Anda di halaman 1dari 24

Perawi Hadist dan Kitab-Kitab Hadist serta Terapannya

Di Susun Guna Memenuhi Tugas

Mata kuliah Studi Qur’an Hadits Terapan

Dosen Pengampu: Mufatihatut Taubah M.Pd

Disusun Oleh:

1) Muhammad Mujib (2310310009)


2) Ika Ismatul Hawa (2310310010)
3) Ditha Hayuning Prabandari (2310310011)
4) Ika Rosita Sari (2310310012)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN AJARAN 2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk
mata kuliah Ilmu Qur’an Hadist Terapan dengan judul "Perawi hadist dan kitab-kitab hadist serta
terapannya" tepat pada waktunya. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita
Nabi Agung Muhammad SAW. Semoga kelak kita mendapatkan syafaat beliau dihari akhir.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mufatihatut Taubah, M.Pd. selaku dosen pengampu
mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menammbah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Dan kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca.

Kudus, 12 Desember 23

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
2.1 Perawi Hadist dari Kalangan Sahabat.............................................................................. 2
2.2 Perawi Hadist dari Kalangan Non Sahabat...................................................................... 6
2.3 Penulis dan Kutubut Tis’ah dan Sittah............................................................................. 7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 11
3.2 Saran................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mulai dari zaman Rasul, masa Khulafa Rasyidin dan sebagian besar zaman Amawiyah, yakni
hingga akhir abad pertama Hijrah, Hadist-hadist itu berpindah dari mulut ke mulut. Masing-
masing perawi meriwayatkannya berdasarkan kepada kekuatan hafalannya. Di kala kendali
khalifah dipegang oleh ‘Umar ibn Abdil Aziz yang di nobatkan dalam tahun 99 H seorang
Khalifah dari dinasti Amawiyah yang terkenal adil dan wara’, sehingga beliau dipandang sebagai
Khalifah Rasyidin yang kelima, tergeraklah hatinya untuk membukukan Hadist. Beliau sadar
bahwa para perawi yang membendaharakan Hadist dalam kepalanya, kian lama semakin
berkurang.

Untuk menghasilkan maksud mulia itu, pada tahun 100 H Khalifah meminta kepada
Gubernur Madinah, Abu Bakr ibn Muhammad ibn Amer ibn Hazmin (120 H) yang menjadi guru
ma’mar, Al Laits, Al Auza’y, Malik, Ibnu Abi Dzi’bin supaya membukukan hadist Rasul yang
terdapat pada penghafal wanita yang terkenal, Amrah binti Abdir Rahman ibn Sa’ad ibn Zurarah
ibn ‘Ades, seorang ahli fiqih, murid ‘Aisah ra. (20 H = 642 M -98 H = 716 M atau 106 H = 724
M), dan Hadist-hadist yang ada pada Al Qasim ibn Muhammad ibn Abi Bakr Ash Shiddieq (107
H =725 M), seorang pemuka tabi’y dan salah seorang fuqaha Madinah yang tujuh . Disamping
itu ‘Umar mengirimkan surat-suratnya kepada Gubernur ke serata wilayah yang di bawah
kekuasaannya supaya berusaha membukukan Hadits yang ada pada Ulama yang diam di wilayah
mereka masing-masing.

Diantara Ulama besar yang membukukan Hadits atas kemauan khalifah itu, ialah: Abu Bakar
Muhammad ibn Muslim ibn Ubaidillah ibn Syihab az Zuhry, seorang tabi’y yang ahli dalam
urusan fiqih dan Hadits.Beliau, guru Malik, Al Auza’y, Ma’mar, Al La’its, Ibnu Ishaq, Ibnu Abi
Dzibin. Inilah Ulama besar yang mula-mula membukukan Hadits atas anjuran Khalifah. Kitab
Hadits yang ditulis oleh Ibnu Hazm yang merupakan Kitab Hadits yang pertama yang ditulis atas
perintah Kepala Negara tidak sampai kepada kita, tidak terpelihara dengan semestinya . Ada
pepatah yang tidak asing lagi terdengar di telinga kita yaitu tak kenal, maka tak sayang. Atas
dasar inilah, kami ingin mengenal para perawi hadis yang terkenal atas jasanya membukukan
hadis yang sekarang karya-karyanya bisa kita dapati di toko-toko buku atau kitab. Karena dengan
kehidupan yang semakin jauh dari jalan yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW,
kami merasa sangat penting mengenal lebih dekat dengan tokoh-tokoh besar muslim di bidang
hadis. Rasanya umat ini rindu dengan jiwa-jiwa teladan yang benar- benar pantas dijadikan idola
karena ketekunannya dalam belajar, konsistennya dalam beribadah pada Allah, semangatnya
menjaga warisan agama dan pengetahuan dari Nabi Muhammad SAW agar tidak disalah
gunakan sebagai kepentingan sendiri dan merugikan pihak lain.

Terlebih bagi mahasiswa sebagai intelektual muda diharapkan melek dengan sejarah para
ulama hadis yang sangat kompeten dan meneladani sejarahnya dengan aplikasi sehari- hari, agar
kembali asa yang berkoar untuk terus belajar dan belajar seperti yang dilakukan oleh para perawi
hadis. Di tengah kemerosotan teladan, satu-satunya jalan adalah membaca sejarah mereka dan
mengambil pelajaran-pelajaran dari kisah kehidupan mereka sampai wafatnya.

Betapa akhirnya, kita akan menyadari bahwa umat Islam ini pernah memiliki generasi emas
yang kapasilitas tidak diragukan lagi. Tidak akan pernah ada seseorang yang bisa melampaui
kejeniusan Imam Bukhari soal daya ingatnya yang mengagumkan melebihi kejeniusan Albert
Einsten, belum pernah generasi sekarang yang dalam belajar menuntut ilmu hadis sampai
mengembara seperti Imam Muslim yang haus akan ilmu. Seakan mereka telah jatuh cinta kepada
ilmu dan menikmati perjalanan mencarinya walau harus dengan berjalan kaki, menahan lapar,
melawan panasnya padang pasir yang tidak berpenghuni, dinginnya udara malam pun bukan
alasan berhenti pergi mengaji atau sekolah istilahnya. Inilah hal yang perlu generasi sekarang
ketahui, agar semangatnya menular kepada generasi muda harapan masa depan bangsa Indonesia
khususnya dan umumnya bagi umat Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Perawi Hadits dari Kalangan Sahabat?


2. Perawi Hadits dari Kalangan Non Sahabat?
3. Penulis Dan Kutubut Tis’ah Dan Sittah?
1.3 Tujuan

1. Untuk menjelaskan Perawi Hadits dari Kalangan Sahabat.


2. Untuk menjelaskan Perawi Hadits dari Kalangan Non Sahabat.
3. Untuk menjelaskan Penulis Dan Kutubut Tis’ah Dan Sittah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perawi Hadist Dari Kalangan Sahabat

Para perawi hadits adalah mereka yang dijadikan sandaran oleh para ahli hadits untuk
mengetahui suatu hadits diterima (maqbul) atau ditolak (mardud), shahih atau yang
lainnya.1Sahabat dalam periwayatan hadits ini sangat penting, sehingga tanpa mereka, para
generasi setelahnya akan kesulitan untuk mengenal pribadi dan ajaran Nabi. Di antara sekian
banyak sahabat Nabi, Terdapat 7 sahabat nabi yang paling banyak meriwayatkan hadist
Berikut 7 Perawit hadist dari kalangan sahabat Nabi :
1) Abu Hurairah
Muhammad ibnu Hazm mengatakan bahwa Musna Baqi bin Makhlad berisi 5374 hadis
yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Imam Bukhari memasukkan 446 diantaranya ke
dalam Shahihnya.2 Salah satu contoh hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah :
a. Hadis tentang keutamaan surat Al-Baqarah
‫ إَّن الشيطان َي ْن ِفُر‬،‫ «ال تجعلوا بيوتكم َم َقابر‬:‫ أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه‬
»‫من البيت الذي ُتْق َر ُأ فيه سورُة البقرة‬
Artinya: "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu,Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Janganlah kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan, karena
sesungguhnya syaithan akan lari dari rumah yang dibaca surat al-Baqarah di dalamnya."
(HR. Muslim)
b. Keutamaan Puasa ramadhan, diampuni dosa dosa yang telah lalu.
‫ َم ْن َص اَم َر َمَض اَن ِإيَم اًن ا َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َت َقَّد َم ِمْن َذ ْن ِبِه‬: ‫َع ْن َأِبي ُه َر ْي َر َة َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
.)760( ‫ ومسلم‬،)38( ‫رواه البخاري‬
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang berpuasa karena
iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya telah lalu.[HR. Bukhari 37]

1
Muttaqin, Aris Anwaril. “Konsep Penentuan Halal Dalam Ekonomi Islam (Studi Komparasi Hadits
Riwayat Bukhari Dan Tirmidzi).” Indonesia Journal Of Halal 1.1 (2018): 15-24.
2
Mahmud Abu Rayyah, Adwa' ala As Sunnah Al Muhammadiyyah, (Mesir,Dar Al Ma'arif, 1994, hal. 173
2) Abdullah bin Umar meriwayatkan sebanyak 2630 hadits. Salah satu contoh hadist yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar:
‫ ومن سأل باهلل‬،‫ "من استعاذ باهلل فأعيذوه‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال‬
‫ فإن لم تجدوا ما تكافئونه به فادعوا له حتى تروا أنكم‬،‫ ومن صنع إليكم معروفًا فكافئوه‬،‫ ومن دعاكم فأجيبوه‬،‫فأعطوه‬
" ‫ والنسائي بأسانيد الصحيحين‬،‫ رواه أبو داود‬،‫قد كافأتموه" حديث صحيح‬
Dari riwayat Ibnu Omar radhiyallahu 'anhu keduanya, beliau bersabda: Rasulullah SAW
bersabda: "Barangsiapa yang berlindung kepada Allah, maka berlindunglah padanya.
Barangsiapa meminta kepada Allah, berilah dia. Siapapun yang memanggilmu, jawablah
dia. Siapapun yang membantumu, berilah pahala padanya. Jika kamu tidak menemukan
sesuatu yang bisa membalasnya, maka doakanlah dia sampai kamu melihat bahwa kamu
telah memberinya pahala." "Sebuah hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Al-
Nasa'i dengan rantai penularan kedua Shahih.”
3) Anas bin malik meriwayatkan sebanyak 2286 hadist. Salah satu contoh hadist yang
diriwayatkan oleh Anas Bin Malik:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ (إن الدعاء ال يرد بين األذان واإلقامة فادعوا) رواه‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أنس رضي هللا عنه قال‬
( "‫) – واللفظ له – وصححه األلباني في "صحيح أبي داود‬12174( ‫ وأحمد‬،)437( ‫ وأبو داود‬،)212( ‫الترمذي‬
.)489
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka
berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad, shahih)
4) Aisyah Binti Abu Bakar
Jumlah Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah binti Abu Bakar adalah 2210 Hadis. 3 Salah
satu contoh hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah :
:‫ورد عن أم المؤمنين السيدة عائشة رضي هللا عنها أن رسول هللا صلى ٱُهلل عليه وآله وسلم كان إذا رأى المطر يقول‬
.»‫ «الَّلُهَّم َص ِّيًبا َهِنيًئ ا‬:‫ وفي لفٍظ ألبي داود في "السنن" أنه كان يقول‬،"‫«الَّلُهم َص ِّيًبا َن اِفًع ا» رواه البخاري في "صحيحه‬
Dari A’isyah r.a, berkata : “Rasulullah saw selalu apabila melihat hujan,
mengucapkan :Allahumma sayyiban nafi’an Wahai Tuhanku jadikanlah hujan ini, hujan
yang member manfaat”. (HR.Bukharidan Muslim)
5) Abdullah Bin Abbas
3
Sormin, Darliana. “Kedudukan Sahabat Dan ‘Adaalahnya.” Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan
Keislaman 1.1 (2017).
Ibnu Abbas meriwayatkan hadis sebanyak 1660 hadis. 4 Salah satu contoh hadist yang
diriwayatkan Ibnu Abbas
)‫ َخ ْيُر الُد ْن َي ا َو ْاَالِخَر ِة َمَع ْالِع ْلِم َو َش ُّر الُّد ْن َي ا َو ْاَالِخَر ِة َمَع ْالُجْه ِل (رواه الديلمى‬:
Artinya: "Dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Sebaik baik dunia
dan khirat harus dengan ilmu dan sejelek-jeleknya dunia dan akhirat tanpa ilmu." (H.R.
Dailami)
6) Jabir Bin Abdullah
Jabir bin Abdullah beliau telah meriwayatkan hadis sebanyak 1540 hadis. 5 Salah satu
contoh hadist yang diriwayatkan Jabir Bin Abdullah :
‫ أيها النادر إنو هللا وأجملوا في الطلب فإن نقدا أن تموت حتى‬: ‫ قال رسول هللا عبد هللا‬: ‫عن جابر بن عبد هللا قال‬
( ‫ (رواه ابن ماجه‬.‫ فاتقوا هللا وأجملوا في الطلب وا ما ل وا ما حرم‬,‫توفي رزقها وإن أبطأ عنها‬
Dari hadis Jabir bin Abdullah beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda: Wahai orang
yang langka, bersyukurlah kepada Allah dan bermurah hatilah dalam permintaanmu,
karena dalam bentuk uang. Jika dia meninggal dunia hingga habis rezekinya, meskipun
tertunda, maka bertakwalah kepada Allah dan bermurah hatilah dalam mencari rezeki dan
rezeki. Terlarang. (HR. Ibnu Majah)
7) Abu Said al Khudri
Abu Said al Khudri beliau telah meriwayatkan hadis sebanyak 1170 hadis. Salah satu
contoh hadist yang diriwayatkan Abu Said al Khudri:
Dari Abu Sa'id al-Khudri, dari Nabi, beliau bersabda,
‫ «أفضُل الجهاِد كلمُة عدٍل عند سلطان‬:‫ عِن الَّن بي صَّلى ُهللا عليه وسَّلم قال‬-‫ رضي هللا عنه‬- ‫َع ْن أبي سعيٍد الخدري‬
‫ حديث حسٌن‬:‫ وقال‬،‫ والترمذي‬،‫جائٍر " رواه أبو داود‬
"Seutama-utamanya jihad ialah mengucapkan kalimat menuntut keadilan di hadapan
seorang sultan - pemegang kekuasaan negara yang menyeleweng." Diriwayatkan oleh
Imam Abu Dawud dan Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

2.2 Perawi Hadits dari Kalangan Non Shahabat

4
Al-Khatib, al-Sunnah Qabla al-Tadwin, 514.

5
Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahzibut Tahzib, jild. 3, h. 63
Selain para sahabat yang sudah banyak mengoleksi hadis Nabi, ada juga para Tabi’in
yang nota benenya adalah para murid sahabat juga banyak mengoleksi hadis-hadis Nabi,
bahkan pengoleksiannya sudah mulai disusun dalam sebuah kitab yang beraturan.
Sebagaimana sahabat, para Tabi’in pun cukup berhati-hati dalam hal periwayatan hadis. 6

Para Tabi’in menerima hadis Nabi dari sahabat dalam berbagai bentuk, jika disebutkan
ada yang dalam bentuk catatan atau tulisan dan ada juga yang harus dihafal, di samping itu
dalam bentuk yang sudah terpolakan dalam ibadah dan amaliah para sahabat, lalu Tabi’in
menyaksikan dan mengikutinya. Dengan demikian, tidak ada satu hadis pun yang tercecer
apalagi terlupakan.7

Diantara riwayat perawi hadits dari kalangan tabi’in cukup banyak dan tidak bisa
disebutkan satu persatu akan tetapi yang bisa disebutkan diantaranya: Sa’id ibn Al Mussaiyab,
Urwah ibn Az Zubair, Hasan Al Bishri, Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri, dan
Sulaiman Bin Yasar

1. Sa'id bin Al-Musayyib (15-94 H)


Dia adalah Abu Muhammad Sa'id bin Al-Musayyib bin Hazn bin WahabAl-Qurasyi
Al-Makhzumi Al-Madani, salah satu pemimpin tabi'in. Dia lahir pada tahun 15 H, tahun
kedua kekhalifahan Umar bin Al-Khatthab. Dia riwayat dari Umar, Utsman, Ali, Zaid bin
Tsabit, Aisyah,
Sa'ad bin Abu Waqqash, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, dan Ibnu Umar. Riwayatnya
yang terbanyak berasal dari Abu Hurairah, dan dia adalah menantu sahabat yang
meriwayatkan hadits Rasulullah terbanyak ini.
Sa'id bin Al-Musayyib punya ilmu yang melimpah. Ibnu Umar berkata tentangnya,
"Seandainya Rasulullah melihat orang ini (Sa'id), beliau pasti senang." Makhul, Qatadah,
Az-Zuhri, dan selain mereka mengatakan, "Kami tidak pernah melihat orang yang lebih
'alim daripada Ibnu Al- Musayyib." Ibnu Al-Madini mengatakan, "Aku tidak mengetahui
ada orang yang lebih luas ilmunya dari golongan tabi'in daripada Sa'id bin Al-Musayyib.
Bagiku, dia adalah orang teragung dari generasi tabi'in."8

6
Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis: Pengantar Studi Hadis Praktis, (Malang: Malang Press, 2008), 25
7
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), 62
Sa'id bin Al-Musayyib merupakan generasi tabi'in yang paling hafal tentang segala
hal yang berkaitan dengan Rasulullah dan Khulafaurrasyidin. Dia mengeluarkan fatwa
sementara para sahabat masih hidup, dan dia merupakan ahli fiqih terkemuka pada
masanya. Umar bin Abdul Aziz sangat menghormatinya dan memuliakannya. Dia juga
terkenal dengan ketekunan ibadahnya dan waraknya, serta dikenal dengan keberaniannya
dalam kebenaran, menolak membaiat sebagian penguasa, sehingga sebab itulah dia
dihukum cambuk tetapi tetap teguh dalam pendiriannya.beliau wafat tahun 93 H dan yang
mengatakan tahun 94 H.9

2. Urwah bin Az-Zubair (22-94 H)


Dia adalah Abu Abdillah Urwah bin Az-Zubair Al-Awwam Al-Asadi Al-Madani
seorang tabi'in agung, ahli fiqih, dan ahli hadits. Dia dilahirkan pada akhir era kekhalifahan
Umar pada tahun 22 atau 23 H. Ada yang mengatakan bahwa dia lahir pada masa
kekhalifahan Utsman bin Affan, yakni pada tahun 29 H.
Urwah menghafal dari ayahnya, ibunya, dan juga bibinya yakni Aisyah . Dia juga
meriwayatkan hadits dari Ali, Muhammad bin Maslamah, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit,
Usamah bin Zaid, Abdullah bin Al-Arqam, Abu Ayyub, An-Nu'man bin Basyir,
Mu'awiyah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Al-Miswar bin Makhramah, Zainab
binti Abu Salamah, dan Basyir bin Abu Mas'ud Al-Anshari.
Urwah banyak mencari ilmu, sering kali bolak-balik ke bibinya yaitu Aisyah Ummul
Mukminin, teliti dalam pemahaman, dan Hal itu diakui oleh beberapa ulama terkemuka
pada masanya, sehingga dia menjadi salah satu dari tujuh ahli fiqih di Madinah. Urwah
adalah salah seorang yang dipilih oleh Umar bin Abdul Aziz yang saat itu menjabat
gubernur Madinah untuk menjadi anggota Majelis Syura di Madinah. Imam Az-Zuhri
berkata tentang Urwah, "Aku melihat Urwah laksana lautan yang tidak menjadi keruh oleh
buih." Ibnu Uyainah berkata, "Ada tiga orang yang paling mengetahui hadits dari Aisyah,
yaitu Al-Qasim, Urwah, dan Umrah."

8
Rohmansyah. Studi Komparatif Kitāb Rijāl Sunni dan Syīah (Studi atas Kitāb Tadzkirah al-Huffāzh
Karya al-Dzahabi dan Kitāb al-Rijāl Karya Dāwud al-Hulli). AL QUDS: Jurnal Studi Alquran dan Hadis, 2017, 1.2:
111-132.

9
Ad-Dzahabi, S., & bin Utsman, M. B. A. (1998). Siyar A’lam an-Nubala. Beirut: Ar-Risalah cet, 11.195.
Putranya yang bernama Hisyam berkata, "Demi Allah, kami tidak mempelajari
darinya satu pun bagian dari dua ribu bagian hadits yang diriwayatkannya.”
Muhammad bin Sa'ad berkata, "Urwah adalah orang yang tepercaya, banyak
meriwayatkan hadits, ahli fiqih, jujur, 'alim, dan kuat." Urwah menghimpun antara
keilmuan, kemuliaan, dan ibadah. Dia meninggal pada usia 60 tahun lebih pada tahun 94 H
menurut salah satu pendapat.10

3. Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri (50-124 H)


Dia adalah Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab bin
Abdullah bin Al-Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah Al- Qurasyi Az-Zuhri Al-Madani.
Dia dilahirkan pada tahun 50 H menurut pendapat yang paling rajih, pada masa
kekhalifahan Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Diriwayatkan bahwa dia pernah mengunjungi
Marwan bin Al-Hakam pada masa kekhalifahannya pada tahun 64 H, saat itu dia adalah
anak muda berusia baligh, dan ayahnya hidup karena berada di pihak Abdullah bin Az-
Zubair dalam pemberontakannya terhadap Abdul Malik bin Marwan, kemudian dia
mengunjungi Abdul Malik setelah ayahnya meninggal pada tahun 82 Н.11
Hisyam bin Abdul Malik pernah memintanya untuk mendiktekan hadits kepada
anak-anaknya, lalu dia memanggil seorang pencatat, dan Az-Zuhri mendiktekan 400 hadits
kepadanya. Kemudian Az-Zuhri keluar dari sisi Hisyam lalu berkata, "Di mana kalian
wahai, orang yang punya riwayat hadits?" Lalu Az-Zuhri menuturkan 400 hadits kepada
mereka. Satu bulan kemudian, Az-Zuhri bertemu dengan Hisyam lagi, lalu Hisyam berkata
kepada Az-Zuhri bahwa catatan tersebut hilang, dan dia memanggil seorang pencatat, dan
Az- Zuhri kembali mendiktekan 400 hadits itu kepadanya. Kemudian Hisyam
membandingkannya dengan catatan pertama (yang ternyata tidak hilang,Ed), ternyata tidak
ada satu huruf pun yang terlewatkan.12

10
Sa'ad, I. al-Thabagat al-Kubra, jilid VIII. Beirut: Dar al-Fikr,, 5/135.

11
Aisah. Etika pendidik dan peserta didik menurut Al-Khatib Bagdadi dalam kitabnya Al-Jami'Li Akhlaq
Ar-Rawi Wa Adar As-sami'. 2016. PhD Thesis. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.hlm. 154, 155, 177.

12
Abdurrohman, I., & Mutaqin, R. S. (2021). Kontribusi al-Ramāhurmuzi Terhadap Perkembangan Ilmu
Hadis: Analisis Terhadap Kitab al-Muhaddits al-Fāshil Baina al-Rāwi wa al-Wā’i. Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis,
6(1), 24-33.
4. Hasan Al-Bashri
Nama lengkapnya Hasan bin Yasar Al-Bashri, biasa dipanggil Abu Sa'id. la
dilahirkan di Madinah tahun 21 H pada masa pemerintahan Umar bin Al-Khathab
Ayahnya, Yasar, adalah maula Yazid bin Tsabit, dan ibunya, Khairah, adalah maulah
Ummu Salamah, Ummul Mukminin. Ia menghafal Al-Qur'an pada masa pemerintahan
Utsman bin Affan. la ulama terkemuka Bashrah yang terkenal fasih dan termasuk seorang
ahli hikmah. la pernah menjadi sekretaris gubernur Khurrasan, Rabi' bin Ziyad, pada masa
pemerintahan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. la sering ikut berperang dan berjihad di jalan
Allah. la pernah mengatakan, "Dirham tidak akan membuat seseorang mulia, melainkan
justru dia akan dihinakan Allah." Tentang Hasan Al-Bashri, Imam Nawawi pernah berkata,
"Hasan Al- Bashri adalah seorang ulama yang ensiklopedik, memiliki derajat yang tinggi,
faqih, tsiqah, terpercaya, ahli ibadah, pengetahuannya luas, tutur katanya fasih, dan
berwajah tampan." Imam Al-Ghazali pernah berkata, "Hasan Al-Bashri adalah orang yang
paling mirip perkataannya dengan perkataan para Nabi, dan orang yang paling dekat
petunjuknya dengan petunjuk para sahabat." Maslamah bin Abdul Malik pernah berkata,
"Bagaimana mungkin suatu kaum akan sesat jika di tengah-tengah mereka ada orang
seperti Hasan Al-Bashari." la adalah seorang ulama yang berwibawa dan memiliki derajat
yang tinggi.
la sering menemui para penguasa dan menyuruh mereka berbuat makruf dan
mencegah mereka dari perbuatan munkar. la tidak pernah merasa takut menghadapi siapa
pun. la pernah ikut berperang bersama sekelompok sahabat untuk membebaskan wilayah
Khurasan.
Di dalam medan pertempuran, ia adalah seorang prajurit yang pemberani. Yazid bin
Hausyab berkata, "Aku belum pernah melihat orang yang paling takut terhadap neraka
selain Hasan Al-Bashari dan Umar bin Abdul Aziz. Karena saking takutnya, seolah neraka
tidak dicipta kecuali untuk mereka berdua." Suatu hari, Hasan Al-Bashri menangis. Lalu
ada yang bertanya, "Apa faktor yang membuatmu menangis, wahai Hasan?" la menjawab,
"Aku khawatir besok Allah melemparkanku ke dalam api neraka, dan Dia tidak peduli"
Tatkala Umar bin Abdul Aziz terpilih menjadi khalifah, ia melayangkan sepucuk surat
kepada Hasan Al-Bashri. Dalam surat tersebut, Umar menulis, "Aku telah diuji dengan
jabatanku yang baru ini, maka bantulah aku untuk mencari orang-orang yang dapat
membantuku menjalankan pemerintahan." Hasan menjawab, "Orang-orang yang cinta
dunia pasti tidak Anda kehendaki, sementara orang-orang yang cinta akhirat pasti tidak
membantu Anda dalam pemerintahan. Karena itu, hendaklan Anda memohon pertolongan
dari Allah." la meriwayatkan hadits dari Imran bin Hushain, Mughirah bin Syu'bah, dan
Nu'man bin Basyir. Di antara perawi yang meriwayatkan hadits darinya adalah Malik bin
Dinar, Hamid Ath-Thawil, dan Abu Asyhab. la meninggal di Bashrah tahun 110 H dalam
usia 89 tahun. Jika ditemukan nama "Al-Hasan" di dalam kitab-kitab fiqih, hadits, biografi
perawi hadits, zuhud, akhlak, dan tashawuf, maka yang dimaksud adalah Hasan Al-
Bashri.13

5. Sulaiman Bin Yasar


Nama lengkapnya Sulaiman bin Yasar, biasa dipanggil Abu Ayyub. la adalah maula
milik sayyidah Maimunah, ummul mukminin. la dilahirkan tahun 34 H. Ayahnya berasal
dari keturunan Persia. Hadits-hadits riwayatnya diriwayatkan oleh pengarang kutub as-
sittah (enam buku hadits). la berwajah tampan, sampai-sampai pada masa itu tidak sedikit
wanita yang berusaha menggodanya. Tapi ia selalu menghindar dari mereka sambil
berujar, "Jangan bakar diriku dan dirimu dengan api neraka." Suatu hari, ada orang yang
bertanya tentang suatu masalah kepada Sa'id bin Musayyab, lalu Sa'id menjawab,
"Tanyakanlah hal ini kepada Sulaiman bin Yasar. Sekarang ia lebih pandai dari aku." la
meriwayatkan hadits dari Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Hassan bin Tsabit, Maimunah, dan
lainnya. Tercatat banyak perawi yang meriwayatkan hadits darinya, di antaranya Az-Zuhri,
Abu Zanad, Rubai'ah Ar-Ra'y, dan lainnya. la meninggal tahun 107 H.14

2.3 Penulis dari Kutubus Sittah Dan At Tis’ah

1. Al-Kutubus Sittah
Al-Kutubus Sittah merupakan himpunan kitab hadits populer yang diriwayatkan oleh
enam imam yang ‘alim rujukan umat muslim. Kitab-kitab ini disusun secara sistematis,

13
Khoirul Amru Harahap, Lc, MHI. dan Achmad Faozan, Lc, M.Ag., Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang
Sejarah (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kutsar, 2020), hlm 185-186.

14
Ibid, hlm 171
namun sistematikanya berbeda-beda menurut penyusun kitab. Penjelasan mengenai kitab-
kitab tersebut adalah sebagai berikut:
a. Shahih Al-Bukhari
Kitab ini diberi judul Al-Jami’ Ash-Shahih oleh penyusunnya. Beliau menyeleksi
hadits yang tercantum dalam kitab ini dari 600 ribu hadits. Beliau rahimahullaah
bersusah payah dalam memilih, menyeleksi, dan mencari hadits yang shahih sehingga
setiap kali hendak menulis hadits (dalam kitab ini), beliau selalu berwudhu dan
mngerjakan shalat dua rakaat sembari memohon petunjuk kepada Allah.15
Penyusun kitab ini memiliki nama lengkap Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim
bin al-Mughirah al-Bukhari. Kunyah beliau adalah Abu Abdillah. Beliau dilahirkan
pada tahun 194 H. Beliau berkelana mencari hadits hingga akhirnya menjadi imam di
bidang ilmu hadits. Imam Al-Bukari wafat pada tahun 256 H di Khartanak, salah satu
wilayah di Samarkand.16
Imam Bukhari tidak menulis kecuali yang telah benar bersumber dari Rasulullah
dengan sanad bersambung dan terdiri dari muslimin yang sehat pemikirannya, jujur,
adil, hafal serta menguasai apa yang diriwayatkannya.17
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan “Ketahuilah bahwa syarat Al-Bukhari dan
Muslim ialah meriwayatkan hadits yang telah disepakati ketsiqahan periwayatannya
hingga sampai kepada seorang sahabat yang masyhur, tanpa ada perselisihan antara
para perawi yang tsiqah (terpercaya), dan sanadnya muttashil dan tidak terputus.”18
b. Shahih Muslim
Penyusun kitab ini adalah Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi. Julukan
beliau adalah Abul Husain an-Naisaburi, al-Hafidz. Beliau dikenal sebagai salah
seorang imam ahli hadits yang tsiqah lagi mulia. Penulis kitab shahih yang tingkatannya
menurut mayoritas para ulama, berada tepat di bawah Shahihul Bukhari. Imam Muslim
lahir pada tahun 204 H, dan wafat pada tahun 261 H di Naisabur.19

15
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, (Jogjakarta: Media Hidayah, 2008), hlm. 100.
16
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2014), hlm. 371.

17
Sahliono, Biografi dan Tingkatan Perawi Hadits, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), hlm. 169.
18
Muhammad Az-Zahrani, Sejarah dan Perkembangan Pembukuan Hadits-Hadits Nabi, (Jakarta: Darul
Haq, 2017), hlm.130.
19
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 383.
Imam Muslim mengumpulkan hadits-hadits shahih dari Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam menurut penilaiannya. An-Nawawi berkata, “Di dalam
kitab ini beliau menerapkan metode yang sangat bagus dalam hal ketelitian,
kesempurnaan, wara’, dan ma’rifah dimana sangat jarang seorang mendapatkan
petunjuk untuk melakukan hal tersebut kecuali beberapa orang saja di beberapa masa.”
Setiap bab kitab ini telah diberi judul oleh sejumlah ulama yang menjelaskannya.
Di antara syarah yang paling bagus adalah yang disusun oleh Imam An-Nawawi.
Jumlah hadits dalam kitab ini 7275 buah, termasuk hadits yang terulang dan jika tidak
terulang terdapat 4000 hadits.20
c. Sunan An-Nasai
Imam An-Nasai menyusun kitabnya As-Sunan Al-Kubra dan memasukkan ke
dalamnya berbagai hadits yang shahih dan cacat. Kemudian beliau meringkasnya dalam
kitab As-Sunan Ash-Sughra dan beliau beri judul Al-Mujtaba yang di dalamnya beliau
hanya mengumpulkan berbagai hadits shahih menurut penilaiannya.
Al-Mujtaba adalah kitab Sunan yang paling sedikit mengandung hadits dla’if dan
perawi yang di jarh. derajat kitab ini berada setelah Ash-Shahihain. Ditinjau dari sisi
para perawinya, kitab ini didahulukan daripada Sunan Abu Dawud dan Sunan At-
Tirmidzi karena beliau sangat berhati-hati dalam memilih para perawi. Al-Hafidz Ibnu
Hajar rahimahullaah mengatakan, “Banyak perawi yang dipakai oleh Abu dawud dan
At-Tirmidzi yang ditinggalkan oleh An-Nasa’i dalam meriwayatkan haditsnya. Bahkan,
dalam meriwayatkan haditsnya dia meninggalkan sejumlah perawi yang terdapat
dalam Ash-Shahihain.”21
d. Sunan Abu Dawud
Nama lengkap penyusun kitab ini adalah Sulaiman bin Asy’ats bin Ishaq bin
Basyir Abu dawud as-Sijistani, beliau salah seorang hafidz umat Islam, yang menguasai
ilmu dan celah-celah hadits. Beliau biasa berkelana ke berbagai penjuru negeri. Beliau
tinggal di Bashrah dan juga pernah tinggal di Baghdad. Imam Abu Dawud wafat di
Bashrah pada tahun 275 H.22

20
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 102.

21
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 106.
22
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 372.
Sunan Abu Dawud adalah kitab yang berisi 4800 hadits yang diseleksi oleh
penyusunnya dari 500.000 hadits. Beliau hanya menyebutkan hadits-hadits tentang
hukum. Beliau mengatakan, “ Di dalamnya saya menyebutkan hadits yang berderajat
shahih, yang serupa (mirip) atau yang mendekati derajat shahih. Jika dalam kitabku ini
ada hadits yang mengandung kelemahan yang berat, pasti saya jelaskan. Di dalam
kitab ini tidak terdapat riwayat yang berasal dari seorang perawi matruk. Hadits yang
tidak saya komentari, berarti hadits tersebut hadits yang shahih (baik) dan sebagian
hadits lebih shahih dari yang lainnya. Dan hadits-hadits yang saya cantumkan dalam
kitab Sunan sebagian besar merupakan hadits-hadits yang populer.”23
Sunan Abu Dawud sangat populer di kalangan ahli fiqih (fuqaha’) karena kitab ini
mengumpulkan hadits-hadits hukum. Para ulama memuji Abu Dawud dan menyebutkan
bahwa beliau memiliki hafalan yang sempurna, pemahaman yang kuat, dan seorang
yang wara’.24
e. Sunan At-Tirmidzi
Kitab ini juga terkenal dengan nama Jami’ At-Tirmidzi. At-Tirmidzi rahimahullah
menyusun kitab beliau berdasarkan bab-bab fiqih. Beliau menjelaskan drajat shahih,
hasan, atau dla’if setiap hadits pada tempatnya masing-masing dan menjelaskan sisi
kelemahannya. Beliau menjelaskan pula ulama yang beliau ambil pendapatnya baik dari
kalangan sahabat maupun yang lainnya. Imam Al-Bukhari pun bersandar pada
periwyatannya dan mengambil riwayat darinya padahal Al-Bukhari merupakan salah
satu guru beliau.25
Nama lengkap beliau adalah Imam al-Hafidz Muhammad bin Isa bin Surah bin
Musa as-Sulami at-Tarmidzi, salah seorang ulama yang menjadi panutan dalam ilmu
hadits. Beliau termasuk teladan dalam kekuatan hafalan, bahkan sosoknya disepakati
sebagai perawi tsiqah. Beliau juga menjadi salah satu murid al-Bukhari, dan ikut
berguru pada sejumlah guru penulis kitan ash-Shahih. Imam at-Tirmidzi wafat pada
tahun 279 H.26
f. Sunan Ibnu Majah

23
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 107
24
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 108
25
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 111.
26
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 372.
Kitab ini disusun berdasarkan urutan bab. Penyusun kitab ini mengumpulkan 4341
buah hadits. Berdasarkan pendapat yang mahsyur di kalangan mutaakhirin, kitab ini
termasuk kitab induk ke enam dari enam kitab induk hadits. Mayoritas hadits yang
beliau takhrij, diriwayatkan pula oleh penyusun enam kitab induk hadits. hadits yang
beliau riwayatkan secara bersendirian sebanyak 1339 buah. Meskipun demikian, kitab
ini derajatnya lebih rendah dari Sunan An-Nasa’i, Sunan Abu Dawud, dan Sunan At-
Tirmidzi. Telah banyak pendapat bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
secara bersendirian umumnya adalah hadits dla’if, akan tetapi A-Hafidz Ibnu Hajar
mengatakan, “Hal itu tidaklah bersifat mutlak menurut penelitian saya. Namun, secara
global, di dalam kitab tersebut memang banyak terdapat hadits mungkar. Wallahul
Musta’an.”27
Ibnu Majah adalah Abu’Abdillah Muhammad bin Yazid bin ‘Abdillah bin Majah
Ar-Raba’i Al-Qazwini. Beliau dilahirkan di Qazwin yang termasuk wilayah ‘Iraq pada
tahun 209 H. Beliau melakukan perjalanan dalam mencari hadits sampai ke Ar-Ray,
Bashrah, Kufah, Baghdad, Syam, Mesir, dan Hijaz. Beliau meninggal pada tahun 273 H
dalam usia 64 tahun.28
2. Kutubut Tis’ah
g. Sunan Ad-Darimi
Nama lengkap penyusun kitab Sunan Ad-darimi adalah ‘Abdurrahman ibn al-
fadhl ibn Bahram ‘Abdis Shamad. Beliau dilahirkan pada tahun wafatnya Ibnul
Mubarak, yaitu pada tahun 181 H di kota Samarqand. Sejak kecil beliau telah dikaruniai
kecerdasan otak sehingga ia mudah untuk memahami dan menghafal setiap yang
didengarnya. Dengan bibit kecerdasannya itulah beliau menemui para syaikh dan
belajar ilmu. Imam Ad-Darimi meninggal dunia pada 8 Dzulhijjah tahun 255 H setelah
shalat ‘Ashar. Beliau dimakamkan pada hari Jumat bertepatan dengan hari Arafah.
Beliau meninggal pada usia mencapai 75 tahun.
Imam Ad-Darimi sejak kecil sudah dikaruniai kecerdasan sehingga beliau mudah
untuk memahami dan menghafalkan setiap apa yang beliau dengar. Dengan bekal
tersebut, beliau menemui syekh untuk beljar ilmu. Ia belajar kepada orang yang lebih tua

27
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 111
28
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 112.
atau bahkan lebih muda dari beliau, sehingga ulama pada masanya telah ia kunjungi dan
telah ia serap ilmunya.
Samarkand adalah negeri yang tidak pernah sepi dari ilmu pengetahuan, walaupun
demikian ia tidak merasa cukup dengan apa yang ada di Samarkand. Beliau juga
mengunjungi Khurasan dan belajar hadits dari ulama yang ada di sana. Kemudian beliau
berkunjung ke Irak, dan belajar hadits kepada para ahli yang ada di Baghdad, Kuffah,
Wasith, dan Bashrah.
Ad-Darimi adalah sosok yang gigih dalam mencari hadits dan telah diakui oleh
kebanyakan ulama hadits. Salah satu kitabnya yang berjudul “Al-Hadits Al-Musnad Al-
Marfu’ wa Al-Mauquf wa Al-Maqthu’ yang beliau susun dengan sistematika bab-bab
fikih sehingga kitab ini populer dengan sebutan “Sunan Ad-Darimi”.
Imam Ad-darimi belajar hadits dari Yazid bin Harun, Ya’la bin ‘Ubaid, Ja’far bin
‘Umar Al-Zahrami, Abu ‘Ali Ubaidillah bin Abdul Majid Al-Hanafiy, dan Abu Bakar
‘Abd Al-Kabir. Orang yang belajar hadits dengan beliau diantaranya Muslim, Abu
Dawud, Tirmidzi, Ibnu Humaid.
Dalam menyusun Sunan Ad-Darimi, beliau terkesan tidak ingin memperbanyak
jalur sanad namun lebih berkeinginan untuk menyusun suatu kitab yang ringkas. Dalam
satu bab beliau hanya memasukkan satu, dua, atau tiga hadits saja. Inilah alasan beliau
hanya memasukkan tidak lebih dari 10 buah hadits mu’allaq. Kitab ini memiliki 3367
hadits yang terdiri dari 89 hadits mursal dan 240 hadits maqtu’ serta kebanyakan hadits
bersandar langsung dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.29
h. Musnad Imam Ahmad
Para ahli hadits dahulu maupun sekarang telah memberi persaksian bahwa
Musnad ini merupakan kitab hadits yang paling lengkap karena setiap muslim
membutuhkannya dalam urusan agama dan dunianya. Ibnu Katsir mengatakan, “Tidak
ada satu kitab Musnad pun yang menandingi Musnad Ahmad dalam jumlah hadits dan
keindahan susunan.”
Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal asy-Syaibani, yang terbiasa
dipanggil dengan Abu Abdillah. Beliau dilahirkan di Baghdad pada tahun 164 H, lantas
berkelana ke berbagai penjuru negeri untuk menuntut ilmu hingga menjadi imam hadits
29
Muhammad Qomarullah, Mengenal Kutub Tis’ah dan Biografi Pengarangnya, Jurnal el-Ghiroh. Vol. XII,
No. 01. Februari 2017, hlm. 24-25.
dan fiqih, teladan ketakwaan serta kezuhudan. Ulama semasanya sangat memuliakan
beliau. Kemuliaannya semakin melambung semenjak sikap tegas diperlihatkan kepada
orang-orang yang menyatakan Al-Qur’an itu makhluk. Madzhab Hanbali dinisbatkan
atas dirinya. Beliau memiliki sejumlah karya tulis dan yang paling terkenal adalah al-
Musnad. Ahmad bin Hanbal wafat pada tahun 241 H.30
i. Al-Muwaththa’ Imam Malik
Al-Muwaththa’ merupakan kitab pertama tentang hadits dan fiqih. Kitab ini
disusun oleh Imam Malik selama 40 tahun. Imam Syafi’i pernah berkata tentang kitab
Al-Muwaththa’: “Di muka bumi ini tidak ada satu kitab –sesudah kitab Allah yang
lebih shahih daripada kitab Malik.” Terdapat banyak sanad hadits yang oleh para ahli
dianggap sebagai sanad-sanad yang paling shahih diantaranya riwayat Az-Zuhri, dari
Salim, dari Ibnu Umar serta riwayat Malik, dari Nafi’ dari Ibnu Umar.31
Al-Muwaththa’ dimulai dengan shalat kemudian dilanjutkan dengan hadits-hadits
tentang sendi dan rukun Islam lainnya, kemudian membahas berbagai aspek hukum
sebagaimana yang diajarkan melalui perinta-perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, serta dihapami dan diterapkan oleh Shahabat dan Tabi’in.32
Malik bin Anas atau Abu Abdullah al-Madani al-Faqih , salah seorang tokoh
Islam terkemuka. Beliaulah Imam Darul Hijrah (Madinah) pada masanya. Imam Malik
meriwayatkan hadits dari sejumlah Tabi’in, dan sejumlah imam meriwayatkan hadits
darinya. Beliau memiliki keutamaan yang banyak, sehingga tidak sedikit ulama yang
memuji. Imam Malik dikenal sebagai perawi yang tsiqah, ma’mun, tsabit (kuat
hafalannya), wara, faqih,’alim (berilmu), hujjah (dapat dijadikan rujukan). Beliau salah
seorang dari empat imam madzhab, selain penulis kitab al-Muwaththa’. Imam Malik
wafat pada tahun 179 H, dan dimakamkan di Baqi.33

30
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 384

31
Malik bin Anas, Al-Muwaththa Terj. Adib Bisri Musthofa, dkk., (Semarang: CV. Asy’ Syifa’, 1992), hlm. 8.
32
Abdur Rahman, Inilah Syari’ah Islam,(Jakarta: Panjimas, 1991), hlm. 146.
33
Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 384.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawi hadist adalah orang yang menyampaikan hadist dari sumbernya, yaitu
Rasulullah SAW, para sahabat, tabi’in, atau tabi’ut tabi’in. Perawi hadist memiki
peran yang sangat penting dalam menjaga kemurniaan hadist dari berbagai macam
penyimpangan.Dalam ilmu hadist, perawi hadist dibagi menjadi dua kategori yaitu;
Perawi yang tsiqah, yaitu perawi yang memiki sifat-sifat yang dapat menjalin
keabsahan hadist yang diriwayatkannya seperti Amanah, dhabit, fasih, dan faqih.
Perawi yang dhaif yaitu perawi yang tidak memiliki sifat-sifat yang dapat menjalin
keabsahan hadist yang diriwatkannya.Ada beberapa kitab hadist yang sangat paling
terkenal yaitu Al kutub as-sittah (enam kitab induk hadist), yaitu shahih bukhari,
shahih muslim, sunan abu Dawud, sunan tirmidzi, sunan nasa’i, dan sunan ibnu
majjah. Al mutawatta (karya imam malik), sunan ad-darimi, musnad ahmad bin
hanbal. Dengan demikian, perawi hadist dan kitab-kiab hadist merupakan bagian
yanag sangat penting dalam kehidupan umat islam. Keduanya memiki peran yang
sangat vital dalam menjaga kemurnian hadist dan menerapkan ajaran islam dalam
kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran
Makalah ini kami buat setulus hati dengan mempertimbangkan berbagai
kemungkinan, namun yang Namanya suatu hal tidak luput dari kesalahan, maka dari itu
kami mengakhiri pembahasan kali ini dengan mengharap saran, kritik, ataupun
masukan kepada semuanya berharap kedepanya kami bisa menyajikan makalah yang
terbaik dari hari ini. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Abdur Rahman, Inilah Syari’ah Islam,(Jakarta: Panjimas, 1991), hlm. 146.

Abdurrohman, I., & Mutaqin, R. S. (2021). Kontribusi al-Ramāhurmuzi Terhadap Perkembangan


Ilmu Hadis: Analisis Terhadap Kitab al-Muhaddits al-Fāshil Baina al-Rāwi wa al-Wā’i.
Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis, 6(1), 24-33.
Ad-Dzahabi, S., & bin Utsman, M. B. A. (1998). Siyar A’lam an-Nubala. Beirut: Ar-Risalah cet,
11.195.

Aisah. Etika pendidik dan peserta didik menurut Al-Khatib Bagdadi dalam kitabnya Al-Jami'Li
Akhlaq Ar-Rawi Wa Adar As-sami'. 2016. PhD Thesis. Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.hlm. 154, 155, 177.

Al-Khatib, al-Sunnah Qabla al-Tadwin, 514.

bnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 384

Ibid, hlm 171

Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahzibut Tahzib, jild. 3, h. 63

Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2014), hlm.
371.

Ibnu Taimiyah, Wali Allah ataukah Wali Syaitan, hlm. 372-384

Khoirul Amru Harahap, Lc, MHI. dan Achmad Faozan, Lc, M.Ag., Tokoh-Tokoh Besar Islam
Sepanjang Sejarah (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kutsar, 2020), hlm 185-186.

Mahmud Abu Rayyah, Adwa' ala As Sunnah Al Muhammadiyyah, (Mesir,Dar Al Ma'arif, 1994,
hal. 173

Malik bin Anas, Al-Muwaththa Terj. Adib Bisri Musthofa, dkk., (Semarang: CV. Asy’ Syifa’, 1992),
hlm. 8

Muhammad Az-Zahrani, Sejarah dan Perkembangan Pembukuan Hadits-Hadits Nabi, (Jakarta:


Darul Haq, 2017), hlm.130.

Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, (Jogjakarta: Media Hidayah, 2008), hlm.
100.

Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Musthalah Hadits, hlm. 102-112

Muhammad Qomarullah, Mengenal Kutub Tis’ah dan Biografi Pengarangnya, Jurnal el-Ghiroh.
Vol. XII, No. 01. Februari 2017, hlm. 24-25.

Muttaqin, Aris Anwaril. “Konsep Penentuan Halal Dalam Ekonomi Islam (Studi Komparasi
Hadits Riwayat Bukhari Dan Tirmidzi).” Indonesia Journal Of Halal 1.1 (2018): 15-24.

Rohmansyah. Studi Komparatif Kitāb Rijāl Sunni dan Syīah (Studi atas Kitāb Tadzkirah al-
Huffāzh Karya al-Dzahabi dan Kitāb al-Rijāl Karya Dāwud al-Hulli). AL QUDS: Jurnal
Studi Alquran dan Hadis, 2017, 1.2: 111-132.

Sa'ad, I. al-Thabagat al-Kubra, jilid VIII. Beirut: Dar al-Fikr,, 5/135.


Sahliono, Biografi dan Tingkatan Perawi Hadits, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), hlm. 169.

Sormin, Darliana. “Kedudukan Sahabat Dan ‘Adaalahnya.” Al-Muaddib: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
dan Keislaman 1.1 (2017).

Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), 62

Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis: Pengantar Studi Hadis Praktis, (Malang: Malang Press, 2008), 25

Anda mungkin juga menyukai