Anda di halaman 1dari 23

Kenapa Imam Mazhab Tidak Pakai Hadits Bukhari

dan Muslim?
Posted on April 9, 2015 by Admin

Kenapa para Imam Mazhab seperti Imam Malik tidak memakai hadits Sahih Bukhari dan Sahih
Muslim yang katanya merupakan 2 kitab hadits tersahih? Untuk tahu jawabannya, kita harus
paham sejarah. Paham biografi tokoh2 tsb.

Imam Malik lahir tahun 93 Hijriyah. Sementara Imam Bukhari lahir tahun 196 H dan Imam
Muslim lahir tahun 204 H. Artinya Imam Malik sudah ada 103 tahun sebelum Imam Bukhari
lahir. Paham?

Apakah hadits para Imam Mazhab lebih lemah dari Sahih Bukhari dan Sahih Muslim?

Justru sebaliknya. Lebih kuat karena mereka lebih awal lahir daripada Imam Hadits tsb.

ْ &ُ‫&ونَ ُه ْم ثُ َّم الَّ ِذيْنَ يَل‬


Rasulullah SAW bersabda, ‫&ونَ ُه ْم‬ ْ &ُ‫س قَ& ْ&رنِ ْي ثُ َّم الَّ ِذيْنَ يَل‬
ِ ‫“ َخ ْي & ُر النَّا‬Sebaik-baik manusia
adalah pada kurunku (Sahabat), kemudian yang sesudahnya (Tabi’in), kemudian yang
sesudahnya (Tabi’ut Tabi’in).”[HR. Al-Bukhari no. 2652 dan Muslim no. 2533 ]

Siapakah pengikut ulama SALAF sebenarnya?

1) Imam Hanafi lahir:80 hijrah

2) Imam Maliki lahir: 93 hijrah

3) Imam Syafie lahir:150 hijrah

1
4) Imam Hanbali lahir:164 hijrah

Jadi kalau ada manusia akhir zaman yang berlagak jadi ahli hadits dgn menghakimi pendapat
Imam Mazhab dgn Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, ya keblinger. Hasil “ijtihad” mereka pun
berbeda-beda satu sama lain…

Biar kata misalnya menurut Sahih Bukhari misalnya sholat Nabi begini2 dan beda dgn sholat
Imam Mazhab, namun para Imam Mazhab seperti Imam Malik melihat langsung cara sholat
puluhan ribu anak2 sahabat Nabi di Madinah. Anak2 sahabat ini belajar langsung ke Sahabat
Nabi yang jadi bapak mereka. Jadi lebih kuat ketimbang 2-3 hadits yang diriwayatkan Imam
Bukhari 100 tahun kemudian.

Imam Bukhari dan Imam Muslim pun meski termasuk pakar hadits paling top, tetap bermazhab.
Mereka mengikuti mazhab Imam Syafi’ie. Ini adalah Imam Hadits yang mengikuti Mazhab
Syafi’ie: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasa’i, Imam Baihaqi, Imam Turmudzi, Imam
Ibnu Majah, Imam Tabari, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam Abu Daud, Imam Nawawi,
Imam as-Suyuti, Imam Ibnu Katsir, Imam adz-Dzahabi, Imam al-Hakim.

Lho apa kita tidak boleh mengikuti hadits Shahih Bukhari, Shahih Muslim, dsb? Ya boleh
sebagai pelengkap. Tapi jika ada hadits yang bertentangan dengan ajaran Imam Mazhab, yang
kita pakai adalah ajaran Imam Mazhab. Bukan hadits tsb. Wong para Imam Hadits saja kan
mengikuti Mazhab Syafi’ie? Tidak pakai hadits mereka sendiri?

https://kabarislamia.com/2014/12/13/siapakah-ulama-salaf-dan-pengikut-salaf-sebenarnya/

Menurut Ustad Ahmad Sarwat, Lc., MA, banyak orang awam yang tersesat karena mendapatkan
informasi yang sengaja disesatkan oleh kalangan tertentu yang penuh dengan rasa dengki dan
benci. Menurut kelompok ini Imam Mazhab yang 4 itu kerjaannya cuma merusak agama dengan
mengarang-ngarang agama dan menambah-nambahi seenaknya. Itulah fitnah kaum akhir zaman
terhadap ulama salaf asli.

Padahal Imam Mazhab tsb menguasai banyak hadits. Imam Malik merupakan penyusun Kitab
Hadits Al Muwaththo. Dengan jarak hanya 3 level perawi hadits ke Nabi, jelas jauh lebih murni
ketimbang Sahih Bukhari yang jaraknya ke Nabi bisa 6-7 level. Begitu pula Imam Ahmad yang
menguasai 750.000 hadits lebih dikenal sebagai Ahli Hadits ketimbang Imam Mazhab.

Ada tulisan bagus dari Ustad Ahmad Sarwat, Lc., MA, yaitu:

Penelitian Hadits Dilakukan Oleh Empat Imam Mazhab


http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1410544221&title=benarkah-keshahihan-shahih-hanya-
sebuah-produk-ijtihad.htm

Di antaranya Ustad Ahmad menulis bahwa para imam mazhab yang empat, Abu Hanifah, Malik,
Asy-Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, sama sekali tidak pernah menggunakan hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Kenapa?

2
Pertama, karena mereka lahir jauh sebelum Bukhari (194-265 H) dan Muslim (204-261 H)
dilahirkan. Sementara Imam Malik wafat sebelum Imam Bukhari lahir. Begitu pula saat Imam
Syafi’ie wafat, Imam Bukhari baru berumur 8 tahun sementara Imam Muslim baru lahir. Tidak
mungkin kan para Imam Mazhab tsb berpegang pada Kitab Hadits yang belum ada pada
zamannya?

Kedua, menurut Ustad Ahmad, karena keempat imam mazhab itu merupakan pakar hadits paling
top di zamannya. Tidak ada ahli hadits yang lebih baik dari mereka.

Ketiga, karena keempat imam mazhab itu hidup di zaman yang lebih dekat ke Rasulullah SAW
dibanding Imam Bukhari dan Imam Muslim, maka hadits mereka lebih kuat dan lebih terjamin
keasliannya ketimbang di masa-masa berikutnya.

Dalam teknologi, makin ke depan makin maju. Komputer, laptop, HP, dsb makin lama makin
canggih. Tapi kalau hadits Nabi, justru makin dekat ke Nabi makin murni. Jika menjauh dari
zamannya, justru makin tidak murni, begitu tulis Ustad Ahmad Sarwat.

Keempat, justru Imam Bukhari dan Muslim malah bermazhab Syafi’ie. Karena hadits yang
mereka kuasai jumlahnya tidak memadai untuk menjadi Imam Mazhab. Imam Ahmad berkata
untuk jadi mujtahid, selain hafal Al Qur’an juga harus menguasai minimal 500.000 hadits. Nah
hadits Sahih yang dibukukan Imam Bukhari cuma 7000-an. Sementara Imam Muslim cuma
9000-an. Tidak cukup.

Ada beberapa tokoh yang anti terhadap Mazhab Fiqih yang 4 itu kemudian mengarang-ngarang
sebuah nama mazhab khayalan yang tidak pernah ada dalam sejarah, yaitu mazhab “Ahli
Hadits”. Seolah2 jika tidak bermazhab Ahli Hadits berarti tidak pakai hadits. Meninggalkan
hadits. Seolah2 para Imam Mazhab tidak menggunakan hadits dalam mazhabnya. Padahal
mazhab ahli hadits itu adalah mazhab para ulama peneliti hadits untuk mengetahui keshahihan
hadits dan bukan dalam menarik kesimpulan hukum (istimbath).

Kalaulah benar pernah ada mazhab ahli hadits yang berfungsi sebagai metodologi istimbath
hukum, lalu mana ushul fiqihnya? Mana kaidah-kaidah yang digunakan dalam mengistimbath
hukum? Apakah cuma sekedar menggunakan sistem gugur, bila ada dua hadits, yang satu kalah
shahih dengan yang lain, maka yang kalah dibuang?

Lalu bagimana kalau ada hadits sama-sama dishahihkan oleh Bukhari dan Muslim, tetapi isinya
bertentangan dan bertabrakan tidak bisa dipertemukan?

Imam Syafi’ie membahas masalah kalau ada beberapa hadits sama-sama shahihnya tetapi
matannya saling bertentangan, apa yang harus kita lakukan? Beliau menulis kaidah itu dalam
kitabnya : Ikhtilaful Hadits yang fenomenal.

Cuma baru tahu suatu hadits itu shahih, pekerjaan melakukan istimbath hukum belum selesai.
Meneliti keshahihan hadits baru langkah pertama dari 23 langkah dalam proses istimbath hukum,
yang hanya bisa dilakukan oleh para mujtahid.

3
Entah orientalis mana yang datang menyesatkan, tiba-tiba muncul generasi yang awam agama
dan dicuci otaknya, dengan lancang menuduh keempat imam mazhab itu sebagai  bodoh  dalam
ilmu hadits. Hadits shahih versi Bukhari dibanding-bandingkan secara zahir dengan pendapat
keempat mazhab, seolah-olah pendapat mazhab itu buatan manusia dan hadits shahih versi
Bukhari itu datang dari Allah yang sudah pasti benar. Padahal cuma Al Qur’an yang dijamin
kebenarannya. Hadits sahih secara sanad, belum tentu sahih secara matan. Meski banyak hadits
yang mutawattir secara sanad, sedikit sekali hadits yang mutawattir secara matan. Artinya
susunan kalimat atau katanya sama persis.

Orang-orang awam dengan seenaknya menyelewengkan ungkapan para imam mazhab itu dari
maksud aslinya : “Bila suatu hadits itu shahih, maka itulah mazhabku”. Kesannya, para imam
mazhab itu tidak paham dengan hadits shahih,  lalu menggantungkan mazhabnya kepada orang-
orang yang hidup dua tiga abad sesudahnya.

Padahal para ulama mazhab itu menolak suatu pendapat, karena menurut mereka hadits yang
mendasarinya itu tidak shahih. Maka pendapat itu mereka tolak sambil berkata,”Kalau hadits itu
shahih, pasti saya pun akan menerima pendapat itu. Tetapi berhubung hadits itu tidak shahih
menurut saya, maka saya tidak menerima pendapat itu”. Yang bicara bahwa hadits itu tidak
shahih adalah profesor ahli hadits, yaitu para imam mazhab sendiri. Maka wajar kalau mereka
menolaknya.

Tetapi lihat pengelabuhan dan penyesatan dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif.
Digambarkan seolah-olah seorang Imam Asy-Syafi’i itu tokoh idiot yang tidak mampu
melakukan penelitian hadits sendiri, lalu kebingungan dan menyerah menutup mukanya sambil
bilang,”Saya punya mazhab tapi saya tidak tahu haditsnya shahih apa tidak, jadi kita tunggu saja
nanti kalau-kalau ada orang yang ahli dalam bidang hadits. Nah, mazhab saya terserah kepada
ahli hadits itu nanti ya”.

Dalam hayalan mereka, para imam mazhab berubah jadi badut pandir yang tolol dan bloon.
Bisanya bikin mazhab tapi tidak tahu hadits shahih. Sekedar meneliti hadits apakah shahih atau
tidak, mereka tidak tahu. Dan lebih pintar orang di zaman kita sekarang, cukup masuk
perpustakaan dan tiba-tiba bisa mengalahkan imam mazhab.

Cara penyesatan dan merusak Islam dari dalam degan modus seperti ini ternyata nyaris berhasil.
Coba perhatikan persepsi orang-orang awam di tengah kita. Rata-rata mereka benci dengan
keempat imam mazhab, karena dikesankan sebagai orang bodoh dalam hadits dan kerjaanya
cuma menambah-nambahi agama.

Parahnya, setiap ada tradisi dan budaya yang sesat masuk ke dalam tubuh umat Islam, seperti
percaya dukun, tahayyul, khurafat, jimat, dan berbagai aqidah sesat, sering diidentikkan dengan
ajaran mazhab. Seolah mazhab fiqih itu gudangnya kesesatan dan haram kita bertaqlid kepada
ulama mazhab.

Sebaliknya, orang yang harus diikuti adalah para ahli hadits, karena mereka itulah yang
menjamin keshahihan hadits.

4
Ahmad Sarwat, Lc., MA

Baca selengkapnya di:

http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1410544221&title=benarkah-keshahihan-shahih-hanya-
sebuah-produk-ijtihad.htm

Menurut Ustad Ahmad Sarwat Lc, MA,  Hadits di zaman Imam Bukhari yang hidup di abad 3
Hijriyah saja sudah cukup panjang jalurnya. Bisa 6-7 level perawi hingga ke Nabi. Sementara
jalur hadits Imam Malik cuma 3 level perawi. Secara logika sederhana, yang 3 level itu jelas
lebih murni ketimbang yang 6 level.

Jika Imam Bukhari hidup zaman sekarang di abad 15 Hijriyah, haditsnya bisa melewati 40-50
level perawi. Sudah tidak murni lagi. Beda 3 level saja bisa kurang murni. Apalagi yang beda 50
level.

Jadi Imam Bukhari dan Imam Muslim bukan satu2nya penentu hadits Sahih. Sebelum mereka
pun ada jutaan ahli hadits yang bisa jadi lebih baik seperti Imam Malik dan Imam Ahmad karena
jarak mereka ke Nabi lebih dekat.

44 Tanggapan

1.

Iwan, on April 14, 2015 at 3:46 pm said:

Salam kenal dari Jakarta, Maaf mau tanya. Kitab Bukhari dan Muslim sudah banyak baik
cetak dan software, dimana ya saya bisa dapati kitab imam mazhab tersebut? apakah
kajian kitab mereka ada di dalam kitab kuning? Terima kasih.

Balas

5
o

edimaredi, on Februari 8, 2016 at 2:47 am said:

Cobalah anda baca di software kitab kuning ‫( المكتبة الشا ملة‬Almaktab Assyamilah)
komplit dari ulama madzab hanafi, maliki, safi’i, hambali sampai ulama modern
kholaf seperti wahabi, albani, bin Baz semuanya dalam bahasa arab. Apalagi
Bukahri Muslim, tafsir pun banyak. Cobalah belajar bahasa Arab…

Balas

Iwan, on Maret 16, 2016 at 4:10 am said:

Dimana saya dapat download nya?

2.

Wak Ngah Regar, on April 15, 2015 at 2:31 am said:

ANDALAN ALUMNI LIPIA ADALAH HADITS YG DITASHIH OLEH ALBANI, YG


BARU LAHIR KEMARINDOIBANDING DGN IMAM MAZHAB

Balas

Agus Waudi, on Mei 7, 2015 at 2:52 pm said:

iyya kasihan tuh alumni universitas LUMPIA ……baru lulus saja udah ngaku2
“saya ini sebenarnya ustadz……” jjiiieeeeiilleeehhh…..

Balas

3.

famibun, on April 15, 2015 at 1:02 pm said:

jika bukan menggunakan Bukhori muslim lalu apa yng menjadi rujukan orisinalitas
hadits itu datangnya dari Rasul?

6
misal kita mencari tahu kebiasaan makan Rasul atau kebiasaan rasul sebelum tidur.
merujuknya pada hadits yang mana?
terimakasih.

Balas

4.

Admin, on April 17, 2015 at 2:35 am said:

Rujukannya ya Imam Mazhab yg berfatwa berdasarkan Al Qur’an dan Hadits dan juga
amal Ahli Madinah yang merupakan anak/cucu dari sahabat Nabi.
Kalau langsung pakai hadits tanpa lewat Imam Mazhab bisa sesat. Contohnya anda bisa
membiarkan istri anda menyusui pria dewasa lain agar bisa jadi muhrim. Ini haditsnya
ada di Sahih Muslim. Padahal di Al Qur’an jelas La taqrabu zina. Jangan dekati zina.

Dari Zainab binti Ummu Salamah, ia berkata : Ummu Salamah berkata kepada A’isyah,
“Sesungguhnya ada seorang yang sudah baligh keluar-masuk ke (rumah)mu yang aku
sendiri tidak menyukai ia masuk (rumah)ku”. Lalu Aisyah menjawab, “Tidakkah pada
diri Rasulullah SAW ada suri teladan yang baik bagimu ?”. Dan ‘Aisyah berkata (lagi) :
Sesungguhnya istri Abu Hudzaifah pernah berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Salim
keluar masuk (rumah)-ku, sedang ia kini telah dewasa sedangkan pada diri Abu
Hudzaifah ada sesuatu terhadapnya, yang demikian itu bagaimana ?”. Kemudian
Rasulullah SAW bersabda, “Susuilah ia, sehingga ia (boleh) keluar masuk (rumah)mu”.
(Muslim).

http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1354466572&title=benarkah-aisyah-bolehkan-
laki-laki-dewasa-menyusu-pada-wanita-biar-jadi-mahram

Para Imam Mazhab tidak pernah membiarkan pria lain menyusu pada wanita yg bukan
muhrimnya dan juga bukan istrinya. Hadits di atas ada 3 hadits lho di Imam Muslim. Apa
anda mau langsung mengambil hukum dari hadits dan mempraktekkannya?

Balas

5.

Jhoni Warizal, on April 17, 2015 at 5:21 pm said:

http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/05/batas-usia-penyusuan-bayi-yang-dapat.html

Bgaimana pendapat ustadz..

Balas

7
o

Admin, on April 20, 2015 at 3:21 am said:

Hadits ini meski sahih secara sanad, namun matan (isi) bertentangan dgn Al
Qur’an dan hadits2 lainnya:
Dari ‘Aisyah, ia berkata : “Telah datang Sahlah binti Suhail kepada Nabi SAW. Ia
berkata : ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah melihat ketidaksenangan
pada wajah Abu Hudzaifah dengan masuknya Saalim’. Maka Nabi SAW bersabda
: “Susuilah dia’. Sahlah berkata : “Bagaimana aku menyusuinya, padahal ia
seorang laki-laki yang telah besar/dewasa ?’. Maka Rasulullah SAW tersenyum
dan bersabda : “Sungguh aku telah tahu bahwa ia laki-laki yang telah besar” [HR.
Muslim no. 1453]

Hadits tsb cuma bersumber dari Siti ‘Aisyah ra dan cuma diriwayatkan oleh Imam
Muslim (lahir tahun 204H). Istri2 Nabi yang lain menentang pendapat tsb. Imam
Kitab Hadits lain juga tak ada yg memuat hadits tsb.

Menetek itu (selain bayi) kan mendekati zina, sedang Allah mengharamkan kita
mendekati zina. Buat apa Allah menyuruh wanita berjilbab dan menutupi dada
mereka jika mereka dibolehkan menyusui pria dewasa yang bukan muhrimnya?
Akhirnya akan terjadi perzinahan.

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” [Al Israa’ 32]

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya..”[An Nuur:31]

“Seorang ditusuk kepalanya dengan jarum dari besi adalah lebih baik ketimbang
menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani, no. 16880,
16881)

Balas

6.

Lukman Al-Fasiry, on April 19, 2015 at 11:55 pm said:

Mantab !!! Allahu Akbar !!


Moga artikel ini bisa membuka mata para Ikhwan & Akhwat yg selalu

8
men-“DEWAKAN” Shohih Bukhari Muslim dan mencibir pendapat Ulama Besar Para
Imam Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali).

Balas

7.

Juveholix, on Juni 1, 2015 at 10:37 am said:

mohon maaf saya sangat awam terhadap masalah periwayatan hadist ini, karena yang
saya tahu ketika masih sekolah di MI, MTS, MAN itu kalo di bagian belakang hadist itu
pasti ada HR, misalhnya HR Imam Ahmad, HR Bukhari Muslim dll…nah kalau Imam
Mazhab seperti di atas, itu HRnya bagaimana? Apakah Muttafaq alaih, atau HR Madzhab
Syafii, Hambali, dan seterusnya?

Balas

Admin, on Juni 4, 2015 at 6:07 am said:

Imam Mazhab tsb seperti Imam Malik yg lahir tahun 93 Hijriyah juga menulis
hadits2. Contohnya Kitab Al Muwaththo. Imam Syafi’ie yg lahir tahun150 H pun
menyusun kitab fiqihnya berdasarkan hadits2 dan juga ilmu yang didapat dari
guru ke guru. Guru Imam Malik adalah 900 ulama yang merupakan anak dan
cucu dari sahabat Nabi. Imam Malik adalah guru Imam Syafi’ie. Jadi cara sujud
begini2, cara duduk sholat tahiyat terakhir begini2 itu disusun berdasarkan hadits2
dan juga praktek sholat para ulama yang merupakan anak dan sahabat Nabi. Imam
Bukhari (lahir 196H) dan Imam Muslim (lahir 204H) belum lahir saat itu. Para
Imam hadits ini mengikuti mazhab Syafi’ie.
Muttafaq ‘alaihi artinya hadits yang ada di Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.

Balas

8.

Mukhtar Abdillah, on Juni 3, 2015 at 12:20 am said:

hebat skali mas logikax….smoga qta smua diberi taufik dan hidayah berada d jalan yg
benar…
siapapun yg menyampaikan kebenaran yang shohih trimalah dan amalkan….
yg terpenting amalan bukan bnyaknya hapal hadist…

9
ilmu dan amal….
#berkatabaikataudiam

Balas

9.

Gizca D Priyanka, on Juni 3, 2015 at 2:57 pm said:

Reblogged this on gizcadp.

Balas

10.

ABie Alyasin, on Juni 6, 2015 at 9:30 pm said:

subhanallah,,,,tulisan ini akan menjadi sangat berarti dan luar biasa buat pencerahan
ikhwan dan akhwat terutama yg di “kampus” yg hanya belajar dari mbah google
sangat bermanfaat sekali ustadz…

Balas

11.

Usman Mabrur Siregar, on Juni 8, 2015 at 1:14 pm said:

Bagus kali ustadz penjelasannya.


semoga orang2 yg anti terhadap madzhab tersadarkan dengan tulisan ust.
Ada yg mungkin kurang penjelasan ustadz.
Bukhori dan Muslim ini sesat ya? Sehingga kita nggak bisa jadikan rujukan?
trus kenapa kita masih harus bermadzhab imam yg empat itu?
kenapa nggak 1 madzhab aja?
Imam Hanafi kan lebih dulu hidup dan lebih dekat ke zaman para sahabat..jd bukankah td
logikanya yg lebih dekat itu lebih shohih?
Kenapa imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali nggak bermadzhab kepada Imam
Hanafi?
kenapa Imam yg 3 membuat madzhab sendiri?
apa perbedaan para imam itu dengan imam Hanafi sampe Imam yg lain harus membuat
madzhab sendiri?
Apa juga perbedaanatara imam yg 4 ini?
kalo sama kenapa harus dibedakan?kalo beda kenapa yg lebih baru nggak ngikut yg lebih
dekat dengan zaman Sahabat, yang sudah pasti lebih sahih?

10
Mohon penjelasan dan pencerahannya ustadz.
somoga kita dalam lindungan Allah…

Balas

12.

Admin, on Juni 23, 2015 at 3:26 am said:

Artinya bahkan pakar hadits seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim pun mereka
bermazhab. Mereka mengikuti Mazhab Syafi’ie. Mereka tidak bikin mazhab sendiri.
Jika ada pendapat Imam Mazhab yang berlandaskan Al Qur’an, Hadits, dan Sunnah
Tabi’in dan Tabi’it Tabi’in bertentangan dgn Hadits Bukhari atau Muslim, yang lebih
kuat adalah pendapat Imam Mazhab. Karena hadits mereka lebih murni.
Imam Bukhari dan Imam Muslim yg bermazhab Syafi’ie insya Allah lurus.
Beda dgn kaum akhir zaman yang justru tidak mau bermazhab.

Balas

Ery Hasyem, on Juni 23, 2015 at 8:39 am said:

Assalamualaikum Ustadz…. saya masih kabur dengan penjelasan Ustadz atas


pertanyaan dari saudara Usman Mabrur Siregar…. kenapa imam Malik, Imam
Syafi’i, dan Imam Hambali membuat mazhab sendiri padahal Imam Hanafi lebih
dekat dengan zaman sahabat? mengapa ketiga Imam tersebut tidak mengikuti
mazhab Imam Hanafi?… trus… pertanyaan yang sama kenapa Imam Hanafi
harus membuat madhab? para Tabi’it Tabiin tidak membuat mazhab sedangkan
mereka tidak hidup pada zaman rasul? secara logika seharusnya Ulama-Ulama
zaman Tabi’in dan Tabi’it Tabi’in membuat mazhab tapi mereka tidak membuat
mazhab karena mereka mengikuti Islam Versi Rasulullah… trus makin berlalu
waktu para Ulama berlomba2 mengajari Islam versi mereka masing-masing…
seperti Islam versi Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam
Hambali… ketika ada golongan tertentu ingin memahami Islam Menurut
Rasulullah berdasarkan hadist-hadist shahih dianggap sesat…. saya sendiri jadi
bimbang mana yang harus di ikuti… sementara para pengikut Imam Syafi’i
sekarang terutama di Indonesia memasukkan upacara agama Hindu menjadi
bahagian dari pelaksanaan Islam… apakah ini dianggap lebih Sunnah… padahal
Rasul tidak pernah mencontohkannya… mohon tanggapannya

Balas

11

Anis, on Oktober 15, 2015 at 5:57 am said:

Yang juga perlu dipahami adalah para imam selepas imam hanafi atau
imam abu hanifah, yaitu imam malik, imam syafi’i, dan imam hambali
kesemuanya telah mencapai derajat keilmuan dan kealiman yang setara
dengan imam hanafi. Keempatnya telah mencapai derajat imam mujtahid
mutlaq mustaqil, apa itu pengertiannya silakan anda cari juga sendiri,
insyaAllah ada penjelasan. Dengan derajat tersebut, beliau berempat layak
melakukan ijtihad dalam perkara-perkara agama yang mana kemudian
hasil ijtihadnya beliau sarikan dalam mazhab masing-masing.

Mengapa kemudian harus lahir mazhab yang baru setelah mazhabnya


imam abu hanifah?
Nah ini, sebab ada perbedaan-perbedaan dalam metode ijtihad beliau.
Bagian yang ini juga silakan sambil dipelajari, termasuk membaca sejarah
hidup beliau para imam mazhab ini. Perlu diingat juga ulama-ulama besar
dari mazhab yang lebih awal tidak pernah menyalah-nyalahkan mazhab
yang setelahnya meski hasil ijtihadnya berbeda. Jadi mau mengikuti
mazhab mana dari yang empat itu adalah silakan saja, yang mana pun

boleh. Tidak perlu bingung

Oh iya, agak unik komentar anda di bagian bawah soal penyimpangan


yang anda nisbahkan ke pengikutnya imam syafi’i yang kemudian anda
jadikan alasan kebingungan. Well, gampang sekali lah, dalami saja dulu
pemahaman dari siap-siapa yang anda anggap menyimpang ini. Apakah
memang tidak ada kaitan tuntunannya sama sekali dengan tuntunan nabi
yang diteruskan oleh imam syafi’i? Toh dari komentar anda, saya mengira

anda pun dalam posisi belum bermazhab syafi’i bukan?!

Admin, on Juli 8, 2015 at 5:32 am said:

Wa’alaikum salam wr wb,


Mau tanya apa mau ngeyel?
Para Imam Mazhab tsb justru adalah kelompok tabi’in dan tabi’it tabi’in. Generasi
anak dan cucu sahabat Nabi. Islam masih lurus.
Mazhab Fiqih itu dibuat sehingga kita bisa tahu cara wudlu, sholat, dsb sesuai dgn
wudlu dan sholat Nabi.
Saat kita belajar sholat, kita kan belajar sholat lewat mazhab Fiqih langsung

12
praktek sholat. Kalau buka kitab2 hasits seperti takbir itu hadits Bukhari nomor
berapa, ruku hadits Muslim nomor berapa, ya tidak akan bisa sholat kita.

Masalah tradisi Hindu jadi tradisi Islam sepeti Tahlil misalnya. Itu adalah Syiar
Islam. Zaman dulu orang Indonesia itu Hindu. Kalau para Ulama seperti
Walisongo tidak mengenalkan Islam dgn cara Tahlilan, bisa jadi anda ibadahnya
masih di pura. Bukan di masjid.

Dgn Syiar Islam itu maka melayat keluarga yang meninggal pada hari pertama,
ke7, 40, 100, 1000 hari diisi dgn membaca Tahlil (zikir utama), baca surat Al
Qur’an, dan juga ceramah untuk Syiar Islam.

Nabi juga pernah membuat tradisi orang kafir jadi Syiar Islam. Contoh Sya’ie
antara Shafa dan Marwah itu dulu biasa dilakukan orang kafir. Begitu pula Puasa
Asyura. Nabi menjadikan tradisi orang kafir tsb menjadi Syiar Islam yg sesuai
ajaran Islam.

Ada tidak orang Hindu baca Tahlil: Laa ilaha illallahu? Kalau iya, berarti dia
sudah jadi muslim. Begitu.

Mengubah Tradisi Orang Kafir jadi Satu Tradisi Islam bukan berarti Tasyabbuh
atau Bid’ah. Bisa jadi itu adalah Syiar Islam. Ini Nabi lakukan dgn mengubah
Puasa Asyura yang biasa dilakukan kaum kafir jadi Puasa Sunnah. Begitu pula
dengan mengelilingi Ka’bah yang biasa dilakukan orang kafir dengan Thawaf:
“Orang2 Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah
pun melakukannya pada masa jahiliyyah.
Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan
memerintahkan umatnya untuk berpuasa.” (HSR Bukhari 3/454, 4/102, 244, 7/
147 Muslim 2/792, dll)

Para sahabat sempat enggan melakukan sya’i di Shafa dan Marwa karena takut
berdosa mengingat Shafa dan Marwa adalah bekas tempat berhala dan orang-
orang kafir dulu biasa Sya’i di situ. Mereka takut tasyabbuh/meniru kebiasaan
orang kafir. Namun itu adalah 1 Syiar Islam sehingga Allah menurunkan ayat di
bawah:
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-‘umrah, maka tidak ada
dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang
mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah
Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah 158]
‘Ashim bin Sulaiman bertanya kepada Anas tentang Shafa dan Marwah. Anas
berkata: “Kami berpndapat bahwa thawaf antara Shafa dan Marwah adalah
upacara di jaman Jahiliyyah, dan ketika Islam datang, kami tidak melakukannya
lagi.” Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 158) yang menegaskan hukum
Sa’i dalam Islam (Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari ‘Ashim bin
Sulaiman.)

13
https://kabarislamia.com/2012/04/27/mengubah-tradisi-orang-kafir-menjadi-syiar-
islam/

Balas

13.

Diki Rahmat, on Juni 25, 2015 at 6:04 pm said:

ingat doa ikhwan-akhwat sekalian setiap sholat:


‫اه ِدنَــــا الصِّ َراطَ ال ُمستَقِي َم‬
jgn biarkan kalbu itu keras seperti batu…luluhkan dgn banyak dzikir kalimah toyyibah

Balas

pencothardcore, on Oktober 19, 2015 at 9:02 pm said:

Bener bgt bro, lama2 adu bacok


Adu jotos nih dimari, pada sok bener yah,
Bingung ane..
Niatnya mau belajar jadi ngablu nih,
Yang di tanya apa, yang jawab juga kmana?
Koplak…
Kita muslim bro, masa kudu berantem masalah bginian…!!!
Bedebah berantem ada yg mati, blm tentu ente mati lgsg masuk surga.
Ga selamanya kita bener bro, klo ente merasa paling bener, ente ga usah percaya
tuhan. Selloow bro selloww, kalem aja. Kali aja ada yg lebih bener.

Balas

14.

Adam Alvaro, on Juli 7, 2015 at 1:34 am said:

Kalau yg lbh dekat dg zaman Nabi berarti lbh shohih. Berarti madzhab hanafi n maliki
lbh benar daripada madzhab syafii n madzhab hambali? Kenapa imam syafii membuat
madzhab sendiri padahal beliau murid imam malik? Mohon penjelasannya

Balas

15.
14
Admin, on Juli 8, 2015 at 5:18 am said:

Meski Imam Syafi’ie lahir belakangan dari Imam Malik, namun beliau tetap sezaman dgn
Imam Malik sehingga bisa berguru dgn Imam Malik dan juga guru2 lainnya. Masa
mereka hidup tidak jauh beda. Insya Allah semua benar.
Apakah lebih baik atau tidak, wallahu a’lam. Kan tergantung kecerdasan, keluasan ilmu,
dsb.

Cuma secerdas2 orang, kalau hidup di zaman sekarang ya tidak bisa bikin mazhab yg
lebih baik. Sebab zaman kita sudah jauh dari zaman Nabi. Sudah tidak murni lagi. Zaman
Imam Mazhab, antara mereka dgn Nabi cuma dipisah 1-2 orang saja. Sedang zaman kita,
dipisah oleh 40-50 generasi, terlalu jauh.

Perbedaan itu Sunnah. Misalnya dalam menafsirkan ayat menyentuh wanita membatalkan
wudlu. Imam Syafi’ie berpendapat batal dgn mengacu pada zahir ayat Al Qur’an tsb.
Sementara Imam Mazhab lain berpendapat tidak batal kecuali diikuti nafsu dgn mengacu
hadits ttg itu. Kalau mau hati2, ya ikut Imam Syafi’ie.

Ayat Al Qur’an tangan Allah di atas tangan mereka. Nah bagi yang menafsirkan secara
hakiki dan majazi (kiasan) tafsirannya saja sudah beda. Meski sama2 mengacu pada Al
Qur’an.

Balas

16.

Usup Margono, on Juli 22, 2015 at 7:43 pm said:

Tulisan ini akan merubah dunia,, sungguh sangat memberi kecerahan pikiran dan
ketenangan hati menghapus keraguan,, semoga Alloh membalas anda beserta keluarga
dengan surga,, amin.

Balas

17.

kikizsaban, on Juli 23, 2015 at 5:42 am said:

Mantap tulisannya. Pukulan telak bagi salafi wahabi kacangan yg sok-sok an. Mantap
ustadz. Lanjutkan

Balas

15
18.

Asep Supriadi, on Juli 23, 2015 at 8:11 am said:

terima kasih ustad tanya jawab ini memberi pencerahan buat saya untuk lebih memahami
persoalan hadist nabi dan mazhab2nya….

Balas

19.

Muhammad Yusuf, on Agustus 3, 2015 at 2:10 am said:

Bgmn hukumnya, aku sbg orang awam sangat menghormati para imam mazhab, ttpi aku
tdk fanatik pd salah seorang mazhab saja, jzkllhkhoironkastiro

Balas

Anis, on Oktober 15, 2015 at 5:42 am said:

Mungkin dapat sedikit saya tambahkan. Mengambil satu mazhab saja untuk
dipelajari tidak sama dengan bersikap fanatik. Sebagaimana jawaban dari Admin
di bawah, mengambil satu mazhab saja untuk kita yakini dan ikuti itu untuk
mempermudah kita dalam menjalankan syariat agama.

Fanatik di sini apakah yang anda maksud? Saya takutnya memang ada persepsi
awal yang tidak sama. Yang saya pahami, sikap fanatik itu timbul ketika
menganggap hanya yang diikutinya saja yang benar sementara lainnya salah.
Contoh sederhananya jika mengikuti mazhab syafi’i yang menggunakan qunut,
lalu ia menganggap metode dari mazhab hambali yang tanpa qunut adalah salah,
hanya yang menggunakan qunut lah yang benar; vice versa alias dan sebaliknya.

Selama sikap-sikap fanatik yang semodel dengan penjelasan di atas tidak terjadi,
menurut saya memang bukan fanatik namanya. Tidak perlu takut dengan mazhab,
semuanya boleh dipilih salah satu untuk diikuti, sesuai dengan kemantapan hati
kita.

Wallahu a’lam bisshawab.

Balas

16
20.

Admin, on Agustus 4, 2015 at 8:49 am said:

Belajar 1 Mazhab saja sulit pak. Apalagi belajar 4 Mazhab, itu di luar kemampuan kita.
Berapa banyak sih dari kita yang sudah khatam kitab Al ‘Umm yang disusun oleh Imam
Syafi’ie?

Balas

21.

Basma Adzim Mutaalli (@mutaalli), on September 10, 2015 at 3:14 am said:

saya bingung dengan penjelasan ustadz bahwa syai’ dan thowaf itu amalan orang kafir,
setahu saya itu adalah amalan / manasiknya Nabi Ibrahim dan Isma’il, cuma setelah
beberapa dekade kaumnya membuat patung dan gambar orang soleh yang kemudian
dijadikan penyembahan dan mengotori hanifnya agama islam, ibrahim red.
bagaimana itu ustadz?

Balas

22.

Admin, on September 11, 2015 at 11:22 pm said:

Sya’i antara bukit Shafa dan Marwah itu dari Siti Hajar yang berlari2 kebingungan antara
mencari air dengan tangis anaknya Nabi Ismail. Jadi saat itu, itu bukan ibadah pak.

Ada pun kaum kafir melakukan sya’i itu ada haditsnya:

Para sahabat sempat enggan melakukan sya’i di Shafa dan Marwa karena takut berdosa
mengingat Shafa dan Marwa adalah bekas tempat berhala dan orang-orang kafir dulu
biasa Sya’i di situ. Mereka takut tasyabbuh/meniru kebiasaan orang kafir. Namun itu
adalah 1 Syiar Islam sehingga Allah menurunkan ayat di bawah:
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka
barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-‘umrah, maka tidak ada dosa
baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu
kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan
lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah 158]
‘Ashim bin Sulaiman bertanya kepada Anas tentang Shafa dan Marwah. Anas berkata:
“Kami berpndapat bahwa thawaf antara Shafa dan Marwah adalah upacara di jaman
Jahiliyyah, dan ketika Islam datang, kami tidak melakukannya lagi.” Maka turunlah ayat
tersebut di atas (S. 2: 158) yang menegaskan hukum Sa’i dalam Islam (Diriwayatkan oleh
17
al-Bukhari yang bersumber dari ‘Ashim bin Sulaiman.)
Ibnu Abbas menerangkan bahwa syaitan-syaitan di jaman Jahiliyyah berkeliaran pada
malam hari antara Shafa dan Marwah. Dan di antara kedua tempat itu terletak berhala-
berhala mereka. Ketika Islam datang, berkatalah kaum Muslimn kepada Rasulullah
SAW: “Ya Rasulullah kami tidak akan berthawaf antara Shafa dan Marwah, karena
upacara itu biasa kami lakukan di jaman Jahiliyyah.” Maka turunlah ayat tersebut di atas
(S. 2: 158). (Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Mengubah Tradisi Orang Kafir jadi Satu Tradisi Islam bukan berarti Tasyabbuh atau
Bid’ah. Bisa jadi itu adalah Syiar Islam. Ini Nabi lakukan dgn mengubah Puasa Asyura
yang biasa dilakukan kaum kafir jadi Puasa Sunnah. Begitu pula dengan mengelilingi
Ka’bah yang biasa dilakukan orang kafir dengan Thawaf:
“Orang2 Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah pun
melakukannya pada masa jahiliyyah.
Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan
umatnya untuk berpuasa.” (HSR Bukhari 3/454, 4/102, 244, 7/ 147 Muslim 2/792, dll)
“Nabi tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari
asyura. Beliau bertanya:”Apa ini?” Mereka menjawab:”Sebuah hari yg baik, ini adalah
hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa
pada hari itu sebagai wujud syukur.
Maka beliau (rasulullah) menjawab:”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian
(Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami
terhadap hari itu.” (HSR Bukhari 4/244, 6/429)

Balas

23.

Batrisyia Herbal (@AgenBatrisyia), on Oktober 19, 2015 at 2:00 am said:

Ustadz yang di rahmati Allah, di salah satu situs wahabi, saya melihat mereka
mencantumkan hadist ini (saya kutip):

“Sesungguhnya iman itu akan kembali ke Madinah sebagaimana ular akan kembali ke
lobangnya” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Apakah dari hadist ini bisa kita simpulkan, kalau untuk belajar agama apakah kita
sebaiknya merujuk ke kota nabi tersebut? Sedangkan disisi lain banyak kalangan muslim
yang selalu menuduh di negara arab saudi penuh dengan hal2 negatif seperti negeri
wahabi dll, bagaimana kaitannya dengan hadist ini ustadz?

Balas

24.

18
Admin, on Oktober 19, 2015 at 6:15 am said:

Kalau sebelum Madinah (Hijaz) diserbu Kerajaan Najd tahun 1925 bagus pak belajar di
Madinah. Pahamnya masih asli dari Nabi. Tapi setelah diserbu kerajaan Najd, pahamnya
jadi berubah pakai paham Najd:

Ibnu Umar berkata, “Nabi berdoa, ‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam dan
Yaman kami.’ Mereka berkata, Terhadap Najd kami.’ Beliau berdoa, ‘Ya Allah,
berkahilah Syam dan Yaman kami.’ Mereka berkata, ‘Dan Najd kami.’ Beliau berdoa,
‘Ya Allah, berkahilah kami pada negeri Syam. Ya Allah, berkahilah kami pada negeri
Yaman.’ Maka, saya mengira beliau bersabda (Najd) pada kali yang ketiga, ‘Di sana
(Najd) terdapat kegoncangan-kegoncangan (gempa bumi), fitnah-fitnah, dan di sana pula
munculnya tanduk setan.’” [HR Bukhari]

Selain itu meski Dajjal tidak bisa masuk Madinah, namun saat terjadi 3 goncangan
orang2 kafir dan munafik akan keluar dari Madinah. Artinya saat ini banyak orang2 kafir
dan munafik diam di kota Madinah. Copet saja banyak:

Dari Anas r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada suatu negeripun melainkan
akan diinjak oleh Dajjal, kecuali hanya Makkah dan Madinah yang tidak. Tiada suatu
lorongpun dari lorong-lorong Makkah dan Madinah itu, melainkan di situ ada para
malaikat yang berbaris rapat untuk melindunginya. Kemudian Dajjal itu turunlah di suatu
tanah yang berpasir -di luar Madinah- lalu kota Madinah bergoncanglah sebanyak tiga
goncangan dan dari goncangan-goncangan itu Allah akan mengeluarkan akan setiap
orang kafir dan munafik.” (Riwayat Muslim)

Balas

25.

Adfas, on Oktober 20, 2015 at 2:32 am said:

ustadz yang dirahmati Alloh.. ini misalnya ya ustad jika ada keterangan (hadist nabi )
didalam salah satu dari kitab atau keempatnya dari 4 mazhab kemudian di lemahkan
keterangan tersebut oleh imam bukhory atau muslim gimana neh tanggapan ustaz…
trims..

Balas

Admin, on Oktober 22, 2015 at 1:06 am said:

19
Insya Allah hadits dari Imam Mazhab yang hidup lebih awal dari perawi hadits itu
lebih murni dan lebih kuat.
Imam Bukhari (lahir tahun 196 H) dan Imam Muslim (lahir tahun 204 H) saja
konsekwen ikut Mazhab Syafi’ie (lahir tahun 150 H). Artinya mereka mengakui
hadits Imam Syafi’ie lebih kuat daripada kitab Shahih mereka.

Balas

Fazar Riez, on Desember 6, 2015 at 6:46 am said:

Pak Ustadz yang semoga dirahmati Allah SWT


jujur Saya belum memahami mengenai permasalahan Mazhab yang
sesungguhnya.
Karna di Negara Kita ini Madzhab identik dengan sebuah Aliran dalam
Islam. Contoh yang Saya ketahui aliran Sunnah Wa al-jamaah
mengikuti Mazdhab Imam Hanafi
lalu pertanyaan Saya, apakah beraliran dalam islam itu diperbolehkan ?

Mohon maaf apabila ada kata” Saya yang salah

Admin, on Januari 18, 2016 at 3:07 am said:

Suka tidak suka, ada banyak aliran dalam Islam. Ada yang lurus. Ada
yang sesat.
Sebaik2 paham adalah Mazhab seperti Syafi’ie yang muncul pada 2 abad
pertama Islam. Saat itu Islam masih murni dan lurus. Mereka merumuskan
hukum selain dari Al Qur’an dan Hadits juga dari praktek ibadah dari anak
dan cucu sahabat Nabi. Jadi sanad ilmunya itu sampai ke Nabi. Hadits
yang dikuasai para Imam Mazhab itu bisa 1 juta hadits yang kemudian
mereka rumuskan dalam mazhab mereka.

Kalau sekarang, tinggal 100.000 hadits saja. Itu pun banyak yang tidak
murni lagi.

26.

Athen Adi, on Oktober 21, 2015 at 8:01 pm said:

20
1 pertanyaan dari Allah SWT .. maka 1000 jawaban dari manusia, 1 ketentuan Allah
SWT, 1000 makna yang ditafsirkan oleh manusia, karena Qolamullah adalah Nur yang
hanya mampu diterima oleh Nur juga yaitu Nur nya Rosullullah SAW, sedangkan
manusia dengan segala hawa nafsunya mengotori Nur Qolbunya sendiri jadi mungkin
tidak mampu melihat, mencerna, mentafsirkan,atau bahkan mungkin menerima Nur
Qolamullah, jadi pada dasarnya kesucian Qolbu/hati sebagai wadah dari Nurnya Allah
SWT sangat jelas apakah kita mampu memahami dari Maksud, makna, tujuan, Allah
SWT terhadap Manusia.

contoh :
ada satu benda terlihat , orang indonesia mneyebutnya pisang, orang inggris
menyebutnya banana, orang sunda menyebutnya Cau dan yang lainnya mnyebutnya
dengan suara dan bahasa yang berbeda-beda , artinya dari bahasa dan suara saja sudah
berbeda-beda.
kemudian dari rasa apakah kita bisa menjabarkannya dengan maksud yang sama,
kemudian kandungannya ada yang dianjurkan untuk dikonsumsi karena alasan bahkan
ada yang melarangnya karena alasan kesehatan juga. misalkan alergi atau mungkin
mencret-mencret.
waktu kadaluarsa mengkonsumsinya pun berbeda – beda.

nah jadi jelas sekali semuanya sangat bergantung kebijaksanaan kita memaknai segala
sesuatu.

jangankan kita yang hidup tanpa bertemu Rosullullah SAW, manusia yang hidup
bersamaan dengan Rosull SAW pun setelah Rosullullah SAW meninggal saling
berselisih paham bahkan sampai perang satu sama lainnya.

artinya ketika mencari kesucian, kebenaran, dari prilaku dan perkataan Rosullullah SAW,
hanya hati yang didalamnya sudah bersemayam NUR ILLAHIYAH, yang mampu karena
jawaban dari semuannya diberikan langsung oleh NUR ALA NURRON.

INSYA ALLAH…

Balas

jafalfarony, on November 1, 2015 at 7:59 am said:

Kalau kita mengerjakan ibadah haji itu syarat dan shanya ibadah haji itu ada sya’i,
bukan begitu pak ustadz….?

Balas

21
27.

Bambang Suprayitno, on Februari 13, 2016 at 12:36 pm said:

yang penting masing2 pengikut mahzab saling menghormati dan tidak boleh saling
menyalahkan dan tidak boleh merasa paling benar lebih baik perbanyak amal soleh
sebagai bekal di akherat ….

Balas

28.

Mohammad Ridwan, on Maret 18, 2016 at 6:45 pm said:

Syukron ustadz atas penjelasannya, semoga Alloh SWT merahmati anda cuma terus
terang karena saya masih terlalu awam masih bingung
saya sering lihat sebuah hadits itu di sebutkan HR.Fulan misal HR Ahmad maksudnya
hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad kan? yang dikumpulkan dalam musnadnya.

Nah klo imam Syafi’i apakah disebutkan HR Syafi’i atau bagaimana soalnya rasa-
rasanya saya belum pernah mendengar/melihat tulisan HR Syafi’i di belakang sebuah
hadits (karena saya fakir ilmu).

Kemudian mengapa dalam artikel di atas ustadz menukil hadits2 bukhari & muslim
apakah hadits2 yang matannya seperti itu tidak ada di musnad-musnad imam 4 madzhab?
kalau ada bukankah sebaiknya menampilkan hadits dari imam 4 madzhab saja karena
menurut ustadz keempat imam mazhab itu hidup di zaman yang lebih dekat ke Rasulullah
SAW dibanding Imam Bukhari dan Imam Muslim, maka hadits mereka lebih kuat dan
lebih terjamin keasliannya ketimbang di masa-masa berikutnya

mohon penjelasannya

Balas

29.

Admin, on Maret 31, 2016 at 5:09 am said:

Imam Syafi’ie yang lahir tahun 150 H itu justru guru dari Imam Ahmad yang lahir tahun
164 H. Imam Syafi’ie itu hafal Al Qur’an saat umur 7 tahun dan hafal kitab Hadits Al
Muwaththo yg disusun Imam Malik pada umur 10 tahun. Imam Syafi’ie menguasai 1 juta
hadits dan juga praktek ibadah generasi cucu dari sahabat (Tabi’it tabi’in).

22
Dari situlah beliau menyusun kitab Fiqih Al Umm seperti cara sholat, puasa, dsb. Ini
dibuat sistematis, dan tertib. Jadi dgn membaca kitab Al Umm dan berguru pada guru
yang bermazhab Syafi’ie, anda bisa sholat.

Kalau anda cuma baca kitab Bukhari dan Muslim, tidak akan bisa sholat.Coba saja. Imam
Bukhari dan Muslim pun meski mereka menguasai 300 ribu hadits lebih, tetap bermazhab
Syafi’ie. Jadi tidak memakai hadits yang mereka tulis.

Hadits Bukhari dan Muslim dipakai selama tidak bertentangan dgn ajaran Imam Mazhab.

Balas

30.

R Hadimi Sakih, on April 8, 2016 at 5:13 pm said:

Luar biasa penjelasan ustadz, kalau kita telisik penjelasan ustadz diatas mengacu pada
pendekatan islamologi, artinya urut-urutan mulai dari Zaman Nabi Muhammad, para
Sahabat, para Imam/Mazhab dan para ahli Hadis. Artinya agar kita paham dan
mempermudah untuk pemahaman tentang ajaran islam selain Alquran.Kita diberi
pemahaman hulunya dulu baru ke muaranya, yang kita suka disesatkan oleh banyak
orang seolah-olah para ahli hadislah yang paling benar.

Balas

23

Anda mungkin juga menyukai