Makalah
Disusun oleh:
Musdalifah
80100223025
Dosen Pengampu:
ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua, dan shalawat serta salam kita persembahkan kepada Nabi Muhammad
Saw. sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Studi
orang tua serta keluarga penulis, terima kasih kepada ibu Dr. Fadhlina Arif
Wangsa, Lc, M.Ag dan Dr. H. Muhammad Ali Ngampo, M.Ag. selaku dosen
jika banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan, baik dalam bentuk ucapan
maupun tingkah laku. Semua itu adalah murni dari penulis sebagai manusia biasa
penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat
Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
Musdalifah
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
membolehkan para sahabatnya untuk mencatat semua yang datang dari beliau
melarang mencatat selain dari al-Qur’an. Hal ini di maksudkan untuk menghindari
buktinya beliau membolehkan sebagian sahabatnya seperti Zaid bin Tsabit untuk
mencatat sebagian dari sabda-sabdanya. Namun tujuannya tak lain dan tak bukan
gejolak politik muncullah sebagian orang yang tidak bertanggung jawab membuat
hadits-hadits palsu untuk tujuan politik mereka. Melihat kondisi seperti ini
kebanyakan sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in tidak berdiam diri dan mereka
hadits. Upaya untuk memelihara validitas ini terus dilakukan oleh para sahabat,
tabi’in’ dan tabi tabi’in dengan caranya masing-masing dan sesuai dengan tradisi
1 Karimin, “Metodologi Penulisan Dan Kualitas Kitab Hadits (Imam Bukhari, Imam
Muslim, Imam Abu Daud)”, Al-Qirah 14, No. 1 (2020): h. 28
2 Karimin, “Metodologi Penulisan Dan Kualitas Kitab Hadits (Imam Bukhari, Imam
Muslim, Imam Abu Daud)”, h. 29
1
2
penghimpunan hadis mulai dari masa Nabi sampai saat ini, dapat dilihat
setiap kurun waktu yang dilaluinya. Dalam hal ini, Nur al-Din ‘Itr membagi
tahapan sejarah perkembangan hadis atas tujuh periode. Ketujuh periode tersebut
adalah: Pertama, Masa Pembentukan (Dawr al-Nusyu’). Periode ini dimulai pada
Penyempurnaan (Dawr al-Takamul). Mulai awal abad kedua sampai abad ketiga
Dimulai dari pertengahan abad keempat dan berakhir pada awal abad ketujuh
Hadis (Dawr al Nadj wa al-Iktimal fi' Tadwin Ulum al-Hadis). Bermula awal abad
ketujuh dan berakhir pada abad kesepuluh hijriah; Keenam. Masa Kebekuan dan
awal keempat belas hijriah; Ketujuh, Masa. Kebangkitan Zaman Modern (Dawr
hadis, baik itu kitab sumber yakni kitab hadis yang menjadi rujukan sumber
dimana hanya keterlibatan penulis kitab dalam kitab tersebut, ataupun kitab kajian
3 Nur al-Din ‘Itr, Manhaj al-Naqd Fi ‘Ulum al-Hadis (Bairut: Dar al-Fiqk, t.th), h. 37-72
di mana kitab-kitab ini mengkaji atau ada keterlibatan penulis lain dalam kitab
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Sumber)?
Kajian)?
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
menurut nama sahabat berdasar kepada sejarah mereka memeluk agama Islam.
sahabat sepuluh (sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga), kemudian hadis-
hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat yang turut dalam peperangan Badar
mereka.5 Selain itu, menurut Ahmad Umar Hasyim kitab musnad ialah kitab-kitab
hadis yang oleh penyusunnya disusun berdasarkan nama sahabat periwayat hadis
yang bersangkutan, misalnya: musnad Imam Ahmad bin Hanbal. Pada umumnya,
acakan di dalam satu bab bergabung dengan berbagai tema. Misalnya, hadis shalat
bercampur dengan hadis puasa. Demikian juga, kitab ini masih bercampur baur
4
5
b. Urutan nama qabilah sahabat, dimulal dari Bani Hasyim, kemudian kelompok
c. Urutan nama sahabat yang mula-mula memeluk Islam, dimulai dengan urutan
walaupun hadis-hadis Nabi di dalam kitab musnad sudah terpisah dari perkataan
para sahabat dan fatwa-fatwa tabi’in adalah sebagai bentuk keistimewaan yang
dimilikinya. Namun, ia masih sangat sulit dan susah melacak hadis-hadis nabi di
dalam satu tema yang tertentu, sebab penyusunan hadis tidak berdasarkan
tidak mudah dipahami sejauhmana derajat kesahihhan sebuah hadis, apakah boleh
Kitab al-Jami ialah kitab yang menghimpun hadis-hadis Nabi, disusun atas
beberapa bab yang berisi tentang berbagai tema. Biasanya, jumlah tema terdiri
delapan bab, yaitu: aqidah, hukum, bermusafir, adab sopan santun, tafsir, fitnah,
tanda-tanda kiamat, dan sifat-sifat kebaikan.8 Kitab-kitab hadis yang tergolong al-
jami’ dalam jenis ini, misalnya: al-Jami’ al-Shahih oleh al-Bukhari; dan al-Jami'
al-Sahih oleh Muslim. Disamping itu, ada jugs kitab al-Jami' yang menghimpun
hadis-hadis Nabi dilihat dari sumber rujukannya adalah berasal dari kitab-kitab
hadis yang telah ada, seperti Jami’ al-Usul min Ahadis al-Rasul, disusun dan
al-mu’jam yang paling masyhur pada abad ini adalah kitab yang disusun oleh Abu
al-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Tabrani (w. 360H), terdiri atas tiga bentuk: al-
Mujam al-Kabir, disusun menurut urutan nama sahabat secara abjad, memuat
gurunya, memuat sekitar 30 ribu hadis dan demikian juga al-Mu’jam al-Shagir,
Kitab sunan ialah kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis Nabi disusun
berdasarkan bab-bab fiqhi dan kualitas hadisnya tidak yang mawquf, kecuali
sahih, dan hasan.11 Walaupun kitab sunan adalah termasuk kitab mushannaf,
kitab shahih, melainkan memuat materi yang menyangkut masalah hukum fiqh
berdasarkan tertib urutan perawi.12 Kitab-kitab sunan yang terkenal adalah Sunan
Abu Dawud, Sunan al-Turmuzi, Sunan al-Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah.
9 Ismail Yusuf, “Sejarah Perkembangan Hadis Dan Metodologinya Pada Abad III
Hijriah”, al-Asas: Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar Keislaman 1, No. 2 (2018): h. 111
c. Hanya memuat hadis-hadis marfu’ saja, dan kalaupun ada yang mawquf dan
e. Pada sebagian kecil kitab dicantumkan penjelasan tentang kualitas hadis yang
bersangkutan.
yang kemudian disusunnya dengan menggunakan sistem bab per bab dari istilah-
istilah bab ilmu, yaitu terdiri dari bab akidah, hukum memerdekakan budak, etika
makan dan minum, tafsir dan sejarah, bepergian, etika berdiri dan duduk yang
Secara umum kitab-kitab bertipe jami’ dan jawami’ adalah sama tetapi ada
14
Muhammad Alawi al-Maliki, Ilmu Ushul Hadis (Cet. III; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012), h. 245
Ibnu Nashr al-Humaidy (w. 488 H). Kedua al-Jami’ ini merupakan kitab yang
disebutkan oleh ulama-ulama yang sebelumya, padahal hadis itu shahih menurut
syarat yang dipergunakan oleh ulama tersebut.16 Dengan kata lain, kitab-kitab
bertipe mustadrak ialah kitab-kitab yang menuliskan hadis yang tidak di tuliskan
di dalam suatu kitab yang lain tetapi dalam menuliskan kitabnya, penulis kitab
tertentu;
c. Kualitas hadis yang diriwayatkan beragam, ada yang shahih, hasan dan dhaif.
Naisabury (w. 405 H). Al-Hakim membukukan dalam kitabnya hadis-hadis yang
dan yang dipandang shahih oleh al-Hakim sendiri. Al-Mustadrak ini telah
hadis-hadis yang sebenarnya dhaif atau mungkar. Hal ini terjadi karena al-Hakim
hadis itu.19 Kata athraf adalah jamak dari thraf (bagian dari sesuatu). Thraf hadis
adalah bagian hadis yang dapat menunjukkan hadis itu sendiri, atau pernyataan
yang dapat menunjukkan hadis.20 Kitab athraf ditulis dengan hanya menyebutkan
dua cara:21
dimulai dari sahabat yang namanya dimulai dengan huruf alif kemudian ba’
dan seterusnya;
18
M. Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits (Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra, 1997), h. 116-117
20 Nuruddin, Ulum al-Hadits I (Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 185.
b. Berdasarkan huruf awal matan hadis seperti yang dilakukan oleh Abu alFadhl
Ibn al-Husayni dalam kitabnya al-Kasyf fi’ Ma’rifah al-Athraf yang memuat
Menurut istilah ulama hadis yang dimaksud dengan kitab syarh adalah
kitab yang berisi uraian dan penjelasan hadis-hadis Nabi saw. yang termaktub
dalam suatu kitab hadis tertentu. Ta’liq adalah komentar atau catatan kaki, untuk
hadis yang telah terhimpun dalam suatu kitab-kitab hadis tertentu. Catatan itu
umumnya berupa keterangan singkat berkenaan dengan hal-hal penting dari hadis-
menjelaskan bahwa diantara ulama yang banyak memberikan ta’liq terhadap atas
Syakir, Mahmuf Syakir, Abdul Fatah Abu Ghadah, Habiburrahman al-Azamy dan
Muhammad Fuad bin Abdul Baqy. Karena ta’liq tersebut merupakan catatan
singkat maka dengan sendirinya tidaklah berupa kitab tersendiri tetapi cukup
hadis-hadis dari satu kitab, dengan sanad-sanad dari dia sendiri lalu
sanadsanadnya bertemu dengan syaikh pengarang kitab itu, atau bertemu dengan
rawi yang lebih atas dari syaikh tersebut. Penyusunan kitab hadis mustakhraj
kitab lain, kemudian penulis kitab yang pertama tadi mencantumkan sanadnya
Shahih al Bukhari kemudian mencantumkan sanad dari dia sendiri bukan sanad
Dari penjelasan di atas bahwa dapat di simpulkan jika penulis tipe kitab
kemudian menyamakan sanad dari dirinya sendiri, hadis-hadis ini akan bertemu
pada sanad yang sama. Misalnya, kitab-kitab yang men-takhrij Shahih al-Bukhari:
Mustakhraj al Isma’ili (w. 371), Mustakhraj al-Ghithrifi (w. 377 H), dan
Mustakhraj Ibn Abi Zhul (w. 378 H). Kitab-kitab yang men-takhrij Shahih
Muslim: Mustakhraj Abu Awanah al-Isfirayani (w. 316 H), Mustakhraj al-
Humaydi (w. 311 H) dan Mustakhraj Abu Hamid al-Harawi (w. 355 H). Kitab-
kitab yang men-takhrij hadis-hadis dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim:
Mustakhraj Abu Nu’aym al-Ashbahani (w. 430 H), Mustakhraj Ibn al-Akhram
(w. 344 H), dan Mustakhraj Abu Bakar al-Barqani (w. 425 H).24
Zawaid merupakan bentuk jamak dari kata zaid atau ziyadah yang berarti
zawaid adalah kitab yang berisi kumpulan hadis-hadis tambahan terhadap hadis
yang ada pada sebagian kitab-kitab yang lain.25 Adapun karakteristik tipe kitab
25 Andi Yaqub, “Metodologi Penyusunan Kitab Hadis (al-Riwayah dan al-Buhusi)”, h. 20.
a. Berisi hadis-hadis yang ditulis oleh seorang mukharrij dalam kitabnya dan
c. Kualitas hadis di dalamnya bervariasi ada yang shahih, hasan dan dhaif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zawa’id.
B. Saran
Sebagai manusia biasa yang tak terluput dari kesalahan tentu dalam
penyusun masih memerlukan saran dari pembaca suapaya makalah yang kami
13
DAFTAR PUSTAKA
Alawi al-Maliki, Muhammad. Ilmu Ushul Hadis. Cet. III; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012
Hasan, A. Qadir. Ilmu Mushthalah Hadits. Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2007
Idri, Studi Hadis. Cet. I; Jakarta: Kencana, 2010
‘Itr, Nur al-Din. Manhaj al-Naqd Fi ‘Ulum al-Hadis. Bairut: Dar al-Fiqk, t.th
Karimin. “Metodologi Penulisan Dan Kualitas Kitab Hadits (Imam Bukhari,
Imam Muslim, Imam Abu Daud)”. Al-Qirah 14, No. 1 (2020)
Nuruddin, Ulum al-Hadits I. Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995
al-Sabbag, Muhammad. al-Hadis al Nabawi Mustahalu Balagatuhu ‘Ulumuhu
Kutubuhu. Mesir: Mansyurat al-Maktabah alIslamiyah, 1972
ash-Shiddieqy, M. Hasbi. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits. Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1994
------------------------------. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra, 1997
Umar Hasyim, Ahmad. al-Sunnah al Nabawiyyah wa ‘Ulumuha. Mesir: Maktabah
Garib, t.th
Yusuf, Ismail. “Sejarah Perkembangan Hadis Dan Metodologinya Pada Abad III
Hijriah”, al-Asas: Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar Keislaman 1, No. 2 (2018)
al-Zahrani, Muhammad bin Mathar. Tadwin al-Sunnah al-Nabawiyah Nusy’atuhu
Wa Tatuwutuhu. Saudi Arabia, Maktabah al-Siddiq, 1516H
14