Anda di halaman 1dari 11

PRODUK-PRODUK KITAB HADIST : KITAB SHOHEH BUKHORI

DAN KITAB SHOHEH MUSLIM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadist yang dibina oleh

Bpk. Achmad Muzammil Alfan Nasrullah, M. Ag.

DISUSUN

OLEH KELOMPOK 11

M.ARDI (22381041030)

MIFTAHUR RAHMAN (22381041034)

AHMAD ROSI ( 22381041031)

KHOIRUL ROZIQIN (22381041161)

PROGRAM STUDI MANAJAMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah yang


telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyusun dam menyelesaikan makalah yang berjudul “ KITAB SHOHEH BUKHORI
DAN KITAB SHOHEH ” ini dengan baik dan lancar.

Shalawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW. Beliau lah yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju ke zaman islamiyah,
dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang ini. Makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah Ulumul Hadist .Selanjutnya kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada Bapak. Achmad Muzammil Alfan Nasrullah selaku dosen pengampu yang telah
mengajarkan kita dari ilmunya sehingga kita dapat memahami tentang Ilmu KITAB
SHOHEH BUKHORI DAN KITAB SHOHEH MUSLIM.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Dan penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
pembenahan agar dapat menyempurnakan makalah selanjutnya. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Pamekasan, 8 September 2022.

Pamekasan ,24 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………. 1
C. Tujuan …………………………………………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………… 3

A. biografi imam Bukhori................................................................................. 3


B. klasifikasi hadist shahih............................................................................... 3
C. latar belakang penulisan kitab shahih bukhori............................................. 5

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………… 7

A.Kesimpulan ………………………………………………………………………………...7

B.Saran ………………………………………………………………………………………. 7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….. 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis merupakan pedoman kedua dalam agama Islam setelah al-Qur‟an sehingga
banyak sekali upaya yang dilakukan umat Islam sejak masa sahabat untuk menjaga
keotentikannya. Pada awal kenabian, belum ada kodifikasi hadis seperti halnya al-Qur‟an.
Adanya catatan-catatan hadis pada masa Rasulullah Saw. juga masih diperdebatkan,
karena terdapat dua riwayat hadis yang tampak bertentangan. Salah satu riwayat dari
Rasulullah Saw. mengindikasikan adanya larangan penulisan hadis. Namun, ada riwayat
lain dari Rasulullah Saw. yang membolehkan penulisan hadis, dan terjadi kegiatan
penulisan hadis. Pada masa Rasulullah, sahabat yang mampu menulis hanya sedikit,
sedangkan golongan ummi lebih dominan dibandingkan sahabat yang bisa menulis. Dalam
menerima periwayatan hadis dari Rasulullah Saw.

para sahabat lebih banyak mengandalkan hafalannya daripada tulisan. Mayoritas ulama
hadis berpendapat bahwa, hadis telah dicatat oleh para sahabat ketika Nabi Muhammad
masih hidup. Sedangkan para orientalis dan sebagian pemikir muslim modern berpendapat
bahwa, hadis belum dicatat pada masa Rasulullah Saw. Sebagian sahabat ada yang
memiliki tulisan hadis secara pribadi meskipun terdapat hadis-hadis yang saling
bertentangan antara larangan dan izin dalam penulisan hadis. Hanya sedikit dari golongan
sahabat yang menulis hadis seperti „Abdullah ibn „Amr ibn al-„Ash yang diberikan ijin
oleh Rasulullah SAW. untuk menulis hadis. Rasulullah tidak pernah memerintah sahabat
tertentu untuk menulis dan membukukan hadis sebagaimana alQur‟an yang ditulis secara
resmi oleh sekretaris pribadi Rasulullah Saw. Zayd ibn Tsabit. Sedangkan kodifikasi hadis
secara resmi baru terjadi pada masa Khalifah „Umar ibn „Abd al-„Aziz (99 H-101 H)

B.Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah

1. Bagaimana biografi imam Bukhori ?


2. Bagaimana klasifikasi hadist shahih?
3. .Bagaimana latar belakang penulisan kitab shahih bukhori ?

C.Tujuan

1
Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:

1. Untuk mengetahui biografi dari imam Bukhori


2. Untuk mengetahui klasifikasi hadist shahih
3. Untuk mengetahui latar belakang penulisan kitab shahih Bukhori

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi imam Bukhori

Biografi Imam Bukhori Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muẖ.ammad bin Isma’il
bin Ibrahim bin alMughirah bin Bardizbah al-Ju’fi. Al-Bukhari dilahirkan pada hari
Jum’at 13 Syawal 194 H diBukhara, dan meninggal pada tanggal 30 Ramadlan tahun 256
H pada usia 62 tahun. Ayahnyaadalah seorang ahli hadis, yang pernah belajar dibawah
bimbingan sejumlah tokoh termasyhurseperti Malik ibn Anas, Hammad ibn Zaid dan Ibn
Mubarak.

Di saat usianya yang belum mencapai sepuluh tahun, Imam al-Bukhari telah
memulaibelajar hadis. Sehingga pada usia enam belas tahun dia sudah bisa menghafal
matan sekaligusrawi dari beberapa buah kitab karangan Ibn Mubarak dan waqi.Setelah itu
dilanjutkan dengan berkelana mencari hadis ke berbagai kota seperti Syam,Mesir, Jazirah,
Basrah, Hijaz, Baghdad. Di daerah itulah Imam al-Bukhari banyak bergurukepada para
ahli hadis, ia mengatakan “Aku

Menulis hadis dari 1080 orang guru yang semuanya ahli hadis.” Di antaranya adalah Ali
bin al-Madini, Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Yusuf al-Firyabi dan
Ibn Ruhawaih. Setiap guru tersebut diberinya penilaianyang jujur dan tanpa pilih kasih
untuk menetapkan dapat diterima atau tidaknya hadis – hadis yang mereka
riwayatkan.Karena ketekunan, ketelitian dan kecerdasannya dalam mencari, menyeleksi
danmenghafal hadis, serta banyak menulis kitab, menjadikan ia cepat dikenal ahlihadis
dan mendapat sebagai seorang gelar Amir Al-M u’minin fi Al -Hadits. Imam al-Bukhari
juga terkenal sebagai pengarang yang produktif. Diantara karangan-karangannya yang
terkenal yaitu sebagai berikut:

1. Al- Jami’ al -Shahih al-Mukhtasar min Umur Rasul Allah Saw Wa Sunanih wa Ayamih
2. Qadlayas Shahabah Wat-tabi’in
3. Al-Tarȋkh al -Kabir
4. At-Tarikhu’l Ausath
5. Al-‘Adabu’l Munfarid
B. Klasifikasi Hadist shahih
1) Hadist Shahih Li Dhatihi

3
Adalah hadist yang sanadnya bersambung diriwayatkan oleh rijalu Alhadist yang adil
dan sempurna kedabitannya, tidak Shadh dan tidak ber’illat 1

‫ححد ثنا عبد هللا بن يو سفقا ل أ خبر نا ما لك عن ابن شها ب عن ابن شها ب عن محمد بنن خبير بن مطعم عن ابيه قل سمعت رسول‬
‫هللا صئ هللا عليه وسلم قر افي االمغر ب بالطو ر‬

Hadist ini dinamakan hadis shahih li dhatihi karena:

a) Sanadnya muttasil: semua periwayatnya mendengar hadist langsung dari gurunya.


b) para periwayatnya semua adil, sempurna dabitnya, dan menjaga muruah[kehormatan]
abdulah bin yusuf dijuluki oleh ulama hadist sebagai rijal yang thigah dan muttaqin Malik
bin anas adalah imam muhaddistsin dan fuqaha’, alhafis dan amiru al-mukminin fi al
hadist [hafal semua hadist yang jumlah lebih dari 300.000 hadist]
c) Ibnu sihab az-zuhri adalah faqih, muttaqin, amiru al-mukminin fi al-hadist
d) muhammad bin jabir thiqat.
e) jabir bin muth’im adalah sahabat yang adil dan dhabit.
f) hadistnya tidak bertentangan dengan hadist yang diriwayatkan oleh rijal yang lebih thiqah.
g) Tidak terdapat cacat yang menjelekkan kesahihhan hadist
2) Sahih li ghairi
Hadis shahih ligharih adlah hadis yang sahihnya lantaran dibantu oleh keterangan yang lain.
Jadi pada diri hadis itu belum mencapai kualitas shahih, kemudian ada petunjuk atau dalil lain
yang menguatkannya sehingga hadis tersebut meningkat menjadi shahih li ghairihi.
Syuhudi ismail memberikan contoh sebagai berikut: Misalnya, 2 hadist semakna dan sama-
sama berkualitas hasan lidzatih atau sebuah hadis hasan lidzatih kemudian ada yang
bersesuaian benar dengan hadis tersebut dengan kualitas hadis itu meningkat menjadi hadis
hasan lidzatih li ghairih. Demikian juga bila ada hadis hasan lidzatih maka dilihat dari jurusan
hadis yang tadinya berkualitas hasantersebut menjadilah ia hadis shahih li ghairih.
Sedangyang berkualitas shahih lidzatih tetap berkualitas sebagaimana asalnya. Contoh: lawla
an asyuqqa ‘ala ummatiy la-amartahum bi as-siwak ‘inda kulli shalatin rawahu al-bukharin
‘an abiy hurairah [sekiranya tidak akan memberatkan kepada ummatku, niscahya akan ku
perintahkan untuk siwakan setiap menjelang shalat]
Salah seorang perawi dari sanad hadis ini ada yang bernama Muhammad ibn Amr ibn
‘Alqamah, dia termasuk orang yang kepercayaan, tetapi hafalannya oleh ulama
diperselisihkan kesempurnaannya. Tetapi rawi-rawi yang lain pada saat itu semuanya tsiqah.
Karenanya, kualitas hadis tersebut termasuk hasan lidzatih. Kemudian, ada sanad lain yang

1
Tim Guru Provensi Jawa Timur , Hadis , (Surabaya:Mutiara Ilmu Mojosari Mojokerto, 2012), h.52.

4
membuat hadis tersebut. Alhasih, hadis tersebut meningkat derajadnya menjadi hadis shahih
lighairi.
C. Latar Belakang Penulisan Kitab Shahih Bukhari

Imam al-Bukhari memberi nama kitabnya Al- Jāmi’ al-Musnad al-Shahih al-Mukht ar
min umūri rasūlillāhi allallāhu alahi wa sallām wa Sunanih wa Ayyamih. Menurut
Muhammad „Ajjaj al-Khatib, yang dimaksud dengan kata al- Jāmi’ adalah dalam kitab
tersebut termuat hadis-hadis tentang hukum, keeutamaan amal, tata pergaulan, sejarah dan
kabar yang akan datang. Sedangkan kata al-M usnād mengandung arti bahwa Imam
Bukhari hanya memasukkan hadis-hadis yang sanadnya bersambung sampai Rosululloh,
dan kata al-Shahih dimaksudkan bahwa dalam kitab tersebut tidak dimasukkan hadis-hadis
yang da’if. 8 Meski sudah termasuk luar biasa dalam bidang hadits dan ilmu hadits,
tampaknya Imam Bukhari tidak begitu saja membukukan hadits-hadits nabawi. Ada
beberapa faktor yang mendorong untuk menulis kitab itu, yang menunjuknya bahwa
penulisnya tidak mau berangkat dari kemauannya sendiri. Dosen Tafsir Hadis Fakultas
Ushuludin IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, Studi Kitab Hadis, hlm 47 19 Karenanya
wajar apabila keikhlasan beliau menjadikan kitabnya sebagai rujukan yang paling otentik
sesudah al-Quran. Sementara faktor-faktor itu ialah:

a. Belum adanya kitab hadis yang khusus memuat hadis-hadis sahih yang mencakup
berbagai bidang dan masalah. Pada akhir masa tabiin di saat ulama sudah menyebar ke
berbagai penjuru negeri, hadis-hadis Nabi sudah mulai di bukukan, orang pertama yang
melakukan ini adalah al- Rabi‟ bin abīh w. 160 H, Saīd bin Abū Arubah w. 156 H,
yang mana metode penulisan mereka terbatas pada hal- hal tertentu saja, sampai pada
akhirnya ulama berikutnya menulis hadis lebih lengkap, mereka menulis hadis-hadis
hukum yang cukup luas meskipun tulisan-tulisan mereka masih bercampur dengan
fatwa-fatwa saha bat, tabiin, dan tabi‟ut al-tabiin, seperti: Imām Mālik, Ibnū Juraiz dan
al-Auzai. Kemudian pada abad ke dua ulama mulai menulis hadis secara tersendiri
tanpa dicampuri fatwa-fatwa sahabat maupun tabiin, metode penulisannya berbentuk
musnad dimana disebutkan terlebih dahulu nama sahabat kemudian hadis-hadis yang
diriwayatkan. Ada pula yang menggabungkan antara metode, bab-bab dan metode
musnad seperti yang dilakukan Abū Bakār Syaibah. Namun demikian, kitab-kitab
tersebut masih bercampur antara yang sahih, hasan dan daif. 20 Inilah yang kemudian
menjadi salah satu alasan Bukhari atas inisiatifnya dalam mengumpulkan hadis-hadis
yang sahih saja yang tercover dalam al- Jāmi’ al- ahīh.

5
b. Dorongan sang guru Isḥ āq bin Rahawaih salah seorang guru Imam al-Bukhari pernah
berwasiat kepadanya “Hendaklah engkau menyusun sebuah kitab yang khusus berisi
sunah Rasul yang shahih .” Wasiat keinginan gurunya inilah yang mendorong dan
mengilhami Imam Bukhari untuk menyusun sebuah kitab yang berbeda dari kitab-kitab
yang telah disusun oleh ulama sebelumnya, yaitu dengan cara membukukan hadis-hadis
yang shahih saja. Untuk itu kitab susunannya ia beri judul dengan nama al- Jami’ al-
Musnad al- Shahih”.
c. Dorongan hati Diriwayatkan Muḥ ammād bin Sulaimān bin Faris, Bukhari berkata” aku
bermimpi bertemu Rasulullah saw. aku berdiri di hadapannya sambil mengipasinya
kemudian aku datang pada ahli ta‟bir mimpi untuk menanyakan maksud dari mimpi
itu”, ahli ta‟bir itu mengatakan bahwa “anda akan membersihkan kebohongan-
kebohongan yang dilontarkan pada Rasulullah saw. 11 9 http:al-
ghifaritomaros.blogspot.com201205analisis-kitab-shahih-bukhari.html, diunduh pada
tanggal 20 Mei 2014. 10 Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuludin IAIN Sunan Kalijaga
Jogjakarta, Studi Kitab Hadis, hlm 46-47 11 Dzulmani, Mengenal Kitab-Kitab Hadits,
Yogyakarta: Insan Madani, 2008, hlm. 47. 21 Dan untuk ini, imam al-Bukhari mencari
karya-karya pada masanya dan sebelumnya guna memilah dan memilih hadis yang
sahih penyandarannya kepada Rasulullah saw.C. Metodologi Dan Sistematika
Penulisan Kitab Shahih Al-Bukhari.

6
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan kajian terhadap hadis tentang kebahagiaan riwayat Bukhari dalam
Kitab Shahih Al-Bukhar i pada babbab sebelumnya, maka penulis akhirnya mengambil
kesimpulan sebagai berikut:

1. Adapun redaksi hadis tentang kebahagiaan dalam Kitab Shahi h AlBukhari dari jalur Usman
dan Adam terdapat perbedaan yaitu dari sisi teks hadis. Apabila teks hadis dari jalur Usman
terdapat pengulangan Kalimat, sedangkan teks hadis dari jalur Adam tidak ada kalimat yang
terulang. Serta hadis dari dua jalur tersebut terdapat perbedaan dari segi sanad, walaupun hadis
tersebut sama-sama diriwayatkan dari Ali bin Thalib.
2. Kualitas sanad hadis tentang kebahagiaan adalah shahih. Hal itu berdasarkan pada kajian pada
bab-bab sebelumnya yang diketahui bahwa sanadnya muttashil. Seluruh periwayat dalam jalur
sanad tersebut dinyatakan ṡiqah, hadis tersebut tergolong hadis mu’an’anberdasar sighat
taḥammul yang ada dan menggunakan metode bila makna, demikian halnya dengan matan, hadis
tersebut juga memiliki kualitas matan yang shahih, karena setelah diteliti, matan hadis tersebut
sama sekali tidak bertentangan dengan al-Qur’an, hadis shahih yang lain, akal sehat, indera,
maupun sejarah, redaksinya juga menunjukkan bahwa hadis itu benar-benar telah disabdakan
oleh Nabi SAW. Oleh karena itu, hadis tersebut bisa dijadikan rujukan umat muslim untuk
melaksanakan sunnah Nabi SAW.
3. Adapun makna kebahagiaan yang dimaksud adalah, (i) secara bahasa makna kebahagiaan
didapat atas usaha dan upaya. (ii) berdasarkan realitas historis keimanan umat Islam kadangkala
naik kadangkala turun, jadi Nabi SAW mengingatkan pada umatnya agar tidak menyerah pada
nasib dan terus melaksanakan apa yang diperintahkannya.analisis kekinian bahwasanya semua
perilaku manusia mempunyai.hukum sebab akibat.

B.Saran

Semoga makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memberikan pengetahuan tentang materi yang telah dibahas. Kami menyadari bhwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Tim Guru Provensi Jawa Timur , Hadis , (Surabaya:Mutiara Ilmu Mojosari Mojokerto, 2012), h.52.

Anda mungkin juga menyukai