Anda di halaman 1dari 25

Menu Cari

Kenapa Imam Mazhab Tidak Pakai Hadits Bukhari dan Muslim?

Kenapa para Imam Mazhab seperti Imam Malik tidak memakai hadits Sahih Bukhari dan Sahih Muslim yang
katanya merupakan 2 kitab hadits tersahih? Untuk tahu jawabannya, kita harus paham sejarah. Paham biografi
tokoh2 tsb.

Imam Malik lahir tahun 93 Hijriyah. Sementara Imam Bukhari lahir tahun 196 H dan Imam Muslim lahir tahun
204 H. Artinya Imam Malik sudah ada 103 tahun sebelum Imam Bukhari lahir. Paham?

Apakah hadits para Imam Mazhab lebih lemah dari Sahih Bukhari dan Sahih Muslim?

Justru sebaliknya. Lebih kuat karena mereka lebih awal lahir daripada Imam Hadits tsb.

Rasulullah SAW bersabda,












Sebaik-baik manusia adalah pada kurunku

(Sahabat), kemudian yang sesudahnya (Tabiin), kemudian yang sesudahnya (Tabiut Tabiin).[HR. Al-Bukhari
no. 2652 dan Muslim no. 2533 ]

Siapakah pengikut ulama SALAF sebenarnya?


1) Imam Hanafi lahir:80 hijrah

2) Imam Maliki lahir: 93 hijrah

3) Imam Syafie lahir:150 hijrah

4) Imam Hanbali lahir:164 hijrah

Jadi kalau ada manusia akhir zaman yang berlagak jadi ahli hadits dgn menghakimi pendapat Imam Mazhab
dgn Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, ya keblinger. Hasil ijtihad mereka pun berbeda-beda satu sama lain

Biar kata misalnya menurut Sahih Bukhari misalnya sholat Nabi begini2 dan beda dgn sholat Imam Mazhab,
namun para Imam Mazhab seperti Imam Malik melihat langsung cara sholat puluhan ribu anak2 sahabat Nabi
di Madinah. Anak2 sahabat ini belajar langsung ke Sahabat Nabi yang jadi bapak mereka. Jadi lebih kuat
ketimbang 2-3 hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari 100 tahun kemudian.

Imam Bukhari dan Imam Muslim pun meski termasuk pakar hadits paling top, tetap bermazhab. Mereka
mengikuti mazhab Imam Syafiie. Ini adalahImam Hadits yang mengikuti Mazhab Syafiie: Imam Bukhari, Imam
Muslim, Imam Nasai, Imam Baihaqi, Imam Turmudzi, Imam Ibnu Majah, Imam Tabari, Imam Ibnu Hajar al-
Asqalani, Imam Abu Daud, Imam Nawawi, Imam as-Suyuti, Imam Ibnu Katsir, Imam adz-Dzahabi, Imam al-
Hakim.

Lho apa kita tidak boleh mengikuti hadits Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dsb? Ya boleh sebagai pelengkap.
Tapi jika ada hadits yang bertentangan dengan ajaran Imam Mazhab, yang kita pakai adalah ajaran Imam
Mazhab. Bukan hadits tsb. Wong para Imam Hadits saja kan mengikuti Mazhab Syafiie? Tidak pakai hadits
mereka sendiri?

https://kabarislamia.com/2014/12/13/siapakah-ulama-salaf-dan-pengikut-salaf-sebenarnya/

Menurut UstadAhmad Sarwat, Lc., MA, banyak orang awam yang tersesat karena mendapatkan informasi yang
sengaja disesatkan oleh kalangan tertentu yang penuh dengan rasa dengki dan benci. Menurut kelompok ini
Imam Mazhab yang 4 itu kerjaannya cuma merusak agama dengan mengarang-ngarang agama dan
menambah-nambahi seenaknya. Itulah fitnah kaum akhir zaman terhadap ulama salaf asli.

Padahal Imam Mazhab tsb menguasai banyak hadits. Imam Malik merupakan penyusun Kitab Hadits Al
Muwaththo. Dengan jarak hanya 3 level perawi hadits ke Nabi, jelas jauh lebih murni ketimbang Sahih Bukhari
yang jaraknya ke Nabi bisa 6-7 level. Begitu pula Imam Ahmad yang menguasai 750.000 hadits lebih dikenal
sebagai Ahli Hadits ketimbang Imam Mazhab.

Ada tulisan bagus dari Ustad Ahmad Sarwat, Lc., MA, yaitu:

Penelitian Hadits Dilakukan Oleh Empat Imam Mazhab

http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1410544221&title=benarkah-keshahihan-shahih-hanya-sebuah-produk-
ijtihad.htm

Di antaranya Ustad Ahmad menulis bahwa para imam mazhab yang empat, Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafii dan
Ahmad bin Hanbal, sama sekali tidak pernah menggunakan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Kenapa?

Pertama, karena mereka lahir jauh sebelum Bukhari (194-265 H) dan Muslim (204-261 H) dilahirkan. Sementara
Imam Malik wafat sebelum Imam Bukhari lahir. Begitu pula saat Imam Syafiie wafat, Imam Bukhari baru
berumur 8 tahun sementara Imam Muslim baru lahir. Tidak mungkin kan para Imam Mazhab tsb berpegang
pada Kitab Hadits yang belum ada pada zamannya?

Kedua, menurut Ustad Ahmad, karena keempat imam mazhab itu merupakan pakar hadits paling top di
zamannya. Tidak ada ahli hadits yang lebih baik dari mereka.

Ketiga, karena keempat imam mazhab itu hidup di zaman yang lebih dekat ke Rasulullah SAW dibanding Imam
Bukhari dan Imam Muslim, maka hadits mereka lebih kuat dan lebih terjamin keasliannya ketimbang di masa-
masa berikutnya.

Dalam teknologi, makin ke depan makin maju. Komputer, laptop, HP, dsb makin lama makin canggih. Tapi kalau
hadits Nabi, justru makin dekat ke Nabi makin murni. Jika menjauh dari zamannya, justru makin tidak murni,
begitu tulis Ustad Ahmad Sarwat.

Keempat, justru Imam Bukhari dan Muslim malah bermazhab Syafiie. Karena hadits yang mereka kuasai
jumlahnya tidak memadai untuk menjadi Imam Mazhab. Imam Ahmad berkata untuk jadi mujtahid, selain hafal
Al Quran juga harus menguasai minimal 500.000 hadits. Nah hadits Sahih yang dibukukan Imam Bukhari cuma
7000-an. Sementara Imam Muslim cuma 9000-an. Tidak cukup.

Ada beberapa tokoh yang anti terhadap Mazhab Fiqih yang 4 itu kemudian mengarang-ngarang sebuah nama
mazhab khayalan yang tidak pernah ada dalam sejarah, yaitu mazhab Ahli Hadits. Seolah2 jika tidak
bermazhab Ahli Hadits berarti tidak pakai hadits. Meninggalkan hadits. Seolah2 para Imam Mazhab tidak
menggunakan hadits dalam mazhabnya. Padahal mazhab ahli hadits itu adalah mazhab para ulama peneliti
hadits untuk mengetahui keshahihan hadits dan bukan dalam menarik kesimpulan hukum (istimbath).

Kalaulah benar pernah ada mazhab ahli hadits yang berfungsi sebagai metodologi istimbath hukum, lalu mana
ushul fiqihnya? Mana kaidah-kaidah yang digunakan dalam mengistimbath hukum? Apakah cuma sekedar
menggunakan sistem gugur, bila ada dua hadits, yang satu kalah shahih dengan yang lain, maka yang kalah
dibuang?

Lalu bagimana kalau ada hadits sama-sama dishahihkan oleh Bukhari dan Muslim, tetapi isinya bertentangan
dan bertabrakan tidak bisa dipertemukan?

Imam Syafiie membahas masalah kalau ada beberapa hadits sama-sama shahihnya tetapi matannya saling
bertentangan, apa yang harus kita lakukan? Beliau menulis kaidah itu dalam kitabnya : Ikhtilaful Hadits yang
fenomenal.

Cuma baru tahu suatu hadits itu shahih, pekerjaan melakukan istimbath hukum belum selesai. Meneliti
keshahihan hadits baru langkah pertama dari 23 langkah dalam proses istimbath hukum, yang hanya bisa
dilakukan oleh para mujtahid.

Entah orientalis mana yang datang menyesatkan, tiba-tiba muncul generasi yang awam agama dan dicuci
otaknya, dengan lancang menuduh keempat imam mazhab itu sebagai bodoh dalam ilmu hadits. Hadits
shahih versi Bukhari dibanding-bandingkan secara zahir dengan pendapat keempat mazhab, seolah-olah
pendapat mazhab itu buatan manusia dan hadits shahih versi Bukhari itu datang dari Allah yang sudah pasti
benar. Padahal cuma Al Quran yang dijamin kebenarannya. Hadits sahih secara sanad, belum tentu sahih
secara matan. Meski banyak hadits yang mutawattir secara sanad, sedikit sekali hadits yang mutawattir secara
matan. Artinya susunan kalimat atau katanya sama persis.

Orang-orang awam dengan seenaknya menyelewengkan ungkapan para imam mazhab itu dari maksud aslinya :
Bila suatu hadits itu shahih, maka itulah mazhabku. Kesannya, para imam mazhab itu tidak paham dengan
hadits shahih, lalu menggantungkan mazhabnya kepada orang-orang yang hidup dua tiga abad sesudahnya.

Padahal para ulama mazhab itu menolak suatu pendapat, karena menurut mereka hadits yang mendasarinya
itu tidak shahih. Maka pendapat itu mereka tolak sambil berkata,Kalau hadits itu shahih, pasti saya pun akan
menerima pendapat itu. Tetapi berhubung hadits itu tidak shahih menurut saya, maka saya tidak menerima
pendapat itu. Yang bicara bahwa hadits itu tidak shahih adalah profesor ahli hadits, yaitu para imam mazhab
sendiri. Maka wajar kalau mereka menolaknya.

Tetapi lihat pengelabuhan dan penyesatan dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif. Digambarkan
seolah-olah seorang Imam Asy-Syafii itu tokoh idiot yang tidak mampu melakukan penelitian hadits sendiri, lalu
kebingungan dan menyerah menutup mukanya sambil bilang,Saya punya mazhab tapi saya tidak tahu
haditsnya shahih apa tidak, jadi kita tunggu saja nanti kalau-kalau ada orang yang ahli dalam bidang hadits.
Nah, mazhab saya terserah kepada ahli hadits itu nanti ya.

Dalam hayalan mereka, para imam mazhab berubah jadi badut pandir yang tolol dan bloon. Bisanya bikin
mazhab tapi tidak tahu hadits shahih. Sekedar meneliti hadits apakah shahih atau tidak, mereka tidak tahu. Dan
lebih pintar orang di zaman kita sekarang, cukup masuk perpustakaan dan tiba-tiba bisa mengalahkan imam
mazhab.

Cara penyesatan dan merusak Islam dari dalam degan modus seperti ini ternyata nyaris berhasil. Coba
perhatikan persepsi orang-orang awam di tengah kita. Rata-rata mereka benci dengan keempat imam mazhab,
karena dikesankan sebagai orang bodoh dalam hadits dan kerjaanya cuma menambah-nambahi agama.

Parahnya, setiap ada tradisi dan budaya yang sesat masuk ke dalam tubuh umat Islam, seperti percaya dukun,
tahayyul, khurafat, jimat, dan berbagai aqidah sesat, sering diidentikkan dengan ajaran mazhab. Seolah mazhab
fiqih itu gudangnya kesesatan dan haram kita bertaqlid kepada ulama mazhab.

Sebaliknya, orang yang harus diikuti adalah para ahli hadits, karena mereka itulah yang menjamin keshahihan
hadits.

Ahmad Sarwat, Lc., MA

Baca selengkapnya di:

http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1410544221&title=benarkah-keshahihan-shahih-hanya-sebuah-produk-
ijtihad.htm

Menurut Ustad Ahmad Sarwat Lc, MA, Hadits di zaman Imam Bukhari yang hidup di abad 3 Hijriyah saja sudah
cukup panjang jalurnya. Bisa 6-7 level perawi hingga ke Nabi. Sementara jalur hadits Imam Malik cuma 3 level
perawi. Secara logika sederhana, yang 3 level itu jelas lebih murni ketimbang yang 6 level.

Jika Imam Bukhari hidup zaman sekarang di abad 15 Hijriyah, haditsnya bisa melewati 40-50 level perawi.
Sudah tidak murni lagi. Beda 3 level saja bisa kurang murni. Apalagi yang beda 50 level.

Jadi Imam Bukhari dan Imam Muslim bukan satu2nya penentu hadits Sahih. Sebelum mereka pun ada jutaan
ahli hadits yang bisa jadi lebih baik seperti Imam Malik dan Imam Ahmad karena jarak mereka ke Nabi lebih
dekat.
Tentang iklan-iklan ini

-66% -40%
Rp 261.000
Rp 61.000

-32% -55% -50%

Share this:

Facebook 10K+ Twitter Google Cetak Surat elektronik Lagi

Suka
7 blogger menyukai ini.

Terkait

Apakah Imam Mazhab Tidak Makam Nabi di Masjid Nabawi Siapakah Ulama Salaf dan
Mengikuti Al Quran dan Hadits? Madinah Pengikut Salaf Sebenarnya?
dalam "Pentingnya BerMazhab" dalam "Makam Nabi dalam "Wahabi"
Muhammad"

April 9, 2015 44 Replies

Sebelumnya Berikutnya

Berikan Balasan
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.

Iwan pada April 14, 2015 pukul 3:46 pm

Salam kenal dari Jakarta, Maaf mau tanya. Kitab Bukhari dan Muslim sudah banyak baik cetak dan
software, dimana ya saya bisa dapati kitab imam mazhab tersebut? apakah kajian kitab mereka ada di
dalam kitab kuning? Terima kasih.

Masuk log untuk membalas

edimaredi pada Februari 8, 2016 pukul 2:47 am

Cobalah anda baca di software kitab kuning ( Almaktab Assyamilah) komplit dari
ulama madzab hana, maliki, sai, hambali sampai ulama modern kholaf seperti wahabi, albani,
bin Baz semuanya dalam bahasa arab. Apalagi Bukahri Muslim, tafsir pun banyak. Cobalah belajar
bahasa Arab

Masuk log untuk membalas

Iwan pada Maret 16, 2016 pukul 4:10 am

Dimana saya dapat download nya?

Wak Ngah Regar pada April 15, 2015 pukul 2:31 am

ANDALAN ALUMNI LIPIA ADALAH HADITS YG DITASHIH OLEH ALBANI, YG BARU LAHIR
KEMARINDOIBANDING DGN IMAM MAZHAB

Masuk log untuk membalas

Agus Waudi pada Mei 7, 2015 pukul 2:52 pm

iyya kasihan tuh alumni universitas LUMPIA baru lulus saja udah ngaku2 saya ini sebenarnya
ustadz jjiiieeeeiilleeehhh..

Masuk log untuk membalas

famibun pada April 15, 2015 pukul 1:02 pm

jika bukan menggunakan Bukhori muslim lalu apa yng menjadi rujukan orisinalitas hadits itu datangnya
dari Rasul?
misal kita mencari tahu kebiasaan makan Rasul atau kebiasaan rasul sebelum tidur. merujuknya pada
hadits yang mana?
terimakasih.

Masuk log untuk membalas

Admin pada April 17, 2015 pukul 2:35 am

Rujukannya ya Imam Mazhab yg berfatwa berdasarkan Al Quran dan Hadits dan juga amal Ahli Madinah
yang merupakan anak/cucu dari sahabat Nabi.
Kalau langsung pakai hadits tanpa lewat Imam Mazhab bisa sesat. Contohnya anda bisa membiarkan
istri anda menyusui pria dewasa lain agar bisa jadi muhrim. Ini haditsnya ada di Sahih Muslim. Padahal
di Al Quran jelas La taqrabu zina. Jangan dekati zina.

Dari Zainab binti Ummu Salamah, ia berkata : Ummu Salamah berkata kepada Aisyah, Sesungguhnya
ada seorang yang sudah baligh keluar-masuk ke (rumah)mu yang aku sendiri tidak menyukai ia masuk
(rumah)ku. Lalu Aisyah menjawab, Tidakkah pada diri Rasulullah SAW ada suri teladan yang baik
bagimu ?. Dan Aisyah berkata (lagi) : Sesungguhnya istri Abu Hudzaifah pernah berkata, Ya Rasulullah,
sesungguhnya Salim keluar masuk (rumah)-ku, sedang ia kini telah dewasa sedangkan pada diri Abu
Hudzaifah ada sesuatu terhadapnya, yang demikian itu bagaimana ?. Kemudian Rasulullah SAW
bersabda, Susuilah ia, sehingga ia (boleh) keluar masuk (rumah)mu. (Muslim).

http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1354466572&title=benarkah-aisyah-bolehkan-laki-laki-dewasa-
menyusu-pada-wanita-biar-jadi-mahram

Para Imam Mazhab tidak pernah membiarkan pria lain menyusu pada wanita yg bukan muhrimnya dan
juga bukan istrinya. Hadits di atas ada 3 hadits lho di Imam Muslim. Apa anda mau langsung mengambil
hukum dari hadits dan mempraktekkannya?

Masuk log untuk membalas

Jhoni Warizal pada April 17, 2015 pukul 5:21 pm

http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/05/batas-usia-penyusuan-bayi-yang-dapat.html

Bgaimana pendapat ustadz..

Masuk log untuk membalas

Admin pada April 20, 2015 pukul 3:21 am

Hadits ini meski sahih secara sanad, namun matan (isi) bertentangan dgn Al Quran dan hadits2
lainnya:
Dari Aisyah, ia berkata : Telah datang Sahlah binti Suhail kepada Nabi SAW. Ia berkata : Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku telah melihat ketidaksenangan pada wajah Abu Hudzaifah dengan
masuknya Saalim. Maka Nabi SAW bersabda : Susuilah dia. Sahlah berkata : Bagaimana aku
menyusuinya, padahal ia seorang laki-laki yang telah besar/dewasa ?. Maka Rasulullah SAW
tersenyum dan bersabda : Sungguh aku telah tahu bahwa ia laki-laki yang telah besar [HR. Muslim
no. 1453]

Hadits tsb cuma bersumber dari Siti Aisyah ra dan cuma diriwayatkan oleh Imam Muslim (lahir
tahun 204H). Istri2 Nabi yang lain menentang pendapat tsb. Imam Kitab Hadits lain juga tak ada yg
memuat hadits tsb.

Menetek itu (selain bayi) kan mendekati zina, sedang Allah mengharamkan kita mendekati zina.
Buat apa Allah menyuruh wanita berjilbab dan menutupi dada mereka jika mereka dibolehkan
menyusui pria dewasa yang bukan muhrimnya? Akhirnya akan terjadi perzinahan.

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk. [Al Israa 32]

Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak
dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya..[An Nuur:31]

Seorang ditusuk kepalanya dengan jarum dari besi adalah lebih baik ketimbang menyentuh wanita
yang tidak halal baginya. (HR. Ath-Thabarani, no. 16880, 16881)

Masuk log untuk membalas

Lukman Al-Fasiry pada April 19, 2015 pukul 11:55 pm

Mantab !!! Allahu Akbar !!


Moga artikel ini bisa membuka mata para Ikhwan & Akhwat yg selalu men-DEWAKAN Shohih Bukhari
Muslim dan mencibir pendapat Ulama Besar Para Imam Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali).

Masuk log untuk membalas

Juveholix pada Juni 1, 2015 pukul 10:37 am

mohon maaf saya sangat awam terhadap masalah periwayatan hadist ini, karena yang saya tahu ketika
masih sekolah di MI, MTS, MAN itu kalo di bagian belakang hadist itu pasti ada HR, misalhnya HR Imam
Ahmad, HR Bukhari Muslim dllnah kalau Imam Mazhab seperti di atas, itu HRnya bagaimana? Apakah
Muttafaq alaih, atau HR Madzhab Syafii, Hambali, dan seterusnya?

Masuk log untuk membalas

Admin pada Juni 4, 2015 pukul 6:07 am

Imam Mazhab tsb seperti Imam Malik yg lahir tahun 93 Hijriyah juga menulis hadits2. Contohnya
Kitab Al Muwaththo. Imam Syafiie yg lahir tahun150 H pun menyusun kitab fiqihnya berdasarkan
hadits2 dan juga ilmu yang didapat dari guru ke guru. Guru Imam Malik adalah 900 ulama yang
merupakan anak dan cucu dari sahabat Nabi. Imam Malik adalah guru Imam Syafiie. Jadi cara
sujud begini2, cara duduk sholat tahiyat terakhir begini2 itu disusun berdasarkan hadits2 dan juga
praktek sholat para ulama yang merupakan anak dan sahabat Nabi. Imam Bukhari (lahir 196H) dan
Imam Muslim (lahir 204H) belum lahir saat itu. Para Imam hadits ini mengikuti mazhab Syafiie.
Muttafaq alaihi artinya hadits yang ada di Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.

Masuk log untuk membalas

Mukhtar Abdillah pada Juni 3, 2015 pukul 12:20 am

hebat skali mas logikax.smoga qta smua diberi taufik dan hidayah berada d jalan yg benar
siapapun yg menyampaikan kebenaran yang shohih trimalah dan amalkan.
yg terpenting amalan bukan bnyaknya hapal hadist
ilmu dan amal.
#berkatabaikataudiam

Masuk log untuk membalas

Gizca D Priyanka pada Juni 3, 2015 pukul 2:57 pm

Reblogged this on gizcadp.

Masuk log untuk membalas

ABie Alyasin pada Juni 6, 2015 pukul 9:30 pm

subhanallah,,,,tulisan ini akan menjadi sangat berarti dan luar biasa buat pencerahan ikhwan dan akhwat
terutama yg di kampus yg hanya belajar dari mbah google
sangat bermanfaat sekali ustadz

Masuk log untuk membalas

Usman Mabrur Siregar pada Juni 8, 2015 pukul 1:14 pm

Bagus kali ustadz penjelasannya.


semoga orang2 yg anti terhadap madzhab tersadarkan dengan tulisan ust.
Ada yg mungkin kurang penjelasan ustadz.
Bukhori dan Muslim ini sesat ya? Sehingga kita nggak bisa jadikan rujukan?
trus kenapa kita masih harus bermadzhab imam yg empat itu?
kenapa nggak 1 madzhab aja?
Imam Hanafi kan lebih dulu hidup dan lebih dekat ke zaman para sahabat..jd bukankah td logikanya yg
lebih dekat itu lebih shohih?
Kenapa imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Hambali nggak bermadzhab kepada Imam Hanafi?
kenapa Imam yg 3 membuat madzhab sendiri?
apa perbedaan para imam itu dengan imam Hanafi sampe Imam yg lain harus membuat madzhab
sendiri?
Apa juga perbedaanatara imam yg 4 ini?
kalo sama kenapa harus dibedakan?kalo beda kenapa yg lebih baru nggak ngikut yg lebih dekat dengan
zaman Sahabat, yang sudah pasti lebih sahih?

Mohon penjelasan dan pencerahannya ustadz.


somoga kita dalam lindungan Allah

Masuk log untuk membalas

Admin pada Juni 23, 2015 pukul 3:26 am

Artinya bahkan pakar hadits seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim pun mereka bermazhab. Mereka
mengikuti Mazhab Syafiie. Mereka tidak bikin mazhab sendiri.
Jika ada pendapat Imam Mazhab yang berlandaskan Al Quran, Hadits, dan Sunnah Tabiin dan Tabiit
Tabiin bertentangan dgn Hadits Bukhari atau Muslim, yang lebih kuat adalah pendapat Imam Mazhab.
Karena hadits mereka lebih murni.
Imam Bukhari dan Imam Muslim yg bermazhab Syafiie insya Allah lurus.
Beda dgn kaum akhir zaman yang justru tidak mau bermazhab.

Masuk log untuk membalas

Ery Hasyem pada Juni 23, 2015 pukul 8:39 am

Assalamualaikum Ustadz. saya masih kabur dengan penjelasan Ustadz atas pertanyaan dari
saudara Usman Mabrur Siregar. kenapa imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Hambali membuat
mazhab sendiri padahal Imam Hanafi lebih dekat dengan zaman sahabat? mengapa ketiga Imam
tersebut tidak mengikuti mazhab Imam Hanafi? trus pertanyaan yang sama kenapa Imam
Hanafi harus membuat madhab? para Tabiit Tabiin tidak membuat mazhab sedangkan mereka
tidak hidup pada zaman rasul? secara logika seharusnya Ulama-Ulama zaman Tabiin dan Tabiit
Tabiin membuat mazhab tapi mereka tidak membuat mazhab karena mereka mengikuti Islam
Versi Rasulullah trus makin berlalu waktu para Ulama berlomba2 mengajari Islam versi mereka
masing-masingseperti Islam versi Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Hambali
ketika ada golongan tertentu ingin memahami Islam Menurut Rasulullah berdasarkan hadist-hadist
shahih dianggap sesat. saya sendiri jadi bimbang mana yang harus di ikuti sementara para
pengikut Imam Syafii sekarang terutama di Indonesia memasukkan upacara agama Hindu menjadi
bahagian dari pelaksanaan Islam apakah ini dianggap lebih Sunnah padahal Rasul tidak pernah
mencontohkannya mohon tanggapannya

Masuk log untuk membalas

Anis pada Oktober 15, 2015 pukul 5:57 am

Yang juga perlu dipahami adalah para imam selepas imam hanafi atau imam abu hanifah,
yaitu imam malik, imam syafii, dan imam hambali kesemuanya telah mencapai derajat
keilmuan dan kealiman yang setara dengan imam hanafi. Keempatnya telah mencapai
derajat imam mujtahid mutlaq mustaqil, apa itu pengertiannya silakan anda cari juga
sendiri, insyaAllah ada penjelasan. Dengan derajat tersebut, beliau berempat layak
melakukan ijtihad dalam perkara-perkara agama yang mana kemudian hasil ijtihadnya
beliau sarikan dalam mazhab masing-masing.

Mengapa kemudian harus lahir mazhab yang baru setelah mazhabnya imam abu hanifah?
Nah ini, sebab ada perbedaan-perbedaan dalam metode ijtihad beliau. Bagian yang ini juga
silakan sambil dipelajari, termasuk membaca sejarah hidup beliau para imam mazhab ini.
Perlu diingat juga ulama-ulama besar dari mazhab yang lebih awal tidak pernah menyalah-
nyalahkan mazhab yang setelahnya meski hasil ijtihadnya berbeda. Jadi mau mengikuti
mazhab mana dari yang empat itu adalah silakan saja, yang mana pun boleh. Tidak perlu
bingung

Oh iya, agak unik komentar anda di bagian bawah soal penyimpangan yang anda nisbahkan
ke pengikutnya imam syafii yang kemudian anda jadikan alasan kebingungan. Well,
gampang sekali lah, dalami saja dulu pemahaman dari siap-siapa yang anda anggap
menyimpang ini. Apakah memang tidak ada kaitan tuntunannya sama sekali dengan
tuntunan nabi yang diteruskan oleh imam syafii? Toh dari komentar anda, saya mengira
anda pun dalam posisi belum bermazhab syafii bukan?!

Admin pada Juli 8, 2015 pukul 5:32 am

Waalaikum salam wr wb,


Mau tanya apa mau ngeyel?
Para Imam Mazhab tsb justru adalah kelompok tabiin dan tabiit tabiin. Generasi anak dan cucu
sahabat Nabi. Islam masih lurus.
Mazhab Fiqih itu dibuat sehingga kita bisa tahu cara wudlu, sholat, dsb sesuai dgn wudlu dan
sholat Nabi.
Saat kita belajar sholat, kita kan belajar sholat lewat mazhab Fiqih langsung praktek sholat. Kalau
buka kitab2 hasits seperti takbir itu hadits Bukhari nomor berapa, ruku hadits Muslim nomor
berapa, ya tidak akan bisa sholat kita.

Masalah tradisi Hindu jadi tradisi Islam sepeti Tahlil misalnya. Itu adalah Syiar Islam. Zaman dulu
orang Indonesia itu Hindu. Kalau para Ulama seperti Walisongo tidak mengenalkan Islam dgn cara
Tahlilan, bisa jadi anda ibadahnya masih di pura. Bukan di masjid.

Dgn Syiar Islam itu maka melayat keluarga yang meninggal pada hari pertama, ke7, 40, 100, 1000
hari diisi dgn membaca Tahlil (zikir utama), baca surat Al Quran, dan juga ceramah untuk Syiar
Islam.

Nabi juga pernah membuat tradisi orang kafir jadi Syiar Islam. Contoh Syaie antara Shafa dan
Marwah itu dulu biasa dilakukan orang kafir. Begitu pula Puasa Asyura. Nabi menjadikan tradisi
orang kafir tsb menjadi Syiar Islam yg sesuai ajaran Islam.

Ada tidak orang Hindu baca Tahlil: Laa ilaha illallahu? Kalau iya, berarti dia sudah jadi muslim.
Begitu.

Mengubah Tradisi Orang Kafir jadi Satu Tradisi Islam bukan berarti Tasyabbuh atau Bidah. Bisa
jadi itu adalah Syiar Islam. Ini Nabi lakukan dgn mengubah Puasa Asyura yang biasa dilakukan
kaum kafir jadi Puasa Sunnah. Begitu pula dengan mengelilingi Kabah yang biasa dilakukan orang
kafir dengan Thawaf:
Orang2 Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah pun melakukannya
pada masa jahiliyyah.
Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk
berpuasa. (HSR Bukhari 3/454, 4/102, 244, 7/ 147 Muslim 2/792, dll)

Para sahabat sempat enggan melakukan syai di Shafa dan Marwa karena takut berdosa
mengingat Shafa dan Marwa adalah bekas tempat berhala dan orang-orang kafir dulu biasa Syai di
situ. Mereka takut tasyabbuh/meniru kebiasaan orang kafir. Namun itu adalah 1 Syiar Islam
sehingga Allah menurunkan ayat di bawah:
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang
beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara
keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. [Al Baqarah 158]
Ashim bin Sulaiman bertanya kepada Anas tentang Shafa dan Marwah. Anas berkata: Kami
berpndapat bahwa thawaf antara Shafa dan Marwah adalah upacara di jaman Jahiliyyah, dan
ketika Islam datang, kami tidak melakukannya lagi. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 158)
yang menegaskan hukum Sai dalam Islam (Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari
Ashim bin Sulaiman.)
https://kabarislamia.com/2012/04/27/mengubah-tradisi-orang-kafir-menjadi-syiar-islam/

Masuk log untuk membalas

Diki Rahmat pada Juni 25, 2015 pukul 6:04 pm

ingat doa ikhwan-akhwat sekalian setiap sholat:










jgn biarkan kalbu itu keras seperti batululuhkan dgn banyak dzikir kalimah toyyibah

Masuk log untuk membalas

pencothardcore pada Oktober 19, 2015 pukul 9:02 pm

Bener bgt bro, lama2 adu bacok


Adu jotos nih dimari, pada sok bener yah,
Bingung ane..
Niatnya mau belajar jadi ngablu nih,
Yang di tanya apa, yang jawab juga kmana?
Koplak
Kita muslim bro, masa kudu berantem masalah bginian!!!
Bedebah berantem ada yg mati, blm tentu ente mati lgsg masuk surga.
Ga selamanya kita bener bro, klo ente merasa paling bener, ente ga usah percaya tuhan. Selloow
bro selloww, kalem aja. Kali aja ada yg lebih bener.

Masuk log untuk membalas

Adam Alvaro pada Juli 7, 2015 pukul 1:34 am

Kalau yg lbh dekat dg zaman Nabi berarti lbh shohih. Berarti madzhab hanafi n maliki lbh benar daripada
madzhab syafii n madzhab hambali? Kenapa imam syafii membuat madzhab sendiri padahal beliau
murid imam malik? Mohon penjelasannya

Masuk log untuk membalas

Admin pada Juli 8, 2015 pukul 5:18 am

Meski Imam Syafiie lahir belakangan dari Imam Malik, namun beliau tetap sezaman dgn Imam Malik
sehingga bisa berguru dgn Imam Malik dan juga guru2 lainnya. Masa mereka hidup tidak jauh beda.
Insya Allah semua benar.
Apakah lebih baik atau tidak, wallahu alam. Kan tergantung kecerdasan, keluasan ilmu, dsb.

Cuma secerdas2 orang, kalau hidup di zaman sekarang ya tidak bisa bikin mazhab yg lebih baik. Sebab
zaman kita sudah jauh dari zaman Nabi. Sudah tidak murni lagi. Zaman Imam Mazhab, antara mereka
dgn Nabi cuma dipisah 1-2 orang saja. Sedang zaman kita, dipisah oleh 40-50 generasi, terlalu jauh.

Perbedaan itu Sunnah. Misalnya dalam menafsirkan ayat menyentuh wanita membatalkan wudlu. Imam
Syafiie berpendapat batal dgn mengacu pada zahir ayat Al Quran tsb. Sementara Imam Mazhab lain
berpendapat tidak batal kecuali diikuti nafsu dgn mengacu hadits ttg itu. Kalau mau hati2, ya ikut Imam
Syafiie.

Ayat Al Quran tangan Allah di atas tangan mereka. Nah bagi yang menafsirkan secara hakiki dan majazi
(kiasan) tafsirannya saja sudah beda. Meski sama2 mengacu pada Al Quran.

Masuk log untuk membalas

Usup Margono pada Juli 22, 2015 pukul 7:43 pm

Tulisan ini akan merubah dunia,, sungguh sangat memberi kecerahan pikiran dan ketenangan hati
menghapus keraguan,, semoga Alloh membalas anda beserta keluarga dengan surga,, amin.

Masuk log untuk membalas


kikizsaban pada Juli 23, 2015 pukul 5:42 am

Mantap tulisannya. Pukulan telak bagi salafi wahabi kacangan yg sok-sok an. Mantap ustadz. Lanjutkan

Masuk log untuk membalas

Asep Supriadi pada Juli 23, 2015 pukul 8:11 am

terima kasih ustad tanya jawab ini memberi pencerahan buat saya untuk lebih memahami persoalan
hadist nabi dan mazhab2nya.

Masuk log untuk membalas

Muhammad Yusuf pada Agustus 3, 2015 pukul 2:10 am

Bgmn hukumnya, aku sbg orang awam sangat menghormati para imam mazhab, ttpi aku tdk fanatik pd
salah seorang mazhab saja, jzkllhkhoironkastiro

Masuk log untuk membalas

Anis pada Oktober 15, 2015 pukul 5:42 am

Mungkin dapat sedikit saya tambahkan. Mengambil satu mazhab saja untuk dipelajari tidak sama
dengan bersikap fanatik. Sebagaimana jawaban dari Admin di bawah, mengambil satu mazhab
saja untuk kita yakini dan ikuti itu untuk mempermudah kita dalam menjalankan syariat agama.

Fanatik di sini apakah yang anda maksud? Saya takutnya memang ada persepsi awal yang tidak
sama. Yang saya pahami, sikap fanatik itu timbul ketika menganggap hanya yang diikutinya saja
yang benar sementara lainnya salah. Contoh sederhananya jika mengikuti mazhab syafii yang
menggunakan qunut, lalu ia menganggap metode dari mazhab hambali yang tanpa qunut adalah
salah, hanya yang menggunakan qunut lah yang benar; vice versa alias dan sebaliknya.

Selama sikap-sikap fanatik yang semodel dengan penjelasan di atas tidak terjadi, menurut saya
memang bukan fanatik namanya. Tidak perlu takut dengan mazhab, semuanya boleh dipilih salah
satu untuk diikuti, sesuai dengan kemantapan hati kita.

Wallahu alam bisshawab.

Masuk log untuk membalas

Admin pada Agustus 4, 2015 pukul 8:49 am

Belajar 1 Mazhab saja sulit pak. Apalagi belajar 4 Mazhab, itu di luar kemampuan kita. Berapa banyak
sih dari kita yang sudah khatam kitab Al Umm yang disusun oleh Imam Syafiie?
Masuk log untuk membalas

Basma Adzim Mutaalli (@mutaalli) pada September 10, 2015 pukul 3:14 am

saya bingung dengan penjelasan ustadz bahwa syai dan thowaf itu amalan orang kafir, setahu saya itu
adalah amalan / manasiknya Nabi Ibrahim dan Ismail, cuma setelah beberapa dekade kaumnya
membuat patung dan gambar orang soleh yang kemudian dijadikan penyembahan dan mengotori
hanifnya agama islam, ibrahim red.
bagaimana itu ustadz?

Masuk log untuk membalas

Admin pada September 11, 2015 pukul 11:22 pm

Syai antara bukit Shafa dan Marwah itu dari Siti Hajar yang berlari2 kebingungan antara mencari air
dengan tangis anaknya Nabi Ismail. Jadi saat itu, itu bukan ibadah pak.

Ada pun kaum kafir melakukan syai itu ada haditsnya:

Para sahabat sempat enggan melakukan syai di Shafa dan Marwa karena takut berdosa mengingat
Shafa dan Marwa adalah bekas tempat berhala dan orang-orang kafir dulu biasa Syai di situ. Mereka
takut tasyabbuh/meniru kebiasaan orang kafir. Namun itu adalah 1 Syiar Islam sehingga Allah
menurunkan ayat di bawah:
Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang
beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara
keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka
sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. [Al Baqarah 158]
Ashim bin Sulaiman bertanya kepada Anas tentang Shafa dan Marwah. Anas berkata: Kami berpndapat
bahwa thawaf antara Shafa dan Marwah adalah upacara di jaman Jahiliyyah, dan ketika Islam datang,
kami tidak melakukannya lagi. Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 158) yang menegaskan hukum
Sai dalam Islam (Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Ashim bin Sulaiman.)
Ibnu Abbas menerangkan bahwa syaitan-syaitan di jaman Jahiliyyah berkeliaran pada malam hari antara
Shafa dan Marwah. Dan di antara kedua tempat itu terletak berhala-berhala mereka. Ketika Islam datang,
berkatalah kaum Muslimn kepada Rasulullah SAW: Ya Rasulullah kami tidak akan berthawaf antara
Shafa dan Marwah, karena upacara itu biasa kami lakukan di jaman Jahiliyyah. Maka turunlah ayat
tersebut di atas (S. 2: 158). (Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Mengubah Tradisi Orang Kafir jadi Satu Tradisi Islam bukan berarti Tasyabbuh atau Bidah. Bisa jadi itu
adalah Syiar Islam. Ini Nabi lakukan dgn mengubah Puasa Asyura yang biasa dilakukan kaum kafir jadi
Puasa Sunnah. Begitu pula dengan mengelilingi Kabah yang biasa dilakukan orang kafir dengan Thawaf:
Orang2 Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah pun melakukannya pada
masa jahiliyyah.
Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk
berpuasa. (HSR Bukhari 3/454, 4/102, 244, 7/ 147 Muslim 2/792, dll)
Nabi tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari asyura. Beliau
bertanya:Apa ini? Mereka menjawab:Sebuah hari yg baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan
Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur.
Maka beliau (rasulullah) menjawab:Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka
kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu. (HSR Bukhari
4/244, 6/429)

Masuk log untuk membalas

Batrisyia Herbal (@AgenBatrisyia) pada Oktober 19, 2015 pukul 2:00 am

Ustadz yang di rahmati Allah, di salah satu situs wahabi, saya melihat mereka mencantumkan hadist ini
(saya kutip):

Sesungguhnya iman itu akan kembali ke Madinah sebagaimana ular akan kembali ke lobangnya (HR
Al-Bukhari dan Muslim)

Apakah dari hadist ini bisa kita simpulkan, kalau untuk belajar agama apakah kita sebaiknya merujuk ke
kota nabi tersebut? Sedangkan disisi lain banyak kalangan muslim yang selalu menuduh di negara arab
saudi penuh dengan hal2 negatif seperti negeri wahabi dll, bagaimana kaitannya dengan hadist ini
ustadz?

Masuk log untuk membalas

Admin pada Oktober 19, 2015 pukul 6:15 am

Kalau sebelum Madinah (Hijaz) diserbu Kerajaan Najd tahun 1925 bagus pak belajar di Madinah.
Pahamnya masih asli dari Nabi. Tapi setelah diserbu kerajaan Najd, pahamnya jadi berubah pakai
paham Najd:

Ibnu Umar berkata, Nabi berdoa, Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan Yaman kami. Mereka
berkata, Terhadap Najd kami. Beliau berdoa, Ya Allah, berkahilah Syam dan Yaman kami. Mereka
berkata, Dan Najd kami. Beliau berdoa, Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah,
berkahilah kami pada negeri Yaman. Maka, saya mengira beliau bersabda (Najd) pada kali yang ketiga,
Di sana (Najd) terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula
munculnya tanduk setan. [HR Bukhari]

Selain itu meski Dajjal tidak bisa masuk Madinah, namun saat terjadi 3 goncangan orang2 kafir dan
munafik akan keluar dari Madinah. Artinya saat ini banyak orang2 kafir dan munafik diam di kota
Madinah. Copet saja banyak:

Dari Anas r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: Tiada suatu negeripun melainkan akan diinjak oleh
Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu lorongpun dari lorong-lorong Makkah
dan Madinah itu, melainkan di situ ada para malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya.
Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu tanah yang berpasir -di luar Madinah- lalu kota Madinah
bergoncanglah sebanyak tiga goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan
akan setiap orang kafir dan munafik. (Riwayat Muslim)
Masuk log untuk membalas

Adfas pada Oktober 20, 2015 pukul 2:32 am

ustadz yang dirahmati Alloh.. ini misalnya ya ustad jika ada keterangan (hadist nabi ) didalam salah satu
dari kitab atau keempatnya dari 4 mazhab kemudian di lemahkan keterangan tersebut oleh imam
bukhory atau muslim gimana neh tanggapan ustaz trims..

Masuk log untuk membalas

Admin pada Oktober 22, 2015 pukul 1:06 am

Insya Allah hadits dari Imam Mazhab yang hidup lebih awal dari perawi hadits itu lebih murni dan
lebih kuat.
Imam Bukhari (lahir tahun 196 H) dan Imam Muslim (lahir tahun 204 H) saja konsekwen ikut
Mazhab Syafiie (lahir tahun 150 H). Artinya mereka mengakui hadits Imam Syafiie lebih kuat
daripada kitab Shahih mereka.

Masuk log untuk membalas

Fazar Riez pada Desember 6, 2015 pukul 6:46 am

Pak Ustadz yang semoga dirahmati Allah SWT


jujur Saya belum memahami mengenai permasalahan Mazhab yang sesungguhnya.
Karna di Negara Kita ini Madzhab identik dengan sebuah Aliran dalam Islam. Contoh yang
Saya ketahui aliran Sunnah Wa al-jamaah
mengikuti Mazdhab Imam Hanafi
lalu pertanyaan Saya, apakah beraliran dalam islam itu diperbolehkan ?

Mohon maaf apabila ada kata Saya yang salah

Admin pada Januari 18, 2016 pukul 3:07 am

Suka tidak suka, ada banyak aliran dalam Islam. Ada yang lurus. Ada yang sesat.
Sebaik2 paham adalah Mazhab seperti Syafiie yang muncul pada 2 abad pertama Islam.
Saat itu Islam masih murni dan lurus. Mereka merumuskan hukum selain dari Al Quran dan
Hadits juga dari praktek ibadah dari anak dan cucu sahabat Nabi. Jadi sanad ilmunya itu
sampai ke Nabi. Hadits yang dikuasai para Imam Mazhab itu bisa 1 juta hadits yang
kemudian mereka rumuskan dalam mazhab mereka.

Kalau sekarang, tinggal 100.000 hadits saja. Itu pun banyak yang tidak murni lagi.
Athen Adi pada Oktober 21, 2015 pukul 8:01 pm

1 pertanyaan dari Allah SWT .. maka 1000 jawaban dari manusia, 1 ketentuan Allah SWT, 1000 makna
yang ditafsirkan oleh manusia, karena Qolamullah adalah Nur yang hanya mampu diterima oleh Nur juga
yaitu Nur nya Rosullullah SAW, sedangkan manusia dengan segala hawa nafsunya mengotori Nur
Qolbunya sendiri jadi mungkin tidak mampu melihat, mencerna, mentafsirkan,atau bahkan mungkin
menerima Nur Qolamullah, jadi pada dasarnya kesucian Qolbu/hati sebagai wadah dari Nurnya Allah
SWT sangat jelas apakah kita mampu memahami dari Maksud, makna, tujuan, Allah SWT terhadap
Manusia.

contoh :
ada satu benda terlihat , orang indonesia mneyebutnya pisang, orang inggris menyebutnya banana,
orang sunda menyebutnya Cau dan yang lainnya mnyebutnya dengan suara dan bahasa yang berbeda-
beda , artinya dari bahasa dan suara saja sudah berbeda-beda.
kemudian dari rasa apakah kita bisa menjabarkannya dengan maksud yang sama,
kemudian kandungannya ada yang dianjurkan untuk dikonsumsi karena alasan bahkan ada yang
melarangnya karena alasan kesehatan juga. misalkan alergi atau mungkin mencret-mencret.
waktu kadaluarsa mengkonsumsinya pun berbeda beda.

nah jadi jelas sekali semuanya sangat bergantung kebijaksanaan kita memaknai segala sesuatu.

jangankan kita yang hidup tanpa bertemu Rosullullah SAW, manusia yang hidup bersamaan dengan
Rosull SAW pun setelah Rosullullah SAW meninggal saling berselisih paham bahkan sampai perang satu
sama lainnya.

artinya ketika mencari kesucian, kebenaran, dari prilaku dan perkataan Rosullullah SAW, hanya hati yang
didalamnya sudah bersemayam NUR ILLAHIYAH, yang mampu karena jawaban dari semuannya
diberikan langsung oleh NUR ALA NURRON.

INSYA ALLAH

Masuk log untuk membalas

jafalfarony pada November 1, 2015 pukul 7:59 am

Kalau kita mengerjakan ibadah haji itu syarat dan shanya ibadah haji itu ada syai, bukan begitu pak
ustadz.?

Masuk log untuk membalas

Bambang Suprayitno pada Februari 13, 2016 pukul 12:36 pm

yang penting masing2 pengikut mahzab saling menghormati dan tidak boleh saling menyalahkan dan
tidak boleh merasa paling benar lebih baik perbanyak amal soleh sebagai bekal di akherat .
Masuk log untuk membalas

Mohammad Ridwan pada Maret 18, 2016 pukul 6:45 pm

Syukron ustadz atas penjelasannya, semoga Alloh SWT merahmati anda cuma terus terang karena saya
masih terlalu awam masih bingung
saya sering lihat sebuah hadits itu di sebutkan HR.Fulan misal HR Ahmad maksudnya hadits yang
diriwayatkan oleh imam Ahmad kan? yang dikumpulkan dalam musnadnya.

Nah klo imam Syafii apakah disebutkan HR Syafii atau bagaimana soalnya rasa-rasanya saya belum
pernah mendengar/melihat tulisan HR Syafii di belakang sebuah hadits (karena saya fakir ilmu).

Kemudian mengapa dalam artikel di atas ustadz menukil hadits2 bukhari & muslim apakah hadits2 yang
matannya seperti itu tidak ada di musnad-musnad imam 4 madzhab? kalau ada bukankah sebaiknya
menampilkan hadits dari imam 4 madzhab saja karena menurut ustadz keempat imam mazhab itu hidup
di zaman yang lebih dekat ke Rasulullah SAW dibanding Imam Bukhari dan Imam Muslim, maka hadits
mereka lebih kuat dan lebih terjamin keasliannya ketimbang di masa-masa berikutnya

mohon penjelasannya

Masuk log untuk membalas

Admin pada Maret 31, 2016 pukul 5:09 am

Imam Syafiie yang lahir tahun 150 H itu justru guru dari Imam Ahmad yang lahir tahun 164 H. Imam
Syafiie itu hafal Al Quran saat umur 7 tahun dan hafal kitab Hadits Al Muwaththo yg disusun Imam
Malik pada umur 10 tahun. Imam Syafiie menguasai 1 juta hadits dan juga praktek ibadah generasi cucu
dari sahabat (Tabiit tabiin).

Dari situlah beliau menyusun kitab Fiqih Al Umm seperti cara sholat, puasa, dsb. Ini dibuat sistematis,
dan tertib. Jadi dgn membaca kitab Al Umm dan berguru pada guru yang bermazhab Syafiie, anda bisa
sholat.

Kalau anda cuma baca kitab Bukhari dan Muslim, tidak akan bisa sholat.Coba saja. Imam Bukhari dan
Muslim pun meski mereka menguasai 300 ribu hadits lebih, tetap bermazhab Syafiie. Jadi tidak
memakai hadits yang mereka tulis.

Hadits Bukhari dan Muslim dipakai selama tidak bertentangan dgn ajaran Imam Mazhab.

Masuk log untuk membalas

R Hadimi Sakih pada April 8, 2016 pukul 5:13 pm

Luar biasa penjelasan ustadz, kalau kita telisik penjelasan ustadz diatas mengacu pada pendekatan
islamologi, artinya urut-urutan mulai dari Zaman Nabi Muhammad, para Sahabat, para Imam/Mazhab
dan para ahli Hadis. Artinya agar kita paham dan mempermudah untuk pemahaman tentang ajaran
islam selain Alquran.Kita diberi pemahaman hulunya dulu baru ke muaranya, yang kita suka disesatkan
oleh banyak orang seolah-olah para ahli hadislah yang paling benar.

Masuk log untuk membalas

Media Islam

Maulid dan Haul Ustad Zarkasyi dan Abdul Fattah Di Madrasah At Tarbiyyah Al Islamiyyah di Jl Pedati Jakarta Timur
Buku Membangun Iman di Zaman Modern
Buku Membangun IMAN Di Zaman Modern oleh Agus Nizami

Ayo Infaq Dakwah

Rekening BCA 0061947069 a/n Nizami

Munatour - Haji dan Umrah Sesuai Sunnah

Jual Nasi Kebuli Jakarta

Siapa Calon Gubernur DKI Jakarta Pilihan


Anda?

Adhyaksa Dault

Ahmad Dhani

Ahok

Sandiaga Uno

Yusril Ihza
Mahendra

Ustad Yusuf
Mansur

Vote

View Results Polldaddy.com


Diskusi Islam
Nahdlatul Ulama

LAZIS NU

KMNU

Website Islam ASWAJA

INFO ZAMAN

Demo Buruh Tuntut Naikkan UMR?


Kenapa Arab, Jepang, Korsel Kaya dan Indonesia Miskin?
Menkeu: Tarif Pajak Penghasilan di Indonesia Terlalu Rendah
Film TV Zaman Dulu (70-an) di TVRI
Cara Pakai WhatsApp di Laptop atau Komputer PC

All About LIfe

My Google Adsense Earnings Made Me Laugh... :)


Saudi Arabia Demand Russia Stop Bombing ISIS while Saudi Bombs Yemen for Months
Some Don'ts in Google Adsense
How Come Google Adsense Earning Become So Low?
How to Save Space in Using WhatsApp

Nabi: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan
mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat
anak panah melesat dari busurnya. Sungguh jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti
terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Buat yang ingin gabung ke grup Islam silahkan klik: https://www.facebook.com/groups/mediaislam Dan klik
Join/Gabung....
Ummati Press
Salafy Tobat

Kabar Islam

Kabar Islam
123rb suka

Sukai Halaman

1 teman menyukai ini

Kabar Islam
Kemarin pukul 12:25

Oh begini toh kelakuannya


ya? Mau sewa sniper buat
tembak mati Habib Rizieq
Syihab?
Tolong polisi tangkap
orang ini.
Soalnya sudah
mengancam melakukan
pembunuhan.
Ayo kita sebarkan fotonya
dan namanya. Cari
alamatnya....
Lihat Selengkapnya

Syiar Islam

Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Meta

Mendaftar
Masuk log
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com

Kategori

Akhir Zaman (10)


Akhlaq (46)
Aliran Islam (145)
Hizbut Tahrir (5)
Ikhwanul Muslimin (67)
Khawarij (38)
Syi'ah (41)
Aliran Sesat (222)
Bid'ah (14)
Liberal (3)
Wahabi (183)
Amal Shaleh (1)
Bulan Ramadhan (1)
Dakwah (60)
Dosa (2)
Dunia Islam (187)
Arab Saudi (13)
Cina (1)
Iran (8)
Libya (10)
Mesir (41)
Palestina (4)
Suriah (86)
Turki (5)
Yaman (7)
Ekonomi (13)
Riba (1)
English (10)
FITNAH (25)
Google Ads (1)
Haji (1)
Hari Akhir (3)
Holocaust (1)
HT (1)
Hukum (6)
Ilmu (2)
Iman (14)
Indonesia (26)
Internasional (6)
Islam (45)
Puasa (5)
israel (9)
Jihad (24)
Kabar Islam (3)
Kebiadaban Israel (3)
Kejahatan (7)
Kemiskinan (2)
Kesehatan (5)
Kesesatan (5)
Khilafiyyah (1)
Kitab Suci (1)
Kristenisasi (6)
Larangan (1)
Media Massa Islam (3)
Mubazir (7)
Nahdlatul Ulama (1)
Pemimpin Islam (12)
Pendidikan (1)
Pengajian (5)
Penjajahan AS (12)
Pentingnya BerMazhab (2)
Politik (3)
Pornografi (4)
Sedekah (2)
Siyasah (3)
Syi'ah Sesat (2)
Syiar Islam (3)
Tawuran (1)
Toleransi Beragama (3)
Uncategorized (51)
Undangan Pengajian (1)
Zakat (3)

Blogroll

WordPress.com
WordPress.org

RSS Feed

RSS - Pos
RSS - Komentar

View Full Site

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai