Anda di halaman 1dari 6

Nama : Alifia Faizatul A’la

NIM : 200202110115
HES D

 Perluasan Wilayah Pada Masa Usman Bin Affan


Pendaratan Romawi di Iskandariah itu jatuh pada bulan-bulan pertama tahun 25 H (664 M),
yakni selang setahun dan beberapa bulan sesudah pelantikan Usman. Hampir semua sumber
sepakat tentang tahun ini. Kesepakatan ini menunjukkan bahwa terbunuhnya Umar telah
membuat kota Konstantinopel berani cepat-cepat menyambut permintaan penduduk Romawi
di Iskandariah itu, dengan perkiraan bahwa dengan kematian Umar, kaum muslimin sudah
kehilangan sang guru dan menamatkan era pembebasan yang pada masanya telah membuat
Romawi dan Persia mati akal.1 Rupanya pihak Arab dalam menghadapi situasi ini serba
bingung dan tidak menentu. Mereka meminta pendapat dan bantuan Amirul mukminin di
Madinah. Para pemuka di Madinah sependapat, begitu juga kaum muslimin di Mesir, bahwa
orang yang akan menghadapi situasi yang begitu penting itu hanya Amr bin Ash. Namanya
saja sudah dapat menggetarkan hati pihak Romawi. Kebijakannya memang sudah mendapat
tempat dalam hati rakyat Mesir dan mendapat dukungan. Pasukan Romawi sedang
menjelajah seluruh Mesir Hilir tanpa menemui perlawanan. Kendati begitu mereka tidak
membiarkan orang-orang Mesir hidup damai. Kebalikannya, segala yang ada pada mereka
dirampas paksa dan mereka diperlakukan dengan penghinaan yang sangat keji. Pada itu Amr
bin Ash sedang mengatur pasukan dan persiapan perangnya di Babilon. Setelah diketahui
bahwa pasukan Romawi sudah mendekati Naqyus ia keluar dan sudah siap hendak
menghadang mereka. Ia memimpin pasukan 15.000 orang dengan kepercayaan bahwa jika
mereka tak dapat mengalahkan pasukan Romawi mereka akan terpukul mundur kembali ke
Semenanjung Arab dengan membawa malu yang tercoreng di kening karena lari. Tercatat
dalam sejarah bahwa Amr bin Ash menang dan mampu membebaskan Mesir, dengan begitu
Amr telah membebaskan kembali Iskandariah, dan selesailah sudah pengusiran pasukan
Romawi dari mesir untuk kedua kalinya. Antara kedatangan mereka ke Iskandariah sampai
kaburnya mereka dari kota itu, sekali ini hanya selang beberapa bulan. Dalam waktu yang
begitu singkat Amr telah mampu mencapai tujuannya. Dengan kembalinya muslimin dan
pemerintahannya itu, sekali lagi rakyat Mesir merasa lega. Sekarang mereka merasa senang
dan tentram sekali setelah sebelum itu mereka melihat pihak Romawi menjarah harta mereka.
Sebaliknya sekarang, yang mereka lihat justru pasukan Muslimin mengembalikan harta
mereka yang dirampas itu kepada mereka, setelah berhasil merampas kembali harta itu dari
pasukan Romawi.2 Daerah front Timur, Usman dapat kembali menguasai wilayah Kabul,
Gaznah, balk, dan Turkistan bagian timur, selanjutnya sebagian wilayah Hurasan seperti
Naisabur, Tus dan Marw, didaerah Utara Muawiyah bin Abi sufyan, gubernur Syria
menaklukkan Asia kecil sampai Emmrebut Pualu Cyprus. Wilayah front Barat Abdullah bin
Sa‟ad, Gubernur Mesir menerobos ke Tripoli dan menaklukkan sebahagian Afrika utara kota
cartago terpaksa membayar upeti kepada khalifah umat islam di Madinah.3

1
Muhammad Husain Haekal, Usman bin Affan. h. 69.
2
Muhammad Husain Haekal, Usman bin Affan. h. 75
3
Wahyuddin G, Kepemimpinan Khalifah Usman Bin Affan. h. 12
 Pendewanan dan penetapan mushaf Usmani
Ketika menyebut Mushaf Utsmāni tentu yang di maksud adalah Mushaf yang dikumpulkan
dan ditulis oleh perintah Khalīfah Utsmān bin Affān. Atau biasa disebut dengan al-Mushaf al-
Imām.4 Namun, istilah Mushaf Utsmāni bukan hanya satu Kitab saja, melainkan seluruh
Mushaf yang memang terbentuk atas perintah Khalīfah Utsmān bin Affān.5 Mayoritas
Ulama‟ terutama para ahli Fiqh mengharuskan mengikuti model Mushaf Utsmāni. Para ahli
Fiqh mengambil kesimpulan bahwa Mushaf Utsmāni sebagai kesepakatan para sahabat
(mujma‟ alaih).
Umat islam pada masa pemerintahan Khalifah Ustman Bin Affan tinggal dalam wilayah yang
luas dan terpencar-pencar, seperti di Mesir, Iraq, Hijaz, dan sebagainya. Penduduk masing-
masing daerah tersebut kadang-kadang membaca ayat-ayat Al-qur’an menurut bacaan yang
mereka pelajari dari tokoh-tokoh sahabat yang terkenal diwilayah mereka. Contoh siria,
penduduk membaca al-qur’an menurut bacaan Ubay Bin Kaab, penduduk Koufah membaca
Al-qur’an menurut bacaan Adullah Bin Mas’ud, dan penduduk wilayah lain membaca Al-
qur’an menurut bacaan Abu Musa Al-Asyi’ari. Persoalan timbul karena tidak jarang terdapat
perbedaan bacaan di antara mereka, bahkan perbedaan tersebut sering menimbulkan
penyelisihan di kalangan umat islam.
Untuk mengatasi persoalan itu, khalifah Ustman Bin Affan membentuk sebuah tim yang
bertugas untuk menyalin dan membukukan (kodifikasi) ayat-ayat Al-qur’an kedalam
satu Mushaf resmi yang diketuai oleh Zaid ibn Tsabit. Mushaf hasil kerja dari tim kodifikasi
Al-qur’an pada masa Khalifah Usman Bin Affan disebut dengan Mushaf Al-Imam atau
Mushaf Utsmani.

 Kekacauan dan konflik politik


1. Nepotisme. Salah satu kebijakan Usman pada masa pemerintahannya, yaitu
membebaskan para sahabat ke manapun mereka suka. Tindakan ini wajar sesuai
dengan watak Usman yang lemah lembut, tak sampai hati, pemurah, dan toleran.
Usman mungkin juga sedang memikat hati mereka karena kebijakan-kebijakannya tak
jarang bertentangan yang para sahabat dipikirkan. Ia mungkin sudah merasa bahwa ia
telah mengambil berbagai kebijakan yang tidak mesti diterima oleh para sahabat.
Karena itu, adalah penting baginya untuk mengangkat harkat dan martabat mereka.
Dengan begitu mereka diharapan untuk tidak melakukan revolusi atau sekedar marah.
Usman juga telah memberikan kepada orang dekatnya dari Bani Umayyah wewenang
untuk mengelolah beberapa kawasan tertentu, sesuatu yang tidak diperkirakan para
sahabat sebelumnya. Saat itulah para sahabat mulai terpikat untuk berbondong-
bondong keluar ke berbagai kawasan baru Islam. Kontan, mereka terperangah
manyaksikan bahwa dunia sangat menyambut kedatangan mereka dan mereka pun
bersiap untuk menyambut indahnya dunia.
2. Pemberontakan. Pertama, bahwa di tengah-tengah masyarakat terdapat sejumlah
kelompok yang memeluk Islam tidak dengan sepenuh kesadaran tetapi melainkan
untuk kepentingan tertentu seperti Abudullah ibn Saba’, orang Yaman yang semula
pemeluk agama Yahudi. Mereka ini menyebarkan hasutan terhadap Usman.

4
Muḥ ammad Ṭ āhir al-Qurdi, Tarīkh Al-Qur‟ān.,,, hal. 23
5
Ghanim Qadwuri, Rasm al-Mushaf, (Bagdad: al-Lajnah al-Waṭ aniyah, 1402) hal. 189-190
Keberhasilan propaganda jahat Abdullah ibn Saba’ membuat jumlah kekuatan
pemberontak bertambah banyak. Kedua, persaingan dan permusuhan antara keluarga
Hasyim dan keluarga Umayyah turut memperlemah kekuatan Usman. Sebelum Nabi
Muhammad lahir telah berlangsung persaingan kedua keturunan yang masih
bersaudari ini. Pada masa pemerintahan Usman benih kebencian ini tumbuh kembali.
Ketiga, lemahnya karakter kepemimpinan Usman turut pula menyokongnya,
khususnya dalam menghadapi gejolak pemberontakan. Bahwa Usman adalah pribadi
yang yang sederhana dan sikap lemah lembut sangat tidak sesuai dalam urusan politik
dan pemerinthan, lebih-lebih lagi dalam kondisi yang kritis. Pada kondisi yang
demikian dibutuhkan sikap yang tegas untuk menegakkan stabilitas pemerintahan.
Sikap seperti ini tidak dimiliki oleh Usman. Pada beberapa kasus ia terlalu mudah
untuk memaafkan orang lain sekalipun musuhnya sendiri yang membahayakan. Sikap
lemah-lembut ini mendorong pihak-pihak yang bermaksud jahat melancarkan
maksudnya. Dengan sikapnya karakter Usman yang seperti itulah akhirnya pada
tanggal 17 Juni 656 M Usman dibunuh dengan cara ditikam oleh gerombolan
pemberontak yang tiba-tiba datang mengepung rumah khalifah Usman pada saat
ketika beliau sedang membaca Alquran. Pembunuhan yang bermotif politik atas diri
Khalifah Usman membawa dampak yang panjang terhadap sejarah Islam sesudahnya.

 Permasalahan masa Ali bin Abi Tholib: Perang Jamal, Perang Shiffin & Perang
Nahrawan.
- Perang Jamal atau Perang Unta berlaku pada 11 Jamadilakhir 36H atau Desember
657M yang mengambil masa tidak sampai sehari. Kemenangan berpihak kepada
Khalifah Ali. Peperangan tersebut berlaku Ali menggantikan semua pegawai
kerajaan yang merupakan keluarga Uthman bin Affan iaitu Bani Umaiyyah
kepada mereka yang cekap dan adil. Ali yang dikenal dengan keadilannya juga
mencabut undang-undang yang diskriminatif dan memutuskan untuk
membatalkan segala konsesi yang sebelumnya diberikan kepada orang-orang
Muhajirin dan menyamaratakan hak umat atas kekayaan baitul mal. Disamping
itu, pihak keluarga Bani Umaiyyah menggunakan alasan kemangkatan Khalifah
Uthman sebagai alasan untuk menentang pemerintahan Ali. Hal tersebut mendapat
tentangan dari orang yang selama bertahun-tahun menikmati keistimewaan yang
dibuat oleh khalifah sebelumnya. Ketidakpuasan itu kian meningkat sampai
akhirnya mendorong sekelompok orang untuk menyusun kekuatan untuk melawan
beliau. Thalhah, Zubair dan Aisyah berhasil mngumpulkan pasukan yang cukup
besar di Basrah untuk bertempur melawan khalifah Ali bin Abi Thalib.
- Perang Shiffin (Arab ‫( ) صفين وقعة‬Mei-Juli 657 Masehi) terjadi semasa zaman
fitnah besar atau perang saudara pertama orang Islam dengan pertempuran utama
terjadi dari tanggal 26-28 Juli. Pertempuran ini terjadi di antara dua kubu yaitu,
Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ali bin Abi Talib di tebing Sungai Furat yang kini
terletak di Syria (Syam). 1 Shafar tahun 37 Hijriah, Perang Shiffin meletus.
Perang ini terjadi antara pasukan Imam Ali bin Abi Thalib melawan pasukan
Muawiyah bin Abi Sufyan. Setelah wafatnya Khalifah Utsman bin Affan, rakyat
Madinah membaiat Imam Ali bin Abi Thalib dan mengangkat beliau sebagai
khalifah. Namun, Muawiyah, seorang Gubernur di Damaskus, menolak menerima
kepemimpinan Imam Ali dan melakukan perlawanan bersenjata. Awalnya, Imam
Ali bin Abi Thalib berusaha melakukan perundingan demi mencegah
pertumpahan darah di antara sesama muslim. Namun, Muawiyah tetap
membangkang dan pecahlah perang di sebuah daerah bernama Shiffin di tepi
sungai Furat, Irak. Ketika pasukan Imam Ali hampir mencapai kemenangan,
penasehat Muawiyah bernama Amru bin Ash memerintahkan pasukannya agar
menancapkan Al-Quran di tombak mereka dan menyerukan gencatan senjata atas
nama Al-Quran. Imam Ali bin Abi Thalib yang memahami tipuan ini
memerintahkan pasukannya agar terus bertempur, namun sebagian kelompok
menolak. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai kelompok Khawarij. Atas
desakan kelompok Khawarij pula, perang dihentikan dan diadakan perundingan
antara kedua pihak. Dalam perundingan ini, delegasi Muawiyah melakukan
tipuan. Akibatnya, kekhalifahan kaum muslimin direbut dari tangan Imam Ali bin
Abi Thalib dan jatuh ke tangan Muawiyah.
- Pertempuran Nahrawan adalah perang antara khalifah Ali ibn Abi Talib melawan
kaum Khawarij, dekat Nahrawan, 12 mil dari Baghdad. Kaum Khawarij yang
pada awalnya memaksa Ali untuk menerima perjanjian dengan Muawiyah
ternyata merasa tidak puas dengan keadaan setelah perjanjian itu diberlakukan.
Maka mereka memutuskan untuk berperang melawan Ali. Ali yang sebelumnya
berencana menyerang Muawiyah di Damaskus, terpaksa membatalkan niatnya dan
berperang melawan Khawarij pada pertempuran Nahrawan.
Para Khawarij telah melakukan rusuhan di sekitar Sungai Furat tempat kegiatan
mereka dan memaksa para penduduk di sekitarnya menganut pegangan mereka
bahkan telah bertindak membunuh orang-orang Islam yang menolak pegangan
dan enggan menyertai kelompok mereka. Maka terjadilah pembunuhan di lembah
Sungai Furat sehingga kaum perempuan dan juga kanak kanak yang tidak berdosa
juga terlepas daripada penyiksaan itu Diriwayatkan oleh ahli-ahli sejarah Islam,
pasukan puak Khawarij telah hancur lebur di medan Nahrawan dengan
kehancuran yang tidak dapat bangkit lagi sebagai satu tenaga yang hebat. Di pihak
kaum Khawarij yang terbunuh termasuk ketua-ketua mereka seperti Hurkus ibn
Zuhayr al-Tamimi, ‘Abd Allah ibn Wahhab ar-Rasibi, Zayd ibn Sawhan al-Abadi
dan ramai lagi manakala yang sempat menyelamatkan diri hanyalah sebilangan
kecil.6
 Tahkim Shiffin dan perpecahan ummat
Penduduk ‘Iraq dan Sham telah bersetuju untuk menyelesaikan kemelut berterusan yang
melanda dengan inisiatif Majlis Tahkim selepas beberapa siri perbincangan yang tidak
mendatangkan solusi antara dua pihak. Majlis Tahkim ini mewakilkan seorang lelaki
daripada kedua-dua belah pihak. Seorang daripada ‘Ali dan seorang daripada Mu‘awiyah .
Kedua-dua wakil ini mencapai kata sepakat demi kepentingan kaum muslimin seluruhnya.
Dengan itu, Mu‘awiyah menghantar wakilnya, ‘Amr al-‘As manakala ‘Ali menghantar Abu
Musa al-Ash‘ari. Menurut riwayat sejarah yang masyhur seperti yang dicatatkan oleh al-
Tabari, Ibn alAthir dan lain-lain, wakil Mu‘awiyah iaitu ‘Amr al-‘As telah memperdayakan
Abu Musa alAsh‘ari dengan meminta Abu Musa berucap terlebih dahulu mengisytiharkan

6
Zaidah Mohd Nor, Zalinah Mohd Nor, Ahmad Nasir Mohd Yusoff & Haris Yunnus. (2005). Sejarah Tamadun
Islam Ibn Kathir. Jil. 7. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
perlucutan ‘Ali dan Mu‘awiyah sebagaimana yang telah disepakati berdua. Setelah itu ‘Amru
al-‘As berucap memperakui pelucutan jawatan yang dibuat oleh Abu Musa al-Ash‘ari dengan
melucutkan jawatan ‘Ali tetapi mengekalkan jawatan Mu‘awiyah (al-Tabari 1988:113). ‘Amr
berpendapat bahawa Mu‘awiyah adalah wali yang sah serta mempunyai hak menjadi
pengganti ‘Uthman sebagai khalifah sekaligus menuntut bela atas kematian ‘Uthman.7
 Pengangkatan Hasan bin Ali bin Abi Tholib dan ‘Am al-Jama’ah
Setelah Ali bin Abi Thalib wafat maka kedudukannya digantikan oleh anaknya, Hasan Ali
Bin Abi Thalin selama beberapa bulan. Namun kenyataannya Hasan lemah dalam
kepemimpinanya sehingga membuat Mu'awiyah bin Abi Sufyan yang semakin kuat. Maka
Hasan membuat perjanjian dalam. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali
dalam suatu kepemimpinan politik dibawah pimpinan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. yang
disebut juga sebagai 'Ammul Jama'ah. Muawiyah tidak mena’ati isi perjanjiannya dengan
Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan bahwa persoalan penggantian
pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat Islam. Akan tetapi
kenyataan menunjukkan bahwa setelah 20 tahun berkuasa Mu’awiyah tidak melakukannya,
tetapi sebaliknya ia mengajukan anaknya Yazid bin Mu’awiyah sebagai putra mahkota (calon
penggantinya)8, disinilah bermula perobahan bentuk pemerintahn menjadi sistem monarki
(kerajaan), meskipun masih diidentikkan dengan khalifah, tetapi pengertian khalifah disini
telah bergeser menjadi penguasa yang turun temurun (raja) bukan lagi atas dasar pemilihan
yang dilakukan oleh ummat.
Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid bin Mu’awiyah sebagai putera mahkota
menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan
terjadinya perang saudara berkali-kali dan berkelanjutan. Dan ini menunjukkan bahwa sistem
pergantian pemerintahan tidak dilakukan lagi dengan pemilihan tapi lewat garis keturunan.
Ketika Yazid bin Mu’awiyah naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau
menyatakan setia kepadanya. Yazid bin Mu’awiyah kemudian mengirim surat kepada
gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia
kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali dan
Abdulah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi'ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi
(penggabungan) kekuatan kembali.
Dengan kata lain salah satu penyebab kalau tidak bisa dikatakan sebagi penyebab langsung
tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang
dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan
penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi'ah, dan kaum mawali (non arab) yang merasa
dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.

7
al-Tabari, Abu Ja‘far Muhammad ibn Jarir. (1988). Tarikh al-Umam wa al-Muluk. Bayrut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah.

8
SEJARAH ISLAM, Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Ahmad al-Usairy, Jakarta: Akbar, hal. 191
REFERENSI :
http://journal.uin-alahttps://makalahiainibpadang.blogspot.com/2015/12/fase-usman-bin-
affan-dan-ali-bin-abi.htmluddin.ac.id/index.php/al_hikmah/article/view/11299/pdf
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/4785/6/BAB%20III.pdf
https://jurnal.kopertais5aceh.or.id/index.php/SINTESA/article/download/25/15
http://salma-kartika.blogspot.com/p/perang-jamal.html
http://id.dbpedia.org/page/Pertempuran_Nahrawan
http://habapendidikan.blogspot.com/2012/03/amul-jamaah_20.html

Anda mungkin juga menyukai