Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MACAM – MACAM KITAB HADIST


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ulumul Hadits
Dosen Pengampu : Ibah Misbah, Lc

Kelompok 3 :
1. Agus Setiawan
2. Benny Candra
3. Deni Rusman
4. Hakim Tarmizi Lubis
5. Irsyad Annaufal
6. Muhammad Ridwan
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH BOGOR
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah. swt. yang telah memberikan kita kesehatan, sehingga kita dapat
menjalankan aktifitas dengan baik. Sholawat dan Salam semoga senantiasa tetap tercurah kepada
Nabi Muhammad saw.

Ucapan terima kasih kepada pihak - pihak yang dianggap membantu dalam pembuatan
makalah dengan judul ; “ULUMUL HADIST", atas dukungan moral dan materi yang diberikan
dalam penyusunan makalah ini, Maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibah
Misbah, Lc selaku dosen pembimbing kami yang senantiasa memberikan arahan dan masukan
kepada kami.

Walau bagaimanapun, pada makalah ini pasti masih terdapat kekurangan di sana-sini. Maka
tentu masukan dari Pak Dosen Pembimbing dan teman-teman sangat kami nantikan, untuk
perbaikan kedepan.

Bogor, 16 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

A. Macam-Macam Kitab Hadis ................................................................................................ 3

B. PERINGKAT-PERINGKAT KITAB HADIS .................................................................. 10

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan hadis sebagai salah satu sumber ajaran islam memiliki perkembangan dan
penyebaran yang kompleks. Sejak dari masa prakodifikasi, zaman Nabi, sahabat, dan tabiin
hingga setelah pembukuan. Sebelum sampai masa pembukuan, penulisan hadis seringkali
menjadi bahan kontroversi di kalangan sebagian kaum muslim maupun non muslim. Ada
sebagian yang menolak untuk menerima otentisitas Hadis Nabi lantaran mereka berargumen
bahwa Hadis Nabi ditulis dan dibukukan dua abad sesudah wafatnya Rasulullah Muhammad,
suatu rentang waktu yang agak lama berlalu sehingga dapat menyebabkan timbulnya perubahan
dan pergeseran lafaz serta makna hadis yang bersangkutan.

Dalam sejarah perkembangannya, hadis pernah mengalami masa transisi, yakni dari tradisi
oral ke tradisi tulisan, dan penulisannya membutuhkan waktu yang lebih panjang ketimbang
pengkompilasian Alquran. Lama setelah Nabi saw. wafat, ungkapan-ungkapan dan segala hal
yang berkaitan dengan diri beliau menjadi objek penelitian intensif para ulama hadis untuk
dikoleksi dalam bentuk tulisan. Para ulama hadis hampir sepakat mengatakan bahwa kodifikasi
hadis secara resmi dilakukan oleh khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz yang memerintah pada tahun
99-101 H. 1

Fokus tulisan ini adalah membahas macam-macam kitab hadis yang pernah muncul dan
beredar di dunia pengkajian hadis. Pembahasannya diupayakan untuk selalu disandarkan ke latar
sejarah (historical setting) perkembangan hadis. Pembahasan peringkat (martabat atau ranking)
kitab-kitab hadis yang dianalisis secara kualitatif hanya pada kitab-kitab kanonik dan
ensiklopedik yang paling sering diapresiasi mayoritas muslim. Sebelumnya akan dibahas juga
peringkat dari macam-macam koleksi kitab hadis ala prinsip generalisasi. Analisis kualitas
menyangkut kajian seluruh aspek koleksi (kitab) hadis yang meliputi nilai hadis (syarat-syarat
yang ditetapkan), sistematika penulisan, ketelitiannya, dll. Masing-masing kitab yang menempati
tingkat tertentu akan dibahas juga kekurangan-kelebihannya, pujian, dan kritikan terhadapnya.

1
Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2011), h. 68.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam - macam kitab hadist?
2. Apa saja peringkat - peringkat kitab hadist?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Kitab Hadist
Sebagaimana halnya dengan ilmu hadis, penulisan kitab-kitab hadis juga selalu
berkembang. Para penulis kitab-kitab hadis tersebut mempunyai cara dan corak yang berbeda-
beda, terutama dalam sistematikanya. Para Muhaddisin telah menulis berbagai jenis kitab hadis
dalam berbagai bidang bahasanya. Para pengkaji dan peneliti hadis yang datang kemudian telah
mengelompokkan kitab-kitab hadis yang bervariasi tersebut ke dalam beberapa kelompok. Jika
dikelompokkan macam-macam kitab hadis secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Kitab-kitab Hadis yang Disusun Berdasarkan Bab

Dalam kitab-kitab ulama terdahulu jenis ini disebut dengan al-Asnāf. Teknik penyusunan
kitab jenis ini adalah mengumpulkan hadis-hadis yang memiliki tema yang sama menjadi satu
judul umum yang mencakupnya; seperti Kitāb as-Salāh, Kitāb az-Zakāh, dan Kitāb al-Buyū’.
Kemudian hadis-hadisnya dibagi-bagi menjadi beberapa bab. Masing-masing bab mencakup satu
atau beberapa hadis yang berisi masalah juz’iyyah. Setiap bab diberi judul yang menunjukkan
temanya, seperti bab Miftāh as-Salāh at-Tahūr. Para muhaddisin menyebut judul bab itu dengan
tarjamah.

Keistimewaan kitab-kitab jenis ini mudah dijadikan sebagai kitab sumber, sehingga
menjadi tumpuan utama bagi para penuntut ilmu dan para peneliti. Bagi orang yang ingin
mencari hadis-hadis tentang masalah tertentu, kitab ini akan sangat membantunya, mencari
hadis-hadis yang ia perlukan. Bagi orang yang ingin mencari sumber hadis-hadis, judul-judul
yang telah didapatkan kitab jenis ini merupakan petunjuk untuk mendapatkan hadis-hadis yang ia
cari .2

Penyusun kitab-kitab berdasarkan bab itu ditempuh dengan berbagai cara, diantaranya:

a. Al-Jawāmi’

2
Nuruddin ‘Itr, ‘Ulum al-Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta, 1995), h. 181.

3
Kata Kitāb al-Jawāmi’ adalah bentuk dari jamak dari kata al-Jāmi’.3 Kitab Jāmi’ menurut
istilah para Muhaddisin adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan bab dan mencakup hadis-
hadis berbagai sendi ajaran Islam dan sub-subnya. Secara garis besar bab-babnya mencakup
tentang aqidah, ibadah muamalah, perjalanan hidup Nabi saw, perbudakan, fitnah, dan berita hari
kiamat.4

Kitab Jāmi’ itu sangat banyak, yang termahsyur diantaranya adalah: al-Jāmi’ as-Sahīh
karya al-Bukhari, al-Jāmi’ as-Sahīh karya Imam Muslim. . Dan al-Jāmi’ karya Imam at-
Turmudzi atau yang dikenal dengan Sunan at-Turmudzi. kitab ini disebut Sunan karena ia lebih
menonjolkan hadis-hadis hukum.5

b. As-Sunan

Kitab Sunan adalah kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis hukum yang marfu’ dan
disusun berdasarkan bab-bab fiqh. Kitab jenis ini hanya memuat hadis-hadis tertentu bukan
semua aspek ajaran Islam. Kitab sunan memuat hadis sahih, hasan dan daif. Kitab-kitab sunan
yang masyhur adalah sunan Abi Dāwud, Sunan At-Turmudzi, Sunan An-Nasā’i, dan Sunan Ibnu
Mājah.6

c. Al-Musannafāt

Kata al-Musannāf mengandung makna yang sama dengan muwatta’āt yaitu kitab hadis
yang disusun berdasarkan bab-bab fiqh akan tetapi mencakup hadis mawqūf, hadis maqtū’,
disatukan dengan hadis marfū’, karena kitab-kitab jenis ini umumnya disusun pada awal
pembukuan hadis.7 Kitab musannaf yang terkenal adalah musannaf Abdur Razzāq bin Hammām
as-Sahanī. Dan musannaf Abū Bakar bin Abū Syaibah.

d. Al-Mustadrakāt

3
Ramli Abdul Wahid dan Husnel Anwar Matondang, Kamus Lengkap Ilmu Hadis, (Medan: Perdana Publising,
2011), h. 92
4
Mahmud Thahhan, Taisir Musthalah al-Hadis, edisi terjemahan bahasa Indonesia: Intisari Ilmu Hadis oleh Muhtadi
Ridwan, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 188.
5
Nuruddin ‘Itr, Op.Cit, h. 182
6
Ibid, h. 183.
7
Ramli Abdul Wahid dan Husnel Anwar Matondang, Op.Cit, h. 159.

4
Kata Al-Mustadrakāt bentuk jamak dari mustadrak. Al-Mustadrakāt merupakan kitab hadis
yang memuat hadis-hadis yang tidak dimuat dalam kitab-kitab tertentu yang sebenarnya hadis-
hadis tersebut memenuhi syarat yang dipegangi oleh penulis kitab tersebut.8 Kitab al-Mustadrak
yang terkenal adalah kitab al-Mustadrak ‘alā As-Sahīhaini karya Al-Hakim Al-Naisaburi (321-
405 H) dan Kitab Al-Ilzamāt karya Al-Dar Quthni (306-385 H).9

e. Al-Mustakhrajāt

Kata Al-Mustakhrajāt merupakan bentuk jama dari kata al-Mustakhraj. Al-Mustakhrajāt


merupakan kitab hadis yang memuat hadis-hadis yang diambil dari kitab hadis lain yang oleh
penulisnya diriwayatkan dengan sanad sendiri, bukan dengan sanad yang serupa dengan sanad
kitab semula. Kitab Al-Mustakhraj yang masyhur adalah kitab Mustakhraj atas sahihain atau
salah satunya.10 Kitab yang paling banyak dibuat kitab mustkharajnya ialah sahīh bukhārī dan
sahīhmuslim.11

2. Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan nama-nama sahabat

Yaitu kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat
ditempat yang khusus dan mencantumkan nama sahabat yang meriwayatkannya. Teknik
penyusunan seperti ini sangat membantu dalam mengetahui jumlah dan jenis hadis yang
diriwayatkan oleh para sahabat dari Nabi saw. Dan mempermudah pengecekannya; lebih-lebih
keberadaan kitab seperti ini merupakan kitab yang sangat berfaidah bagi pencarian sumber hadis
yang telah diketahui nama sahabat yang meriwayatkannya, serta faidah-faidah lain yang
berkaitan dengan kemudahan pengkajian hadis.

Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat ini ada dua macam,
yaitu:12

a. Kitab Musnad

8
Ibid, hal. 164.
9
Nawir Yuslem, Sembislan Kitab Induk Hadis, Biografi Penulisnya dan Sistematika Penulisannya, ( Jakarta: Hijri
Pustaka Utama, 2006), h. 105.
10
Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis, Op.Cits, h. 86.
11
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1991) h. 139.
12
Nuruddin ‘Itr, Manhaj an-Naqd fī ‘Ulūm al-Hadīs, (Damaskus : Dār al-Fikr, 1997) h. 201.

5
Kitab musnad adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan nama sahabat. Urutan
sahabat itu ada kalanya disusun berdasarkan urutan huruf hija’iyah, ada kalanya berdasarkan
urutan waktu masuk islamnya, dan ada kalanya berdasarkan keluhuran nasabnya.

Jumlah kitab Musnad ini sangat banyak, yang paling masyhur dan paling tinggi
martabatnya adalah Al-Musnad karya Al-Imam Ahmad bin Hanbal, kemudian Musnad karya Abi
Ya’la Al-Mushili.

b. Al-Atrāf

Kata Atrāf adalah jama’ dari tharf yang berarti bagian dari sesuatu.13 Tharf hadis adalah
bagian hadis yang dapat menunjukkan hadis itu sendiri, atau pernyataan yang dapat
menunjukkan hadis, seperti hadis innama al-a’mālu bi An-niyyāt.14

Kitab al-Atrāf adalah kitab-kitab yang disusun untuk menyabutkan bagian hadis yang
menunjukkan keseluruhannya, biasanya di dalamnya dituliskan pangkal-pangkal hadis saja.15
lalu disebutkan sanad-sanadnya pada kitab-kitab sumbernya. Sebagian penyusun menyebutkan
sanadnya dengan lengkap, dan sebagian lainnya hanya menyebutkan sebagiannya. Kitab-kitab ini
tidak memuat matan hadis secara lengkap, dan bagian hadats yang dimuat pun tidak pasti bagian
dalam arti tekstual.

3. Al-Ma‘ājim

Kata al-Ma‘ājim adalah bentuk jamak dari kata al-mu’jam. Kitab mu’jam menurut istilah
para muhaddisin adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan susunan guru-guru penulisnya
yang kebanyakan disusun berdasarkan urutan huruf hija’iyah (alfabetis). Beberapa kitab mu’jam
yang terkenal adalah tiga buah kitab mu’jam karya Al-Muhaddis al-Hafizh al-Kabir Abu Al-
Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani (W.360 H). Ketiga kitab mu’jam itu adalah: al-Mu’jam
al-Sagīr, al-Mu’jam al-Ausat, dan al-Mu’jam Al-Kabīr.16 Dua mu’jam yang pertama disusun
berdasarkan urutan nama guru-gurunya, sedangkan mu’jam yang terakhir disusun berdasarkan
urutan nama para sahabat menurut urutan huruf mu’jam.

13
Munjid, (Beirut: Dar al-Masyriq, 2005) , h. 464.
14
Nuruddin ‘Itr, Manhaj an-Naqd fii ‘Ulum al-Hadis, Op.Cit,h. 201.
15
Ramli Abdul Wahid dan HusnelAnwar Matondang, Kamus lengkap. Op.Cit, h. 29.
16
Mahmud Thahhan, Op.Cit, h. 188.

6
4. Kitab-kitab yang disusun berdasarkan urutan awal hadis

Yaitu kitab-kitab hadis yang menyebutkan beberapa kata awal setiap hadis yang disusun
berdasarkan urutan mu’jam . Jadi dimulai dengan hadis yang diawali dengan huruf alif, lalu
hadis yang diawali dengan huruf ba’, dan seterusnya.

Kitab seperti ini memberikan banyak kemudahan bagi orang yang menelaahnya. Akan
tetapi, terlebih dahulu harus diketahui dengan pasti huruf awal setiap hadis yang dicari
sumbernya itu. Bila tidak, maka akan sia-sialah upaya pencariannya itu. Kitab-kitab hadis yang
disusun dengan cara seperti ini ada dua macam antara lain:17

a. Kitab Majami’, yaitu kitab-kitab yang merupakan himpunan hadis dari berbagai
kitab hadis.
b. Kitab-kitab tentang hadis-hadis yang sering diucapkan oleh orang umum.

Kitab ini mencakup banyak hadis yang sering diucapkan oleh umat pada umumnya, dan
kebanyakan hadisnya tidak terdapat dalam kitab lain yang sejenis.

5. Kitab-kitab Himpunan Hadis

Yaitu kitab-kitab yang disusun untuk menghimpun hadis dari sejumlah kitab sumber hadis.
Kitab-kitab jenis ini disusun dengan dua cara yaitu:18

a. Kitab Hadis yang berdasarkan urutan bab

Diantara kitab jenis ini yang terpenting adalah: a). Jami’ al-Ushūl min Ahadīs ar-Rasūl
karya Ibnul Atsir al-Mubarak ditulis tanpa disertai sanad. Setiap hadis diberi penjelasan ringkas
tentang lafal-lafal yang asing. Namun tidak disertai dengan penjelasan tentang derajad hadis-
hadis sunan, bahkan ia tidak menyebutkan komentar al-Turmudzi terhadap hadis-hadis yang
diriwayatkannya, sehingga hal ini membuat para pembacanya membutuhkan upaya lebih lanjut
untuk mengetahiunya. b). Kanzul ‘Ummal fi sunan al-aqwal wa al-af’al karya al-Syaikh Al-
Muhaddis Ali bin Hisam al-Muttaqi al-Hindi(W.975 H), merupakan sembilan puluh tiga buah
kitab hadis, menurut hasil perhitungan, sehingga ia tampil sebagai kitab hadis yang komplit dan
tidak ada duanya.

17
Nuruddin ‘Itr, Manhaj an-Naqd fii ‘Ulum al-Hadis, Op.Cit, h. 203.
18
Ibid, h. 205

7
b. Hadis-hadis yang disusun berdasarkan urutan huruf-huruf pertama pada mu’jam

Di antara kitab jenis ini yang terpenting adalah: a) Al-Jami’ al-Kabīr atau Jam’ul Jawami’
karya Imam al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi. Kitab ini merupakan cikal bakal kitab Kanzul
Ummal. b) Al-Jami’ as-Sagīr li Ahadis al-Basyir an- Nazir karya As-Suyuthi pula. Kitab ini
merupakan cuplikan dari kitab al-Jami’ al-Kabīr.

1) Kitab az-Zawā’id

Az-Zawāid merupakan kitab –kitab hadis yang disusun untuk menghimpun hadis-hadis
yang tidak terdapat pada kitab hadis yang lain, yakni selain hadis-hadis yang terdapat dalam
kitab-kitab yang diperbandingkan itu. Sangat banyak ulama yang telah menyusun kitab az-
Zawā’id ini, sebagian yang terkenal adalah: 1) Majma’ az-Zawā’id wa Manba’ al-Fawā’id oleh
al-Hafizh Nuruddin Ali bin Abu Bakar al-Haitsami. 2) Al-Matālib al-‘Aliyah bi Zawā’id al-
Masānid as-samāniyah karya al-Hafizh Ahmad bin Ali bin Hajar al-Atsqalani. Kitab ini
menghimpun hadis-hadis yang melebihi al-Kutub al-Sittah.19

2) Kitab-Kitab Takhrīj

Yaitu kitab-kitab yang disusun untuk mentakhrij hadis-hadis kitab tertentu. Di antara kitab
takhrij yang penting adalah: 1) Nashbu Ar-Rāyah li Ahādis al-Hidāyah karya Jamaluddin Abu
Muhammad Abdillah bin Yusuf al-Zaila’i al- Hanafi. Kitab ini merupakan takhrij hadis-hadis
kitab Hidayah, sebuah kitab fiqh mazhab Hanafi, yang disusun oleh Ali bin Abu Bakar al-
Maghinani. 2) Al-Mughni ‘an Haml al-Asfār fi al-Asfār fi Takhrīj Mā fi al-Ihya’ min al-Akhbār
karya Imam Abdurrahim bin al-Husain al-Iraqi. Kitab ini merupakan kitab takhrij hadis-hadis
dalam kitab Ihya ‘Ulūm al-Dīn karya Imam Al-Gzālī.20

3) Al-Ajzā’

Al-Juz’ merupakan kitab yang disusun untuk menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan
dari seorang perawi, baik dari kalangan sahabat maupun generasi setelahnya.21 seperti Juz’ Hadis
Abi Bakar dan Juz’ Hadis Malik. Pengertian lain menjelaskan bahwa al-Juz’ adalah kitab hadis

19
Ibid, h. 206-207.
20
Ibid, h. 208.
21
Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis, Op.Cit, h. 87.

8
yang membahas sanad-sanad sebuah kalimat seperti Ikhtiyar al-Aulani Hadis Ikhtisham al-
Mala’I al-A’la karya al-Hafiz Ibnu Rajab.

4) Al-Masyikhat

Al-Masyikhat adalah kitab-kitab yang disusun untuk menghimpun nama guru-guru


penyusunnya, hadis atau kitab yang mereka terima beserta sanadnya, berikut para penyusunnya.
Di antara kitab semacam ini yang paling masyhur adalah agenda pengajian hadis yang ditulis
oleh al-Ra’aini yang diberi judul al-Nubdzat al-mustafad minal riwayat wa al-isnad.

5) Al-‘Ilal

Al-‘Ilal adalah kitab-kitab hadis yang disusun untuk menghimpun hadis-hadis yang
memiliki cacat, disertai penjelasan tentang cacatnya itu. Penyusunan kitab sejenis ini merupakan
puncak prestasi kerja penyusunnya, karena pekerjaan ini membutuhkan ketekunan, kerja keras
dan waktu yang panjang untuk meneliti sanad , memusatkan pengkajian dan mengulang-
ngulanginya untuk mendapat kesimpulan.22

Dari segi jumlah, koleksi dari berbagai macam (tipe) tersebut sangatlah berlimpah dan sulit
dipastikan. Pada abad pertama (Hijriah) saja, M. Azami (1977) berani menaksir ada ratusan
booklet (kitab mini, brosur hadis) yang beredar. Kemudian bila ditambah seratus tahun
berikutnya (abad ke-2 H) akan lebih sulit lagi memerkirakan jumlah booklet dengan (ditambah)
kitab hadis yang muncul. Bahkan, katanya, para ulama hadis mengestimasi jumlahnya mencapai
ribuan. Dari ribuan koleksi itu, hanya sejumlah kecil yang masih bisa dijumpai. Mengenai hal
ini, Azami(1977) mengajukan dua hipotesis, pertama, perkiraannya tentang jumlah koleksi yang
sampai ratusan (bahkan ribuan) tadi adalah salah total. Hipotesis kedua, koleksi-koleksi tersebut
pada suatu waktu memang ada, namun semakin punah.

Hipotesisnya yang terakhir ini memang memunculkan kemungkinan lain di antaranya


bahwa itu semua karena ketelodoran para ahli hadis atau mereka merasa tidak memerlukan
literatur hadis sehingga tak terpelihara sampai rusak. Namun demikian, Azami (1977) meyakini
hipotesisnya yang kedua adalah tepat dan benar. Koleksi-koleksi tersebut tidaklah rusak ataupun
musnah, namun terserap ke dalam karya-karya para ahli hadis yang kemudian. Oleh karenanya,

22
Ibid.

9
ketika kitab-kitab (tipe) ensiklopedik tersusun, para ahli hadis merasa tidak perlu lagi
memelihara kitab-kitab ataupun booklets, sehingga lambat-laun makin punah.23

Adapun mengenai kitab koleksi hadisnya siapa yang lebih dulu muncul, juga muncul
perbedaan pendapat. Sebagai contoh, Muhammad Rasyid Rida, seperti yang dikutip Muhammad
‘Ajjaj al-Khatib (1989), berpendapat bahwa pada kurun awal dari kalangan tabiin, ahli yang
pertama kali mencatat hadis dan membukukannya menjadi sebuah koleksi (Musannāf) adalah
Khalid ibn Ma‘dan al-Lahmasi (w. 103/4 H). Ibn Syihab al-Zuhri, kata Rida, terkenal sebagai
yang pertama karena melakukannya atas dasar perintah khalifah Umayyah. Sementara al-Khatib
sendiri berpendapat bahwa penulisan hadis yang bersifat perorangan (berbentuk koleksi pribadi)
sudah ada sejak periode sahabat dan tabi‘in. Ia mencontohkan Ibn ‘Amr (w. 63/682) dan
Hammam ibn Munabbih (w. 101/719) yang mempunyai koleksi sahifah. Sedangkan, kalau
koleksi yang bersifat resmi (atas perintah khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz) adalah Abu Bakar.
Ibn Hazm dan al-Zuhri.24

B. PERINGKAT-PERINGKAT KITAB HADIST

Ad Dahlawy membagi derajat kitab-kitab hadis kepada empat tingkatan :

Pertama : al Muwaththa’at

Muwaththa‘at merupakan bentuk jamak dari muwaththa’. Menurut bahasa ia bermakna


sesuatu yang dimudahkan atau yang disediakan. Dikatakan jenis kitab ini dengan muwaththa’
karena penyusunnya berusaha untuk memudahkan para peminat hadis dan menyediakannya
untuk mereka. Salah satu kitab yang diberi nama muwaththa’ adalah karya Malik bin anas al-
Ashbahi. Kitab ini merupakan salah satu kitab yang berisi atsar, fatwa, amal ahli madina, dan
sunnah Rasul saw.

Ulama yang mensyarahkan al-Muwaththa’ antara lain : ‘Abd al-Barr, dengan nama at-
Tamhid wa al-Istidkar, ‘Abul-Walid, dengan nama al-Mau’ib, az-Zarqani dan ad-Dahlawi
dengan nama al-Musawa.25

23
Azami, Muhammad Mustafa, Studies in Hadith Methodology and Literature. Indianapolis, (Indiana: American
Trust Publications, 1977), h. 212.
24
M. ‘Ajaj Al-Khatib, Ushul Hadis, (Jakarta: Gaya Media, 2007), h. 186
25
Ramli Abdul Wahid dan HusnelAnwar Matondang, Kamus lengkap. Op.Cit, h. 182

10
Kedua : Sunan yang Empat

Yang dimaksud dengan sunan yang empat, yaitu : sunan Abu Daud, sunan at-Turmudzi,
sunan an-Nasa’I, dan sunan Ibnu Majah. Keempat kitab sunan tersebut masyhur dikenal dengan
sebutan as-sunan al-Arbaah.

Ketiga : Seluruh Musnad yang lain dari Musnad Ahmad, yang kandungannya bercampur
baur, ada yang shahih, ada yang hasan, ada yang dhaif, bahkan ada yang mungkar, seperti
Musnad Abu Ya’la, sunan al-Baihaqy kitab-kitab Ath Thatawy dan kitab Ath Thabrany.

Keempat : Kitab-kitab yang dimaksud oleh penyusunnya mengumpulkan segala rupa hadis,
untuk kepentingan mereka masing-masing yang membantu pendirian dan faham, seperti : kitab-
kitab Ibnu Asakir-Ad Dailamy-Ibnun Najjar Abu Nu’aim dan yang sesamanya.26

26
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Op.Cit, h. 141

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Secara kuantitas kitab hadis dari berbagai macam (tipe) sangatlah berlimpah dan sulit
dipastikan. M. Azami berani menaksir ada ratusan booklet (kitab mini, brosur hadis) yang
beredar pada abad pertama H. Kemudian bila ditambah seratus tahun berikutnya (abad ke-2 H)
akan lebih sulit lagi memerkirakan jumlah booklet dengan (ditambah) kitab hadis yang muncul.
Bahkan, katanya, para ulama hadis mengestimasi jumlahnya mencapai ribuan. Dari ribuan
koleksi itu, hanya sejumlah kecil yang masih bisa dijumpai.

Penetapan peringkat kitab-kitab hadis memang penting bagi masa-masa lampau. Namun,
bagi para pengapresiasi hadis kontemporer, kedudukan peringkat suatu kitab hadis tampaknya
tidak begitu penting. Sembari menawarkan berbagai metode pemahaman dan pemaknaan hadis
secara tepat, mereka mengapresiasi tinggi setiap hadis dari manapun asal kitabnya (Sunni dan
Syi‘ah) atau apapun nilainya. Yang lebih penting adalah kritisisme, di antaranya dengan
memaskai pisau analisis sejarah.

12
DAFTAR PUSTAKA
Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2011).

Nasuruddin ‘Itr, ‘Ulum Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta, 1995).

Ramli Abdul Wahid dan Husnel Anwar Matondang, Kamus Lengkap Ilmu Hadis, (Medan:
Perdana Publising, 2011).

Mahmud Thahhan, Taisir Musthalah al-Hadis, edisi terjemahan bahasa Indonesia: Intisari Ilmu
Hadis oleh Muhtadi Ridwan, (Malang: UIN Malang Press, 2007).

Nuruddin ‘Itr, Manhaj an-Naqd fii ‘Ulum al-Hadis (Damaskus: Daar al-Fikr,1997).

Nawir Yuslem, Sembilan Kitab Induk Hadis, Biografi Penulisnya dan Sistematika Penulisannya,
(Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006).

Hasbi Ash-Shiddieqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang, 1991).

Munjid, (Beirut: Dar al-Masyriq, 2005).

Azami, Muhammad Mustafa, Studies in Hadith Methodology and Literature. Indianapolis,


(Indiana: American Trust Publications, 1977).

M. ‘Ajaj Al-Khatib, Ushul Hadis, (Jakarta: Gaya Media, 2007).

_____________________

13

Anda mungkin juga menyukai