruntung.
begitupun kafa’ah menurut konsep islam hanya diukur dengan kualitas iman dan
taqwa serta akhlaq seseorang, bukan status sosila, keturunan dan sebagainya.
Allah memandang sama derajad seseorang baik itu orang Arab maupun non Arab,
miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya melainnkan derajad
taqwanya.
Status hadits pembahasan ini bersetatus hasan shohih, artinya adalah
bahwa hadits yang bersangkutan sanadnya banyak dan mencapai derajat shahih.
Oleh karena itu, at-Tirmidzi mengumpulkan predikat hasan dengan predikat
shahih bagi hadits tersebut untuk menjelaskan bahwa hadits tersebut telah lepas
dari batas keghariban. Melihat dari segi sanad dan matannya yang sudah
memenuhi syarat-syarat diterimanya sebuah hadits, maka hadits riwayat at-
Tirmidzi dapat di jadikan sebagai hujjah.
Ma’anil hadits ( pemahaman hadits) tentang konsep kafa’ah dapat
dipahami secara kontekastual dengan masyarakat sekarang seakan
mengenyampingkan.jika melihat fenomena sosial sekarang masyarakat sudah
tidak lagi memenperhitungkan hal tersebut, tergantung pribadi masing-masing
bagaimana cara mereka memperhitungkannya. Kecuali dalam hal agama,disisni
islam bukanlah agama yang ajarannya mementingkan kelompok, islam adalah
agama yang seimbang, menjunjung tinggi nilai moral dan kesetaraan manusia.
Kata kunci : Kafaah, Pernikahan, Hadits

ix

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
1. Konsonan

Pedoman transliterasi Arab-Latin ini sesuai dengan SKB Menteri Agama

RI. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543/U/1987

tertanggal 22 Januari 1988.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nam

‫ا‬ Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan


a

‫ب‬ Ba B Be

‫ت‬ Ta T Te

‫ث‬ Sa Ṡ es (dengan titik di atas)

‫ج‬ Jim J Je

‫ح‬ Ha Ḥ ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬ Kha Kh ka dan ha

‫د‬ Dal D De

‫ذ‬ Zal Ż zet (dengan titik di atas)

‫ﺮ‬ Ra R Er

‫ز‬ Zai Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syim Sy es dan ye

‫ﺺ‬ Sad Ṣ es (dengan titik di bawah)

‫ﺾ‬ Dad Ḍ de (dengan titik di bawah)

‫ﻄ‬ Ta Ṭ te (dengan titik di bawah)

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


‫ﻆ‬ Za Ẓ zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬ „ain „ koma terbalik di atas

‫غ‬ Gain G Ge

‫ؼ‬ Fa F Ef

‫ؽ‬ Qaf Q Qi

‫ؾ‬ Kaf K Ka

‫ؿ‬ Lam L El

‫ـ‬ Mim m Em

‫ف‬ Nun N En

‫و‬ Waw w We

‫ﻩ‬ Ha H Ha

‫ﺀ‬ Hamzah ′ Apostrop

‫ﻲ‬ Ya Y Ye

2. Vokal

Vokal bahasa Arab adalah seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri

dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal dalam bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau

harkat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫ؘ‬
fatḥah A A

‫ؘ‬ Kasrah I I
ُ

xi

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


ḍammah U U

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harkat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Gabungan
Tanda dan Huruf Nama Nama
Huruf

‫ؘ ي‬ fathah dan ya ai a dan i

‫ؘ و‬ fathah dan waw au a dan u

Contoh:

‫كتب‬ dibaca kataba

‫فعل‬ dibaca Fa‟ala

‫كيف‬ dibaca kaifa

c. Māddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Tanda
dan Huruf dan tanda
Nama Nama

‫ػ ؘػا‬
H fathah dan alif atau ya ā a dan garis di
ur atas
uf
‫ػػ ي‬ ‫ؘ‬
kasrah dan ya ĩ i dan garis di
atas
‫ػػ و‬ ‫ؘ‬ dhammah dan wau ũ u dan garis di
atas

xii

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


Contoh:

‫قاؿ‬ Dibaca qāla

‫قيل‬ Dibaca qĩla

‫يقوؿ‬ Dibaca Yaqūlu

d. Ta’ marbūṭah

e. Transliterasi untuk a’ marbūṭah ada dua:

f. Ta’ marbūṭah hidup

Ta’ marbūṭah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah dan

dhmamah, transliterasinya adalah “t”.

1) Ta’ marbūṭah mati

Ta’ marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya

adalah “h”.

2) Kalau pada kata yang terakhir dengan Ta’ marbūṭah diikuti oleh kata

yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu

terpisah, maka Ta’ marbūṭah itu di transliterasikan dengan ha “h”.

Contoh:

‫روضة األطفل‬ Dibaca rauḍah al-atfâl

‫املدينة املنورة‬ Dibaca al-Madînah al-


munawwarah

‫طلحه‬ Dibaca Ṭalḥah

xiii

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv

MOTTO ..................................................................................................................v

PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ...........................................................................................vii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL..................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Fokus Penelitian ......................................................................................7

C. Tujuan......................................................................................................7

D. Manfaat....................................................................................................8

E. Defini Istilah............................................................................................9

F. Sistematika Pembahasan ........................................................................10

xiv

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. Peneliti Terdahulu ................................................................................12

B. Kajian Teori ..........................................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Pendekatan ....................................................................................42

C. Jenis Penelitian ......................................................................................42

D. Sumber Data ..........................................................................................42

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................43

F. Analisis Data .........................................................................................43

BAB IV PEMBAHASAN

A. Konsep kafa’ah dalam perspektif hadits .................................................44

1. Pengertian Kafa’ah dalam Islam ...........................................................44

2. Dasar Hukum Kafa’ah............................................................................45

3. Kafa’ah Menurut Konsep Islam ............................................................48

4. Hadits- Hadits Tentang Kafa’ah.............................................................50

G. Ayat Al-Qur’an Tentang Kafa’ah .........................................................53

B. Kehujjahan Hadits Tentang Kafa’ah Riwayat at-Tirmidzi ...................54

1. Biografi at-Tirmidzi ...............................................................................54

2. Analisis Hadits .......................................................................................68

a. Teks hadits dan terjemahnya ............................................................68

b. Takhrij hadits ...................................................................................68

c. I’tibar dan Skema Sanad ..................................................................71

xv

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


3. Kualitas hadits ........................................................................................78

4. Analisis Matan Hadits ............................................................................81

5. Pendekatan Sosio- Historis.....................................................................85

C. Analisis kontekstual hadits tentang Konsep kafaah pada masa

sekarang ..................................................................................................... 87

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan ..................................................................................................93

2. Saran.............................................................................................................94

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................95

Lampiran .................................................................................................................

xvi

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................15

Tabel 2.2 Sistematika Kitab Jami’ ...........................................................................65

Tabel 4.1 Jalur Perawi Hadits ..................................................................................69

Tabel 4.2 Jalur Perawi Hadits ........................................................................................ 70

xvii

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam memandang bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang luhur

dan sakral, bermakna ibadah kepada allah, mengikuti sunnah Rasulullah dan

dilaksanakan atas dasar keikhlasan, tanggung jawab dan mengikuti ketentuan-

ketentuan hukum. Pernikahan menurut bahasa artinya mengumpulkan,

menurut syara‟ artinya akad yang telah terkenal dan memenuhi rukun-rukun

serta syarat (yang telah tertentu) untuk berkumpul. 1

Pernikahan merupakan sunnah nabi Muhammad saw. Sunnah menurut

pengertian meniru tingkah laku nabi Muhammad saw. Orang yang menikah

sepantasnya tidak hanya bertujuan untuk menunaikan syahwatnya semata,

tetapi mereka berharap agar mempunyai keturunan dan keluarga yang sah

menuju kehidupan bahagia dunia dan akhirat, di bawah naungan cinta kasih

dan ridha Allah SWT.2

Harapan dari sebuah pernikahan adalah memperoleh kehidupan yang

sakinah, mawaddah dan rahmah. Dalam al-Quran surat Ar-Ruum ayat 21

disebutkan:

1
Moh. Rifa‟I, Terjemah Khulasan Kifayatul Akhyat, ( Semarang; CV. Toha Putra Semarang, 1978),
268.
2
Wahyu Wibisana,” Pernikahan Dalam Islam”, Ta‟lim, 2 (2016), 185.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


2

‫اجا لِتَ ْس ُكنُوا إِلَْي َها َو َج َع َل بَْي نَ ُك ْم َم َوَّدةً َوَر ْْحَ ًة إِ َّن‬ ِ ِ ِِ ‫وِمن‬
ً ‫آَيتو أَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم م ْن أَنْ ُفس ُك ْم أ َْزَو‬
َ ْ َ
. ‫ت لَِق ْوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن‬
ٍ ‫ك ََلَي‬ِ
َ َ ‫ِِف ذَل‬
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dia menjadikan di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Qs. ar-Rum:21).3

Disamping syarat dan rukun yang mempengaruhi sah tidaknya sebuah

pernikahan, terdapat pula aturan dalam hukum perkawinan Islam. Aturan itu

kemudian oleh beberapa madzhab hukum Islam dan beberapa aturan

perundangan negara dijadikan sebagai sebuah aturan hukum yang disebut

Kafaah.

Penentuan Kafaah merupakan hak laki-laki untuk mempertimbangkan

bagaimana latar belakang perempuan yang hendak dinikahinya. Sebab

perempuan itu yang akan melahirkan keturunan darinya. Tidak menafikan

pula bahwa penentuan kafa‟ah juga menjadi hak perempuan, sehingga apabila

dia akan dinikahkan oleh walinya dengan orang yang tidak se-kufu dia dapat

menolak atau tidak memberikan izin untuk dinikahkan oleh walinya.

Sebaliknya dapat pula dikatakan sebagai hak wali yang akan menikahkan,

apabila si anak perempuan menikah dengan laki-laki yang tidak se-kufu wali

3
Al-Qur‟an dan Terjemah Al-Hikmah (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2010), 406.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


3

dapat mengintervensi untuk selanjutnya menuntut pencegahan

berlangsungnya perkwinan tersebut. 4

Banyak aspek yang terkandung dalam konsep pernikahan Islam,

dimana salah satu hal yang tergabung di dalamnya adalah konsep Kafaah.

Kafaah berarti kesetaraan antara suami dan istri dalam aspek-aspek tertentu.

Jika tidak ada Kafaah dalam sebuah pernikahan maka akan dianggap menjadi

salah satu indikator keharmonisan rumah tangga.

Kafaah diisyaratkan atau diatur dalam perkawinan Islam, namun

karena dalil yang mengaturnya tidak ada yang jelas dan spesifik baik dalam

al-quran maupun dalam hadist nabi maka Kafaah menjadi pembicaraan

dikalangan ulama baik mengenai kedudukan dalam perkawinan maupun

kriteria apa yang dipergunakan dalam peraturan Kafaah itu.5.

Secara logika Kebahagiaan rumah tangga biasanya akan terwujud, jika

dilakukan antara orang-orang yang sepadan. Dengan kata lain, bahwa lajunya

bahtera rumah tangga juga sangat ditentukan oleh orang-orang yang sekufu.

Haruslah kafa‟ah itu dari pihak laki-laki, bukan dari pihak perempuan, karena

sebagai pemimpin dalam rumah tangga, suami biasanya punya pengaruh.

Berdasarkan adat kebiasaan, bahwa pemimpin lebih berkuasa dan

berpengaruh dari pada isterinya, sudah dapat dipastikan pernikahan itu

4
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqih Munakahat Dan Undang-
Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2009). 140-141.
5
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqih Munakahat Dan Undang-
Undang Perkawinan,. 40-41.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


4

dikhawatirkan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini berlaku pula

bagi para wali perempuan yang turut menentukan nasib mereka dalam hal

agama dan nasab mereka.6

Kafaah dalam pernikahan berlaku bagi suami, sedangkan hal itu tidak

berlaku bagi istri. Maksud dari itu, laki-laki yang diisyaratkan agar sekufu

dengan perempuan dan hal yang semisal dengannya. Sementara itu,

perempuan tidak di isyaratkan agar sekufu dengan laki-laki.

Nabi SAW, tidak memiliki kesepadanan dalam kedudukan beliau.

namun begitu, beliau menikah dengan para perempuan dari kampung-

kampung arab, beliau juga menikah dengan shafiyyah binti Huyyai yang

sebelumnya beragama yahudi, lalu memeluk Islam. Adapun suami yang

memiliki kedudukan yang mulia, tidak mendapatkan aib apabila istrinya

adalah perempuan yang hina dan memiliki kedudukan yang lebih rendah

darinya.7

Sementara itu, para ulama mazhab syafi‟i berpendapat bahwa Kafaah

adalah hak orang yang memiliki perwalian secara langsung. Salah satu

riwayat dari ahmad menyebutkan bahwa Kafaah merupakan hak semua wali,

baik wali yang dekat maupun yang langsung. Siapa saja diantara mereka yang

tidak ridha diperbolehkan untuk membatalkan pernikahan. Sementara riwayat

yang lain dari Ahmad menyebutkan bahwa Kafaah merupakan hak Allah.

6
Nurcahaya, Kafaah Dalam Perspektif Fiqih Islam dan Undang-Undang Negara Muslim; UIN Suka,
67-68.
7
Muhammad Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,(Jakarta : Pena Pundi Askara, 2009), 408- 409.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


5

Seandainya para wali dan istri rela untuk meninggalkan Kafaah, maka

kerelaan mereka tidak sah. Tetapi riwayat ini didasarkan kepada pendapat

bahwa Kafaah hanya berlaku dalam hal agama saja, sebagaimana disebutkan

di dalam salah satu riwayat Ahmad dan at-Tirmidzi.8

Zaman yang semakin modern ini banyak orang-orang berilmu, namun

ada yang mengikuti sunah para Rasul kadang ada yang melalalikannya. sudah

tau ilmunya tapi enggan melakukannya. Apalagi masalah dalam membina

rumah tangga, tentu semua orang akan mengalaminya. Sebelum membina

rumah tangga tentu kita harus memilih pasangan yang baik untuk kita jadikan

sebagai pendamping hidup. Untuk mengikuti jejak para sahabat Nabi perlu

memahami beberapa hadits yang beliau riwayatkan.

Banyak ulama yang meriwayatkan hadits tentang Kafaah, seperti

Imam Muslim, Abu Daud, Imam at-Tirmidzi, dan kutubu sittah laiinya.

seperti riwayat at-Tirmidzi yang sering digunakan sebagai landasan ketika

membahas mengenai kafa‟ah dalam pernikahan. Menurut sebagian ulama,

Imam at-Tirmidzi adalah orang pertama yang mengelompokan hadits- hadits

dalam kategori hasan, diantara hadits shahih dan dhoif, sehingga tak salah lagi

kalau beliau banyak meriwayatkan hadits. Ketika mau memahami sebuah

hadits perlu adanya penelitian, sehingga untuk mengetahui lebih jelas

mengenai hadits tersebut, perlu diteliti lebih lanjut. bagaimana kondisi hadist

baik dari segi sanad, matan maupun rowinya. Sehingga dapat mengetahui
8
Muhammad Sayyid Sabiq., 409-410.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


6

maksud dari hadits tersebut. Ktiteria sebuah hadits juga sangat penting untuk

mengetahui kehujjahan sebuah hadits, keadaan hadits yang dapat dijadikan

hujjah atau dasar hukum. Ketika sebuah hadits diketahui status haditsnya dan

syarat-syarat di terimanya suatu hadits tersebut jelas maka tidak salah apabila

menggunakan hadits tersebut sebagai landasan suatu hukum. Ketika hanya

sekedar membaca arti sebuah hadits tidak mungkin langsung bisa memahami

maksud dari hadits tersebut, jadi perlu di teliti lebih lanjut untuk memahami

hadits tentang konsep kafa‟ah. Apalagi kafa‟ah dalam pernikahan pasti

dilalui oleh semua orang, sehingga sangat penting untuk kita memahaminya.

Dengan posisi pentingnya hadits sebagai sumber hukum kedua setelah

al-Qur‟an dan tidak banyak hadits yang tercatat semasa hidup Nabi, maka

pemalsuan hadits mungkin terjadi, apalagi masa penghimpunan hadits Nabi

secara tertulis banyak dilakukan setelah masa berkembangnya pemalsuan-

pemalsuan hadits, dengan demikian penelitian hadits jauh lebih rumit dan

penting. Oleh karena itu peneliti memilih hadis-hadits yang melandasi konsep

kafaah yang menjelaskan yang dijelaskan Nabi. Berdasarkan alur pemikiran

inilah penulis melakukan penelitian hadits yang menjadi landasan kafaah

dengan pendekatan sosio-historis.

Dari latar belakang yang sudah dijelakan diatas, peneliti merasa tertarik

untuk meneliti lebih lanjut mengenai konsep Kafaah dalam pernikahan.

Sehingga peneliti mengangkat judul “ Konsep Kafaah dalam Pernikahan

Persepektif Hadits (Kajian Ma’anil Hadits).

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


7

A. FOKUS PENELITIAN

Perumusan masalah dalam penelitian ini disebut dengan istilah fokus

penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang akan di

cari jawabannya melalui proses penelitian.

Adapun rumusan masalah yang akan diteliti, antara lain:

a. Bagaimana konsep Kafaah dalam pernikahan perspektif hadits?

b. Bagaimana kehujjahan hadits tentang Kafaah riwayat at-Tirmidzi?

c. Bagaimana analisis kontekstual hadits tentang Kafaah pada masa

sekarang?

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju

dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian pun harus mengacu kepada

masalah- masalah yang telah di rumuskan. Hal ini berguna untuk

mengembangkan maupun meneliti terhadap ilmu pengetahuan yang ada.9

Adapun beberapa tujuan dalam penelitian ini, antara lain :

a. Mendeskripsikan konsep Kafaah dalam pernikahan perspektif hadits

b. Untuk mengetahui bagaimana kehujjahan hadits tentang Kafaah

riwayat at-Tirmidzi.

c. Untuk mengetahui analisis kontekstual hadits tentang Kafaah pada

masa sekarang.

9
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


8

C. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan

setelah selesai melakukan penelitian baik berupa kegunaan yang bersifat

teoritis maupun praktis. 10 Rumusan tentang kegunaan hasil penelitian

adalah kelanjutan dari tujuan penelitian. Apabila peneliti telah selesai

mengadakan penelitian dan memperoleh hasil ia diharapkan dapat

menyumbangkan hasil karyanya tersebut untuk negara, masyarakat, atau

khususnya kepada bidang yang sudah diteliti. 11

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu Islam, terutama bagi ilmu hadits tentang Kafaah

dalam pernikahan perspektif hadits. Sehingga peneliti dapat

memberikan pengetahuan bagi semua orang yang belum paham

mengenai konsep Kafaah dalam perspektif hadis.

b. Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menambah keilmuan

dan pengetahuan tentang Kafaah dalam pernikahan.

b. Pembaca

Dari hasil penelitian ini, diharapakan dapat membatu pembaca

agar menambah pemahaman mengenai; konsep Kafaah dalam

10
Tim Penyusun., 51-52.
11
Arikunto Suharsimi, Prosedur Pendekatan Suatau Penelitian Praktik, (Jakarta : Renika Cipta,
2002), 55.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


9

pernikahan dan bagaimana Kafaah dalam pernikahan perspektif

hadits, sehingga dapat di terapkan dalam memilih pasangan hidup.

c. Bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember

Hasil penelitian ini sebagai tambahan literatur atau referensi

tentang keilmuan hadits, upaya bisa memberikan inovasi ilmiah

sekaligus memperkaya keilmuan tentang hadits dan juga

diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada peneliti

selanjutnya.

D. DEFINISI ISTILAH

Definisi istilah adalah penjelasan makna dari masing-masing kata kunci

yang terdapat pada judul dan rumusan masalah berdasarkan maksud dan

pemahaman peneliti. Berikut ini beberapa istilah yang terdapat dalam

penelitian ini;

1. Kafaah, secara bahasa al-Kafaah berarti kesamaan dan kesetaraan.

secara istilah, ulama fiqih mendefinisikan dengan kesetaraan antara

suami istri dalam hal-hal tertentu untuk mencegah pertikaian. 12

2. Pernikahan, pernikahan yang berasal dari kata nikah. secara bahasa

nikah artinya menghimpun. Nikah juga berarti bersetubuh dan akad.

Secara bahasa nikah adalah berkumpul dan bersetubuh. 13 Pernikahan

adalah menciptakan kehidupan keluarga antara suami isteri dan anak-

12
Iffah Muzammil, Fiqh Munakahar (Hukum Pernikahan Dalam Islam), (Tanggerang: Tira Smart,
2019), 63.
13
Iffah Muzammil,. 1.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


10

anak serta orang tua agar tercapai suatu kehidupan yang aman dan

tentram (sakinah), pergaulan yang saling mencintai (mawaddah) dan

saling menyantuni (rahmah).

3. Hadits, segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW dari

perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat. Jadi ilmu hadits adalah ilmu-

ilmu yang membahas atau yang berkaitan dengan Nabi SAW. 14

4. Ilmu ma‟anil hadits ialah ilmu yang mempelajari cara memahami

makna matan hadits, ragam redaksi dan konteksnya secara

komprehensif, baik dari segi makna yang tersurat maupun makna yang

tersirat.15

Jadi, maksud dari judul ini yaitu konsep Kafaah dalam pernikahan

perspektif hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, untuk

mengetahui bagaimana kehujjahan hadits tentang Kafaah serta analisis

kontektual hadits riwayat at-Tirmidzi pada masa sekarang.

E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Agar penelitian ini dapat tersususun dengan rapi maka akan kami

sebutkan penyususnan secara sistematis dalam bentuk bab per bab

berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah IAIN Jember, sebagai berikut :

Bab Pertama, merupakan Bab yang mengemukakan dasar-dasar

pemikiran yang menjadi latar belakang lahirnya penelitian ini. Bab ini

14
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, (Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya, 2001), 1.
15
Abdul Majid Khon, Takhrij dan Metode Memahami Hadits, ( Jakarta: Amzah, 2014), 134.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


11

berisikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian,manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan

Bab kedua, merupakan kajian kepustakaan yang terdiri dari

penelitian terdahulu dan kajian teori.

Bab ketiga, merupakan metode penelitian yang berisi jenis

pendekatan, jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan

analisis data.

Bab keempat, merupakan pembahasan yang terdiri dari bagimana

konsep Kafaah dalam pernikahan perspektif hadist, Bagaimana kehujjahan

hadits tentang Kafaah riwayat at-Tirmidzi, dan Bagaimana analisis

kontekstual hadits tentang Kafaah pada masa sekarang.

Bab kelima, merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan

saran-saran.16

Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

16
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press: 2018), 69.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


12

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A. PENELITIAN TERDAHULU

1. Skripsi yang ditulis oleh Khoirotul Fauziyah dengan judul konsep Kafaah

dalam menikah perspektif hadist Nabi (kajian ma‟ani al-hadits dalam

sunan al-kabir karya al-Bayhaqi No. Indeks 13.769) pada tahun 2018 di

Universitas Islam Negeri sunan Ampel Surabaya. 17 Pokok permasalahan

yang dibahas di skripsi ini,1) bagaimana kualitas dan kehujjahan hadits

riwayat Abdullah Ibnu Umar tentang Kafaah dalam sunan Al- Kabir Al-

Baihaqy?, 2) bagaimana makna Kafaah dalam sunan Al-Kabir al-

Baihaqy?, 3) bagaiamana interprestasi hadits tentang Kafaah dalam

menikah dengan konteks kekinian?. Skripsi ini menggunakan metode

penelitian non-empirik yang menggunakan metode library research

(peneliti kepustakaan) dan kajiannya di sajikan secara deskriptif analisis.

skripsi tersebut dipahami secara kontekstual masa kekinian sudah tidak

relavan, kecuali Kafaah dalam segi agama. Karena baik dari segi nasab,

profesi, kekayaan, kemerdekaan maupun lainnya, jika melihat fenomena

sosial sudah bergeser, masyarakat sudah tidak lagi memperhitungkan itu

karena pribadi seseorang sendiri itulah yang diperhitungkan. Persamaan

17
Khoirotul Fauziah, “Konsep Kafaah dalam Menikah Perspektif Hadits Nabi”, (Skripsi, UIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2018).

12

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


13

dengan peneliti ini adalah, membahas perkara Kafaah dalam pernikahan,

namun perbedaanya dengan penelitian ini adalah, beda objek penelitian

kalau skripsi ini meneliti hadits yang ada di dalam kitab Sunan al- Kabir

al-Baihaqy sedangkan peneliti meneliti dalam kitab jami‟ al-Kabir Sunan

at-Tirmidzi.

2. Skripsi yang ditulis oleh Rusdiani dengan judul “Konsep Kafaah dalam

perkawinan masyarakat sayyid ditinjau dari hukum Islam (Studi Kasus Di

Kelurahan Sidenre Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto)”, pada

tahun 2014 di fakultas syari‟ah dan hukum UIN Alaudin Makasar.18

Pokok permasalahan di skripsi ini, 1), Bagaimana sistem perkawinan

masyarakat Sayyid di Kelurahan Sidenre, Kec.Binamu, Kab. Jeneponto?,

2). Bagaimana konsep Kafaah dalam perkawinan masyarakat Sayyid di

Kelurahan Sidenre, Kec. Binamu, Kab. Jeneponto?. Dalam Skripsi ini

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research) karena kajian penelitian ini merupakan bagian dari wacana

kajian tentang sosiologi hukum (law as it is in society). Lokasi penelitian

ini tepatnya di Kelurahan Sidenre, Kecamatan Binamu, Kabupaten

Jeneponto. Dalam skipsi ini menyebutkan Konsep Kafaah menurut

masyarakat sayyid hanya mejadikan faktor nasab berbanding lurus

dengan faktor agama sehingga antara faktor agama dan faktor nasab ibarat

18
Rusdiani, “ Konsep Kafaah dalam Perkawinan Masyarakat Sayyid ditinjau dari Hukum Islam (Studi
Kasus di Kelurahan Sindere Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto)”, (Skripsi, UIN Alaudin,
Makasar,2014).

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


14

dua sisi mata uang yang tidak bisa di pisahkan satu sama lain. Persamaan

Tirmidzi sedangkan skripsi tersebut menggunakan metode lapangan

dengan objek pemikiran dari masyarakat sayyid.

3. Skripsi yang ditulis oleh Dia Yuliana dengan judul “ Analisis Konsep

Kafaah dalam Pernikahan Menurut Pemikiran Syafi‟iyah ”, pada tahun

2014 di fakultas syari‟ah Sekolah tinggi Agama Islam Solok Nan Indah

(STAI - SNI).19 Pokok permasalahan dalam skripsi ini, Bagaimana

analisis konsep Kafaah dalam pernikahan menurut pemikiran imam

syafi‟i?. skripsi ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (Library),

skripsi ini menyebutkan Konsep Kafaah imam Syafi‟i yang

membedakannya dengan imam-imamyang lain adalah dalam hal

kekayaan, imam Syafi‟i memaknai kekayaanitu dengan mata pencarian

atau pendapatan. Bukan dengan banyaknya harta kekayaan dalam

kehidupan, dan menurut imam Syafi‟i kekayaan tidak dapat dijadikan

sebagai ukuran kekufuan, karena kekayaan itu bersifat timbul dan

tenggelam dan suatu saat akan musnah. dan imam Syafi‟i tidak

memasukkan harta kekayaan itu dalam konsep Kafaah dalam pernikahan

berdasarkan Al-Quran dan hadist. Persamaan dalam penelitian ini ialah

sama-sama membahas tentang Kafaah dalam pernikahan, namun

perbedaannya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode

19
Dia Yuliana, Analisis Konsep Kafaah dalam Pernikahan Menurut Pemikiran Syafi‟iyah , ( Skipsi,
STAI – SNI,2014).

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


15

kepustakaan dengan menggunakan kitab sunan at- Tirmidzi sedangkan

skripsi tersebut menggunakan metode kepustakaan tetapi fokus dalam

pemikiran imam syafi‟i.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Fokus masalah Analisis

Khoirul konsep Kafaah 1) bagaimana kualitas Skripsi ini menggunakan

Fauziah dalam menikah dan kehujjahan hadits metode penelitian non-

perspektif hadist riwayat Abdullah Ibnu empirik yang menggunakan

Nabi (kajian ma‟ani Umar tentang Kafaah metode library research

al-hadits dalam dalam sunan Al- Kabir (peneliti kepustakaan) dan

sunan al-kabir Al-Baihaqy? kajiannya di sajikan secara

karya al-Bayhaqi 2). bagaimana makna deskriptif analisis. skripsi

No. Indeks 13.769) Kafaah dalam sunan Al- tersebut dipahami secara

Kabir al-Baihaqy? 3). kontekstual masa kekinian

bagaiamana interprestasi sudah tidak relavan, kecuali

hadits tentang Kafaah Kafaah dalam segi agama.

dalam menikah dengan Karena baik dari segi nasab,

konteks kekinian? profesi, kekayaan,

kemerdekaan maupun

lainnya, jika melihat

fenomena sosial sudah

bergeser, masyarakat sudah

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


16

tidak lagi memperhitungkan

itu karena pribadi seseorang

sendiri itu lah yang

diperhitungkan. Persamaan

dengan peneliti ini adalah,

membahas perkara Kafaah

dalam pernikahan, namun

perbedaanya dengan

penelitian ini adalah, beda

objek penelitian kalau skripsi

ini meneliti hadits yang ada

di dalam kitab Sunan al-

Kabir al-Baihaqy sedangkan

peneliti meneliti dalam kitab

jami‟ al-Kabir Sunan at-

Tirmidzi.

Rusdiani “Konsep Kafaah 1), Bagaimana sistem Dalam Skripsi ini Jenis

dalam perkawinan perkawinan masyarakat penelitian yang digunakan

masyarakat sayyid Sayyid di Kelurahan adalah penelitian lapangan

ditinjau dari hukum Sidenre, Kec.Binamu, (field research) karena kajian

Islam (Studi Kasus Kab. Jeneponto?, penelitian ini merupakan

Di Kelurahan 2). Bagaimana konsep bagian dari wacana kajian

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


17

Sidenre Kecamatan Kafaah dalam tentang sosiologi hukum (law

Binamu Kabupaten perkawinan masyarakat as it is in society). Lokasi

Jeneponto) Sayyid di Kelurahan penelitian ini tepatnya di

Sidenre, Kec. Binamu, Kelurahan Sidenre,

Kab. Jeneponto? Kecamatan Binamu,

Kabupaten Jeneponto. Dalam

skipsi ini menyebutkan

Konsep Kafaah menurut

masyarakat sayyid hanya

mejadikan faktor nasab

berbanding lurus dengan

faktor agama sehingga antara

factor agama dan factor

nasab ibarat dua sisi mata

uang yang tidak bisa di

pisahkan satu sama lain.

Persamaan dalam penelitian

ini ialah, sama-sama

membahas tentang Kafaah

dalam pernikahan, namun

perbedaannya pada penelitian

ini, peneliti menggunakan

metode kepustakaan dengan

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


18

menggunakan kitab sunan at-

Tirmidzi sedangkan skripsi

tersebut menggunakan

metode lapangan dengan

objek pemikiran dari

masyarakat sayyid.

Dia “ Analisis Konsep Bagaimana analisis skripsi ini menggunakan jenis

Yuliani Kafaah dalam konsep Kafaah dalam penelitian kepustakaan

Pernikahan pernikahan menurut (Library), skripsi ini

Menurut Pemikiran pemikiran imam syafi‟i? menyebutkan Konsep Kafaah

Syafi‟iyah imam Syafi‟i yang

membedakannya dengan

imam-imamyang lain adalah

dalam hal kekayaan, imam

Syafi‟i memaknai

kekayaanitu dengan mata

pencarian atau pendapatan.

Bukan dengan banyaknya

harta kekayaan dalam

kehidupan, dan menurut

imam Syafi‟i kekayaan tidak

dapat dijadikan sebagai

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


19

ukuran kekufuan, karena

kekayaan itu bersifat timbul

dan tenggelam dan suatu saat

akan musnah. dan imam

Syafi‟i tidak memasukkan

harta kekayaan itu dalam

konsep Kafaah dalam

pernikahan berdasarkan Al-

Quran dan hadist. Persamaan

dalam penelitian ini ialah

sama-sama membahas

tentang Kafaah dalam

pernikahan, namun

perbedaannya dengan

penelitian ini, peneliti

menggunakan metode

kepustakaan dengan

menggunakan kitab sunan at-

Tirmidzi sedangkan skripsi

tersebut menggunakan

metode kepustakaan juga

tetapi fokus dalam pemikiran

imam syafi‟i.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


20

Sedangkan Skripsi yang peneliti tulis berbeda dengan skripsi karya

Khoirul Fauziah, Rusdiani, dan Dia Yuliani tersebut, yang membedakan

adalah dari bagian objek penelitian dan metode penelitian, yang mana

objeknya ialah hadits Riwayat at-Tirmidzi mengenai konsep Kafaah dengan

menggunakan metode pendekatan ma‟anil hadits.

B. Kajian Teori

1. Kafaah

Kata kufu sendiri dalam syari‟at Islam adalah ikatan perkawinan yang

harus dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bisa

dilihat dari latar belakang sosialnya dan kemungkinan berkembangnya ikatan

cinta dan kasih sayang. Bila kemungkinan ini tidak ada, maka terjadinya

pernikahan diantara kedua orang tersebut tidak hiharapakan. Itu sebabnya,

Nabi Muhammad SAW menyatakan pentingnya atau paling tidak seorang

laki-laki melihat terlebih dahulu seorang wanita sebelum ia menikahinya. 20

Hal ini menerangkan bagaimana syari‟ah menekankan kesesuaian

(kufu) ini. pernikahan diantara pasangan- pasangan yang tidak kufu tidak

disetujui. Bila seorang laki-laki dan perempuan berasal dari keluarga yang

mempunyai pandangan saling berkesesuaian atau yang hamper sama dalam

hal moralitas, agama, kelakuan sosial dan cara –cara mengatur rumah tangga

dalam keadaan sehari-harinya, maka mereka itulah yang selayaknya

20
Maisyaroh Fika Nurzanah, Hadis- Hadis Kafaah dalam Perspektif Tokoh-Tokoh al-Irsyad, (Skripsi,
IAIN Jember, 2018).

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


21

mengembangkan ikatan cinta dan kasih sayang. Pernikahan mereka bisa

diharapkan menjadi hubungan kedua keluarga semakin akrab.

Dilain pihak, bila kedua keluarga hanya mempunyai sedikit kesamaan,

kemungkinannya yang lebih besar adalah baik dalam kehidupan rumah tangga

maupun dalam hubungan perasaan mereka, pasangan itu akan gagal untuk

menyesuaikan diri dengan perangai masing-masing, walaupun pasangan itu

merasa saling mencintai, harapan untuk mengakrabkan keluarga-keluarga

mereka sangat kecil. Inilah intisari kufu atau kesesuaian dalam hukum

Islam.21

a). Pengertian Kafaah

Kafaah atau kufu‟ berarti sederajad, sepadan atau sebanding. Yang

dimaksud dengan kufu‟ dalam pernikahan adalah laki-laki sebanding dengan

calon istrinya. Maksud dengan Kafaah keseimbangan dan keserasian antara

calon istri dan suami sehingga masing-masing calon tidak merasa berat untuk

melangsungkan pernikahan.22

Kalau kita melihat pada al-qur‟an dan sunnahnya ditinjau dari segi

insaniyah, manusia itu sama seperti pada surat al-Hujarat ayat 13;

‫وًب َوقَبَائِ َل لِتَ َع َارفُوا إِ َّن أَ ْكَرَم ُك ْم‬ ِ ِ ‫َيأَيُّ َها الن‬
ً ُ‫َّاس إ ََّّن َخلَ ْقنَا ُك ْم م ْن ذَ َك ٍر َوأُنْثَى َو َج َعلْنَا ُك ْم ُشع‬
ُ َ
. ٌ‫اَّللَ َعلِ ٌيم َخبِي‬ َِّ ‫ِعْن َد‬
َّ ‫اَّلل أَتْ َقا ُك ْم إِ َّن‬
21
Alwiyah, The Laws Of Marriage And Divorce In Islam, Cet. Pertama, (Jakarta : Darul Ulum Press),
16-17.
22
Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2003), 96.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


22

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari


seseorang laki-laki dan seseorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi allah ialah orang
yang paling bertaqwa di antara kamu”.

Ayat ini menetapkan bahwa semua manusia sama dari segi penciptaan

dan nilai kemanusiaan. Tidak seorang pun lebih mulia dari pada orang lain,

kecuali dari segi ketaqwaan kepada allah swt, yaitu dengan menunaikan hak

allah dan hak manusia.

Adapun hal-hal yang dianggap dapat menjadi ukuran kufu‟ antara lain

sebagai berikut:

1. Keturunan

Dalam hal keturunan, maka orang arab misalnya, kufu‟ dengan

orang lain arab lainnya. Begitu juga sesama dengan orang Quraisy.

Alasannya adalah sebagai berikut:23

Sabda Rasulullah SAW. Yang diriwayatkan dari Ibnu Umar

‫ ثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن‬،‫وب‬


َ ‫اس ُُمَ َّم ُد بْ ُن يَ ْع ُق‬ ُ ِ‫اْلَاف‬
ِ َّ‫ ثنا أَبُو الْ َعب‬،‫ظ‬ َِّ ‫أَخب رََّن أَبو عب ِد‬
ْ ‫اَّلل‬ َْ ُ َ َ ْ
‫ َع ْن‬،‫ َع ِن ابْ ِن ُجَريْ ٍج‬،‫ض إِ ْخ َوانِنَا‬ ِِ َ ‫إِ ْس َح‬
ُ ‫ ثنا بَ ْع‬،‫ ثنا ُش َجاعُ بْ ُن الْ َوليد‬،ُّ‫الصغَ ِاِن‬
َّ ‫اق‬

‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِو‬ َِّ ‫ول‬ َِّ ‫ عن عب ِد‬،‫اَّلل ب ِن أَِِب ملَي َك َة‬
ُ ‫ قَ َال َر ُس‬:‫ قَ َال‬،‫اَّلل بْ ِن عُ َمَر‬ ِ ِ
َ ‫اَّلل‬ َْ ْ َ ْ ُ ْ َّ ‫َعْبد‬
‫ض ُه ْم‬ ٍ ٍ ‫ض ُه ْم أَ ْك َفاءٌ لِبَ ْع‬
ُ ‫ َوالْ َم َوِاِل بَ ْع‬،‫ َوَر ُج ٌل بَِر ُج ٍل‬،‫ قَبِيلَةٌ بَِقبِيلَة‬،‫ض‬ ُ ‫ الْ َعَر‬:‫َو َسلَّ َم‬
ُ ‫ب بَ ْع‬

23
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1, (Bandung : CV Pustaka Setia, 1999), 55.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


23

‫) السنن الصغي‬.‫ام‬
ٌ ‫ك أ َْو َح َّج‬ ٍ ‫أَ ْك َفاءٌ لِبَ ْع‬
ٌ ِ‫ إََِّّل َحائ‬،‫ َوَر ُج ٌل بَِر ُج ٍل‬،‫ قَبِيلَةٌ بَِقبِيلَ ٍة‬،‫ض‬
ٕٗ
( ‫للبيهقي‬
Artinya:“ Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin
„Abdillah Al-Haafidz: telah menceritakan kepada kami Abdul
„Abbas Muhammad bin Ya‟quub; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani; telah mengabarkan kepada
kami Syuja‟ bin Al-Walid; telah menceritakan kepada kami
sebagai saudara kami, dari Ibnu Juraj, dari „Abduullah bin Abi
Mulaikah, dari „Abdullah‟alaihi wa sallam, orang arab satu
dengan yang lainnya adalah sekufu‟. Kabillah yang satu sekufu‟
dengan lainnya, kelompok yang satu sekufu‟ dengan yang lainnya,
laki-laki yang satu sekufu‟ dengan lainnya kecuali tukang tenun
atau tukang bekam”. (HR. Al-Baihaqy).

Hadits lain diceritakan daru Muaz bin Jabal

ْ ‫ أ‬:‫ قَ َال‬،‫اَِ ْو ِن‬


‫َخبَ َرََّن‬ ْ ‫َخبَ َرََّن ُس لَْي َما ُن بْ ُن أَِِب‬
ْ ‫ أ‬:‫ قَ َال‬، َّ َ‫َح دَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن الْ ُمث‬

َّ ‫ َع ْن ُم َع ِاذ بْ ِن َجبَ ٍل َر ُِ َي‬،‫ َع ْن َخالِ ِد بْ ِن َم ْع َدا َن‬،‫ثَ ْوٌر يَ ْع ِِن ابْ َن يَِز َيد‬
:‫اَّللُ َعْن وُ قَ َال‬

ٍ ‫ض َها أَ ْك َف اءٌ لِ بَ ْع‬


‫ َوالْ َم َوِاِل‬،‫ض‬ ُ ‫ب بَ ْع‬
ِ
ُ ‫ الْ َع َر‬:‫ص لَّى هللاُ َعلَْي و َو َس لَّ َم‬
َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫قَ َال َر ُس‬

ٍ ‫ض ُه ْم أَ ْك َفاءٌ لِبَ ْع‬


}‫ٕ٘ {رواه البزار‬.‫ض‬ ُ ‫بَ ْع‬

Artinya :“ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin


Al-Mutsana, ia berkata: telah mengabarkan kepada kami Sulaiman
bin Abil- Jaun, ia berkata : telah mengabarkan kepada kami Tsaur,
yaitu Ibnu Yazid, dari Khalid bin Ma‟daan, dari Mu‟aadz bin Jabal
ra. Ia berkata : Orang-orang arab yang sebagian di antara mereka
sekufu dengan sebagian yang lain. Sedangkan budak sebagian di
antara merekasepadan dengan yang lain”.
24
Al-Baihaqi, Sunan Al-Baihaqi, vol.3 (Pakistan: Jami‟ah Ad-Darisat Al-Islamiyyah, 1989), 31.
25
Al-Bazzar, Musnad Al-Bazzar vol.7 (Madinah: Maktabah Al-Ullum wa Al-Hikam, 2009), 121.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


24

Antara ulama syafi‟i dengan hanafi tidak ada perbedaan yang

mencolok dalam mengukur kufu‟ dengan keturunan seperti diatas.

Akan tetapi, mereka berpendapat bahwa apakah bagi orang

Quraisy yang satu dengan yang lainnya ada kelebihan. Golongan

Hanafi berpendapat bahwa orang Quraisy kufu‟ dengan bani

Hisyam.26

2. Merdeka

Budak laki-laki tidak kufu‟ dengan perempuan merdeka.

Budak laki-laki yang sudah merdeka tidak kufu‟ dengan

perempauan merdeka. Laki-laki yang salah seorang neneknya

pernah menjadi budak tidak kufu‟ dengan perempuan yang

neneknya yang tidak pernah menjadi budak. Hal ini karena,

perempuan merdeka bila dinikahi oleh laki-laki budak dianggap

tercela. Begitu juga bila dinikahi laki-laki yang salah seorang

neneknya pernah menjadi budak.

Dari Aisyah r.a. berkata; Barirah diberikan hak memilih atas


suaminya ketika dia telah merdeka. ( muttafaqu‟alaih pada hadits
yang panjang). Dan dari muslim dari Aisyah r.a. juga mengatakan
bahwa suaminya adalah ( masih) seorang hamba dan diriwayat
lain, bahwa suaminya merdeka. Yang pertama lebih tsabit dari
pada yang kedua dan lebih sah dari ibn Abbas r.a. menurut
Bukhari suaminya adalah hamba”.

Al-Nawawiy menjelaskan dalam al- Ikhtiyar, apabila merdeka

seorang hamba perempuan dan dia memiliki suami baik budak


26
Selamet Abidin., 56.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


25

maupun merdeka, maka dia memiliki hak untuk memilih sesuai

dengan sabda Rasul SAW. Kepada Barirah ketika dia merdeka,

kemaluanmu ( kehormatanmu) adalah milikmu, maka pilihlah

landasan tersebut sebagai alas an yang menguatkan hak memilih

bagi perempuan sesuai dengan makna; “ memiliki kemaluan dan

mengatur atau mengontrolnya baik suaminya merdeka ataupun

budak karena keumuman sifat „illah.

Hal tersebut disebabkan adanya riwayat yang mengatakan

bahwa suaminya seorang yang merdeka da nada juga riwayat yang

menunjukan kemungkinan suaminya tersebut adalah budak yang

dulunya merdeka. Karena itu bertambah kuat hak kepemilikannya

terhadap dirinya dalam dua alasan tersebut.27

3. Beragama Islam

Dalam Islam, semua orang kufu‟ dengan yang lain, ini berlaku

bagi orang-orang yang arab, sedangkan bagi orang-orang arab

tidak berlaku sebab mereka merasa kufu‟ dengan ketinggian nasab,

dan merasa tidak berharga dengan Islam.

Adapun diluar bangsa arab, para bekas budak dan bangsa-

bangsa yang lain, merasa dirinya terangkat dengan menjadi Islam.

Dan perempuan yang ayah dan neneknya beragama Islam, tidak

27
Najma Sayuti, Al-Kafa‟ah Fi Al-Nikah, ( Jurnal Ilmiah Kajian Gender ; Vol.V No.2, 2015), 186.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


26

kufu‟ dengan laki-laki muslim yang ayah dan neneknya tidak

beragama Islam.

Abu Yusuf berpendapat, “ seorang laki-laki yang ayahnya saja

yang Islam kufu‟ dengan perempuan yang ayah dan neneknya

Islam karena untukss mengenal laki-laki cukup hanya dikenal

ayahnya saja.

Adapun Abu Hanifah dan Muhammad berpendapat bahwa

untuk mengenal laki-laki tidak cukup hanya dengan mengetahui

ayahnya tetapi harus juga dengan datuknya.

4. Pekerjaan

Seorang perempuan dari keluarga yang pekerjaannya

terhormat, tidak kufu‟ dengan laki-laki yang pekerjaanya kasar.

Tetapi kalau pekerjaannya itu hamper bersamaan tingkatannya

antara yang satu dengan yang lainnya, maka tidaklah dianggap apa

perbedaanya.

Untuk mengetahui pekerjaan terhormat atau kasar dapat diukur

dengan kebiasaan masyarakat setempat. Sebab ada kalanya

pekerjaan terhormat di suatu tempat dianggap tidak terhormat di

tempat dan masa yang lain.28

28
Selamet Abidin., 59.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


27

5. Kekayaan

Golongan Imam Syafi‟i berpendapat dalam masalah ini,

sebagian ada yang menjadikan ukuran kufu‟. Jadi, orang kafir

menurut mereka tidak kufu‟ dengan perempuan kaya,

sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Samarah:

ٍِ ُّ ‫ج البَ ْغ َد ِاد‬
‫س‬ُ ُ‫ َحدَّثَنَا يُون‬:‫ قَالُوا‬،‫ي َو َغْي ُر َواحد‬ ْ ‫ض ُل بْ ُن َس ْه ٍل األ‬
ُ ‫َعَر‬ ْ ‫الف‬
َ ‫َحدَّثَنَا‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َِّ ٍ
ِّ ِ‫ َعن الن‬،‫ َع ْن ََسَُرَة‬،‫ َعن اْلَ َسن‬،‫ َع ْن قَتَ َاد َة‬،‫ َع ْن َسالم بْن أَِب ُمطي ٍع‬،‫بْ ُن ُُمَ َّمد‬
‫َّب‬
ٕ9
.‫ َوال َكَرُم التَّ ْق َوى‬،‫ال‬
ُ ‫ب الْ َم‬ َّ ِ َّ ‫صلَّى‬
ُ ‫ اْلَ َس‬:‫ قَ َال‬،‫اَّللُ َعلَْيو َو َسل َم‬ َ
Artinya : “ Telah menceritakan kepada kami fadlu sahli
„Araju Bagdadi, Telah menceritakan kepada kami Yunus bin
Muhammad dari Salam bin Abi Muti‟ dari qotadah bin Hasan, dari
Smurat dari Nabi SAW, Ia berkata : kebangsawanan ada pada
kekayaan alam dan kemuliaan pada takwa”.

Mereka juga mengatakan bahwa laki-laki fakir dalam

menafkahi istrinya adalah di bawah ukuran laki-lakinya. Sebagian

dari beberapa pendapat bahwa kekayaan itu tidak dapat

menjadikan ukuran kufu‟, karena kekayaan itu sifatnya naik turun,

dan bagi perempuan yang berbudi luhur tidaklah mementingkan

kekayaan.

29
At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, vol.15, (Beirut: Dar Al-Gharb Al-Islami, 1998), 243.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


28

6. Tidak cacat

Salah satu syarat kufu‟ adalah tidak ada kecatatan. Hal ini

menurut pendapat murid-murid syafi‟i dan riwayat Ibnu Nashr dari

Malik. Bagi laki-laki yang mempunyai cacat jasmani yang

mencolok. Ia tidak kufu‟ dengan perempuan yang sehat lagi

normal. Jika cacatnya tidak begitu mencolok, tetapi kurang

disenangi secara pandangan lahiriyah atau perwatakannya jelek,

maka dalam hal ini ada dua pendapat: Rauyani bahwa lelaki seperti

ini tidaklah kufu‟ dengan perempuan yang sehat. Akan tetapi,

golongan hanafi tidak menerima ini. 30

2. Penikahan

a. Pengertian

Istilah mikah berasal dari bahasa arab, yaitu ( ‫)النكاح‬, perkawinan

menurut istilah fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan

zawaj.sedangkan menurut istilah indonesia adalah perkawinan.

Dewasa ini kerap kali dibedakan antara pernikahan dan perkawinan,

akan tetapi pada prinsipnya perkawinan dan pernikahan hanya

berbeda dalam menarik akar katanya saja. Perkawinan adalah “

sebuah ungkapan tentang akad yang sangat jelas dan terangkum atas

rukun-rukun dan syaratnya. Para ulama madzhab Fiqh (madzhab

30
Selamet Abidin., 60-61.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


29

yang empat), pada umumnya mereka mendefinisikan perkawinan

pada :31

“ akad yang membawa kebolehan ( bagi seorang laki-laki

untuk berhubungan badan dengan seorang perempuan) dengan

(diawali dalam akad) lafadz nikah atau kawin, atau makna yang

serupa dengan kedua kata tersebut.”

Dalam kompilasi hukum Islam dijelaskan bahwa perkawinan atau

pernikahan, yaitu akad yang kuat untuk mentaati perintah allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah. Dari beberapa yang sudah

dijelaskan diatas, terlihat bahwa pernikahan adalah fitrah ilahi,

seperti firman Allah :

‫اجا لِتَ ْس ُكنُوا إِلَْي َها َو َج َع َل بَْي نَ ُك ْم َم َوَّد ًة‬ ِ ِ ِِ ‫وِمن‬


ً ‫آَيتو أَ ْن َخلَ َق لَ ُك ْم م ْن أَنْ ُفس ُك ْم أ َْزَو‬
َ ْ َ

‫ك ََل ََي ٍت لَِق ْوٍم يَتَ َف َّك ُرو َن‬ ِ


َ ‫َوَر ْْحَةً إِ َّن ِِف ذَل‬

Artinya : “ Dan di antara tanda-tanda ( kebesaran) –nya ialah


dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri,
agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dia
menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda ( kebesaran Allah)
bagi kaum yang berfikir.” ( Q.S Ar-Rum : 21)32

31
Wahyu Wibisana, Pernikahan Dalam Islam, ( Jurnal Pendidikan Agama Islam, Ta‟lim Vol. 14
No.2, 2016), 186.
32
Al-Qur‟an dan Terjemah Al-Hikmah (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2010), 107

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


30

Istilah lain menyebutkan bahwa Pernikahan ialah akad yang

menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta

tolong- menolong antara seorang laki-laki dan seorang perempuan

yang bukan mahram.

Firman Allah Swt.

ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ َ‫َوإِ ْن خ ْفتُ ْم أَََّّل تُ ْقسطُوا ِِف الْيَ تَ َامى فَانْك ُحوا َما ط‬
َ ْ‫اب لَ ُك ْم م َن النّ َساء َمث‬
ِ ِ ِ ِ
‫ك أ َْد ََن أَََّّل‬ ْ ‫ع فَِإ ْن خ ْفتُ ْم أَََّّل تَ ْعدلُوا فَ َواح َد ًة أ َْو َما َملَ َك‬
َ ‫ت أ َْْيَانُ ُك ْم َذل‬ َ ‫ث َوُرًَب‬
َ ‫َوثَُال‬

 ‫تَعُولُوا‬

Artinya : “dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan
dapat Berlaku adil33, Maka (kawinilah) seorang saja34, atau budak-
budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya”. (An-Nisa : 3).35

Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama

dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu

bukan saja merupakan jalan yang amat mulia untuk mengatur

kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat di pandang

33
Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan
lain-lain yang bersifat lahiriyah.
34
Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. sebelum turun ayat ini poligami
sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini
membatasi poligami sampai empat orang saja.
35
Al-Qur‟an dan Terjemah Al-Hikmah, 77.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


31

sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan

kaum lainnya, dan pekenalan itu akan menjadi jalan untuk

menyampaikan pertolongan anyata satu dengan yang lainnya.

Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh-

teguhnya dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja antara

suami istri dan keturunan, melainkan antara dua keluarga. Dari

baiknya pergaulan antara si istri dengan suaminya, kasih – mengasihi,

akan berpindahlah kebaikan itu kepada semua keluarga dari kedua

belah pihaknya, sehingga mereka menjadi satu dalam gala urusan

bertolong- tolongan sesamanya dalam menjalankan kebaikan dan

mencegah segala kejahatan. Selain itu, dengan pernikahan seseorang

akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsu.36

‫ ثنا أَبُو‬،‫ْي بْ ُن ُُمَ َّم ِد بْ ِن ِزََي ٍد‬ ْ ‫ ثنا‬،‫يسى بْ ِن إِبَْر ِاى َيم‬
ُ ْ ‫اْلُ َس‬
ِ ِ
َ ‫َحدَّثَنَا َعل ُّي بْ ُن ع‬

َ‫ َع ْن َعائِ َشة‬،‫ َع ْن أَبِ ِيو‬،َ‫ام بْ ُن عُْرَوة‬ ِ ِ ِ‫السائ‬


ُ ‫ ثنا ى َش‬،َ‫ُس َامة‬
َ ‫ ثنا أَبُو أ‬،َ‫ب َسلْ ُم بْ ُن ُجنَ َادة‬ َّ
ِ ِ َِّ ‫ول‬ َّ ‫َر ُِ َي‬
ُ ‫ فَِإن‬،َ‫تََزَّو ُجوا النّ َساء‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْيو َو َسلَّ َم‬
‫َّه َّن‬ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ قَ َال َر ُس‬:‫ت‬
ْ َ‫ قَال‬،‫اَّللُ َعنْ َها‬
.‫ََيْتِينَ ُك ْم ًبلْ َمال‬
ٖٚ ِ ِ

Artinya : “ Telah menceritakan kepada kami Ali bin „Isa bin


Ibrahim, dari Husain bin Muhammad bin Jiyad, dari Abu Sa‟ib bin
Junadah, dari Abu Usamah, dari Hisyam bin „Urwah, dari Abi dari
Aisyah ra. Telah menceritakan bahwa ia berkata Rasulullah SAW “
Nikahilah olehmu kaum wanita itu, maka sesungguhnya mereka akan

36
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1954), 374.
37
Al-Hakim, Al-Mustadrak Ala Shahihain,vol.2 (Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1990), 174.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


32

mendatangkan harta (rezeki) bagi kamu.” ( Riwayat Hakim dan Abu


Daud).

Faedah yang besar dalam pernikahan ialah untuk menjaga dan

memelihara perempuan yang bersifat lemah itu dari dari kebinasaan,

sebab seorang perempuan apabila ia sudah menikah maka nafkahnya

(biaya kehidupan) wajib di tanggung oleh suaminya. Pernikahan juga

berguna untuk memelihara kerukunan anak cucu (keturunan), sebab

kalau tidak dengan menikah, tentulah anak tidak berketentuan siapa

yang bertanggung jawab atasnya. Nikah juga dipandang sebagai

kemaslahatan umum, sebab jika tidak ada pernikahan, maka manusia

akan menurutkan sifat kebinatangan, dan dengan sifat itu akan timbul

perselisihan, bencana, permusuhan atar sesamanya, dan mungkin juga

sampai menimbulkan pembunuhan yang maha dasyat. 38

b. Hakekat Penikahan

Perkawinan antara laki-laki dan perempuan serta menyatu

untuk hidup sebagai suami istri dalam ikatan pernikahan. Tidaklah

Allah menciptakan Nabi Adam alaihisalam, kecuali diciptakan pula

Hawwa sebagai pasangan hidupnya, lalu mereka menjadi suami istri

dalam ikatan pernikahan.

Selain itu, semua manusia yang hidup di permukaan bumi

mengenal pernikahan. Karena pernikahan adalah jaminan atas

38
Sulaiman Rasjid., 175.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


33

keberlangsungan keberadapan umat manusia di muka bumi. Meski

banyak umat yang ingkar kepada ajaran yang dibawa oleh para

Nabi dan Rasul, namun tetap saja mereka hidup dalam ikatan

pernikahan, dan ikatan iru merupakan syari‟at dari Allah. 39

3. Hadits

a. Pengertian hadits

Hadits menurut bahasa ialah al-jadid (baru), lawan dari kata al-

qadim. Kata hadits juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang

dipercakapkan dan di pindahkan dari seseorang kepada orang lain. 40

Secara istilah seperti hadits di bawah ini:

‫ف َخ ِلقى اَْو‬ ِ ِ ِ ‫ما اُ ُِي‬


ٍ‫ص‬ْ ‫اَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم م ْن قَ ْوٍل اَْوتَ ْق ِريْ ٍر اَْوَو‬
ّ ‫صلَّى‬
َ ‫ف ا ََل النَِِّب‬
ُ ْ َ
.‫ُخلٍُقى‬
Artinya : “ segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Saw,
baik ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat diri atau sifat pribadinya”.41

Mereka menjadikan istilah sunnah khusus untuk segala sesuatu

yang menisbatkan kepada Nabi saw. Tanpa menyertakan sifat diri dan

sifat pribadi beliau. Sebab mereka melihat sunnah sebagai sumber

tasyrih, sementara tasyrih hanya di tetapkan dengan ucapan, perbuatan,

39
Ahmad Sarwad, Seri Fiqh Kehidupan (Pernikahan),( Jakarta : DU Publishing, 2011), 28.
40
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadits, (Surabaya : al Muna, 2010), 1.
41
Nurudin, „Ulumul Hadits, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2017), 14.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


34

dan ketetapan Nabi Saw. Sebutan yang banyak di pakai oleh ulama

hadits untuk semua itu adalah kalimat hadits. 42

Secara umum para ulama hadits membagi ilmu hadits menjadi

dua, yaitu : ilmu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah.

a) Ilmu hadits Riwayah adalah membahas tentang tata cara

periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan

hadits Nabi Saw. Objek kajian ilmu hadits riwayah adalah

hadits Nabi Saw dari segi periwayatan dan pemeliharaan.

Hal tersebut mencakup:

- Cara periawayatan hadits, baik dari segi cara

penerimaan dan demikian juga cara penyampaiannya

dari seorang perawi ke perawi yang lain.

- Cara pemeliharaan hadits, yaitu dalam bentuk

penghafalan, penulisan, dan pembukuannya. 43

b) Ilmu Hadits Dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk

mengetahui hakekat riwayat, syarat-syarat, macam-macam,

dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat

mereka, jenis yang diriwayatkan, dan segala sesuatu yang

berhubungan dengannya.44

42
Nuruddin, „Ulumul Hadits,(Bandudung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), 16.
43
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits, ( Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya, 2001), 5.
44
Nawir Yuslem., 9.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


35

b. Pembagian hadis

a) Pembagian hadis berdasarkan kuantitas rawi dibagi menjadi dua

macam yakni, hadis muawatir dan hadis ahad.

1) Hadis mutawâtir

Hadis mutawatir adalah hadits yang memiliki sanad yang

pada setiap tingkatannya terdiri atas perawi yang banyak yang jumlah

menurut hukum adat atau akal tidak mungkin bersepakat untuk

melakukan kebohongan terhadap hadits yang mereka riwayatkan. 45

2) Hadis ahad

Secara bahasa ahad adalah satu-satu. Menurut istilah, hadits

ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu orang , dua orang,

atau lebih yang tidak memenuhi syarat hadits mutawatir, atau hadits

yang tidak mencapai derajat mutawatir.

Dan macam-macam hadis ahad ada tiga:

a) Masyhûr,

b) „Azîz

c) Gharîb.46

b) Pembagian hadis menurut kualitas rawi dibagi menjadi tiga, yakni:

1) Hadis Shahih

Hadis shahih adalah hadits musnad ( hadits yang

dinisbatkan kepada Rasulullah Saw dengan di sertai sanad)

45
Nawer Yuslem,. 203.
46
Mohammad Gufron, Ulumul Hadits, ( Yogyakarta : Teras, 2013), 109- 118.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


36

yang bersambung sanadnya, di riwayatkan oleh orang-orang

yang „adil dan dhabith dari perawi yang „adil dan dhabith pula

sejak awal sampai akhir, serta tidak terdapat di dalamnya

suatu kejanggalan dan cacat.

Ada beberapa syarat hadis tersebut dapat dikatakan

shahih, syarat tersebut adalah:

a) Muttasil sanadnya, maksudnya adalah para perawi

dalam sanad hadits bersambung dan tidak ada yang gugur

atau terputus satu orang pun. Dengan demikian setiap

perawi menerima hadits secara langsung dari gurunya.

b) Perawi yang „adil, maksudnya adalah para perawi yang

meriwayatkan hadits, haruslah orang yang lurus agamanya,

baik akhlaknya, dan menjauhi perbuatan –perbuatan buruk,

seperti syirik, kefasikan, bid‟ah dhalalah dan lainnya.

c) Perawi yang dhabit, maksudnya adalah kemampuan

seorang perawi dalam memahami dan menghafal (menjaga)

hadits dari gurunya, sehingga ia mampu menyampaikan

hafalan hadits tersebut kapan saja sesuai dengan apa yang

dia dengar dari gurunya.

Dhabit dibagi menjadi dua macam, yaitu:

- Dhabith shadri, yaitu ingatan perawi benar-benar kuat

yang tersimpan dalam dadanya (pikirannya) dari apa

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


37

yang dia dengar dari gurunya, serta dapat di sampaikan

kapan dan dimana saja sesuai dengan apa yang dia

dengar dari gurunya.

- Dhabith kitabi, yaitu terjaga buku cacatan hadits yang

dia tulis, sejak ia menerima hadits dari gurunya hingga

menyampaikannya masih tetap terjaga dari kesalahan.

d) Tidak ada syadz (tidak ada kejanggalan atau keraguan),

maksudnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang

perawi tidak terdapat pertentangan dengan hadits dari

perawi lain yang lebih kuat darinya.

e) Tidak ada „illat (cacat atau penyakit), maksudnya

adalah di dalam hadits tidak ada cacat tersembunyi yang

merusak keshahihan hadits.47

2) Hadis Hasan

Hadis hasan menurut Ibn Hajar adalah hadis yang

dinukil dari orang yang adil, namun kurang dalam hafalannya,

bersambung sanadnya, tidak cacat, dan tidak illat.

Pembagian hadis hasan:

a) Hasan li dzatihi. Yakni hadis yang memenuhi syarat

sebagian hadits shahih, hanya saja kualitas kedhabitan salah

47
Muhammad Gufron., 122- 123.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


38

seorang atau beberapa orang perawinya berada di bawah

kualitas perawi hadits shahih. 48

b) Hasan li ghairihi. Yakni hadis dhaif yang ringan ke

dha‟ifannya, lalu du kuatkan oleh hadits yang serupa atau

yang lebih kuat darinya.49

3) . Hadis Dhaif

Hadis dhaif adalah hadits yang kehilangan salah satu

syaratnya sebagian hadits makbul (yang dapat di terima).

4. Ma’anil Hadits

Ma‟anil dalam bentuk jamak adalah gambaran suatu daya imajinatif

perasaan seseorang serta persepsi rasional yang terealisasi melalui

ungkapan kata. Sehingga dilihat dari segi kebahasaan bahwa makna dari

suatu ungkapan bersumber pada akal manusia dan berkorelasi kuat dengan

perasaan.

Pada awal mula pengetahuan mengenai ma‟anil hadits menjadi suatu

bagian dari ilmu gharib al-hadits. Hal tersebut wajar terjadi dalam batang

tubuh ungkapan suatu matan hadits. Gharib artinya sulit untuk dimengerti

atau dipahami dengan kata lain hal kata tersebut jarang dipakai dalam

komunikasi sehari-hari. Menurut Muhammad Ibnu „Alawi dalam

memperkenalkan alternatife batasan istilah ulum al-hadits

48
Muhammad Gufron, Ulumul Hadist, 127.
49
Muhammad Gufron., 131.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


39

mengungkapkan suatu definisi yang mengarah pada ilmu ma‟anil al-

hadits, yaitu ilmu yang menjelaskan tentang upaya (menduga) kehendak

atau keinginan dari maksud suatu hadits yang penguraiannya berdasarkan

kaidah (linguistik) bahasa arab, prinsip-prinsip syari‟ah dan keserasian

dengan hal ihwal Nabi Muhammad SAW.50

Ilmu ma‟anil al-hadits secara istilah dapat diartikan sebagai suatu

keilmuan yang di dalamnya mengungkapkan tentang suatu prinsip

metodologi dalam memahami hadits Nabi SAW, sehingga hadits tersebut

dapat dipahami kandungannya dengan benar. Dengan adanya metodologi

seperti ini pembaca mampu memahami hadits dengan melihat konteks

zaman dahulu, sehingga pembaca dapat meninjau persamaan dan

perbedaan untuk mengamalkan suatu hadits pada zaman sekarang dengan

mengedepankan aspek historis.

Dan disini dapat dipahami bahwa objek material ilmu ma‟anil hadits

adalah redaksi hadits- hadits Nabi Saw, mengingat ilmu ma‟anil hadits

merupakan cabang ilmu hadits. Sedangkan objek formalnya adalah objek

yang menjadi sudut pandang dari mana sebuah ilmu memandang objek

material tersebut. Karena ilmu ma‟anil hadits berkaitan dengan persoalan

bagaimana memberi makna dan memproduksi makna terhadap sebuah

50
Esa Agung Gumelar, Memerangi atau Diperangi Hadits-hadits Peperangan Sebelum Kiamat,
(Guepedia,2019), 16-17.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


40

teks hadits, maka objek formalnya adalah matan atau redaksi hadits itu

sendiri.

Dalam studi ilmu hadits, apabila objek kajiannya di fokuskan pada

masalah sanad, maka akan dikaji dalam ilmu hadits riwayah, kemudian

ilmu itu dikembangkan pada persoalan mencari kredibilitas perawi,

melalui metode jarh wa ta‟dil. Namun apabila fokus objek kajiannya

adalah pada aspek sejarah dan latar belakang munculnya hadits, maka hal

itu merupakan wilayah ilmu asbabul wurud atau sababul hadits. Demikian

halnya, apabila fokus kajiannya pada upaya menjelaskan redaksi – redaksi

hadits yang gharib (asing), maka akan dikaji dalam ilmu gharib al- hadits.

Jadi ilmu ma‟anil hadits adalah bagian dari ilmu hadits, dimana objek

formalnya adalah teks atau redaksi hadits. Namun para ulama

memprasyaratkan bahwa hadits yang hendak dikaji melalui pendekatan

ilmu ma‟anil hadits harus bernilai mutawatir, shahih atau minimal hasan,

sebab hadits- hadits seperti itulah yang secara kualitatif dinilai sah untuk

diamalkan.

Metode Ma‟anil Hadits Yusuf al-Qordhowi menawaarkan beberapa

metode dalam memahami hadits Nabi SAW diantaranya, yaitu;

memahami hadits sesuai petunjuk al-Qur‟an, menghimpun hadits-hadits

yang setema, penggabungan atau pentarjihan antara hadits-hadits yang

tampak bertentangan, memahami hadits dengan mempertimbangkan latar

belakang, situasi, kondisi ketika diucapkan, serta tujuannya, membedakan

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


41

antara sarana yang berubah-ubah dan sarana yang tetap, membedakan

antara ungkapan yang bermakna sebenarnya dan yang bersifat majaz

dalam memahami hadits, dan memastikan makna dan kondisi kata-kata

dalam hadits.51

51
Yusuf Qordhawi, Pengantar Studi Hadits, ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2007), 187.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis pendekatan

Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif dapat diartikan

sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman

baru yang lebih kompleks, mendetail, dan komprehensif mengenai konsep

Kafaah dalam pernikahan perspektif Hadits riwayat Sunan at-Tirmidzi.52 Oleh

karena itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Sosio-Historis yakni untuk mengetahui fakta historis atau tradisi terdaluhu

pada masa Nabi dan Sahabat.

B. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah Library Research, penelitian ini bertujuan

untuk mengumpulkan data dan informasi yang bersumber dari buku-buku,

jurnal, dokumen, catatan dan lainnya. Dari dokumen yang ada tersebut

peneliti melakukan analisis secara mendalam dan interpretasi. dengan

menggunakan kajian Ma‟anil hadits, sebagai salah satu cara menganalisis

hadits yang ada di dalam judul tersebut.

C. Sumber data

Karena penelitian ini bersifat Library Research , maka diperlukan

beberapa literatur sebagai berikut:

52
Albi Anggito, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Sukabumi: CV Jejak, 2018), 7.

42

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


43

a. Data Primer

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kitab-kitab hadits seperti kutub al-Sittah ( Kitab Shahih Bukhori, Shahih

Muslim, Sunan abu Daud, Sunan at-Tirmidzi dan lain sebagainya),

studi kitab hadits dan fiqih munakahat.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder merujuk pada pustaka penunjang yaitu

kitab hadits lainnya yang berkaitan dengan pustaka di atas. Kemudian

untuk mencari dan melacak hadits menggunakan Maktabah Syamilah

dan Mu‟jam Mufahras li al Fadzi al hadits al Nabawi al-Syarif.

D. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan

data literature yang sesuai dan berhubungan dengan tema yang akan dibahas.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mencari sumber-

sumber yang berkaitan dengan tema yang dikaji, baik yang bersumber dari

sumber data primer maupun sekunder. Selanjutnya, data yang sudah

terkumpul diklarifikasi sesuai dengan pembahasan-pembahasan dan sub

pembahasan yang telah ditentukan.

E. Analisis data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode ma‟anil hadits.

Penelitian yang bersifat analitis dalam memaparkan data-data yang diperoleh

dari kepustakaan. Dengan metode ini kemudian akan dianalisis secara

mendalam mengenai hadits yang akan dikaji.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


44

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Konsep Kafaah dalam Pernikahan Perspektif Hadits

1. Pengertian Kafaah dalam pernikahan

Salah satu dimensi dari aspek kehidupan adalah keluarga sebagai

unit sosial dasar, di dalamnya terdapat pernikahan sebagai lembaga Islam

yang fundamental. Pernikahan merupakan sunatullah yang umum berlaku

pada semua makhluknya, pernikahan dan pembentukan keluarga adalah

tanggung jawab yang serius dan tunduk kepada peraturan yang spesifik.

Salah satu hal yang spesifik dalam pernikahan adalah Kafaah.

Kata kufu‟ atau Kafaah dalam pengertian perkawinan Islam

mengandung arti bahwa adanya persesuaian keadaan antara calon suami

dengan calon isterinya. Kedudukan suami dan isteri seimbang di

masyarakat, sama baik akhlaqnya dan kekayaannya. 53

Dengan demikian maksud dari kafa‟ah dalam pernikahan ialah

penyesuaian keadaan antara suami dengan perempuannya, sama

kedudukannya. Suami seimbang dengan istrinya di masyarakat, sama baik

akhlaqnya dan kekayaannya. Persamaan kedudukan suami dan isteri akan

membawa kearah rumah tangga yang sejahtera, terhindar dari ke tidak

beruntungan.
53
Ahmad Royani, Kafa‟ah dalam Perkawinan Islam ( tela‟ah kesederajatan agama dan sosial), (
Stain Jember, AL-Ihwal, Vol.5 No 1, 2013), 108.

44

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


45

Kemudian, kalau pertanyaan apakah Kafaah ini harus dan menjadi

salah satu perhitungan atau syarat dalam menentukan pasangan atau

tidak? Jumhur ulama 4 madzhab mengatakan iya, Kafaah adalah bagian

dari syarat nikah.

Berbeda dengan madzhab al-Zohiriyah yang mengatakan bahwa

tidak ada yang namanya syarat kalau menikah harus dengan yang sekufu‟.

Pendapat ahl Dzohir ini berpandangan bahwa muslim itu semua sama,

tidak ada yang membedakan. Karena semuanya sama, maka siapapun

boleh menikah dengan yang ia mau, yang penting dia muslim.

Jadi, wanita sah di nikahi dengan pemuda baik, rajin sholat dan

sopan. Begitu juga sebaliknya, laki-laki asalkan muslim sah buat dia

menikahi wanita sholehah yang menjaga auratnya dan terjaga

pandangannya. Karena memang yang menjadi patokan ialah muslim atau

tidak. muslim, maka tidak ada lagi birokrasi “Kafaah” setelahnya.54

2. Dasar Hukum Kafaah

Perkawinan adalah langkah awal pembentukan sebuah keluarga

yang membutuhkan pasangan yang serasi dan memiliki keterpaduan

dalam merangkai hubungan diantara mereka serta segenap keluarga

mereka. Sehingga jika keduanya berasal dari kelas atau golongan yang

setara, dikhawatirkan akan terjadi kesulitan dalam mewujudkan hubungan

54
Ahmad Zarkasih, Menakar Kufu‟ Dalam Memilih Jodoh, (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2018),
41-42.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


46

yang harmonis yang pada akhirnya berujung pada bubarnya

perkawinan.55

Kalangan yang menganggap pentingnya Kafaah mendasarkan

pendapatnya pada;

1. Hadits Nabi dari Ali RA yang diriwayatkan oleh Thirmidzi dan al-

Hakim :

،‫ِن‬ِ ِ ِ ِ ِِ ٍ ِ
ِّ ‫ َع ْن َسعيد بْن َعْبد هللا اَُِه‬،‫ َحدَّثَنَا َعْب ُد هللا بْ ُن َو ْىب‬:‫ قَ َال‬،ُ‫َحدَّثَنَا قُتَ ْي بَة‬
ٍ ِ‫ َع ْن َعلِ ِي بْ ِن أَِِب طَال‬،‫ َع ْن أَبِ ِيو‬،‫ب‬
َّ ‫ أ‬،‫ب‬
َّ ِ‫َن الن‬
‫َّب‬ ٍ ِ‫َع ْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن عُمر بْ ِن َعلِ ِي بْ ِن أَِِب طَال‬
ّ ّ ََ
‫ َواَِنَ َازةُ إِ َذا‬،‫ت‬
ْ َ‫الصالَةُ إِ َذا آن‬ ٌ َ‫ ثَال‬،‫ ََي َعلِ ُّي‬:ُ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َال لَو‬
َّ :‫ث َّلَ تُ َؤِّخ ْرَىا‬ َّ ‫صلَّى‬
َ
ِ
َ ‫ َواأل َّّيُ إِ َذا َو َج ْد‬،‫ت‬
56
.‫ت ََلَا ُك ْفئًا‬ ْ ‫ضَر‬
َ ‫َح‬
Artinya :“ Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahab dari Sa‟id bi
Abdullah Al Juhani dari Muhammad bin Umar bin Ali bin Abu Thalib
dari bapaknya dari Ali bin Abu Thalib bahwa Rasulullah SSAW,
bersabda: wahai Ali, ada tiga hal, janganlah kamu menunda
pelaksanaannya, shalat jika telah masuk waktunya, mengurus jenazah
jika ada yang meninggal dan nikahkan seorang gadis jika telah
mendapatkan pasangan yang sesuai”.

2. Hadits Nabi dari jabir yang meriwayatkan oleh Daruquthny dan


Baihaqi:

َّ ‫اْلَ َك ِم‬
ُّ ِ ‫الذ ْس َع‬
‫ َّن‬, ‫ِن‬ ُّ ‫ْي الْبَ لَ ِد‬
ْ ‫ َّن َزَك ِرََّي بْ ُن‬, ‫ي‬ ِ ْ ‫الس َك‬
ُّ ‫يسى بْ ِن‬ ِ
َ ‫َْحَ ُد بْ ُن ع‬
ْ ‫َحدَّثَنَا أ‬
ٍ ِ ِ ‫أَبُو الْ ُمغِ َيِة َعْب ُد الْ ُقد‬
ُ ‫ َح َّدثَِِن ا ْْلَ َّج‬, ‫ َّن ُمبَ ّش ُر بْ ُن عُبَ ْيد‬, ‫اج‬
, ‫اج بْ ُن أ َْرطَا َة‬ ِ ‫اْلَ َّج‬
ْ ‫ُّوس بْ ُن‬
55
Sudarto, Fih Munakahat 3, 22.
56
At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, vol.1 (Beirut: Dar Al-Gharb Al-Islami, 1998), 238.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


47

َِّ ‫ول‬ َِّ ‫ عن جابِ ِر ب ِن عب ِد‬, ‫ وعم ِرو ب ِن ِدينَا ٍر‬, ‫عن عطَ ٍاء‬
ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ قَ َال َر ُس‬:‫ قَ َال‬, ‫اَّلل‬ َْ ْ َ ْ َ ْ َْ َ َ َْ
‫ َوََّل َم ْهَر ُدو َن‬, ُ‫ َوََّل يَُزِّو ُج ُه َّن إََِّّل ْاأل َْولِيَاء‬, َ‫ ََّل تَ ْن ِك ُحوا النِّ َساءَ إََِّّل ْاألَ ْك َفاء‬:‫َعلَْي ِو َو َسلَّ َم‬
٘ٚ
.‫َع َشَرِة َد َر ِاى َم‬
Artinya : “ Menceritakan kepada kami Ahmad bin Isa Sakainil
Badi, Menceritakan kepada kami Zakaria bin Hakim Dzah‟ani,
Menceritakan kepada kami Abu Mugiroh bin‟Abdul Qudus bin Hajaj,
ya Mubasir bin „Ubadi, mengatakan kepada kami Hajaj bin Artha,
dari Atok, dan Umar bin Diyar, Dari Jabir bin‟Abdillah, ia berkata
Rasulullah SAW,” jangan nikahkan wanita kecuali dengan orang-
orang yang sekufu, jangan menikahkan mereka kecuali wali mereka,
dan tiada maskawin dibawah 10 dirham”.

Serta masih banyak hadits-hadits lain yang mengharuskan adanya

Kafaah sehingga persyaratan Kafaah dalam pernikahan ini menjadi

pendapat jumhur termasuk madzhab empat.

Sedang yang tidak mensyaratkan antara lain ats-Tsauri, Hasan

Basri, dan al- Karki (Hanafiyah), adapun dasarnya adalah sabda Nabi:

“Manusia itu sama seperti gigi, tidak ada keutamaannya bagi


orang arab maupun ajam ( selain arab). Sesungguhnya keutamaan itu
terletak pada ketaqwaan”.58

Berkenaan dengan Kafaah, para ulama berpendapat bahawa

ketaatan beragama, kecuali riwayat dari Muhammad bin Hasan yang

mengugurkan ketaatan beragama dari Kafaah. Madzhab maliki tidak

berikhtilaf bahwa jika anak perempuan perawan dinikahkan oleh ayahnya

dengan pemabuk atau orang fasik, maka ia memiliki hak untuk dirinya

57
Ad-Daraquthni, Sunan Ad-Daraquthni, vol.4 (Beirut: Mu‟assasah Ar-risalah, 2014), 358.
58
Sudarto, 23.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


48

dinikahkan. Hakim harus memperhatikan itu dan memisahkan antara

mereka berdua, begitu pula jika ayah menikahkannya dengan orang yang

memiliki harta haram atau dengan orang yang banyak bersumpah atau

menjatuhkan talak.59

Para ulama berikhtilaf apakah nasab termasuk bagian dari Kafaah

ataukah tidak? Begitu pula kemerdekaan (status bukan budak), kekayaan,

dan kesehatan fisik.

Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ketaatan beragama

adalah satu-satunya yang terpenting dalam hal ini, berdasarkan sabda

Rasulullah SAW, “ Maka pilihkan wanita yang taat beragama, niscaya

kamu akam beruntung, “ tetapi ada sebagian ulama yang mengatakan

bahwa keturunan sama dengan ketaatan beragama, begitu pula dengan

harta kekayaan. Karena tidak ada yang keluar dari itu melainkan yang

dikeluarkan oleh ijma, yaitu bahwa kecantikan tidak termasuk perkara

Kafaah. Setiap ulama yang menyatakan menolak pernikahan disebabkan

adanyacacat menjadikan kesehatan fisik sebagai bagian dari kafa‟ah. Oleh

sebab itu, maka kecantikan harus termasuk Kafaah jika dilihat dari sisi

tertentu.

3. Kafaah Menurut Konsep Islam

Pengaruh materialis telah banya menimpa orang tua. Tidak sedikit

zaman sekarang ini orang tua yang memiliki pemikiran, bahwa di dalam
59
Fuad Syarifudin Nur, Bidayatul Mujtahid Jilid 2, (Jakarta Timur, Pustaka Al- Kautsar, 2010), 27-28.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


49

mencari calon jodoh putra-putrinya, selalu mempertimbangkan

keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja. Sementara

pertimbangan agama kurang mendapat perthatian. Masalah kufu

(sederajat, sepadan) hanya diukur lewat materi saja.

Menurut Islam, Kafaah atau kesamaan, kesepadanan atau

sederajat dalam perkawinan, dipandang sangat penting karena dengan

adanya kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha untuk

mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami insyaallah akan

terwujud. Tetapi Kafaah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas

iman dan taqwa serta akhlaq seseorang, bukan status sosila, keturunan

dan lain-liannya. Allah memandang sama derajad seseornag baik itu

orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan

dari keduanya melainnkan derajad taqwanya.

‫وًب َوقَبَائِ َل لِتَ َع َارفُوا إِ َّن‬ ِ ِ ‫َيأَيُّ َها الن‬


ً ُ‫َّاس إ ََّّن َخلَ ْقنَا ُك ْم م ْن ذَ َك ٍر َوأُنْثَى َو َج َعلْنَا ُك ْم ُشع‬
ُ َ
.ٌ‫اَّللَ َعلِ ٌيم َخبِي‬ َِّ ‫أَ ْكرم ُكم ِعنْ َد‬
َّ ‫اَّلل أَتْ َقا ُك ْم إِ َّن‬ ْ ََ
Artinya: “ Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.( Al- Hujaraat : 13).

Dan mereka tetap sekufu‟ dan tidak ada halangan bagi mereka

untuk menikah satu sama laiinya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


50

pemudi yang masih berfaham materialis dan mempertahankan adat

istiadat wajib bagi mereka meninggalkannya dan kembali kepada Al-

Qur‟an dan Sunnah Nabi yang Shahih. Sabda Rasulullah SAW :

‫ إِ َّن امل ْرأََة‬,‫ فَ َد َاك إِذَ ْن‬: ‫ قّ َال‬,‫يت أَ ْن تَ ْد ُج َل بَْي ِِن َونَْي نَ ُه َّن‬ ‫ فَ َخ ِش‬,‫ات‬ ِ ‫إِ َّن ِِل أِ ِخو‬
َ ُ َ
ِ ِ ِ ِ
ْ َ‫ بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب‬,‫ك‬ َ ‫ فَ َعلَْي‬,‫ َو ََخَاَلَا‬,‫تُْن َك ُح َعلَى دينِ َها‬
ٙٓ
.‫ت يَ َد َك‬

“Wanita yang dikawini karena empat hal: karena hartanya, karena


keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka
hendaklah kamu pilih karena agamanya ( ke Islamannya) sebab kalau
tidak demikian, niscaya kamu akan celaka “. ( Hadis Shahih Riwayat
Bukhari 6 : 123, Muslim 4 : 1755).61

4. Hadits – hadits tentang kafaah

َّ ‫اَّللِ صلى‬
: ‫اَّلل عليو وسلم‬ َّ ‫ َر ُِ َي‬-‫َو َع ْن اب ِن عُ َم ْر‬
َّ ‫ قَ َال َر ُس ْو‬: ‫اَّللُ َعنْ ُه َما قَ َال‬

ُ‫ام) َرَواه‬ ٌ ‫ك أ َْو َح َّج‬ ٌ ِ‫ إَِّلَ َحائ‬,‫ض‬ ِ ‫ض ُه ْم أَ ْك َفاءُ بَ ْع‬ ِ ‫ َوامل َو‬,‫ض‬
ُ ‫اَل بَ ْع‬ ِ ‫ض ُه ْم أَ ْك َفاءُ بَ ْع‬
ُ ‫ب بَ ْع‬
ُ ‫(اَ َلعَر‬
َ
ٍِ ‫استَ نْ َكر ُه اَبُ ْو َح‬
‫ َع ْن ُم َع ِاذ‬: ‫اِت َولَوُ َشا ِى ٌد ِعنْ َد اَلبَ ّزا ِر‬ ِِ ِ ِ ِ
َ ْ ‫ َو‬,‫ َوِف إ ْسنَده َراَِو ََلْ يُ َس َّم‬,‫اْلَاك ُم‬
.‫بْ ِن َجبَ ٍل بِ َسنَ ٍد ُمنْ َق ِط ِع‬

Artinya :Dari Ibnu Umar RA. Bahwa Rasulullah SAW bersabda :


“ bangsa arab itu sama derajadnya satu sama lain dan kaum mawali (
bekas tukang bekam yang telah merdeka) sama derajadnya satu sama lain,
kecuali tukang tenun dan tukang bekam.”

60
Muslim bin Hajjaj, “Musnad Shohih Mukhtasor”, (Beirut : Dar Ihyak Turos „arobi, juz 5), 1087.
61
Djamaludin Arra‟uf, Aturan Pernikahan dalam Islam, (Jakarta : JAL Publising, 2011), 20-21.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


51

‫َخبَ َرََّن َعْب ُد‬


ْ ‫ أ‬،‫ف ْاأل َْزَر ُق‬
َ ‫وس‬ ِ ْ ‫ أ‬،‫َْحَ ُد بْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن ُموسى‬
ُ ُ‫َخبَ َرََّن إ ْس َحاق بْ ُن ي‬ َ ُ ْ ‫َحدَّثَنَا أ‬
ٍ ِ ِ‫الْمل‬
َّ ِ‫ أَ ّن الن‬،‫ َع ْن َجابِ ٍر‬،‫ َع ْن َعطَاء‬،‫ك بْ ُن أَِِب ُسلَْي َما َن‬
‫ " إِ َّن الْ َم ْرأََة تُْن َك ُح َعلَى‬:‫َّب قَ َال‬ َ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ فَ َعلَْي‬،‫ َو ََجَاَلَا‬،‫ َوَماَلَا‬،‫دينِ َها‬
ْ َ‫ك بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب‬
. ‫ت يَ َد َاك‬

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin


Muhammad bin Musa, telah mengabarkan kepada kami (Ishaq bin
Yusuf Al Azraq), telah mengabarkan kepada kami Abdul Malik bin
Abu Sulaiman dari 'Atha` dari Jabir bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Seorang wanita dinikahi karena agamanya,
hartanya dan kecantikannya. Tetapi, utamakanlah agamanya, niscaya
kamu akan beruntung." 62

ِ ‫ حدَّثَنا عب ُد اْل ِم‬:‫ قَ َال‬،ُ‫حدَّثَنا قُت ي بة‬


‫ َع ِن ابْ ِن‬،‫ َع ِن ابْ ِن َع ْجالَ َن‬،‫يد بْ ُن ُسلَْي َما َن‬ َ َْ َ َ ََْ َ َ
‫ب‬ ِ َّ ِ َّ ‫صلَّى‬ ِ ُ ‫ قَ َال رس‬:‫ عن أَِِب ىري رَة قَ َال‬،‫وثِيم َة النَّص ِر ِي‬
َ َ‫ إذَا َخط‬:‫اَّللُ َعلَْيو َو َسل َم‬ َ ‫ول هللا‬ َُ َْ َ ُ َْ ّ ْ َ َ

ٌ ‫اد َع ِر‬
.‫يض‬ ِ ‫ إَِّلَّ تَ ْف َعلُوا تَ ُك ْن فِْت نَةٌ ِِف األ َْر‬،ُ‫ُ ْو َن ِدينَوُ َو ُخلَُقوُ فَ َزِّو ُجوه‬
ٌ ‫ َوفَ َس‬،‫ض‬ َ ‫إِلَْي ُك ْم َم ْن تَ ْر‬
ِ
ِ ‫ح ِديث أَِِب ىري رةَ قَ ْد خولِف عب ُد اْل ِم‬.‫ وعائِش َة‬،‫اِت الْمزِِِن‬
‫يد بْ ُن‬ َ َْ َ ُ َْ َ ُ ُ َ َ َ َ ّ َ ُ ٍ ‫َوِِف البَاب َع ْن أَِِب َح‬

‫ َع ِن‬،َ‫ َع ْن أَِِب ُىَريَْرة‬،‫ َع ِن ابْ ِن َع ْجالَ َن‬،‫ث بْ ُن َس ْع ٍد‬ ِ ‫سلَيما َن ِِف ى َذا اْل ِد‬
ُ ‫يث َوَرَواهُ اللَّْي‬ َ َ َْ ُ
‫يث َعْب ِد‬ ِ ِ ‫يث اللَّي‬
َ ‫ث أَ ْشبَوُ َوََلْ يَعُ َّد َحد‬
ِ ِ َّ ‫َّب صلَّى‬
ْ ُ ‫ َو َحد‬:‫ قَ َال ُُمَ َّم ٌد‬.ً‫اَّللُ َعلَْيو َو َسلَّ َم ُم ْر َسال‬ َ ِّ ِ‫الن‬
ِ
َْ ‫اْلَ ِميد‬
.‫ُم ُفوظًا‬
63

Artinya:”Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah, telah


menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Sulaiman dari Ibnu
„Ajlan dari Ibnu Watsimah An-Nashri dari Abu Hurairah Berkata:
Rasulullah SAW bersabda : " jika seseorang melamar (anak
perempuan dan kerabat) kalian, sedangkan kalian ridha agama dan

62
Muhammad bin Isa,” Jami‟ al-Kabir”, ( Beirut : Dar Gharib Islami, Juz 6, 1998).
63
Muhammad bin Isa, “ Sunan Tirmidzi”, ( Beirut : Dar Gharibu Islami, Juz 2, 1998), 385.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


52

akhlaknya (pelamar tersebut), maka nikahkanlah dia (dengan anak


perempuan atau kerabat kalian). Jika tidak, niscaya akan terjadi
fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar." Abu Isa At-Tirmidzi
berkata; “ Hadits semakna diriwayatkan dari Abu Hatim Al Muzani
dan Aisyah." Abu Isa berkata;"Tentang hadits Abu Hurairah, Abdul
Hamid bin Sulaiman menyelisihi hadits ini. Laits bin Sa‟ad
meriwayatkannya dari Ibnu Ajlan dari Abu Hurairah dari Nabi SAW
secara mursal." Abu Isa berkata; "Muhammad berkata; 'Hadits Laits
lebih kuat dan hadits Abdul Hamid bukan hadits yang mahfuzh
(terjaga)'."64

ِ‫حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍﻭ ﺍلسَّوَّﺍﻕُ ﺍلْبَلْخِيُّ حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ ﺇِسْمَعِيلَ عَنْ عَبْد‬

َ‫ﺍللَّوِ بْنِ مُسْلِمِ بْنِ ىُرْمُزَ عَنْ مُحَمَّدٍ ﻭَسَعِيدٍ ﺍبْنَيْ عُبَيْدٍ عَنْ ﺃَبِي حَاتِمٍ ﺍلْمُزَنِيِّ قَالَقَاﻝ‬

َّ‫ﺭَسُوﻝُ ﺍللَّوِ صَلَّى ﺍللَّوُ عَلَيْوِ ﻭَسَلَّمَ ﺇِﺫَﺍ جَاءَكُمْ مَنْ تَرَُْوْﻥَ ﺩِينَوُ ﻭَخُلُقَوُ فَﺄَنْكِحُوهُ ﺇَِّل‬

‫تَفْعَلُوﺍ تَكُنْ فِتْنَ ٌة فِي ﺍألَْﺭْﺽِ ﻭَفَسَاﺩٌ قَالُوﺍ يَا ﺭَسُوﻝَ ﺍللَّوِ ﻭَﺇِﻥْ كَاﻥَ فِيوِ قَاﻝَ ﺇِﺫَﺍ‬

ٌ‫جَاءَكُمْ مَنْ تَرَُْوْﻥَ ﺩِينَوُ ﻭَخُلُقَوُ فَﺄَنْكِحُوهُ ثَلَاﺙَ مَرَّﺍتٍقَاﻝَ ﺃَبُو عِيسَى ىَذَﺍ حَدِيث‬

ِ‫حَسَ ٌن غَرِيبٌ ﻭَﺃَبُو حَاتِمٍ ﺍلْمُزَنِيُّ لَوُ صُحْبَ ٌة ﻭََّلَ نَعْرِﻑُ لَوُ عَنْ ﺍلنَّبِيِّ صَلَّى ﺍللَّوُ عَلَيْو‬

.ِ‫ﻭَسَلَّمَ غَيْرَ ىَذَﺍﺍلْحَدِيث‬


Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
'Amr bin As Sawwaq Al Balkhi, telah menceritakan kepada kami
[Hatim bin Isma'il dari Abdullah bin Muslim bin Hurmuz dari
Muhammad dan Sa'id anak laki-laki 'Ubaid, dari Abu Hatim Al
Muzani berkata; Rasulullah SAW bersabda: "Jika seseorang datang
melamar (anak perempuan dan kerabat) kalian, sedang kalian ridha
pada agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak kalian
lakukan, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan."
Para shahabat bertanya; "Meskipun dia tidak kaya." Beliau bersabda:
" jika seseorang datang melamar (anak perempuan) kalian, kalian
ridha pada agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia." Beliau

64
Muhammad bin Isa, 385.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


53

mengatakan tiga kali. Abu Isa berkata: “ ini merupakan hadits gharib.
Abu Htim Al-Muzani adalah seorang sahabat, namun tidak kami
ketahui dia meriwayatkan hadits dari Nabi SAW selain hadits ini."65

ِ ِ‫ اَحب رََّن َعب ُداْملل‬.‫سثف اََّْل ْزر ُق‬


‫ك َع ْن‬ ْ َ َ ْ َ َ ‫ اَ ْحبَ َرََّناِ ْس َحا ُق بْ ُن يُ ْو‬.‫س‬
َ ‫َحدَّثَنَااَ ْْحَ ُدبْ ُن ُُمَ َّم ِدبْ ِن ُم ُو‬
َ
‫ اِ َّن اْمل ْرأََة تُنْ َك ُح َعلَى ِديْنِ َها‬: ‫اَّللُ َعلَْي ِو َو ّسلَّ َم قَ َال‬
َّ ‫صلّى‬ ّ ِ ِ‫ َع ِن الن‬,‫ َع ْن َجابِ ٍر‬,‫َعطَا ٍء‬
‫َِّب‬
ّ
َ
ِ َ ‫ فَعلَي‬.‫وم ِاَلا و َْح ِاَلا‬
)‫ت يَ َد َاك‬ ْ َ‫ ( تَ ِرب‬.‫ك بِ َذات ال ّديْ ِن‬ ْ َ َ َ َ َ ََ
Artinya : “ Ahmad bin Muhammad bin Musa telah
menceritakan kepada kami, Ishaq bin Yusuf Al Arzaq
memberitahukan kepada kami. Abdul Malik memberitahukan kepada
kami dari Atha‟ dari jabir dari Nabi SAW: “ Sesubgguhnya perempuan
itu dikawin karena agamanya, haerta dan kecantikannya, hendaklah
kamu memilih yang beragama, pasti berdebulah kedua tanganmu
(berkah).66

5. Ayat al-Qur‟an tentang Kafa‟ah

ِ َّ ‫الْي وم أ ُِح َّل لَ ُكم الطَّيِبات وطَع‬


ٌّ‫اب ِحلٌّ لَ ُك ْم َوطَ َع ُام ُك ْم ِحل‬ ِ
َ َ‫ين أُوتُوا الْكت‬
َ ‫ام الذ‬ُ َ َ ُ َّ ُ ََْ
‫ب ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم إِ َذا‬ ِ
َ ‫ين أُوتُوا الْكتَا‬
ِ َّ ِ ‫ات والْمحصن‬
َ ‫ات م َن الذ‬
ِ ِ ِ َ‫ََلم والْمحصن‬
ُ َ َ ْ ُ َ َ‫ات م َن الْ ُم ْؤمن‬ ُ َ ْ ُ َ ُْ
‫ان‬ِ َ‫َخ َد ٍان ومن ي ْك ُفر ًِب ِْْلْي‬ ِِ ِِ ِِ
ْ َ ْ َ َ ْ ‫ْي َوََّل ُمتَّخذي أ‬ َ ‫ْي َغْي َر ُم َسافح‬
َ ‫ورُى َّن ُُْمصن‬
َ ‫ُج‬
ُ ‫وى َّن أ‬
ُ ‫آتَ ْي تُ ُم‬
ِ ‫اْل‬ ِ ِ َ ِ‫فَ َق ْد َحب‬
.‫اس ِرين‬َْ ‫ط َع َملُوُ َو ُى َو ِِف ْاَلخَرِة م َن‬
Artinya : “Pada hari dihalalkan bagimu yang baik-baik.
Makanan (sembelihan) ahli kitab itu halal bagimu, dan makananmu
halal bagi mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-
perempuan yang menjaga kehormatan67 di antara perempuan-
perempua yang beriman dan perempuan -perempuan yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang di beri al-Kitab sebelum
kamu, apabila kamu membayar mas kawin mereka untuk
menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk
65
Muhammad bin Isa, 386.
66
Moh Zuhri, Terjemah Sunan At- Tirmidzi, (Semarang : CV Asy-Syifa‟,1992), 411.
67
Ada yang mengatakan perempuan- perempuan yang merdeka.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


54

menjadikan perempuan piaraan. Barang siapa kafir sebelum beriman


maka sungguh, sia-sia alam mereka dan di akhirat dia termasuk
oarng-orang yang rugi”. ( QS. AL-Maidah :5).68

 ‫ك قَ ِد ًيرا‬ ِ ِ
َ ُّ‫َو ُى َو الَّذي َخلَ َق ِم َن الْ َماء بَ َشًرا فَ َج َعلَوُ نَ َسبًا َو ِص ْهًرا َوَكا َن َرب‬

Artinya : “ Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air,


lalu dia jadikan manusia itu ( mempunyai) keturunan dan
musaharah69 dan tuhanmu yang Maha Kuasa”.(QS. Al-Furqon : 54).70

B. Kehujjahan Hadits Tentang Kafa’ah Riwayat at-Tirmidzi

A. Imam At-Tirmidzi

1. Biografi

Nama lengkap beliau adalah Imam al-Hafiz Abu Isa Ibn

Saurah ibn Musa ibn al- Dhahak al-Sulami al- Bugi at-Tirmidzi. 71

Nama beliau lebih popular dengan nama Abu „Isa. Bahkan dalam kitab

al-Jami‟ al-Shahihnya, ia selalu memakai nama Abu Isa. Adapun

nisbah yang melekat dalam nama al-Tirmidzi, yakni al-Sulami,

dibangsakan dengan bani Sulaim, dari kabilah Ailan. Sementara al-

Bugi adalah nama tempat dimana at-Tirmidzi wafat dan dimakamkan.

Sedangkan kata at-Tirmidzi sendiri dibangsakan dari kota Tirmiz,

sebuah kota ditepi sungai Jihun Khurasan, tempat al-Tirmidzi

dilahirkan. Tokoh besar al-Tirmidzi dilahirkan pada tahun 209 H dan

68
Al-Qur‟an dan Terjemah Al-Hikmah (CV Penerbit Diponegoro: Bandung, 2010), 107.
69
Mushaharah artinya hubungan kekeluargaan yang berasal dari hubungan pernikahan, seperti
menentu, ipar, mertua, dan sebagainya.
70
Al-Qur‟an dan Terjemah, 364.
71
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadits, (Surabaya : Al- Muna, 2010),117.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


55

wafat pada malam senin tanggal 13 rajab tahun 279 H di desa Bug

dekat kota Tirmiz dalam keadaan buta. 72

Imam Tirmidzi mencari hadits sejak kecil. Ia pergi pertama

kali ke Bukhara untuk menyampaikan hadist, kemudian ke Hijaz, Irak,

Khurasan dan sebagainya. Di tempat- tempat tersebut beliau selalu

mencatat hadist yang di dengar dari para ulama‟ yang di temuinya. At-

Tirmidzi meriwayatkan hadits bersumber dari al-Bukhari, muslim dan

Ismail bin Musa as-Saddi.73

Imam Tirmidzi dikenal orang sebagai orang yang luas

hafalannya, banyak telaahnya, ahli hadits dan ilmu hadits. Kedalaman

ilmunya di bidang ilmu hadits, terutama dalam kitabnya al-Jami‟ al-

Tirmidzi.74

Ibnu Hibban dalam kitabnya Ats- Tsiqoh menyebutkan bahwa

Imam At-Tirmidzi adalah orang yang mengumpulkan berkarya,

mempelajari, dan menghafal hadits. Adz- Dzahabi menambahkan, “

kitab jami‟ karya Imam At-Tirmidzi merupakan bukti bahwa diaadalah

seorang imam yang hafidz dan ahli fiqih. Hanya saja, kriterianya

dalam meriwayatkan hadits pada kitabnya lunak dan tidak mutasyadid

(ketat).75

72
M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, ( Yogyakarta : Teras, 2009), 104.
73
Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadits, (Jakarta : PT Pustaka Firdaus, 2013), 367-368.
74
Zainul Arifin., 118.
75
Syaikh Ahmad Syarif, biografi Ulama Salaf atau Min A‟lam As-Salaf, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar, 2006), 550.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


56

Ashab al-Kutub al-Sittah meriwayatkan dari 9 guru di

antaranya, yaitu:

1. Muhammad ibn Basyyar Bundar (167 H-252 H).

2. Muhammad ibn al-Musana Abu Musa (167 H -252 H).

3. Ziyad ibn Yahya al-Hasan (w.254 H)

4. „Abbas ibn „Abd al-„Azim al-„Anbari (w. 246 H).

5. „Abu Sa‟id al-Asyaj „Abdullah bin Sa‟ad al-Kindi (w. 257 H).

6. Abu Hafs „Amru ibn „Ali al-Fallas (w. 249 H).

7. Ya‟qub ibn Ibrahim al-Dauraqi (166 H- 252 H).

8. Muhammad ibn Ma‟mar al-Qaisi al-Bahrani (w. 256 H).

9. Nasr ibn „Ali al-Juhdami (w. 250 H).

Ashab al-Sittah yang dimaksud adalah imam al- Bukhari

(194- 256 H), Muslim bin Hajaj ( 204 -261 H), Imam at-Tirmidzi

(209-279 H), Abu Daud (206-275 H), Imam Nasa‟0 (215- 303 H),

dan Ibnu Majjah ( 209-273 H).

Jika dicermati masa hidup ulama-ulama tersebut memang

tidak berbeda jauh dan masih merupakan orang-orang yang sebaya,

sehingga besar kemungkinan mereka berguru kepada ulama-ulama

yang sama, meski di waktu yang lain mereka juga berguru dan

meriwayatkan hadits dari sumber yang berbeda. Tidak jarang pula,

para ulama tersebut saling berguru satu sama lain. 76

76
Muamar, „Ilal Al-Hadits Menurut Imam Al-Tirmidzi,( Makasar, Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Alauddin, 2016), 13.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


57

Ibnu Hajjar mengelompokan guru imam At-Tirmidzi kedalam

tiga kelompok, sebagai berikut :

a) Guru- guru Imam at-Tirmidzi yang lebih tua dan hidup

sebelum imam at-Tirmidzi, seperti Qutaibah ibn Sa‟id al-

Saqofi Abu Raja‟ (150 H-240 H), Suwaid ibn Nasr Suwaid al-

Marwazi (91 H- 240 H), dan lain sebagainya, mereka tersebut

adalah tokoh-tokoh thabaqoh, kesepuluh. Imam al-Bukhari

juga meriwayatkan dari ahli thabaqoh ini.

b) Thabaqoh berikutnya, dari segi umur maupun sanad, mereks

itulah pada umumnya guru Imam at-Tirmidzi yang

menyampaikan dan menjadi sumber riwayat, seperti Ahmad

ibn Mani‟ al-Baghawi (w. 244 H), „Ummar ibn „Ali Falas, dan

Muhammad ibn „Abban al-Mustamili (w. 244 H).

Guru-guru Imam at-Tirmidzi pada Thabaqoh kesebelas, seperti

Hasan Ahmad ibn Abi Syu‟aib (w. 250 H), Imam al-Bukhari, Imam

muslim, Abu Dawud dan sebagainya.

Murid –murid Imam at-Tirmidzi adalah Abu Bakar Ahmad bin

Isma‟il al- Samarqandi, Abu Hamid Ahmad ibn Abdullah, Ibn Yusuf

al-Nafasi, al-Husain bin Yunus, Hammad bin Syakir dan lain-lain.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


58

Melihat reputasi dan intregitas Imam at-Tirmidzi ini, maka tidak

meherankan jika banyak ulama yang berguru dan meriwayatkan hadits

darinya. Diantaranya :77

- Abu al-Abbas al-Mahubbi Muhammad bin Ahmad ibn Mahbub al-

Marwazi (w. 346 H).

- Abu Bakr Ahmad ibn „Isma‟il ibn „Amir al-Samarqandi.

- Abu Hmid Ahmad ibn „Abdullah ibn Dawud al-Mawarzi al-Tajir.

- Ahmad ibn „Ali Maqri, Ahmad ibn Yusuf al-Nasafi Abu al-Haris

Asad ibn Hamdawaih al-Wariq.

- Dawud ibn Nasr ibn Suhail al-Bazdawi, „Abd ibn Muhammad ibn

Mahmud al-Nasafi.

- Abu Hasan „Ali ibn „Umar ibn Kalsum al-Samarqandi, Al- Fadi

ibn „Ammar al-Sarram.

- Abu Ja‟far Muhammad ibn Sufyan ibn al-Nasyr al-Nasafi.

- Abu Fadl Muhammad ibn Mahmud ibn „Anbar al-Nasafi.

- Abu al-Fadl al-Musabbih ibn Abi Musa al-Kajiri.

- Maki ibn Nuh al-Nasafi al-Maqri, Muhammad ibn Maki.

- Al-Haisam ibn Kulaib al-Syasyi, Rawiyat al-Syama‟il.78

2. Karya – karya Imam Tirmidzi

Al-Allamah Ahmad Syakir berkata, “ banyak yang

mengatakan bahwa imam At-Tirmidzi memiliki banyak karya. Akan

77
Muamar, 14-15.
78
Muammar, 16.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


59

tetapi, hanya ada dua karyanya saja yang sudah masyhur, yaitu kitab

Al-Jami‟ Ash- Shahih dan kitab Asy-Syama‟il. Dimungkinkan sekali,

karya-karya yang lain musnah sebagaimana karya ulama lain.

Disebutkan dalam Tahzib At-Tahdzib keterangan bahwa imam At-

Tirmidzi mmempunyai karya Az-Zuhd Mufrad yang tidak sampai pada

kita.79

Sebagai seorang ilmuan ia telah berkarya, dan karyanya yang

dicatat oleh sejarah adalah sebagai berikut: 80

1) Al- Jami‟ al- Shahih, yang dikenal dengan al- Jami‟ al- Tirmidzi,

atau lebih popular lagi dengan sebutan Sunan At-Tirmidzi. Begitu

populernya kitab al-Jami‟al-Shahih, maka mucul beberapa kitab

syarah yang mensyarahi kitab tersebut, diantaranya :

a. Aridad al-Ahwadi ditulis oleh Abu Bakar IBN al-„Arabi al-

Maliki

b. Al-Munqih L-Syazi fi Syarh al-Tirmidzi oleh Muhammad ibn

Muhammad ibn Muhammad yang terkenal dengan Ibn Sayyid

al-Nas al-Syafi‟i.

c. Syarh Ibn Sayyid al-Nas disempurnakan oleh al- Hafiz

Zainuddin al-„Iraqi

79
Syaikh Ahmad Syarif, 565.
80
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadits, ( Surabaya : Al-Muna, 2010), 119.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


60

d. Syarh al-Tirmidzi oleh al-Hafiz Abu al-Faraj Zainuddim „Abd

al-Rahman ibn Syihabuddin Ahmad ibn Hasan ibn Rajab al-

Bagdadi al-Hanbali, dan lain-lain.81

2) Al-„Ilal Ash- Shughra, kitab ini terdapat pada akhir kitab al-Jami‟

al-Tirmidzi.

Kitab ini termasuk pengantar sekaligus salah satu bagian

dari Al-Jami‟Li As-Sunan, yang menjelaskan tentang metodologi

yang digunakan Imam at-Tirmidzi dalam menyusun Al-Jami‟ Li

As-Sunan. Kitab Al-Jami‟ Li As-Sunan telah diterima oleh ulama,

dan namanya sudah popular terdengar oleh telinga.

Mengenai kitab Al-Jami‟ Li As-Sunan ini, Imam At-

Tirmidzi berkata, “ setelah aku selesai dari menulis Musnad Ash-

Shahih ini, aku menyodorkannya pada ulama Hijaz, dan mereka

menerimanya; kemudian aku menyodorkannya kepada para

ulama irak, dan mereka menerimanya; kemudian mereka

menyodorkannya kepada para ulama Khurasan, dan merekapun

menerimanya. Barang siapa menyimpan kitab ini di dalam

rumahnya, maka seaakan-akan di dalam rumahnya ada Nabi SAW

yang bersabda.

3) Kitab Syama‟il Al- Muhammadiyah.

Ketiga kitab ini telah sampai kepada kita, adapun karya

imam At-Tirmidzi yang lain, maka belum ditemukan atau

81
M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadis, 109.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


61

menghilang, dan hanyya diketahui karena disebutkan dalam

kitab referensi, yang diantaranya:

a. Az-Zuhud

b. Kitab Al-„Ilal Al-Kubra.

c. Kitab Al-Tarikh.

d. Kitab Al-Asma‟ wa Al-Kunna.82

3. Komentar ulama terhadap Imam at-Tirmidzi

Kitab Sunan at-Tirmidzi mengandung hadis-hadis yang telah

tercantum dalam kitab shahih al-Bukhori dan Shahih Muslim, hanya

saja at-Tirmidzi lebih sistematis. Disamping itu khususnya terlihat

pada adanya dua bab yang tidak ditemukan pada kitab al-Bukhori dan

Muslim yaitu bab al-Manaqib dan bab tafsir al-Qur‟an.83

a) . Terlepas dari kebesaran dan kontribusi yang telah diberikan

oleh at-Tirmidzi melalui kitabnya, tetep muncul berbagai

pandangan kontroversial antara yang memuji dan mengkritik

karya tersebut. Diantaranya :al- Hafiz Ibn Asir (w. 524 H), yang

mengatakan bahwa kitab at-Tirmidzi adalah kitab Shahih, juga

sebaik-baiknya kitab, banyak kegunaannya, baik sistematika

penyajiannya dan sedikit sekali hadits-hadits yang terulang.

Didalamnya juga dijelaskan pula hadits-hadits yang menjadi

82
Masturi Irham, Qishshah At-Tartar Min Al-Bidayah ila „Aim Jalut atau sejarah bangsa Tartar,
(Jakarta: Pustaka Al-Kaautsar, 2019), 593-594.
83
Zainul Arifin, Sudi Kitab Hadits, 123.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


62

amalan suatu Madzhab disertai argumentasinya. Disamping itu

al-Tirmidzi juga menjelaskan kuwalitas hadits, kelemahan dan

keutamaan para perawi hadits. Ilmu tersebut sangat berguna

untuk menentukan apakah dia diterima atau ditolak.

b) . Muhammad Ajjaj al-Khatib menilai kitab ini sebagai kitab

hadits yang banyak manfaat dan memiliki kekhusussan yang

tidak dimiliki kitab- kitab lainnya. Kekhususan dalam kitab ini

Nampak pada sistematika penulisannya yang sangat lengkap. 84

Kitab Jami‟ merupakan contoh yang baik untuk praktek ilmiah

yang dilakukan oleh ulama Hadits dalam rangka mengetahui

yang Shahih, hasan dan Dhoif. 85

c) Abu Ismail al-Harawi (w.581), berpendapat, bahwa kitab al-

Tirmidzi lebih banyak memberikan faedah dari pada kitab

Shahih Bukhari dan Shahih muslim, sebab hadits yang termuat

dalam kitab Jami‟ al- Shahih at-Tirmidzi diterangkan

kualitasnya, sebab-sebab kelemahannya, sehingga orang lebih

mudah mengambil faedah kitab itu, baik dari kalangan Fuqoha,

Muhaddisin, dan lainnya.

d) Al-Allamah al-Syaikh „Abd al-„Aziz berpendapat, bahwa kitab

al-Jami‟ al-Shahih at-Tirmidzi adalah kitab yang baik, sebab

84
Zainul Arifin, 123.
85
Mohammad Gufron, Ulumul Hadits : Praktis dan Mudah, ( Yogyakarta : Teras, 2013), 171.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


63

sistematika penulisannya baik, yaitu sedikit hadits- hadits yang

disebutkan berulang, diterangkan mengenai Madzhab- Madzhab

Fuqoha‟ serta cara yang mereka tempuh, dijelakan kualitas

haditsnya, serta dijelaskan nama-nama perawi, baik gelar

maupun kunyyahnya.86

Kendati banyak yang memuji kitab al-Jami‟ al-

Tirmidzi, namun bukan berarti kitab ini luput dari kritikan. Al-

Hafiz Ibn al-Jauzi (w. 751H) mengemukakan, bahwa dalam kitab

al-Jami‟ al-Shahih at-Tirmidzi terdapat 30 hadits maudu‟

(palsu), meskipun pada akhirnya pendapat tersebut dibantah oleh

Jalaluddin al-Suyuti (w.911) dengan mengemukakan, bahwa

hadits- hadits yang dinilai palsu tersebut sebenarnya bukan plasu,

sebagaimana yang terjadi dalam kitab Shahih Muslim yang

dinilai palsu, namun sebenarnya bukan palsu.87

4. Kitab Sunan at-Tirmidzi

Kitab Jami‟ al- Tirmidzi ini selesai di susun dan di tulis oleh

imam Tirmidzi pada 10 zulhijah pada tahun 270 H. kitab ini

merupakan karyanya yang paling terkenal yang termasuk salah satu

dari “Kutubus Sittah”, kitab Jami‟ ini lebih di kenal dengan nama

Jami‟ At-Tirmidzi yang di nisbahkan kepada namanya. Disamping itu,

86
M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadits,121-122.
87
M. Abdurrahman, Studi Kitab Hadits, 123.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


64

sebagian ulama juga menamakannya dengan nama sunan at-Tirmidzi

karena mengandung hadits-hadits hukum yang di susun berdasarkan

bab-bab fiqih. Imam al- Hakim juga memberikan julukan kitab ini

dengan al-Jami‟ al- kabir, hanya Khatib al-Bagdadi yang menyebutnya

dengan shahih al- Tirmidzi, diantara nama-nama karya Tirmidzi ini,

Jami‟ at-Tirmidzi lah yang lebih popular.

Secara keseluruhan kitab Jami‟ al-Shahih atau Sunan at-

Tirmidzi terdiri dari 5 juz, 2375 bab dan 3956 hadits. Kitab ini memuat

berbagai permasalahan pokok agama, diantaranya yaitu, al- aqa‟id (

tentang tauhid), al- ahkam (tentang hukum), al- riqaq (tentang budi

luhur), adab (tentang etika), al- tafsir (tentang tafsir al-qur‟an), al-

tarikh wa al-syiar ( tentang sejarah dan sejarah jihad nabi SAW), al-

fitan ( tentang terjadinya fitnah dan mala petaka), dan tentang biografi

sahabat dan tabi‟in.

At-Tirmidzi adalah pakar hadits yang masyhur pada abad ke-

3 H. pada abad ke-3 H adalah puncak kemajuan ulama dalam

mengembangkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, diantaranya;

Hadits, fiqih, filsafat, ilmu kalam dan tasawuf. 88

Kitab al-Jami‟ al-Shahih ini disusun berdasarkan urutan bab-

bab fiqih, dari bab Taharoh seterusnya sampai dengan bab akhlak,

88
Algifri Muqsit Jabar, Membahas kitab Hadits (Kitab Shahih al-Bukhori dan Sunan Tirmidzi ),
b(Skripsi,UIN Syafir Hidayatullah Jakarta, 2017), 50-51.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


65

do‟a, tafsir, fada‟il dan lain-lain. Dengan kata lain at-Tirmidzi dalam

menulis kitab hadits dengan mengklarifikasi sistematikanya dengan

model juz, kitab, bab, dan sub bab. Kitab ini ditahqiq dan dita‟liq oleh

tiga ulama ternama pada generasi sekarang (Modern), yakni Ahmad

Muhammad Syakir ( sebagai Qadhi syar‟i), Muhammad Fuad Abdul

Baqi‟ ( sebagai penulis dan pengarang terkenal), dan Ibrahim „Adwah

„Aud ( sebagai dosen pada Universitasal-Azhar Kairo Mesir). 89

Secara rinci sistematika kitab al-Jami‟ al-Shahih (Sunan at-

Tirmidzi secara garis besar dapat dilihat dari masing-masing juznya

sebagai berikut:90

Tabel 2.2 Sistematika Kitab Jami‟

Juz NO Kitab Bab Jumlah Hadits

1 1. Al-Thaharah 122 148

2. Asbab al-Salah 62 89

2 1. Asbab Witir 22 35

2. Asbab al-Jum;ah 29 41

3. „Idain 9 12

4. Al- Safar 44 72

3 1. Zakat 38 73

89
M. Abdurahman, Studi Kitab Hadits, 115.
90
M. Abdurrahaman, 116-118.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


66

2. Siyam 83 126

3. Hajj 116 15

4. Janajah 76 144

5. Nikah 43 65

6. Rada‟ 19 26

7. Talaq dan Li‟an 23 30

8. Buyu‟ 76 104

9. Al-Ahkam 42 58

4 1. Al- Diyat 23 36

2. Al-Hudud 30 40

3. Al-Said 7 7

4. Al-Zabaih 1 1

5. Al-Ahkam dan al-Wa‟id 6 10

6. Al-Dahi 24 30

7. Al-Siyar 48 70

8. Keutamaan Jihad 26 30

9. Al-Jihad 39 49

10. Al-Libas 45 67

11. Al-At‟imah 48 72

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


67

12. Al-Asyribah 21 34

13. Birr wa al-Silah 87 138

14. Al-Tibb 35 33

15. Al-Fara‟id 23 25

16. Al-Washaya 7 8

17. Al-Wala‟ wa al-Hibah 7 7

18. Al- Fitan 79 111

19. Al-Ru‟ya 10 16

20. Al-Syahadah 4 7

21. Al- Zuhd 64 110

Sifat al-Qiyamah, al-Riqa‟iq


22. 60 110
dan wara‟

23. Sifat al-Jannah 27 45

24. Sifat Jahannam 13 21

5 1. Al- Iman 18 31

2. Al-„Ilm 19 31

3. Isti‟zan 34 43

4. Al- Adab 75 118

5. Al- Nisa‟ 7 11

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


68

6. Fadail al-Qur‟an 25 41

7. Al-Qira‟at 13 18

8. Tafsir al-Qur‟an 95 158

9. Al- Da‟awat 133 189

10. Al- Manaqib 75 133

11. Al-„Ilal

2. Analisis Hadits

a. Teks hadits dan Terjemah

ِ ِ‫َخب رََّن َعب ُد الْمل‬


‫ك‬ ِ ْ ‫ أ‬،‫َْحَ ُد بْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن ُموسى‬
َ ْ َ َ ْ ‫ أ‬،‫ف ْاأل َْزَر ُق‬
َ ‫وس‬
ُ ُ‫َخبَ َرََّن إ ْس َحاق بْ ُن ي‬ َ ُ ْ ‫َحدَّثَنَا أ‬
،‫ " إِ َّن الْ َم ْرأََة تُْن َك ُح َعلَى ِدينِ َها‬:‫َّب قَ َال‬ ٍ
َّ ِ‫ أَ ّن الن‬،‫ َع ْن َجابِ ٍر‬،‫ َع ْن َعطَاء‬،‫بْ ُن أَِِب ُسلَْي َما َن‬
ِ ِ ِ ِ
ْ َ‫ك بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب‬
." ‫ت يَ َد َاك‬ َ ‫ فَ َعلَْي‬،‫ َو ََجَاَلَا‬،‫َوَماَلَا‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin
Muhammad bin Musa, telah mengabarkan kepada kami (Ishaq bin
Yusuf Al Azraq), telah mengabarkan kepada kami Abdul Malik bin Abu
Sulaiman dari 'Atha` dari Jabir bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Seorang wanita dinikahi karena agamanya, hartanya dan
kecantikannya. Tetapi, utamakanlah agamanya, niscaya kamu akan
beruntung."

b. Takhrij hadits

Penelusuran hadits-hadits tentang Kafaah dalam penelitian ini

dilakukan dengan metode takhrij melalui lafadz dalam matan hadits.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


69

Dengan berpedoman pada kata kunci ‫إِ َّن امل ْرأَةَ تُْن َك ُح‬ ditemukan kata kunci
َ
sebagai berikut :

Riwayat Imam Muslim

‫ك بْ ُن أَِِب‬ ِ ِ‫ حدَّثَنَا َعب ُد املل‬,‫ حدَّثَنَا أَِِب‬,‫اَّلل ب ِن ُُنَِْي‬


َّ ‫وحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َعْب ِد‬
َ ْ َ َ ْ َ
‫ت ْامَرأةَ ِِف َع ْه ِد َر ُس ْوِل‬ َِّ ‫ أَخب رِِن جابِر بن عب ِد‬,‫ عن عطَ ِاء‬,‫سلَيما َن‬
ُ ‫ تََزَّو ْج‬: ‫ قَ َال‬,‫اَّلل‬ َْ ُ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َْ ُ
ِ َّ ‫ فَلَ ِقيت النَِّب صلَّى‬,‫اَّلل علَي ِو وسلَّم‬ َِّ
ُ ‫ ََي َجُِِ تََزَّو ْج‬: ‫ فَ َق َال‬,‫اَّلل ّعلَْيو َو َسلَّ َم‬
‫ت‬ َ َّ ُ َ َ َ ْ َ َّ ‫صلى‬
َّ َ ‫اَّلل‬

ِ
ُ ‫ فَ َهالَ بِ ْك ُر تَُال عبُ َها قُ ْل‬:‫قَ َال‬, ‫ب‬
‫ت‬ ِ ُ ْ‫ أ َْم ثَيِّب قُل‬,‫ بِ ْكر‬: ‫ قَ َال‬,‫ نَ َعم‬: ‫ت‬
ُ ّ‫ ثَي‬: ‫ت‬ ُ ُ ْ ُ ْ‫قُل‬
,‫ فَ َد َاك إِذَ ْن‬: ‫ قّ َال‬,‫يت أَ ْن تَ ْد ُج َل بَْي ِِن َونَْي نَ ُه َّن‬ ِ ِ ِِ
ُ ‫ فَ َخش‬,‫ إِ َّن ِِل أخ َوات‬: ‫اَّلل‬
َّ ‫ول‬َ ‫ ََي َر ُس‬:
ِ ِ ِ ِ
َ ‫ فَ َعلَْي‬,‫ َو ََخَاَلَا‬,‫إِ َّن امل ْرأَةَ تُنْ َك ُح َعلَى دينِ َها‬
ْ َ‫ بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب‬,‫ك‬

.‫ت يَ َد َك‬
َ
Tabel 4.1 Jalur Perawi Hadits

Nama Periwayat Urutan Periwayat Metode

Jabir bin „Abdullah V ‫أجبَ َرِِن‬


ْ
Atha‟ IV ‫َع ْن‬
Abdul Malik III ‫َح َدثَنَا‬
Abi II ‫َح َدثَنَا‬
Muhammad bin „Abdullah I ‫َح َدثَنَا‬
Imam Muslim Mukharij ‫َح َدثَ َن‬

91
Muslim bin Hajjaj, “Musnad Shohih Mukhtasor”, (Beirut : Dar Ihyak Turos „arobi, juz 5), 1087.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


70

Riwayat An-Nasai

،‫ َع ْن َعطَ ٍاء‬،‫ك‬
ِ ِ‫ َعن َعب ِد الْمل‬،‫ حدَّثَنَا خالِ ٌد‬:‫ قَ َال‬،‫ود‬
َ ْ ْ َ َ
ٍ ‫أَخب رََّن إِ َْسعِيل بن مسع‬
ُ ْ َ ُ ْ ُ َ ََ ْ
‫صلَّى‬ ِ ِ َِّ ‫ول‬ِ ‫ أَنَّو تَزَّوج امرأَةً َعلَى َع ْه ِد رس‬،‫َعن جابِ ٍر‬
ُّ ِ‫ فَلَقيَوُ الن‬،‫صلَّى هللاُ َعلَْيو َو َسلَّ َم‬
َ ‫َّب‬ َ ‫اَّلل‬ َُ َْ َ َ ُ َ ْ
»‫ «بِ ْكًرا أ َْم ثَيِّبًا‬:‫ قَ َال‬،‫ نَ َع ْم‬:‫ت‬ ِ
ُ ْ‫ قُل‬:‫ت ََي َجابُِر » قَ َال‬
َ ‫ «أَتََزَّو ْج‬:‫ فَ َق َال‬،‫هللاُ َعلَْيو َو َسلَّ َم‬
َِّ ‫ول‬
‫ ُك َّن ِِل‬،‫اَّلل‬ َ ‫ ََي َر ُس‬:‫ت‬ َ ُ‫ «فَ َه َّال بِ ْكًرا تَُال ِعب‬:‫ قَ َال‬،‫ بَ ْل ثَيِّبًا‬:‫ت‬
ُ ْ‫ قُل‬:‫ قَ َال‬،»‫ك‬ ُ ْ‫ قُل‬:‫قَ َال‬
‫ إِ َّن الْ َم ْرأََة تُنْ َك ُح َعلَى‬،‫ «فَ َذ َاك إِذًا‬:‫ قَ َال‬،‫يت أَ ْن تَ ْد ُخ َل بَْي ِِن َوبَْي نَ ُه َّن‬ ِ
ُ ‫ات فَ َخش‬
ٌ ‫َخ َو‬
َ‫أ‬
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ فَ َعلَْي‬،‫ َو ََجَاَلَا‬،‫ َوَماَلَا‬،‫دينِ َها‬
ْ َ‫ك بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب‬
‫ت يَ َد َاك‬
92

Tabel 4.2 Jalur Perawi Hadits

Nama Periwayat Urutan Periwayat Metode

Jabir bin „Abdullah V ‫َع ْن‬

Atha‟ IV ‫َع ْن‬

Abdul Malik III ‫َع ْن‬

Kholid II ‫ال‬
َ َ‫ق‬

Ismail bin Mas‟ud I ‫أجبَ َرََّن‬


ْ

An-Nasai Mukharij ‫َح َدثَ َن‬

92
Abu „Abdurrahman Ahmad, “ Sunan Shogir An-Nasai”,( Khalaba : Maktabat matbu‟at Islamiyah,
Juz 9) 65 .

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


‫‪71‬‬

‫‪c. I’tibar dan Skema Sanad‬‬

‫رسول هللا‬

‫قال‬

‫جابر بن عبد هللا‬


‫عن‬

‫عطاء بن أِب رًبح‬

‫عن‬

‫عبد امللك بن اِب سليمان‬


‫َحدَّثَنَا‬ ‫عن‬ ‫عن‬

‫َعْب ِد َّ‬
‫اَّلل بْ ِن ُُنَِْي‬ ‫إسحاق بن يوسف‬ ‫َخالِ ٌد‬
‫َحدَّثَنَا‬ ‫حدثنا‬ ‫َحدَّثَنَا‬

‫ُُمَ َّم ُد بْ ُن َعْب ِد َّ‬


‫اَّلل بْ ِن ُُنَِْي‬ ‫أْحد بن دمحم بن موسى‬ ‫يل بْ ُن َم ْسعُوٍد‬‫ِ ِ‬
‫إ َْسَع ُ‬
‫حدثنا‬ ‫َخبَ َرََّن‬
‫أْ‬

‫مسلم‬ ‫جامع الرتمدى‬ ‫النسائي‬

‫— ‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬ ‫— ‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬ ‫— ‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬ ‫— ‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬ ‫— ‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬ ‫‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬


72

Dari I‟tibar sanad diatas dapat diketahui bahwa hadits tentang Kafaah

memiliki perawi yang berstatus syahid dan muttabi‟; penjelasan terkait syahid

dan muttabi‟ dalam I‟tibar sanad diatas, sebagai berikut :

a) Perawi berstatus Syahid

Hadits tentang Kafaah sebagaimana yang telah dipaparkan dalam

takhrij hadits dan I‟tibar sanad diatas, memiliki perawi yang berstatus syahid.

Karena hadits tentang Kafaah diriwayatkan oleh 3 sahabat yang berbeda yakni

Imam Muslim, Imam At-Tirmidzi dan An-Nasai, ketiganya meriwayatkan

hadits yang sama dengan matan yang berbeda.

b) Perawi berstatus Muttabi‟

Hadits tentang Kafaah memiliki beberapa perawi berstatus muttabi‟;

diantaranya ialah :

- Dalam sanad Imam Muslim dan Imam at-Tirmidzi terdapat perawi Ishaq

bin Yusuf dan Abdullah bin Umar. Keduanya meriwayatkan dari guru

yang sama yakni Abdul Malik bin Abi Sulaiman.

- Dalam sanad An-Nasai. Imam Muslim dan at-Tirmidzi terdapat perawi

Kholid, Ishaq bin Yusuf dan Abdullah bin Umar, ketiganya meriwayatkan

dari guru yang sama yakni Abdul Malik bin Abi Sulaiman.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


73

1) Skema Sanad Riwayat at-Tirmidzi

َّ ‫صلَّى‬ ِ ُ ‫رس‬
ُ‫اّلل‬ َ ‫ول هللا‬ َُ

‫جابر بن عبد هللا‬

‫عطاء بن أِب رًبح‬

‫عبد امللك بن ميسرة‬

‫إسحاق بن يوسف‬

‫أْحد بن دمحم بن موسى‬

‫جامع الرتمدى‬

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


74

2) Shigotul Ada‟

Metode yang digunakan adalah as- Sima‟ (pendengaran), sang

murid mendengar hadits dari gurunya yang hafal hadits atau

membacakannya dari tulisanya. Seperti Ahmad bin Muhammad bin

Musa mendengar dari gurunya Ishaq bin Yusuf menggunakan kata

‫حدثنا‬, Ishaq bin Yusuf mendengar langsung dari gurunya

menggunakan kata ‫عن‬, Abdul Malik bin Abi Sulaiman mendengar

langsung dari gurunya 'Atha` bin Abi Rabah menggunakan kata ‫عن‬,

„Atha‟ bin Abi Rabah mendengar langsung dari gurunya dengan

menggunkan kata ‫عن‬.

3) Biografi Perawi

a) . Ahmad bin Muhammad bin Musa

Nama lengkap beliau ialah Ahmad bin Muhammad bin Musa

al-Maruji, beliau termasuk Thobaqoh ke- sepuluh, wafat pada tahun

235 H, beliau guru dari Imam Bukhori, at-Tirmidzi dan juga An-

Nasai. Menurut Ibnu Hajjar, Muhammad bin musa mempunyai

gelar tsiqoh dan hafidz. Namun Adhahabi tidak menyebutkannya

bahwa Muhaammad bin Musa Tsiqoh dan Hafidz, jadi Adhahabi

tidak mengomentari Ahmad Muhammad bin Musa. Hanya saja Ibnu

Hajjar yang mengatakan bahwa beliau Stiqoh dan Hafidz.

Guru-gurunya : Ishaq ibn Yusuf Al-Arzaq, Jarir bin „Abdul

Hamid, „Abdullah ibn Al- Mubarok.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


75

Murid- muridnya : Bukhari, Tirmidzi dan Nasa‟i.

Jarh wa Ta‟dil : An- Nasai mengatakan bahwa tidak ada

bahaya ketika menerima hadits dari beliau, Ibnu Hibban

mengatakan bahwasanya beliau Tsiqoh, dan Ibnu Waddah berkata

bahwa beliau Tsiqoh Tsabit.93

b) Ishaq bin Yusuf

Nama lengkap beliau Ishaq bin Yusuf bin Mirdas al-

Quraisi al-Makhzumi abu Muhammad, beliau lahir pada tahun 217

H dan wafat pada tahun 295 H, beliau termasuk pada thabaqoh ke

-9. Hadits-hadits beliau di ceritakan oleh imam bukhori, imam

Muslim, an-Nasai, Ibnu Majah, dan Abu Daud.

Guru- Gurunya : Ayyub, Zakariya bin Abi Zaidah, Sa‟id bin

Iyyas, Sufyan Ats-Tsauri, Sulaiman Al-A‟mas, Syarik bin

Abdillah, Abdullah bin „Aun, Abdul Aziz bin Umar, Abdul Malik

bin Abi Sulaiman

Murid- Muridnya : Ahmad bin Ibrahim, Ahmad bin Khalid,

Ahmad bin Sanan, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Ahmad

bin Muhammad bin Musa Al-Marwazi.

Jarh wa Ta‟dil : berkata dari ad- Darimi dari Yahya bin Mu‟min

bahwasannya beliau adalah Tsiqoh. 94

93
Al-Mizzi, Tahdzib Al-Kamal fiAsma‟ Ar-Rijal, vol.1 (Beirut Mu‟assasah Ar-Risalah), 473
94
Al-Mizzi, Tahdzib Al-Kamal fiAsma‟ Ar-Rijal, vol.2 (Beirut Mu‟assasah Ar-Risalah), 496.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


76

c) . Abdul Malik bin Abi Sulaiman

Nama lengkap beliau adalah „Abdul Malik bin Sulaiman,

beliau wafat pada tahun 145 H. Beliau termasuk pada Thabaqoh

ke-5. Beliau meriwayatkan hadits dari imam Bukhari, Imam

Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majjah.

Guru-gurunya : Atha’ bin Abi Rabah, Muslim bin Yanaq Abu

Al-Hasan, Abu Zubair Al-Makki

Murid-muridnya : Ishaq bin Yusuf, Jarir bin Abdul Hamid, Hafsh

bin Ghayyats, Khalid bin Al-harits, Khalid bin Abdullah.

Jarh wa Ta‟dil : berkata Shalih bin Ahmad bin Hanbal berkata

dari Ali bin Al-Madani: Aku mendengar Abdurrahman Mahdi

berkata : sesuatu yang patut dikagumi dari Abdul Malik bin Abi

Sulaiman ialah hafalannya.95

d) 'Atha` bin Abi Rabah

Nama lengkap beliau Ibrahim bin‟Atha‟ bin Abi

Maimunah Basri, beliau termasuk dalam Thabaqoh ke-7, dengan

meriwayatkan hadits dari Abu Daud dan Ibnu Majjah.

Guru- gurunya : Usamah bin Zaid bin Haritsah, Aus bin Shamit,

Iyyas bin Khalifah, Ayman, Jabir bin Abdillah.

Murid-muridnya : Abdul Malik bin Abi Sulaiman, „Amr bin

Syu‟aib, ja‟far bin Iyyahs.


95
Al-Mizzi, Tahdzib Al-Kamal fiAsma‟ Ar-Rijal, vol.81 (Beirut Mu‟assasah Ar-Risalah), 322.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


77

Jarh wa Ta‟dil : Hafiz berkata dalam kitab takhdib al-Takhdib,

di sebutkan oleh Ibnu Hibban bahwasanya beliau Tsiqoh.96

e) Jabir bin „Abdillah

Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Ishaq bin Al-

Hussain bin Jabir bin Jandal Al-Salma Al-Mutawa, wafat pada

tahun 242 H, beliau termasuk pada Thabaqot ke- 11, dengan

meriwayatkan hadits dari Imam Bukhori. Menurut Ibnu Hajar

Jabir bin „Abdillah mempunyai gelar Saduq, Namun ad-Dhahabi

tidak menyebutkan bahwa Jabir bin „Abdillah Saduq, hanya Ibnu

Hajar yang menyebutkan.

Guru-gurunya : Khalid bin Walid, Thalhah bin Ubaid, Abdullah

bin Unais, Ali bin Abi Thalib, Ammar bin Yasir, Umar bin

Khattab, Mu‟adz bin Janbal.

Murid-muridnya : Atha’ bin Abi Rabah, Atha‟ bin Yasar, Uqail

bin Jabir. Ikrimah, Ali bin Dawu, Abu Al-Muawakkil.

Jarh wa Ta‟dil : Ibnu Hibban menyebutkan bahwa Jabir bin

„Abdillah Tsiqoh.97

96
Al-Mizzi, Tahdzib Al-Kamal fiAsma‟ Ar-Rijal, vol.20 (Beirut Mu‟assasah Ar-Risalah), 69.
97
Al-Mizzi, Tahdzib Al-Kamal fiAsma‟ Ar-Rijal, vol.4 (Beirut Mu‟assasah Ar-Risalah), 443.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


78

4) Keadilan dan Kedhabitan

Nama Kelahiran Guru Status

Tsiqoh
Ahmad bin Muhammad bin Musa 235 H Ishaq ibn Yusu
Tsabit

Ishaq bin Yusuf 295 H Abdul Malik Tsiqoh

Abdul Malik bin Abi Sulaiman 145 H Ishaq bin Yusuf Tsiqoh

Atha‟ bin Abi Rabah Jabir bin Abdillah


- Tsiqoh

Jabir bin Abdillah 242 H Atha‟ bin Abi Rabah Tsiqoh

3. Kualitas hadits

‫َخبَ َرََّن‬
ْ ‫ أ‬،‫ف ْاأل َْزَر ُق‬
َ ‫وس‬ ِ ْ ‫ أ‬،‫َْحَ ُد بْن ُُمَ َّم ِد بْ ِن ُموسى‬
ُ ُ‫َخبَ َرََّن إ ْس َحاق بْ ُن ي‬ َ ُ ْ ‫َحدَّثَنَا أ‬
ٍ ِ ِ‫َعب ُد الْمل‬
َّ ِ‫ أَ ّن الن‬،‫ َع ْن َجابِ ٍر‬،‫ َع ْن َعطَاء‬،‫ك بْ ُن أَِِب ُسلَْي َما َن‬
‫ " إِ َّن الْ َم ْرأََة تُْن َك ُح‬:‫َّب قَ َال‬ َ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ فَ َعلَْي‬،‫ َو ََجَاَلَا‬،‫ َوَماَلَا‬،‫َعلَى دينِ َها‬
ْ َ‫ك بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب‬
." ‫ت يَ َد َاك‬

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin


Muhammad bin Musa, telah mengabarkan kepada kami (Ishaq bin
Yusuf Al Azraq), telah mengabarkan kepada kami Abdul Malik bin
Abu Sulaiman dari 'Atha` dari Jabir bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Seorang wanita dinikahi karena agamanya,
hartanya dan kecantikannya. Tetapi, utamakanlah agamanya, niscaya
kamu akan beruntung."
Bila melihat skema di atas, maka terlihat bahwa semuat rawi

dalam hadits ini Tsiqoh (shahih), dilihat saja pada Ahmad bin

Muhammad bin Musa selaku guru Imam at-Tirmidzi di sana

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


79

menjelaskan bahwa hadits yang beliau dapat Tsiqoh, namun dalam bab

ini, at-Tirmidzi mengatakan ada hadits yang diriwayatkan oleh dari

Auf bin Malik, Aisyah, Abdullah bin Amr dan Abu Said, dan juga

Jabir adalah hadits Hasan Shahih. Imam at-Tirmidzi dalam kitab

Sunannya, sering menggunakan istilah “hadits Hasan Shahih”, Al-

Hafidz Ibnu Hajjar menjelakan bahwa maksud perkataan Imam

Tirmidzi, sebagai berikut :

1. Apabila suatu hadits mempunyai dua sanad atau lebih , maka

istilah itu maksudnya adalah salah satu sanadnya berderajad

hasan, dan yang lain berderajad shahih.

2. Apabila mempunyai hanya satu sanad saja, maka lafadz itu

berarti bahwa hadits itu hasan menurut pandangan sekelompok

ulama, dan shahih menurut pandangan ulama lain, jadi seolah-

olah orang yang memaknai sebutan itu berkata , “ hadits ini

hasan atau shahih”.98

Dalam definisi tersebut terdapat beberapa keanehan yang

membuatnya bertolak belakang dengan keadaan sebenarnya. Hal ini

terdapat pada pendefinisan hadits hasan sebagai sebuah hadits yang

derajatnya berada di bawah derajat hadits shahih.Secara mudahnya,

hadits hasan shahih adalah hadits yang diperselisihkan ulama hadits

antara hasan atau shahih.


98
Mifdhol Abdurahman, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar , 2005), 122.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


80

Imam at-Tirmidzi sering memadukan hadits shahih dan hadits

hasan dengan hadits lainnya ketika menyatakan hasil penelitiannya

terhadap suatu hadits. Tindakan yang demikian sebenarnya telah

dilakukan pula oleh ulama terladulu (Mutaqoddimin). Akan tetapi, para

ulama mempermasalahkan terjadinya hal itu bagi at-Tirmidzi atas

pertimbangan definisi hadits shahih dan hadits hasan. Kami telah

membahas masalah ini dengan panjang lebar dalam kitab al-Imam at-

Tirmidzi dan telah kami tanggapi semua pendapat tersebut dengan

tuntas. Akhirnya kami dapat mengambil kesimpulan yang kami

pandang melegakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu ini dan

pengkajian Imam at-Tirmidzi sehubungan dengan ungkapan-ungkapan

tersebut, dan kami ringkas sebagai berikut :

1) . Pernyataan Imam at-Tirmidzi tentang hadits shahih gharib,

artinya adalah bahwa ilmu hadits yang bersangkutan telah

memenuhi ktiteria sebagai hadits shahih tetapi padanya terdapat

sifat keghariban, yakni rawinya menyendiri dalam

meriwayatkannya. Dan hadits gharib itu adakalanya shahih, hasan,

dan adakalanya dhaif.

2) . Pernyataan Imam at-Tirmidzi tentang hadits hasan shahih,

artinya adalah bahwa hadits yang bersangkutan sanadnya banyak

dan mencapai derajat shahih. Oleh karena itu, at-Tirmidzi

mengumpulkan predikat hasan dengan predikat shahih bagi hadits

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


81

tersebut untuk menjelaskan bahwa hadits tersebut telah lepas dari

batas keghariban.

3) . Pernyataan Imam at-Tirmidzi tentang hadits hasan gharib, artinya

adalah bahwa apabila keghariban itu terdapat pada sanad dan

matan, maka hadits yang dimaksud olehnya adalah hadits hasan

lidzatihi. Ia menghukumi demikian berdasarkan beberapa data

yang memperkuat maknanya. 99

Apabila keghariban itu hanya terdapat pada sanad padahal

hadits yang bersangkutan adalah masyhur pada beberapa sanad

kemudian ia diriwayatkan melalui jalur yang tidak masyhur, maka

hadits yang demikian adalah hadits yang sesuai dengan definisi yang

dibuat at-Tirmidzi, karena hadits yang kondisinya demikian dapat

dikategorikan sebagai hadits yang diriwayatkan tidak hanya melalui

satu jalur.100

4. Analisis Matan Hadits

Untuk mengetahui kualitas matan hadits, perlu melakukan

penelitian atau ktitik matan hadits. Kajian matan hadits ini merupakan

penelitian yang fokus pada matan haditsnya saja, sebagai upaya meneliti

kebenaran teks hadits, apakah matan tersebut benar-benar berasal dari nabi

atau hanya rekayasa belaka, karena tidak semua hadits yang sanadnya

99
Nurudin, „Ulumul Hadits, ( PT Remaja Rosdakarya: Bandung, 2017), 276.
100
Nurudin, „ulumul Hadits, 277.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


82

shahih matannya juga shahih, sehingga perlu adanya penelitian matan

Hadits.

Terkait dengan kondisi suatu matan hadits, para ulama klasik

berpendapat bahwa suatu sanad yang shahih, pasti matannya shahih juga,

sehingga tidak perlu lagi dilakukan pemahaman ulang. Bagi mereka, sanad

yang shahih maka matannya tinggal diamalkan saja. Keyakinan tersebut

berlainan dengan ulama-ulama modern yang menyatakan bahwa sanad

yang shahih belum tentu matannya shahih. Implikasi dari hal ini, penelitian

hadits tidak boleh berhenti pada aspek sanad saja, tetapi juga harus

mengkaji matan secara kritis. 101

Ulama hadits tidak memberikan langkah-langkah yang jelas dalam

menempuh penelitian matan hadits, mereka hanya menjelaskan bahwa

matan hadits dikatakan sebagai matan yang shahih jika tidak ada illat dan

shudud, langkah terjauh dalam menentukan keshahihan matan hadits

adalah kaidah maudhu‟ tidaknya suatu matan hadits dan kaidah yang

digunakan berbeda-beda, mereka tidak menjelskan secara sistematis

langkah mana yang pertama kali harus dilakukan.

Dalam mengkaji suatu hadits, kritik matan baru dapat dilakukan

setelah kritik sanad, sebagaimana yang dijelaskan diatas bahwa hadits

tentang Kafaah dalam kitab Jami‟ Sunan at-Tirmidzi bersetatus hasan

shahih secara sanad, maka dilanjutkan dengan kritik matan.

101
Suryadi, Rekontruksi Kritik Matan dan Sanad Dalam Studi Hadits, (UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta : ESENSIA, Vol.16,No.2, 2015),202.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


83

Sebelum melakukan penelitian terhadap matan hadits, berikut ini

akan di dipaparkan kutipan redaksi matan hadits dalam kitab sunan at-

tirmidzi, beserta matan hadits lainnya, untuk mempermudah mengetahui

perbedaan lafadz antara hadist satu dengan hadits laiinya.

a. Redaksi Matan hadits Sunan at-Tirmidzi

ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ فَ َعلَْي‬،‫ َو ََجَاَلَا‬،‫ َوَماَلَا‬،‫إِ َّن الْ َم ْرأَةَ تُنْ َك ُح َعلَى دينِ َها‬
ْ َ‫ك بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب‬
‫ت يَ َد َاك‬

b. Redaksi matan hadits Imam Muslim

ِ ِ ِ ِ
َ ‫ فَ َعلَْي‬,‫ َو ََخَاَلَا‬,‫ إِ َّن امل ْرأَةَ تُنْ َك ُح َعلَى دينِ َها‬,‫فَ َد َاك إِذَ ْن‬
ْ َ‫ بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب‬,‫ك‬
‫ت يَ َد َك‬
َ
c. Redaksi matan hadits An-Nasai

ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ فَ َعلَْي‬،‫ َو ََجَاَلَا‬،‫ َوَماَلَا‬،‫ إِ َّن الْ َم ْرأََة تُْن َك ُح َعلَى دينِ َها‬،‫فَ َذ َاك إِ ًذا‬
ْ َ‫ك بِ َذات ال ّدي ِن تَ ِرب‬
‫ت يَ َد َاك‬

Dalam teks matan hadits di atas secara substansial tidak ada

perbedaan dalam pemaknaan hadits, untuk mengetahui kualitas matan

hadits yang diriwayatkan at-Tirmidzi bisa dilakukan sebagai berikut :

1) . Membandingkan hadits tersebut dengan hadits yang lain yang

temanya sama. Kalau dilihat dari beberapa redaksi hadits diatas, redaksi

hadits at-Tirmidzi tidak berbeda dengan redaksi hadits yang lainnya,

meskipun dengan jalur sanad yang berbeda. Dalam hal ini at-Tirmidzi

tidak berbeda dengan yang lainnya, bahkan sanadnya bersambung .

kalau dilihat dari isi hadits at-Tirmidzi yang tidak jauh beda dengan

hadits yang lain yang mempunyai makna yang sama, maka hadits at-

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


84

Tirmidzi tidak bertentangan dengan hadits yang lain, dengan melihat

kondisi sanad dan matan hadits maka, hadits at-Tirmidzi dapat dijadikan

sebagai hujjah.

2) . Hadits riwayat at-Tirmidzi tidak bertentangan dengan akal, karena

alasan bahwa Kafaah atau kesetaraan seseorang untuk menikah yang

paling utama adalah dari agamanya maka anda akan beruntung.

Mengenai kecantikan, kekayaan dapat disesuaikan. Karena allah

menganggap sama tinggi hambanya kecuali pada tingkat ketaqwaannya.

Semua manusia memiliki hak asasi yang sama, jika harus dibedakan atas

tingkat suku, ras ataupun kekayaan itu berarti melanggar HAM.

3) . Tidak bertentangan dengan syari‟at Islam, karena Kafaah bukan syarat

sahnya menikah, maka jika tidak terpenuhi tidak akan membatalkan

ibadah tersebut. Hanya saja dengan adanya kafa‟ah dapat membantu

mempertimbangkan calon pasangan kita nantinya.

4) . Kandungan hadits di atas tidak bertentangan dengan al-Qur‟an.

Dengan demikian matan hadits riwayat at-Tirmidzi yang diteliti

ini berkualitas Shahih, karena memasuki kriteria – kriteria hadis yang

menjadi tolak ukur hadits yang dapat diterima. Jadi dapat dikatakan bahwa

Kafaah dalam menikah merupakan suatu yang ada sandaran hukumnya

secara jelas baik dalam al-qur‟an maupun hadits. Walaupun ada hadits

yang lebih shahih dari riwayat at-Tirmidzi ini.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


85

5. Pendekatan Sosio Historis

Pendekatan sosio-historis merupakan pengembangan teori Asbab

wurud al-Hadits. Pendekatan ini akan menekankan pada bagaimana proses

histori atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman Nabi, asbab

wurud al-hadits sendiri merupakan hal yang mutlaq dibutuhkan, karena

hadits adalah bagian dari realita trdisi keIslaman yang berkaitan dengan

budaya dalam masyarakat pada masa Nabi dan Sahabat. Setelah

mengadakan penelusuran pada kitab-kitab asbab wurud al-hadits dan

syarah hadits, di temukan hal yang melatarbelakangi munculnya hadits

tentang kafa‟ah tersebut.

Di takhrij oleh Imam Ahmad, Muslim, at-Tirmidzi dan Nasai dari

Jabir bin Abdillah, r.a.102 “ Jabir menceritakan bahwa ia menikah di zaman

Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW bertanya: “Hai Jabir, sudah

menikahkah engkau?” wahai Rasulullah, jawab Jabir. Rasulullah bertanya

lagi: “ Apakah isterimu perawan atau janda?” Jabir menjawab: “ sudah

janda, wahai Rasulullah:. Maka Nabi bersabda :” kenapa tidak engkau

nikahi saja perempuan yang masih perawan, sehingga engkau dapat

bermain dan menggaulinya dengan mesra?” Jabir menjawab:” Wahai

Rasulullah, saya ini punya beberapa orang saudara perempuan. Aku

khawatir bahwa isteriku masuk antara saya dengan mereka (

102
Ibnu Hamzah al-Husaini, Asbabul Wurud Latar Belakang Historis Timnulnya Hadis-Hadits Rasul
Jilid 2, (Jakarta: Kalam Mulia, 2016), 18.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


86

merenggangkan saya dengan saudara-saudara perempuan saya itu ). “

Rasul bersabda: “ yah, sudahlah, itu baik, sesungguhnya perempuan di

nikahi karena agamanya, hartanya, kecantikannya, maka hendaklah

engkau (menikahi) yang beragama niscaya tanganmu akan mendatangkan

kebaikan.

Perempuan itu dinikahi karena factor-faktor kebaikan dan

ketaqwaannya, karena kekayaan materil dan kecantikannya. Maka Nabi

menyuruh factor mana saja yang disukai. Akan tetapi factor yang (taat)

beragama adalah yang paling penting terpenuhi oleh wanita itu, meskipun

dia kaya, atau miskin, dan keduanya ( calon suami dan isteri) akan

berantakan ( rumah tangganya) bila factor agama itu tidak diindahkan.

Maka memilih jodoh karena factor agama menolong suami isteri sendiri,

serta akan menjadi teladan bagi anak-anaknya kelak, karena factor agama

akan mendatangkan kebaikan yang banyak sekali. 103

Diriwayatkan oleh imam Ahmad dan Muslim dari Jabir bin

Abdillah, beliau berkata :” saya telah menikahi seorang wanita pada

zaman Nabi SAW, maka beliau bertanya kepadaku: “ wahai Jabir

benarkah kamu telah menikah ? saya menjawab : “ya”. Beliau bertanya

lagi, “ gadis atau janda ? “ saya menjawab : janda. Nabi SAW bertanya

lagi, mengapa kamu tidak memilih menikahi gadis saja, sehingga kamu

lebih mesra saat berma-main dengannya? “ saya menjawab: ya Rasulullah


103
Ibnu Hamzah al-Husaini, 19.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


87

SAW saya itu mampunyai banyak saudara perempuan, saya khawatir

keliru antara isteri saya dengan mereka.104

Setelah melihat sebab turunnya hadits tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa dari zaman masa Nabi SAW, beliau sudah

menganjurkan untuk mencari calon pasangan ( suami atau isteri) yang

baik agamanya. Dengan adanya agama yang baik, akan membawa rumah

tangga yang sakinah mawadah lan warohmah, bahkan dapat menjadi bekal

untuk anak-anak kita kelak. Jadi kafa‟ah atau setara yang di maksud dalam

hadits ini ialah agamanya.

C. Analisis kontekstual hadits tentang Konsep Kafaah pada masa sekarang

Konsep Kafaah dalam menikah yang di maksud disini ialah usaha

membangun kembali konsep-konsep Kafaah yang lebih menitik beratkan pada

syari‟at Islam. Melalui pemahaman kembali terhadap istinbat hukum para

ulama fuqoha mengenai Kafaah yang bersumber dari al-qur‟an dan hadits.

Konsep yang dimaksud peneliti disini ialah bagaimana hasil ijtihad para

ulama tentang Kafaah yang diambil dari hadits-hadits Nabi yang artinya;

serupa, setara, sama seimbang atau serasi. Kemudian dalam hadits riwayat at-

Tirmidzi menjelaskan bahwa menikahi perempuan karena tiga hal;

kecantikan, kekayaan dan juga agama.

Memahami makna hadits riwayat at-Tirmidzi;

104
H.Said Agil Husain Munawar, Asbabul Wurud, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), 139.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


88

‫إِ َّن الْ َم ْرأَةَ تُْن َك ُح َعلَى ِديْنِ َها‬ : sesungguhnya perempuan itu dinikahi

karena agamanya.

‫َوَم ِاَلَا‬ : dan hartanya

‫َو ََجَ ِاَلَا‬ : dan kecantikannya

ِ
ْ َ‫ك بِ َدات الدين تَرب‬
‫ت يَ َد َاك‬ َ ‫فَ َعلَْي‬ :Pilihlah karena agamanya, maka

engkau akan beruntung.

Penjelasan makna hadits perkata disana sudah jelas, secara teks

maupun konteks dapat dilihat bahwasannya imam at-Tirmidzi lebih

menekankan Kafaah dilihat dari agamanya itulah yang paling penting untuk

yang lainnya. dapat disesuaikan tergantung individu masing-masing.

Begitupun Imam malik beliau salah satu ulama yang menetapkan penentuan

Kafaah khusus dalam agamanya, ini dinuqil dari Ibnu Umar dan Ibnu Mas‟ud,

juga dinuqilkan dari Muhammad bin Sirin dan Umar bin Abdul Aziz dari

kalangan Tabi‟in.

Ada dua pendapat mengenai Kafaah dalam hal agama, yaitu yang

pertama tolak ukur kafa‟ah dalam hal agama di nilai dari keIslaman nasab (

leluhur/ nenek moyang) nya. Apabila seorang perempuan mempunyai nasab

(ayah/ kakek) Islam dianggap tidak sekufu dengan orang yang punya nasab

(ayah/kakek) bukan Islam. Seorang yang hanya mempunyai orang tua yang

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


89

Islam sekufu dengan orang yang hanya mempunyai satu orang tua yang Islam,

sebab perceraian dapat di tuntut oleh ayah dan kakek (nasab).

Pendapat yang kedua, ukuran Kafaah dalam hal agama adalah tingkat

ketaatan dalam menjalankan perintah agama. Bahkan ulama Malikiyah

beranggapan bahwa hanya inilah satu-satunya yang dapat dijadikan kriteria

atau tolak ukur Kafaah.105

Dengan adanya dua pendapat tersebut penulis lebih setuju dengant

pendapat yang kedua, karena memang agama seharusnya menjadi penilaian

yang paling utama untuk menentukan pilihan pasangan hidup. Ketika

seseorang mempunyai agama yang baik pasti dapat menciptakan rumah

tangga yang harmonis. Agama mengajarkan etika dan sopan santun dalam

hubungan antar sesama, apalagi dalam kehidupan berumah tangga. Karena

Islam mengajarkan bagaimana hak dan kewajiban sebagai suami dan isteri.

Kriteria yang kedua yang menjadi tolak ukur Kafaah dalam segi

sosial adalah kekayaan. Laki-laki yang pekerjaanya rendah, seperti tukang

sapu dan lain-lain yang sejenis tidak sebanding atau tidak sekufu dengan

perempuan yang pekerjaanya atau mata pencaharian bapaknya lebih tinggi

dari pengusaha. Masalah pekerjaan menjadi pertimbangan dalam Kafaah

menurut syafi‟iyah sama dengan pendapat Hanafiyah yaitu budak laki-laki

tidak kufu‟ dengan perempuan merdeka. Dapat dilihat juga apakah mereka

105
Ahmad Royani, Kafa‟ah dalam Perkawinan Islam (Tela‟ah Kesederajatan Agama dan Sosial),
(STAIN Jember, Al-Ihwal, Vol 5, No 1, 113.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


90

mampu memberi mahar ketika akan hendak menikah dengan perempuan

merdeka. 106

Dari beberapa pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

kekayaan menjadi sebuah ukuran dalam menentukan pantas tidaknya seorang

laki-laki untuk menikahi seorang perempuan. Hal ini dapat dilihat apabila

seorang perempuan yang sudah terbiasa hidup mewah kemudian menikah

dengan seorang laki-laki dari kelas ekonomi bawah, maka sang laki-laki akan

mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup sang isteri dan juga

anak-anaknya. Apalagi di zaman modern seperti sekarang ini, akan semakin

sulit menemukan seorang perempuan yang mau menerima kondisi yang tidak

sesuai dengan kondisi si perempuan.

Pernikahan dalam Islam terkait erat dengan aspek ibadah, sosial dan

hukum. Melaksanakan pernikahan berarti melaksanakan ibadah, sosial dan

hukum. Oleh karena itu menikah berarti menyempurnakan sebagian agama.

Jika ditinjau dari segi tujuan pernikahan, yakni menciptakan keluarga sakinah,

mawadah lan warohmah, maka aspek kehati-hatian dalam menentukan

pasangan hidup menjadi unsur yang sangat penting. Salah satu pertimbangan

dalam memilih pasangan hidup adalah melalui proses Kafaah. Kafaah sangat

diperlukan agar tujuan pernikahan dapat tercapai. Keseimbangan, keserasian,

kesepadanan antara calon mempelai, baik dalam bentuk fisik, harta,

106
Iffatin Nur, Pembaharuan Konsep Kesepadanan Kualitas (Kafa‟ah) dalam Al-Qur‟an dan Hadits,
(STAIN Tulung Agung, Vol 6, No 2, 2012), 424.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


91

kedudukan, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya sebagai factor penting

dalam mewujudkan tujuan pernikahan. Pernikahan tidak kufu‟, akan sulit

menciptakan kebahagiaan dalam rumah tangga.

Melihat hadits yang diriwayatkan at-Tirmidzi maupun para ulama

ushul fiqh yang menyebutkan , Sesungguhnya perempuan itu dinikahi karena

agamanya, hartanya, dan kecantikannya. Pilihlah yang (karena agamanya),

maka engkau akan beruntung. Melihat hal tersebut dan beberapa realita yang

ada, agar menikahlah dengan seseorang yang baik agamanya, maka mereka

akan beruntung. Hal tersebut bukannya mengecualikan yang lain, akan tetapi

mengenai harta dan kecantikan itu tergantung individu masing-masing.

Jumhur ulama yang mengakui eksistensi kafaah dalam perkawinan

mempunyai ukuran-ukuran tersendiri, dan berbeda-beda pendapatnya. Ukuran

kafaah menurut jumhur ulama mengenai agama;

Pertama, al-Diyanah (agama). Maksudnya adalah orang yang punya

pendirian dalam agamanya, bukan orang yang fasiq, karena orang yang seperti

ini tidak boleh untuk menjadi saksi dan tidak boleh pula meriwayatkan hadis.

Terhadap orang yang teguh pendirian dalam agamanya ini, Allah berfirman:”

apakah sama orang yang mu‟min dengan orang yang fasiq ? sesungguhnya

mereka itu tidak sama” ( QS, al-Sajadah, 32:48). Dalam ayat lain Allah juga

berfirman: “Pezina laki-laki yang berhak nikahnya hanyalah dengan pezina

perempuan” (QS, al-Nur, 24:3) Kedua, al-Islam (Islam). Maksudnya adalah

seseorang itu agamanya Islam (muslim), begitu pula dengan kedua orang

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


92

tuanya juga adalah muslim. Maka dalam hal ini, yang disebut dengan sekufu

adalah jika kedua orang tua kedua belah pihak adalah sama-sama muslim,

akan tetapi jika salah seorang saja dari orang tua kedua belah pihak yang

Muslim, maka hal itu tidak disebut sekufu. Karena baiknya seseorang dalam

menjalankan agamanya, maka akan sempurna dan baik pula keturunannya.

Pada dasarnya manusia tidak mempunyai kelebihan, kecuali taqwa

mereka kepada Allah. Kalaupun ada perbedaan di antara mereka maka hal itu

adalah karena adat dan kebiasaan setempat, karena Allah memberikan

kelebihan rizki dan kemampuan kepada setiap orang berbeda-beda. Seperti

memilih calon pasangan berdasarkan agamanya yang baik, esensi agama

yang baik bukan sekedar beragama Islam, akan tetapi agama yang baik itu

lebih didasarkan pada aplikasi keberagamaan yang bersangkutan dalam

ibadah, muamalah, yakni orang yang memiliki kepribadian yang baik, jujur,

bertanggung jawab, mandiri, pekerja keras, menghormati orang lain, dan lain

sebagainya. Kemudian melihat kondidi masyarakat sekarang kebanyakan dari

mereka seolah mengenyampingkan hadits ini padahal dalam pemilihan

pasangan hadits ini lah yang menjadi salah satu acuan.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian ini peneliti memaparkan kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan

masalah diatas, maka kesimpulannya sebagai berikut :

1. Kafaah atau kufu‟ berarti sederajad, sepadan atau sebanding. Yang dimaksud

dengan kufu‟ dalam pernikahan adalah laki-laki sebanding dengan calon

istrinya. Ukuran kafa‟ah yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi; Sesungguhnya

perempuan itu dinikahi karena agamanya, hartanya, dan kecantikannya.

Pilihlah yang (karena agamanya), maka engkau akan beruntung. begitupun

kafa‟ah menurut konsep Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa

serta akhlaq seseorang, bukan status sosila, keturunan dan lain-liannya. Allah

memandang sama derajad seseornag baik itu orang Arab maupun non Arab,

miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari keduanya melainnkan derajad

taqwanya.

2. Hadits riwayat at-Tirmidzi dalam pembahasan ini bersetatus hasan shohih,

artinya adalah bahwa hadits yang bersangkutan sanadnya banyak dan

mencapai derajat shahih. Oleh karena itu, at-Tirmidzi mengumpulkan predikat

hasan dengan predikat shahih bagi hadits tersebut untuk menjelaskan bahwa

hadits tersebut telah lepas dari batas keghariban. Melihat dari segi sanad dan

matannya yang sudah memenuhi syarat-syarat diterimanya sebuah hadits,

maka hadits riwayat at-Tirmidzi dapat di jadikan sebagai hujjah.

93

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


94

3. Ma‟anil hadits ( pemahaman hadits) tentang Kafaah riwayat at-Tirmidzi,

dapat dipahami secara kontekastual kesamaan dilihat dari beberapa segi,

seperti kecantikan, harta dan agama. jika melihat fenomena sosial sekarang

masyarakat sudah tidak lagi memenperhitungkan hal tersebut, tergantung

pribadi masing-masing bagaimana cara mereka memperhitungkannya. Kecuali

dalam hal agama, karena pada dasarnya semua hamba itu sama di hadapan

tuhannya kecuali ketaqwaannya, dan disisni islam bukanlah agama yang

ajarannya mementingkan kelompok, islam adalah agama yang seimbang,

menjunjung tinggi nilai moral dan kesetaraan manusia.

B. Saran

Dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat merubah pola pikir masyarakat

bahwasannya jika akan menikah harusnya memilih pasangan yang sesuai seperti

kisah para sahabat, carilah pasangan setara dalam agama, bukan karena kekayaan,

kecantikan, nasab dan lainnya, karena dimata Allah SWT semua manusia sama,

kecuali karena ketaqwaanya. Carilah yang baik agamanya, akhlaq dan sopan santun.

Hasil penelitian ini belum sempurna, penulis berharap semoga para pencinta ilmu

hadits bisa melanjutkan dan menyempurnakan tulisan ini. Dengan adanya penelitian

ini, penulis berharap muncul lebih banyak lagi penelitian-penilitian yang mengarah pada

persoalan tentang kafaah. Hal tersebut diharapkan dapat membantu keperluan referensi

oleh masyarakat luas, dan khususnya untuk langan akademik Fakultas Adab dan

Humaniora IAIN Jember

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


95

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Mifdhol. 2005. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar.

Abdurrahman,M.2009. Studi Kitab Hadis.Yogyakarta : Teras.

Abidin, Slamet. 1999. Fiqih Munakahat 1. Bandung : CV Pustaka Setia.

Ad-Daraquthni, 2014. Sunan Ad-Daraquthni. Beirut: Mu‟assasah Ar-risalah.

Ahmad, „Abdurrahman, Abu. Sunan Shogir An-Nasai. Khalaba : Maktabat matbu‟at


Islamiyah.

Al-Baihaqi,1989. Sunan Al-Baihaqi. Pakistan: Jami‟ah Ad-Darisat Al-Islamiyyah.

Al-Bazzar, 2009. Musnad Al-Bazzar. Madinah: Maktabah Al-Ullum wa Al-Hikam.

Algifri Muqsit Jabar,Muqsit, Algifri.2017. Membahas kitab Hadits (Kitab Shahih al-
Bukhori dan Sunan Tirmidzi ).Jakarta : Skripsi UIN Syafir Hidayatullah..

Al-Hakim, 1990. Al-Mustadrak Ala Shahihain, Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah.

Al-Mizzi. Tahdzib Al-Kamal fiAsma‟ Ar-Rijal. Beirut Mu‟assasah Ar-Risalah.

Al-Qur‟an dan Terjemah Al-Hikmah. 2010. Bandung : CV Penerbit Diponegoro.

Alwiyah. The Laws Of Marriage And Divorce In Islam. Cet. Pertama. Jakarta Darul
Ulum Press.

Anggito, Albi. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak.

Arifin, Zainul. 2010. Studi Kitab Hadits. Surabaya : al Muna.

Arra‟uf, Djamaludin. 2011. Aturan Pernikahan dalam Islam. Jakarta : JAL Publising.

As-Shalih,Subhi, 2013.Membahas Ilmu-Ilmu Hadits. Jakarta : PT Pustaka Firdaus.

At-Tirmidzi, 1998. Sunan At-Tirmidzi. Beirut: Dar Al-Gharb Al-Islami.

Gufron, Mohammad. 2013. Ulumul Hadits. Yogyakarta : Teras.

95

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


96

_________. 2013. Ulumul Hadits : Praktis dan Mudah. Yogyakarta : Teras.

Gumelar,Agung. 2019. Memerangi atau Diperangi Hadits-hadits Peperangan


Sebelum Kiamat. Guepedia.

Hajjaj, Bin, Muslim. “Musnad Shohih Mukhtasor”. Beirut : Dar Ihyak Turos „arobi.

Ibnu Hamzah al-Husaini, Ibnu, Hamzah. 2016. Asbabul Wurud Latar Belakang

Historis Timnulnya Hadis-Hadits Rasul Jilid 2. Jakarta: Kalam Mulia.

Iffah Muzammil, Iffah. 2019. Fiqh Munakahar (Hukum Pernikahan Dalam Islam).
Tanggerang: Tira Smart.

Irham, Maturi. 2019. Qishshah At-Tartar Min Al-Bidayah ila „Aim Jalut atau sejarah
bangsa Tartar. Jakarta: Pustaka Al-Kaautsar.

Isa,Bin, Muhammad. 1998.” Jami‟ al-Kabir”. Beirut : Dar Gharib Islami.

Khon,Abdul, Majid. 2014. Takhrij dan Metode Memahami Hadits. Jakarta: Amzah.

Maisyaroh Fika Nurzanah, Fika, Maisyaroh. 2018. Hadis- Hadis Kafaah dalam
Perspektif Tokoh-Tokoh al-Irsyad. Skripsi: IAIN Jember.

Muamar,2016. „Ilal Al-Hadits Menurut Imam Al-Tirmidzi. Makasar :Pascasarjana


Universitas Islam Negeri Alauddin.

Munawar,Husain, Aqil, Said. 2001. Asbabul Wurud. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Nur, Iftatin. 2014. Pembaharuan Konsep KesepadananKualitas (kafa‟ah) dalam Al-


Qur‟an dan Hadits. STAIN Tulung Agung.

Nur,Fuad, Syarifudin. 2010. Bidayatul Mujtahid Jilid 2. Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar.

Nurcahaya. Kafaah Dalam Perspektif Fiqih Islam dan Undang-Undang Negara


Muslim. UIN Suka.

Nuruddin, 2012.„Ulumul Hadits. Bandudung : PT Remaja Rosdakarya.

Qordhawi, Yusuf. 2007. Pengantar Studi Hadits. Bandung : CV Pustaka Setia.

Rasjid, Sulaiman. 1954. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


97

Rifa‟I, Moh. 1978. Terjemah Khulasan Kifayatul Akhyat, Semarang : CV. Toha
Putra

Royani, Ahmad. 2013. Kafa‟ah dalam Perkawinan Islam ( tela‟ah kesederajatan


agama dan sosial). STAIN Jember. AL-Ihwal.

Rusdiani, 2014. Konsep Kafaah dalam Perkawinan Masyarakat Sayyid ditinjau dari
Hukum Islam (Studi Kasus di Kelurahan Sindere Kecamatan Binamu
Kabupaten Jeneponto). Makasar : Skripsi. UIN Alaudin.

Sabiq,Sayyid, Muhammad. 2009. Fiqh Sunnah. Jakarta : Pena Pundi Askara.

Sarwad, Ahmad. 2011. Seri Fiqh Kehidupan (Pernikahan). Jakarta : DU Publishing.

Sayuti, Najma. 2015. Al-Kafa‟ah Fi Al-Nikah. Jurnal Ilmiah Kajian Gender.

Suharsimi,Arikunto.2002. Prosedur Pendekatan Suatau Penelitian Praktik. Jakarta :


Renika Cipta.

Suryadi,2015. Rekontruksi Kritik Matan dan Sanad Dalam Studi Hadits. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta : ESENSIA.

Syarif, Ahmad, syarif, 2006. biografi Ulama Salaf atau Min A‟lam As-Salaf. Jakarta :
Pustaka Al- Kautsar.

Syarifuddin,Amir. 2009. Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh


Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana Pernada
Media Group.

Wibisana, Wahyu. 2016. Pernikahan Dalam Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam,
Ta‟lim .

Yuliana, Dia. 2014. Analisis Konsep Kafaah dalam Pernikahan Menurut Pemikiran
Syafi‟iyah . Skipsi : STAI – SNI.

Yuslem,Nawir. 2001. Ulumul Hadits. Jakarta : PT Mutiara Sumber Widya.

Zarkasih,Ahmad. 2018. Menakar Kufu‟ Dalam Memilih Jodoh. Jakarta: Rumah Fiqih
Publishing.

Zuhri,Moh. 1992. Terjemah Sunan At- Tirmidzi. Semarang : CV Asy-Syifa‟.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Winarti

Nim : U20162009

Tempat, Tanggal lahir : Oku Timur, 13 April 1998

Alamat Lengkap : Desa Bawang Tikar, Kecamatan Semendawai Timur,


Kabupaten Oku Timur, Provinsi Sumatera Selatan

Jurusan / Prodi : Tafsir Hadits/ Ilmu Hadits

No Hp : 081330866043

Riwayat Pendidikan :

 SDN 2 Tulung Harapan ( 2004-2010)


 SMPN 2 Tulung Harapan ( 2010- 2013)
 MA Subulussalam 2 ( 2013- 2016)
 IAIN Jember ( 2016- 2020)

Pengalaman Organisasi :

 Pengurus Forsa Iain Jember ( 2017-2019)


 Pengurus HMPS Ilmu Hadits ( 2017-2018)
 Bendahara Umum HMPS Ilmu Hadits ( 2018- 2019)

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id

Anda mungkin juga menyukai