Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ILMU HADITS DAN SEJARAH PEMBUKUANNYA

Disusun guna memenuhi tugas pada


Mata kuliah: HADITS
Dosen pengampu: Ida Rahmawati, S.Ag.,M.Pd.I

Disusun oleh:

Alif Dimass Wildany

(2203805091046)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM JEMBER

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam karena atass izin
dan kehendak-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepatt pada waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Hadits. Adapun yang dibahas dalam makalah ini mengenai ilmu Hadits dan
sejarah pembukuannya.

Terimakasih saya ucapkan kepada dosen pengampu yakni Ibu Ida


Rahmawati, S.Ag., M.Pd.I yang telah memberikan tugas ini sehingga penulis
dapat menyusun dan belajar dengan makalah ini.

Harapannya makalah ini dapat menjadi referensi untuk masa depan. Dan
semoga makalahh ini dapat berguna bagi oraang yang membacanya.

Jember, 13 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………... 1

Latar belakang………………………………………………. 1

Rumusan masalah…………………………………………… 1

Tujuan……………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………… 2

Haditts Pada Masa Rasulullah SAW, Sahabat, dan Tabi’in… 2

Masa Tadwin Hadits………………………………………. 8.

Masa Seleksi Penyempurnaan Serta Pengembangan Sistem Penyusunan


Kitab Hadist……………………………………………….. 10

BAB III PENUTUP……………………………………………….. 12

Kesimpulan………………………………………………... 12

Saran………………………………………………………. 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Secara umum pengertian istilah hadits Nabi ialah penuturan sahabat
tentangg Rasulullah, baik mengenai perkataan, perbuatan atau taqrirnya,
bahkan juga sifat-sifatnya. Keberadaan hadits sebagai salah satu sumber
hukum dalam Islam memiliki sejarah perkembangan dan penyebaran yang
kompleks. Sejak dari masa pra-kodifikasi, zaman Nabi, Sahabat, dan Tabi’in
hingga setelah pembukuan pada abad ke-2 H. Perkembangan hadits pada masa
awal lebih banyak menggunakan lisan, dikarenakan ada larangan Nabi untuk
menulis hadits. Adanya larangan tersebut berdasarkan kekhawatiran Nabi akan
tercampurnya nash al-Qur'an dengan hadits. Selain itu, juga disebabkan fokus
Nabi pada para sahabat yang bisa menulis untuk menulis al-Qur'an.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana sejarah pembukuan hadits pada masa Rasulullah SAW,
Tabi’in, dan sekarang?
2. Bagaimana masa tadwin hadits?
3. Bagaimana masa seleksi dan penyempurnaan serta pengembangan sistem
penyusun kitab hadist?

1.3 Tujuan
1. Memahami sejarah dan perkembangan hadits
2. Mengetahui masa tadwin hadits
3. Mengetahui Masa Seleksi Penyempurnaan Serta Pengembangan Sistem
Penyusunan Kitab Hadist

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hadist Pada Masa Rasul SAW, Sahabat, Tabi’in

A. Pembukuan Hadits Pada Masa Rasullullah SAW


(a). Cara Rasulullah Menyampaikan Hadits
Umat Islam pada masa ini dapat secara langsung memperolen hadis dari
Rasulullah SAW sebagai sumber hadist karena mereka tidak ada jarak atau hijab
yang dapat menghambat atau mempersulit pertemuannya
Allah menurunkan Al-Qur’an dan mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai
utusannya adalah sebuah paket yang tidak dapat di pisah pisahkan, dan apa apa
yang disampaikannya juga merupakan wahyu.
Oleh karena itu, tempat-tempat pertemuan di antara kedua belah pihak
sangatlah terbuka dalam banyak kesempatan. Tempat yang biasa digunakan
Rasulullah bervariasi , seperti di masjid, rumah Rasulullah, pasar, ketika dalam
perjalanan (safar) atau ketika muqim (berada di rumah).
Melalui tempat-tempat tersebut Rasulullah SAW. Menyampaikan hadis, yang
terkadang disampaikannya melalui sabdanya yang didengar oleh para sahabat
(melalui musyafahah), dan terkadang melalui perbuatan serta taqrirnya yang
disaksikannya oleh mereka (melalui musyahadah).
Ada beberapa cara Rasulullah SAW. Menyampaikan hadis kepada para
sahabat, yaitu:
Pertama, melalaui para jama‟ah pada pusat pembinannya yang disebut majlis
al-„ilmi. Melalui majlis ini para sahabat memperoleh banyak peluang untuk
menerima hadis, sehingga mereka berusaha untuk selalu mengkonsentrasikan diri
guna mengikuti kegiatan dan ajaran yang diberikan Rasulullah SAW.
Kedua, dalam banyak kesempatan Rasul SAW. juga menyampaikan hadisnya
melalui para sahabat tertentu , yang kemudian disampaikan nya kepada orang

2
lain.Hal ini karena terkadang ketika ia mewurudkan hadist ,para sahabat yang
hader

3
4

hanya beberapa orang saja , baik karena disengaja oleh Rasul SAW . sendiri
atau kebetulan para sahabat yang hader hanya beberapa orang saja , bahkn hanya
1 orang , seperti hadist hadist yang ditulis oleh Abdullah ibn Amr ibn Al-„Ash.
Ketiga, cara lain yang dilakukan oleh Rasul SAW adalah melalui ceramah
atau pidato di tempat terbuka , sepeti wada‟ dan futuh makkah.

(b). Perbedaan Para Sahabat Dalam Menguasai Hadits


Diantara para sahabat tidak sama kadar perolehan dan penguasaan hadist. Ada
yang memilikinya lebih banyak ,tetapi ada yang sedikit sekali. Hal ini dalam
beberapa hal. Pertama, perbedaan mereka dalam soal kesempatan bersama
Rasullah SAW. Kedua, perbedaan mereka dalam soal kesanggupan bertanya
kepada sahabat lain. Ketiga, perbedaan mereka karena berbedanya waktu masuk
Islam dan jarak tempat tinggal dari masjid Rasullah SAW.
Ada beberapa orang sahabat yang tercatat sebagi sahabat yang banyak
menerima hadits dari Rasulullah SAW. diantaranya:
1) Para sahabat yang tergolong kelompok Al-Sabiqun Al-Awwalun (yang
mula-mula maauk islam), seperti Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Utsman
ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib.
2) Ummahat Al- Mukminin (istri-istri Rasulullah SAW.), seperti Siti Aisyah
dan Ummu Salamah.
3) Para sahabat yang disamping selalu dekat dengan Rasullah SAW. juga
menuliskan hadis-hadis yang diterimanya, seperti Abdullah Amr ibn Al-
„Ash.

(c). Menghafal dan Menulis Hadits


1) Menghafal Hadits
Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan AlQur‟an
dan Hadits, sebagai dua sumber ajaran Islam, Rasullah SAW.
menempuh jalan yang berbeda. Terhadap Al-Qur‟an ia secara resmi
menginstruksikan kepada sahabat supaya ditulis disamping dihafal.
Sedang terhadap hadits ia hanya menyuruh menghafalnya.
5

2) Menulis Hadits
Sejumlah sahabat yang memiliki catatan-catatan dan melakukan
penulisan terhadap hadis dan memiliki catatan-catatannya, ialah:
a) Abdullah ibn Amr Al-„Ash. Ia memiliki catatan hadis yang
menurut pengakuannay dibenarkan oleh Rasullah SAW., sehingga
diberinya nama al-sahifah al-shadiqah. Menurut suatu riwayat
diceritakan, bahwa orang-orang Quraisy mengkritik sikap Abdullah
ibn Amr, karena sikapnya yang menulis apa yang datang dari
Rasullah SAW. Mereka berkata:’Engkau tuliskan apa saja yang
datang dari Rasul, padahal Rasul itu manusia, yang bisa saja bicara
dalam kedaan marah’.
b) Jabir ibn Abdillah ibn Amr Al-Anshari(78 H). Ia memiliki
catatan hadis dari Rasullah SAW. tentang manasik haji.
Hadishadisnya kemudian diriwayatkan oleh Muslim.
c) Abu Hurairah Al-Dausi(59 H). Ia memiliki catatan hadis yang
dikenal dengan Al-Sahihah. Hasil karyanya ini diwariskan kepada
anaknya bernama Hammam.

(d). Mempertemukan 2 Hadits yang Bertentangan

Dengan melihat dua kelompok hadis yang kelihatannya terjadi kontradiksi,


seperti pada hadis dari Abu Sa‟id Al-Hudri di satu pihak, dengan hadis dari
Abdullah ibn Amr Al-„Ash, dipihak lain , yang masing-masing diduikung oleh
hadis-hadis lainnya, mengundang perhatian para ulama untuk menemukan
penyelasaiannya. Menurut „Ajjaj Al-Khatib terdapat empat qaul :

Pertama, menurut sebagian ulama bahwa hadis dari Abu Sa‟id AlKhudri
bernilai mauquf, karenanya tidak dijadikan hujjaj.Menurut Ajjaj Al-Khatib
pendapat ini tidak bisa dierima, karena hadis Abu Sa‟id Al-Khudri dan hadis-
hadis yang semakna dengannya adalah shahih.
6

Kedua, yang lain menyabutkan bahwa larangan menulis hadis terjadi pada
periode awal Islam. Hal ini karena adanya keterbatasanketerbatasan. Maka pada
saat umat Islam sudah semakin bertambah dan tenaga yang menulis hadis sudah
memungkinkan, penulisan hadis menjadi diperbolehkan.

Ketiga, ada ulama yang memandang bahwa larangan tersebut pada


dasarnya bagi orang yang kuat hafalnya. Hal ini untuk membiasakan diri melatih
kekuatan hafalannya, dengan menghilangkan ketergantungan kepada penulisan.

B. Pembukuan Hadits Pada Masa Sahabat

(a). Menjaga Pessan Rasuluullah SAW

Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rasulullah SAW. berpesan


kapada para sahabat agar berpegang teguh kepada Al-Qur‟an dan Hadis serta
mengajarkannya kepada orang lain.

Pesan-pesan Rasullah SAW. sangat mendalam pengaruhnya kepada para


sahabat, sehingga segala perhatian yang tercurah sematamata untuk melaksanakan
dan memelihara pesan-pesannya. Kecintaan mereka kepada Rasulullah SAW.
dibuktikan dengan melaksanakan sgala yang dicontohkan.

(b). Berhati-hati dalam Meriwayatkan dan Menerima Hadits

Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama menunjukkan perhatian dalam


memelihara hadis. Menurut Al-Dzahabi, Abu Bakar adalah sahabat yang pertama
sekali menerima hadis dengan hatihati.Diriwayatkan oleh ibn Syihab dari Qabisah
ibn Zuaib, bahwa seorang nenek bertanya kepada Abu Bakar soal bagian warisan
untuk dirinya. Ketika ia menanyakan bahwa hal itu tidak diteukan hukumnya,
baik dalam Al-Qur‟an maupun Hadis. Al Mughirah menyebutkan, bahwa
Rasullah SAW. memberinya seperenam. Abu bakar kemudian meminta supaya Al-
Mughirah mengajukan saksi lebih dahulu baru kemudian hadisnya diterima.

(c). Periwayatan Hadis dengan Lafadz dan makna


7

1) Periwayatan Lafdzi

Periwayatan lafdzi adalah periwayatan hadis yang redaksinya atau


matannya persis seperti yang diwurudkan Rasulullah SAW.

Menurut „Ajjaj Al-Khatib, sebenarnya seluruh sahabat menginginkan agar


periwayatan itu dengan lafdzi bukan dengan maknawi. Sebagian dari mereka
secara ketat melarang meriwayatkan hadis dengan maknanya saja, hingga satu
huruf atau satu katapun tidak boleh diganti. Begitu pula tidak boleh
mendahulukan susunan kata yang disebut Rasullah SAW. dibelakang atau
sebaliknya.

2) Periwayatan Maknawi

Periwayatan maknawi artinya periwayatan hadis yang matannya tidak


persis sama dengan yang didengarnya dari Rasulullah SAWaksn tetapi isi atau
maknanya tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
Rasulullah SAW. tanpa ada perubahan sedikitpun.

Ibnu Mas‟ud misalnya, ketika ia meriwayatkan hadis dengan istilahistilah


terentu yang digunakannya untuk menguatkan penukilanya, seperti dengan kata:
qala Rasul SAW. hakadza (Rasul SAW. telah bersabda begini).

C. Pembukuan Hadits Pada Masa Tabi’in

a. Pusat-pusat Pembinaan Hadits

Tercatat beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan hadis,


sebagai tempat tujuan para tabi‟in dalam mencari hadis. Kota-kota tersebut adalah
Madinah Al-Munawwarah, Makkah Al-Mukarramah, dan Mesir. Pusat pembinaan
pertama adalah Madinah, karena disinilah Rasulullah SAW. hijrah. Di sini pula
Rasullah SAW. membina masyarakat Islam yang didalamnya terdiri atas
Muhajirin dan Anshar . Para tabi‟in disini diantaranya Sa‟id ibn Al-Musyayyab ,
„Urwah ibn Zubair dan Salim ibn Abdillah ibn Umar.
8

Diantara tabi‟in yang berada di Makkah diantaranya Atha‟ ibn Abi Rabah,

Diantara tabi‟in yang berda di Mesia diantaranya Yazid ibn Abi Habib,
Abdullah ibn Abi Ja‟far dan Abdullah ibn Sulaiman Al-Thawil.

b. Pergolakan Politik dan Pemalsuan Hadits

Pergolakan ini sebenarnya terjadi pada masa sahabat, setelah terjadinya


perang Jamal dan perang Shiffin, yaitu ketika kekuasaan dipegang oleh Ali ibn
Abi Thalib. Akan tetapi akibatnya cukup panjang dan berlarut-larut dengan
terpecahnya umat Islam kedalam beberapa kelompok (Khawarij, Syi‟ah,
Mu‟awiyyah dan golongan mayoritas yang tidak masuk kedalam ketiga kelompok
tersebut).

Pengaruh negatif dari hal tersebut adalah munculnya hadis-hadis palsu


(maudhu‟). Adapun pengaruh yang berakibat positif adalah upaya penyelamatan
dari pemusnahan dan pemalsuan hadis.

D. Pembukuan Hadits di Masa Sekarang

Mulai dari masa baghdad diancurkan oleh Hulagu Khan, berpindahlah


kegiatan perkembangan hadits ke Mesir dan India. Dalam masa ini banyaklah
kepala-kepala pemerintahan yang berkecimpung dalam bidang ilmu hadits seperti
Al Barquq.

Disamping itu tak dapat dilupakan usaha ulama-ulama india dalam


mengembangkan kitab-kitab hadits yang berkembang dalam masyarakat umat
islam dengan usaha penerbitan yang dilakukan oleh ulama-ulama india.
Merekalah yang menerbitkan kitab ‘ulumul hadits’ karangan Al Hakim. Pada
masa akhir-akhir ini berpindah pula kegiatan itu ke daerah kerajaan saudi arabia.

a. Jalan-jalan yang di tempuh dalam masa ini ialah : menertibkan isi


kitabkitab hadits, menyaringnya dan menyusun kitab-kitab takhrij, serta
membuat kitab-kitab jami‟ yang umum, kitab-kitab yang mengumpulkan
9

hadits-hadits hukum, mentakhrijkan hadits-hadits yang terdapat dalam


beberapa kitab, mentakhrijkan hadits-hadits yang terkenal dalam
masyarakat dan menyusun kitab Athraf.

b. Diantara kitab-kitab yang disusun dalam periode ini adalah:

1) Kitab-kitab Zawaid

Dalam periode ini bangunlah ulama mengumpulkan hadits-hadits yang tak


terdapat dalam kitab-kitab yang sebelumnya kedalam sebuah kitab
tertentu. Kitab-kitab itu mereka namai, Kitab Zawaid.

Diantara kitab Zawaid yang tekenal, ialah :

a) Kitab Zawaid Sunan Ibnu Majah

b) Kitab Ith-haful Maharah bi zawaidil Masanidil „aAsyrah.

c) Kitab zawaid As Sunnil Kubra d) Kitab Al Mathalibul Aliyah fi zawaidil


Masanadi I-Tsamaniyah.

2) Kitab-kitab Jawami yang umum

Ulama-ulama hadits dalam periode ini mengumpulkan pula haditshadits


yang terdapat dalam bebrapa kitab, kedalam sebuah kitab yang tertentu.

Diantara kitab yang merupakan jawami yang umum, ialah :

a) Kitab Jami‟ul Masanid was Sunan Al Hadi li aqwami sanan

b) Jami‟ulJawami

3) Tokoh-tokoh hadits dalam masa ini

a) Az Zahaby

b) Al Asqalani

c) As Sayuti
10

2.2 Masa Tadwin Hadits

Secara bahasa tadwin diterjemahkan dengan kumpulan shahifah


(mujtama‟ al-shuhuf). Secara luas tadwin diartikan dengan al-jam‟u
(mengumpulkan). Sementara yang dimaksud dengan tadwin hadist pada periode
ini adalah pembukuan (kodifikasi) secara resmi yang berdasarkan perintah kepala
negara, dengan melibatkan beberapa personil yang ahli di bidangnya.Bukan yang
dilakukan secara perseorangan atau untuk kepentingan pribadi , seperti yang
terjadi pada masa Rasul SAW.

Usaha ini dimulai pada masa pemerintahan Islam yang dipimpin oleh
khalifah Umar ibn Abdul Aziz (khalifah ke delapan dari khalifah Bani Umayyah),
melalui instruksi nya kepada para pejabat daerah agar memperhatikan dan
mengumpulkan hadis dari para penghafalnya. Khalifah menginstruksikan kepada
Abu Bakar ibn Hazm agar mengumpulkan hadis-hadis yang ada pada Amrah
Abdurrahman AlAnshari (murid kepercayaan Siti „Aisyah) dan Al-Qasim ibn
Muhammad ibn Abu Bakr.

1. Latar Belakang Munculnya Pemikiran Usaha Tadwin Hadis


Ada dua hal pokok mengapa Umar ibn Aziz mengambil sikap seperti
ini. Pertama ,ia khawatir terhadap hilang nya hadis-hadis dengan
meninggalnya para ulama di medan perang. Kedua ,ia khawatir juga
akan tercampurnya antara hadis-hadis yang sahih dengan hadis hadis
palsu. Dengan melihat berbagai persoalan yang muncul sebagai ,
sebagai akibat terjadinya pergolakan politik yang sudah cukup lama,
dan mendesaknya kebutuhan untuk segera mengambil tindakan guna
penyelamatan hadis dari kemusnahan dan pemalsuan ,maka Umar
IbnAbdul Aziz sebagai seorang khalifah yang berakhlakmulia, adil,dan
wara‟i, terdorong untuk mengambil tindakan ini .Bahkan menurut
beberapa riwayat ia turut terlibat mendiskusikan hadis-hadis yang
sedang dihimpunanya.
2. Gerakan Menulis Hadis Pada Kalangan Tabi‟in dan Tabi‟at Tabi‟in
setelah ibn Syihab az-Zuhri
11

Ada ulama hadis yang berhasil menyusun kitab tadwin, yang bisa
diwariskan kepada generasi sekarang,yaitu Malik ibn Anas (wafat 93-
179 H) di madinah ,dengan kitab hasil karyanya AlMuwaththa‟. Para
pentadwin berikutnya, ialah Muhammad ibn Ishaq (w.151H.) dan Ibn
Abi Zi‟bin(80-158 H.) di madinah; Ibn Juraij (80- 150 H.)di makkah;
Al-Rabi‟ ibn sabih (w.160 H.)dan hammad di kufah; Al--Auza‟i (88-
157 H.)di syam; Ma‟mar ibn Rasyid (93-153 H.) di yaman; Ibn Al-
Mubarrak(118-181H.) di khaurasan; abdullah ibn Al-Wahhab (125-
188H).

3.1 Masa Seleksi dan Penyempurnaan Hadits

1. Masa Penyaringan Hadits

Masa seleksi atau penyaringan hadis terjadi ketika pemerintahan dipegang


oleh dinasti Bani Abbas .Munculnya periode seleksi ini ,karena pada periode
sebelumnya ,yakni periode tadwin, belum berhasil memisahkan beberapa hadis
mauquf dan maqthu dari hadis marfu‟. Begitu pula belum bisa memisahkan
beberapa hadis yang dha‟if dari yang shahih bahkan masih ada hadis yang
maudhu „ tercampur pada yang shahih.

Pada masa ini para ulama bersungguh-sungguh mengadakan penyaringan


hadis yang diterimanya .Melalui kaedah kaedah yang ditetapkannya . Para ulama
pada masa ini berhasil memisahkan hadishadis yang mauquf‟ (periwayatannya
berhenti pada sahabat) dan yang maqthu‟ (terputus dari masa sanad nya sampai
Nabi SAW.) meskipun berdasarkan penelitian berikutnya masih ditemukan
terselipnya hadis yang dha‟if pada kitab kitab shahih karya mereka .

Berkat keuletan dan keseriusan para ulama pada masa ini, maka
bermunculan kitab kitab tersebut pada perkembangan nya kemudian ,dikenal
dengan kutub Al-Sittah(kitab induk ke enam).

Secara lengkap kitab-kitab yang enam di atas ,di urutkan sebagai berikut:
12

a. Al-Jami‟ Al-Shahih susunan Imam Al-Bukhari;

b. Al-Jami‟ Al-Shahih susunan Imam muslim;

c. Al-Sunan susunan Abu Daud;

d. Al-Sunan susunan Al-Tirmidzi ;

e. Al-Sunan susunan Al-Nasa‟i dan

f. Al-Sunan susunan ibnu Majah.

2. Masa Perkembangan dan Penyempurnaan Sistem Penyusunan Kitab-kitab


Hadits

Setelah muncul kitab Al-Sittah dan Al-Muwathatha‟ Malik serta Musnad


Ahmad ibn Hanbal, para „ulama mengalihkan perhatiannya untuk menyusun kitab
Jawa‟id serta menyusun kitab hadis untuk topiktopik tertentu.

Diantara ulama yang masih melakukan penyusunan kitab hadis yang


memuat hadis-hadis shahih ialah ibn Hibban Al-Bisti (354 H).

Penyusunan kitab-kitab pada masa ini lebih mengarah kepada usaha


mengembangkan dengan beberapa variasi pentadwinan terhadap kitabkitab yang
sudah ada. Di antara usaha itu ialah, mengumpulkan isi kitab shahih Bukhari dan
Muslim, seperti yang dilakukan oleh Muhammad ibn Abdillah Al-Jauzaqi dan ibn
Al- Furrat (414 H).
13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

At Tadwin atau Kodifikasi hadits menurut bahasa adalah pendewanan


hadits atau pembukuan hadits. Sedangkan menurut terminologi artinya
pengumpulan dan penyusunan hadits.

Ada beberapa proses kodifikasi hadis yaitu:

1. Kodifikasi Hadis Pada Masa Rasul SAW.

2. Kodifikasi Hadits Pada Masa Sahabat

3. Kodifikasi Hadits Pada Masa Tabi‟in

4. Kodifikasi Hadits Pada Masa Sekarang

Masa Tadwin Hadis

Secara bahasa tadwin diterjemahkan dengan kumpulan shahifah


(mujtama‟ al-shuhuf). Secara luas tadwin diartikan dengan al-jam‟u
(mengumpulkan).

Masa Seleksi dan Penyempurnaan Hadits

1. Masa Penyaringan Hadits

2. Masa Perkembangan dan Penyempurnaan Sistem Penyusunan Kitab-


kitab Hadits

B. SARAN

14
15

Pemakalah masih memerlukan banyak masukan maupun pembenaran


apabila ada kesalahan, maka kritik dan saran dari teman-teman sangat kami
harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Sibai, Musthafa. 1998. Al- Al-Sunnah wa Makanatuha fi Tasyri’ Al-


Islam, Kairo: Dar Al-Islam Suparta, Munzier. 2002.

Ilmu Hadis cet. Ke-3, Jakarta: rajawali pers.

Al-Khatib, Ajjaj. 1997. Al-Sunnah Qabla Al-Tadwin cet. Ke-6.

Beirut: Dar Al-Fikr. http://multazambahri.blogspot.com/2011/04/sejarah-


perkembangan-haditsmasa.html

13

Anda mungkin juga menyukai