Anda di halaman 1dari 16

CORAK KITAB HADIS SHOHIHAIN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Hadis

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Koko Komarudin, M.Pd
Dr. Otong Suhendar, Lc., M.Hum

Disusun Oleh:

Nama : Arrijalul Aziz Inayatullah

NIM : 2311001009

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMIS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah dalam mata kuliah Studi Hadis tentang “Corak Kitab
Hadis Shohihain”.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Ciamis, 13 Desember 2023

Peyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan dan Kegunaan............................................................................................
D. Metode Penulisan..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Mengenal Kitab Shohih Bukhari...........................................................................
B. Mengenal Kitab Shohih Muslim............................................................................
C. Corak Kitab Shohihain..........................................................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................................
Kesimpulan................................................................................................................
Saran ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rosulullah


SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan ataupun ketetapannya. Posisi hadis
sangat penting dalam kehidupan Islam, yaitu sebagai pedoman yang
dijadikan petunjuk jalan hidup setelah Al-Qur’an dan sebagai salah satu
sumber hukum Islam. Hadis juga sebagai salah satu pedoma yang
diamanatkan oleh untuk dijadikan sebagai sumber jalan kehidupan.
Sebagaimana sabda beliau :
‫ ِكَت اَب ِهللا َو ُس َّنَة‬: ‫َت َر ْك ُت ِفْيُك ْم َأْم َر ْيِن َلْن َتِض ُّلْو ا َم ا َتَم َّس ْك ُتْم ِبِهَم ا‬
‫َر ُسْو ِلِه‬
Artinya : Aku telah meninggalkan dua perkara dikalangan kalian. Kalian tak
akan sesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Quran)
dan Sunah Nabi (hadis). (HR. Malik).
Kemudian dalam perkembangannya Hadis Nabi yang diriwayatkan
oleh para periwayat ditulis dan dikumpulkan dalam berbagai macam kitab
yang di dalamnya tentunya berisi tentang kumpulan hadis-hadis Nabi. Ada
beberapa periode dalam penulisan kitab hadis, yang semuanya memiliki
karakteristik yang berbeda dalam penulisannya. Kitab-kitab hadis yang
terkenal diantaranya ada kumpulan enam kitab besar memuat hadis-hadis
Shohih. Keenam kitab tersebut ialah: Shohih Bukhari dihimpun oleh al-
Bukhāri, Shohih Muslim dihimpun oleh Muslim bin Hajjaj, Sunan an-Nasa'i
atau disebut juga As-Sunan As-Sughra dihimpun oleh an-Nasa'i, Sunan Abu
Dawud dihimpun oleh Abu Dawud, Jami at-Tirmidzi dihimpun oleh at-
Tirmidzi dan Sunan ibnu Majah dihimpun oleh Ibnu Majah.
Dalam makalah ini akan dijelaskan secara spesifik mengenai kitab
hadis yang paling masyhur, yang selalu dijadikan referensi oleh banyak
ilmuan muslim khususnya. Ialah kitab Shohih Bukhari dan kitab Shohih
Muslim atau yang kita kenal degan sebutan kiitab Shohihain. Karena
menurut penulis jumlah hadis Shohih terbanyak ada dalam kitab tersebut.

1
Untuk itu maka perlu kajian khusus membahas materi tersebut guna
memberikan informasi yang memadai mengenai hal tersebut, mengingat
kajian ini sangat penting untuk memahami sejarah penulisan dan corak kitab
hadis Shohihain. Berdasarkan hal tersebut maka penulis merasa perlu untuk
menyusun sebuah makalah pendek dengan judul “Corak Kitab Hadis
Shohihain”.
Makalah ini tentu saja bukan makalah yang sangat sempurna dan
tidak ada kesalahan sama sekali, atas hal tersbut penulis meminta maaf atas
segala kesalahan yang ada dalam kmakalah ini, serta mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk penyusunan makalah-makalah
setelahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis kitab Shohih Bukhari?
2. Bagaimana analisis kitab Shohih Muslim?
3. Bagaimana corak kitab Shohihain?
C. Tujuan
1. Untuk menganalisa tentang kitab Shohih Bukhari.
2. Untuk menganalisa tentang kitab Shohih Muslim
3. Untuk memahami corak kitab Shohihain.
D. Metode penulisan
Metode penulisan dalam menyusun makalah ini adalah menggunakan
metode analisis dekriptif dari berbagai sumber.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengenal Kitab Hadis Shohih Bukhari


1. Biografi Imam Bukhari
Imam Bukhari memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad
bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ju’fi. Beliau dilahirkan hari
Jum’at, 13 Syawal 194 H di Bukhara. Ayahnya, Isma’il, adalah seorang
ulama hadits pula yang berguru pada sejumlah ulama termasyhur, seperti
Malik bin Anas, Hammad bin Zaid dan Ibn Mubarak. Ia meninggal
ketika Bukhari masih kecil. Riwayat hidupnya ditulis oleh Ibn Ḥibban
dalam kitab al-Ṡiqah dan oleh putranya, Imam Bukhari dalam kitab al-
Tarīkh al-Kabīr. (Muhammad Abu Syuhbah, 1993). Bukhari tergolong
hidup dalam keluarga terpandang. Di samping beliau anak dari seorang
ulama yang disegani, secara ekonomis beliau juga tergolong anak orang
kaya. Namun saat Bukhari remaja orang tuanya meninggal dunia. Kakek
Imam al-Bukhari yang bernama Bardizbah beragama Majusi, sedang
kakeknya yang bernama Ibrahim tidak jelas agamanya. Ayahnya Isma’il
adalah ulama besar bidang hadis. Imam al-Bukhari belajar hadis dari
Hammad ibn Zayd dan Imam Malik. Riwayat hidupnya ditulis oleh Ibn
Hibban dalam kitab al-Itqan, begitu juga putra Imam al- Bukhari,
menulis riwayatnya dalam al-Tarih al-Kabir. Ia wafat di Samarqand
malam Sabtu tanggal 30 Ramadan tahun 256 Hijrah. (Al-Khatib, 1989)
Sejak usia 10 tahun, ia telah banyak menghafal hadis, tetapi belum
cukup baginya sehingga ia berusaha menemui para ulama’ dan imam di
negerinya untuk belajar hadis, bertukar pikiran dan berdiskusi dengan
mereka. Belum genap umur 16 tahun, ia sudah hafal kitab Ibn Mubarak
dan Waki’, serta memakai pendapat-pendapat ahli ra’yi, dasar- dasar dan
aliran-alirannya. (Muhammad Abu Syuhbah, 1993) Dalam rangka
mencapai tujuannya, Imam al-Bukhari telah melakukan perjalanan ke
berbagai daerah seperti Khurasan, Baghdad, Damaskus, al-Quds dan al-
Fusth. Ketekunan, kecerdasan dan kecintaannya kepada ilmu telah
membantunya mencapai derajat yang tinggi di masanya sehingga
menjadi Imam al-Muslimin dalam bidang hadis. (Ash-Siddieqy, 1993)

3
Ketika ia pergi ke Baghdad. Para ulama’ hadis di Baghdad bersepakat
menguji ulama’ muda yang mulai menanjak kemashhurannya. Ulama’ hadis
tersebut terdiri dari sepuluh orang yang masing-masing akan mengutarakan
sepuluh hadis kepadanya, yang telah ditukar sanad dan matannya. Imam al-
Bukhari diundangnya pada suatu pertemuan umum yang dihadiri oleh para
ahli hadis dari dalam dan luar kota, bahkan juga para ahli hadis dari
Khurasan. Dengan kecemerlangannya ia dapat mengetahui kesalahan letak
sanad dan matan itu, sehingga para ahli hadis yang hadir tercengang dan
harus mengakui kepandaian, ketelitian, dan kekuatan hafalannya dalam
ilmu hadis. (Fatchurrahman, 1991)
Pada masa akhir hidupnya, Imam Bukhari banyak mengalami
kekerasan dan dipaksa oleh pemerintah untuk meninggalkan negara-
nya.Dan pada tahun 256 H, tepatnya tanggal 30 Ramadhan (malam ‘Idul
Fitri), Imam Bukhari dipanggil keharibaan Allah SWT. Beliau wafat di
daerah Khirtand, yaitu suatu daerah tidak jauh dari Samarkand. Imam
Bukhari belajar dan mengambil hadits dari sejumlah ulama dari berbagai
daerah, seperti guru beliau di Makkah adalah Abū al-Walid Ahmad bin
Muhammad al-Azraqi, Abdullah bin Yazid al-Muqri, Ismāil bin Salim al-
Ṣaig dan Abū Bakar al-Humaidi Abdullah bin al-Zubaīr al-Qurasyi. Di
Madinah, beliau berguru pada Ibrahim bin al-Mundzīr al-Hazāmi, Muṭraf
bin Abdullah bin Hamzah, Abu Tsabit Muhammad bin Abdillah, Abdul
Aziz bin Abdillah dan Yahya bin Qaz’ah. Di Baghdad, di antaranya,
Muhammad bin Isa al-Ṫiba’i, Muhammad bin Sabiq, Suraih dan Ahmad
bin Hambal dan lain-lain. Dan masih banyak lagi guru-guru Imam Bukhari
di berbagai kota, seperti Bashrah, Kufah, Mesir, Bukhara, dan kota-kota
lainnya. Karena itu, Imam al-Hakim menyebutkan bahwa Imam Bukhari
setiap kali singgah di sebuah kota menyempatkan belajar kepada guru-guru
yang ada di kota tersebut. (Al-Husaini, 2011)
2. Kitab Shohih Bukhari
Imam Bukhari menulis banyak kitab dalam berbagai disiplin ilmu,
namun yang terbanyak adalah kitab-kitab yang terkait dengan kajian
hadits. Karya beliau yang paling masyhur adalah Shohih Bukhari. Judul

4
lengkap kitab ini adalah al- Jami’ al-Musnad al-Ṣahih al-Mukhtaṣar min
Umur Rasulillah wa Sunnatihi wa Ayyamihi. Kitab Shohih Bukhari
merupakan Kitab Hadits yang hanya memuat Hadits-hadits Shohih. Hal
ini berbeda dengan para Imam Hadits sebelumnya Bukhari yang
mencampurpadukkan antara Hadits yang Shohih Hasan, dan da’if dalam
menyusun kitab-kitabnya. (Imam Muhsin, 2005)
Hadis-hadis yang tercantum dalam Sahih al-Bukhari sebanyak 6.397
buah dengan terulang-ulang, belum dihitung yang mu’allaq dan
mutabi’, yang mu’allaq sejumlah 1.341 buah dan yang mutabi’
sebanyak 384 buah. Jadi seluruhnya berjumlah 8.122 buah di luar
yang maqtu’ dan mauquf. Sedang jumlah yang pasti tanpa yang
berulang, tanpa mu’allaq dan mutabi’ 2.513 buah. (Fatchurrahman,
1991)
Beberapa kitab karya Imam Bukhari lainnya adalah sebagai
berikut: Qaḍaya al-Ṣahabah, Raf’al Yadain, al-Tafsīr al-Kabir, al-
Musnad al- Kabīr, Tarīkh Ṣaghir, Tarīkh Ausaṭ, Tarīkh Kabīr, al-Adāb
al-Mufrad, Birr al- Walidain, al-Ḍu’afa’, al-Jami’ al-Kabīr, al-
Asyribah, Asma’ al-Ṣahabah, al- Wuhdan, al-Mabsuṭ, al-‘Ilal, al-Kuna,
al-Fawā’id. (Mahrus Ridwan, 1992)
B. Mengenal Kitab Hadis Shohih Muslim
1. Biografi Imam Muslim
Nama lengkapnya adalah Abu al-Husain Muslim ibn al- Hajjaj al-
Qusyairi al-Nisyaburi. Ia dinisbatkan kepada Nisyabur karena dilahirkan
di kota Naisyabur Iran pada tahun 204 H / 820 M. Ia juga dinisbatkan
kepada nenek moyangnya Qushairi ibn Kan’an ibn Rabi’ah ibn Sha’
Sha’ah suatu keluarga bangsawan besar di Naisabur. (Fatchurrahman,
1991)
Imam Muslim mengadakan perlawatan ke berbagai negeri untuk
mencari hadis. ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir, dan negara-negara
lainnya untuk mencari hadis dan memperdalam ilmunya. Dalam
lawatannya, Imam Muslim banyak berguru kepada ulama’-ulama’ hadis
kenamaan. Di Khurasan ia berguru kepada Yahya ibn Yahya dan Ishaq
ibn Rawahaih. Di Irak ia belajar hadis kepada Ahmad ibn Hambal dan

5
Abdullah ibn Maslamah. Di Hijaz ia belajar kepada Sa’id ibn Manshur
dan Abu Mas’ud. Di Mesir ia berguru kepada Amar ibn Sawad dan
Harmalah ibn Yahya, dan juga kepada ulama’ hadis lainnya. Selain
disebutkan di atas, Imam Muslim masih punya banyak guru, di
antaranya Usman dan Abu Bakar keduanya putra Abu Shaibah, Shaibah
ibn Farwakh, Abu Kamil al- Juri, Zuhair ibn Harb, Amr al-Naqid,
Muhammad ibn Musanna, Muhammad ibn Yassar Harun ibn Sa’id al-
Ijli, dan Qutaibah ibn Sa’id. (Fatchurrahman, 1991)
Di samping itu banyak ulama’ hadis pada masa itu berguru kepada
Imam Muslim dan menerima hadis darinya, antara lain Abu Isa al-
Tirmidhi, Yahya ibn Sa’id, Muhammad ibn Sufyan, Muhammad ibn
Ishaq ibn Khuzaimah, Abu Awanah Ya’qub ibn Ishak al-Asfarayani,
Abu Amr Ahmad ibn Mubarak, Abu Hamid Ahmad ibn Hamdan al-
A’masi, Abu Abas Muhammad ibn Ishaq ibn al- Siraj, Abu Yatim al-
Razi, Ahmad ibn Salmah, Musa ibn Harun, Ali ibn Husain, dan al-
Husain ibn Muhammad ibn Ziyad al-Qabbani. (Al-Nawawy, 1972)
2. Kitab Shohih Muslim
Imam Muslim banyak menghasilkan karya kitab hadis yang terkenal
dan bermanfaat, serta masih tetap beredar hingga kini. Di antaranya al-
Jami al-Sahih, yang terkenal dengan Sahih Muslim.155 Para ulama’
hadis menyebut kitab ini sebagai kitab yang belum pernah dijumpai
sebelum dan sesudahnya dalam tertib susunannya, tidak bertukar-tukar
dan tidak berlebih dan tidak berkurang sanadnya. (Abu Shuhbah, 2008)
Menurut riwayat dalam menghimpun hadis, Imam Muslim berhasil
menghimpun 300.000 hadis jumlah hadis yang kemudian dihimpun
kembali berdasarkan keshohihannya menjadi 7275 hadis, namun yang
terdapat dapat shohih muslim ada 5362 hadis berdasarkan penomoran
al-Alamiah. Sedangkan berdasarkan penomoran Al-Baqi terdapat 3033
hadis. Perbedaan penomoran ini menjadikan perbedaan perhitungan, hal
ini karena penomoran al-Alamiyah menghitung setiap sanad hadis
sebagai satu hadis; sedangkan penomoran Abdul Baqi menghitung

6
setiap hadis yang serupa sebagai satu hadis, walaupun hadis tersebut
mempunyai beberapa sanad. (wikipedia, 2023)

C. Corak Kitab Shohihain


1. Corak Kitab Shohih Bukhari
a. Latar Belakang Penulisan
Ada beberapa sebab Imam Bukhari menulis kitab ini, yaitu:
1) Belum adanya kitab hadis yang khusus memuat hadits-hadits
Shohih saja. Al Hafiz ibn Hajar al Asqalani berkata, “Ketika beliau
(Imam Bukhari) melihat kitab-kitab hadits yang ditulis sebelumnya
telah memuat bermacam-macam hadis, ada yang Shohih, hasan dan
banyak pula yang dha’if, maka tidak dapat disamakan antara hadis
dha’if dengan hadis Shohih, oleh sebab itu beliau tertarik untuk
mengumpulkan hadis-hadis Shohih saja.” (Hadyussaari hal. 6)
2) Ada motivasi dari guru beliau, yakni Ishak bin Rahuwaih. Ibnu
Hajar berkata, dan keinginannya tersebut menjadi kuat setelah ia
mendengar gurunya yang termasuk pakar dalam bidang hadits dan
fiqih, yaitu Ishak bin Rahuwaih, ia berkata: “Andaikata engkau
menulis satu buku hadis yang berisikan hadis-hadis Shohih, maka
hal tersebut sangatlah baik”.
3) Ada motivasi dari mimpi baiknya. Imam Bukhari pernah bermimpi
bertemu dengan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Beliau
berkata, “Aku pernah bermimpi bertemu Rasulullah SAW. aku
berdiri di hadapannya dan mengipasinya, kemuadian aku
menayakan mimpi tersebut kepada orang yang ahli mena‟birkan
mimpi, ia berkata: “Kamu menolak kedustaan yang disandarkan
kepada Rasulullah SAW. shallallahu’alaihi wa sallam”. Hal itulah
yang menyebabkan aku menulis al-Jami’ al Shahîh”.
b. Sistematika Penulisan
Dalam hal penulisan sebuah kitab hadits dikenal ada empat macam
sistematika, pertama adalah sistematika kitab sahih dan sunan, yaitu
sebuah kitab yang disusun dengan cara membagi menjadi beberapa

7
kitab dan tiap-tiap kitab dibagi menjadi babarapa bab. Kedua, Sistem
Musnad, yaitu sebuah kitab hadits yang disusun menurut nama
periwayat pertama yang menerima dari Rasulullah SAW, seperti
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar diletakkan di bawah
nama Abu Bakar. Ketiga, sebuah kitab hadits yang disusun
berdasarkan lima bagian-bagian tertentu yaitu bagian hadits yang
berisi perintah, berisi larangan, berisi khabar, berisi ibadah dan bagian
yang berisi tentang af’al secara umum. Keempat, kitab yang disusun
menurut sistematika kamus. (Hasbi ash-shiddiqi, 1980)
Imam Bukhari dalam menulis kitab Sahih al-Bukhari membagi
beberapa kitab dan setiap kitab dibagi menjadi beberapa bab. Ia
memulai dengan bab permulaan wahyu, kemudian disusul dengan
kitab Iman, kitab Ilmi, kitab Taharah dan kitab Salat dan Zakat.
Selanjutnya, kitab Buyu, Mu’amalah (Hukum Perdata), Murafa’at
(Hukum Acara), kitab Ahadat Sulh (Perdamaian), Wasiyyah dan
Waqaf, kemudian Jihad. Selanjutnya mengenai bab-bab yang tidak
menyangkut fiqih, seperti bab tentang permulaan penciptaan makhluk,
biografi para Nabi, cerita surga dan neraka, Manaqib, Fada’il dan
Shahadah.
Bab selanjutnya tentang Sirah Nabawiyah dan Maghaziy
(peperangan), kitab Tafsir, kembali ke kitab fiqih (nikah, talak dan
nafaqah). Kemudian kitab al-At‘imah (makanan), Ashribah
(minuman), Tibb (pengobatan), Adab, Birr, Shilah, dan Isti’zab.
Selanjutnya kitab Nuzur, Kafarat, Hudud, Ikrah (paksaan), Ta’bir al-
Ru’ya, Fitan, Ahkam, I’tisham bi al-Kitab wa al-Sunnah, dan Tawhid
sebagai kitab penutup.
Penyusunan bab dilakukan di Masjid Haram, kemudian menulis
pendahuluan dan pembahasannya di Rawdah Masjid Nabawi. Setelah
itu ia menempatkan hadis-hadis pada bab-bab yang sesuai. Semua itu
dilakukan di Makkah, Madinah dan di beberapa negara tempat
pengembaraan- nya. (Syuhudi Ismail, 1999)

8
2. Corak Kitab Shohih Muslim
a. Latar Belakang Penulisan
Bagi Imam Muslim, sekurang-kurangnya ada dua alasan pokok yang
melatar belakangi dan memotivasi penyusunan kitabnya tersebut.
Kedua alasan itu adalah:
1) Karena pada masanya masih sangat sulit mencari referensi koleksi
Hadits yang memuat hadits-hadits sahih dengan kandungan yang
relatif komperhensif dan sistematis.
2) Karena pada masanya terdapat kaum zindiq yang selalu berusaha
membuat dan menyebarkan sejumlah hadits palsu, dan mencampur
adukkan antara Hadits yang sahih dan yang tidak.
b. Sistematika Penulisan
Penulis kitab Sahih Muslim adalah Abu al-Husain Muslim ibn
al-Hajjaj al-Qusyairi. Kitab ini disusun dengan sistematika yang
baik, sehingga isi hadis-hadisnya tidak bertukar-tukar dan tidak
berlebih dan berkurang sanadnya. Secara global kitab ini tidak ada
bandingannya di dalam ketelitian menggunakan isnad. Sahih
Muslim telah di- sharah oleh ulama’-ulama’ hadis sebanyak 15
buah, seperti al-Mu’lim bi Fawaidi Muslim oleh Mazary, al-Ikmal
oleh al-Qadi ‘Iyad, Minhaj al-Muhaddithin oleh al-Nawawiy,
Ikmal al-Ikmal oleh al-Zawawi, dan Ikmal al-Ikmal li Mu’lim
oleh Abu Abd. Allah Muhammad Abi al-Maliki. Di antara yang
mengikhtisarkannya ialah al-Qurtubi yang disyarahkan kembali
dalam kitabnya al-Mufhim. Zawaidnya telah di sharah oleh Ibn al-
Mulaqqin.
Berdasarkan jalan yang ditempuh Muslim dalam men takhrij
kan hadis-hadisnya, para ulama’ memandang bahwa Muslim
meriwayatkan hadis yang sempurna yang memiliki sharat-sharat
kesahihan, memiliki sanad muttasil dengan sharat adil dan kuat
hafalan dari awal hingga akhir tanpa shadh dan illat.

9
Di samping itu Muslim sangat teliti, sehingga ia bedakan
antara kata haddasana dengan kata akhbarana. Yang pertama
mengandung pengertian bahwa hadis tersebut langsung didengar
melalui ucapan guru, sedangkan yang kedua hadis itu dibacakan
atas nama guru. Hadis-hadis tersebut ditulis dengan matan yang
sempurna tanpa pengulangan.
Sistematika penyajian hadits dalam Shahih Muslim terbagi
menjadi 150 kitab, dimulai dari kitab al-imam, kitab al-thaharah,
kitab al-haid, kitab al-shalat dan kitab al-tasir. Masing-masing kitab
memuat sejumlah hadist tanpa di klasifikasikan dengan bab-bab
maupun judul yang mencerminkan pokok bahasan hadist.
Peniadaan bab maupu judul bab agak disengaja oleh Imam Muslim
agar pembaca lebih leluasa merumuskan dan menyimpulkan sendiri
pokok kandungan hadist yang bersangkutan.
Dari beberapa pemaparan ulama hadits, ada beberapa syarat
yang digunakan Imam Muslim dalam menyaring hadits yang
kemudian dituliskan dalam kitab hadits karyanya, diantaranya
adalah: Hanya meriwayatkan hadist dari para periwayat yang adil,
dhabit, (kuat dalam hafalan) dan dapat bertanggung jawab
kejujurannya, serta amanah. Hanya meriwayatkan hadits-hadits
yang lengkap sanadnya, muttasil (bersambung sanadnya), dan
marfu’ (disandarkan pada Nabi SAW).
Dalam penulisannya ia memulai dengan al-Iman berisi 380
hadis, kemudian al-Taharah (1010, al-Haid (136), al- Salat (285),
al-Masajid (316), Salat al-Musafir (312),al- Jum’ah (13), Salat
‘Idain (22), Salat Istisqa’ (17), al-Kusuf (29), al-Janaiz (108), al-
Zakah (177), al-Shiyam (222), al- I’tikaf (10), al-Hajj (522), al-
Nikah (110), al-Talaq (32), al-Radla’ (134) al-Li’an (20), al-‘Itq
(26), al-Buyu’ (123), al- Masaqat wa al-Muzara’at (143), al-Faraid
(21) al-Hibah (32), al-Washiyyat (22), al-Nadzr (13), al-Aiman
(59), al-Qasamat (39), al-Hudud (46), al-Aqliyat (21), al-
Luqathah(19), al-Jihad (150), al-Imarah (185), al-Shaid (30), al-
Adalah (45), al-Asyribah (188), al-Libas (127), al-Adab(45), al-
Salam (155), al-Alfadh (21), al-Syi’ir (10), al-Ru’ya (23), al-
Fada’il (174), Fadail al-Sahabat (232), al-Birr wa al-Shilah (166),

10
al-Qadar (34), al-Ilm (16), al-Dhikr(101), al-Taubah (60), Shifat al-
Munafiqin (83), al-Jannah(84), al-Fitan (14), al-Zuhd (75), dan al-
Tafsir (34) hadis.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kitab Hadis Shohih paling terkenal dan menjadi sumber hukum kedua
setelah Al-Qur’an ialah kitab al- Jami’ al-Musnad al-Ṣahih al-Mukhtaṣar
min Umur Rasulillah wa Sunnatihi wa Ayyamihi atau lebih dikenal dikenal
dengan Shohih Bukhari. Hadis-hadis yang tercantum dalam Sahih al-
Bukhari sebanyak 6.397 buah dengan terulang-ulang, belum dihitung
yang mu’allaq dan mutabi’, yang mu’allaq sejumlah 1.341 buah dan yang
mutabi’ sebanyak 384 buah. Jadi seluruhnya berjumlah 8.122 buah di
luar yang maqtu’ dan mauquf. Sedang jumlah yang pasti tanpa yang
berulang, tanpa mu’allaq dan mutabi’ 2.513 buah.
2. Kitab Hadis yang paling terkenal kedua ialah kitab hadis shohih muslim
atau judul aslinya adalah Al-Musnad al- shahih al-Mukhtashar min al-
Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adli ‘an Rasulallah. Kitab ini menjadi kitab
hadis paling shohih setelah kitab shohih Bukhori. Menurut riwayat dalam
menghimpun hadis, Imam Muslim berhasil menghimpun 300.000 hadis
jumlah hadis yang kemudian dihimpun kembali berdasarkan
keshohihannya menjadi 7275 hadis, namun yang terdapat dapat shohih
muslim ada 5362 hadis berdasarkan penomoran al-Alamiah. Sedangkan
berdasarkan penomoran Al-Baqi terdapat 3033 hadis.
3. Kedua kitab hadis tersebut atau kita kenal dengan kitab shohihain
memiliki corak yang berbeda, mulai dari latar belakang penulisan serta
sistematika penulisannya. Perbedaan corak ini menjadi bahan kajian ilmiah
untuk para intelaktual yang ingin meneliti tentang kedua kitab hadis
tersebut.
Saran

11
Sekian penyusuna makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca dalam meningkatkan khazanah ilmu tentang Hadis. Saya berharap
kepada pembaca sekalian untuk memberikan saran yang positif dan dapat
memotivasi saya untuk terus meningkatkan kompetensi dalam bidang Studi
Hadis

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khatib, M. Ajjaj. 1975. ‘Ulum al-Hadis, Dar al-Fikr, Beirut.


Al-Shiddieqy Hasby. 1993. Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta:
Bulan Bintang.
Al-Husaini, Ibnu Hamzah 2011. Asbabul wurud Jilid 1 : latar belakang historis
timbulnya hadits-hadits rasul / Ibnu Hamzah Al-Husaini Al Hanafi Ad
Damsyiqi. Jakarta: Kalam Mulia
Amir, Fachrur Razi. 2010. Peringkat Kitab-kitab Hadis: Analisis
Kualitatif dalam “Ulumul Hadis”. Yogyakarta: Teras.
Al-Husaini Abdul Majid Hasyim, al-Imam al-Bukhari
Muhadditsan wa Faqihan, Kairo: Dar al-Qaumiyyah, t.t.
Fatchurrahman. 1991. Ikhtisar dan Musthalah Hadis, Bandung: Al Maarif.
Syuhbah, M.M. Abu. Fi Rihabi al-Sunnah; al-Kutub al-Shihah al-Sittah, diterj.
oleh Ahmad Usman.1999. Kutub Sittah. Surabaya: Pustaka Progressif
Wikipedia.org

13

Anda mungkin juga menyukai