Anda di halaman 1dari 23

KITAB-KITAB HADITS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Al qur’an dan Hadits

Dengan Materi : Kitab-Kitab Hadits

Dosen Pengampu : Rahmin Talib Husain, S.Ag, M,TH.I

Oleh :

KELOMPOK 12

1. Iskandar Thalib
2. Sri Rahayu Kantu
3. Riski Gumohu

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS E

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) GOROTALO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kitab-Kitab
Hadits ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Makalah pada bidang stud AL-QUR’AN DAN HADITS.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kitab-
Kitab Hadits] bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Rahmin Talib Husain, S.Ag,
M,TH.I, selaku dosen mata kuliah AL-QUR’AN DAN HADITS yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, ahad 17 oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kitab-Kitab Hadist................................................................................. 3
2.2 Fungsi Adanya Kitab-kitab Hadist....................................................................... 4
2.3 Klasifikasi Kitab-kitab Hadist.............................................................................. 4

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Hadis sebagai sumber pedoman hidup setelah al-Qur’an menjadi


pustaka yang harus dijaga keberadaannya.Selain sebagai sumber hukum,
hadis juga merupakan sumber ilmu pengetahuan yang universal. Maka
tidaklah mengherankan jika umat Islam sangat memberikan perhatian
husus terhadap hadis terutama dalam usaha pemeliharaan agar terjaga
keasliannya dan tidak musnah.
Namun dalam catatan sejarah, praktek dusta atau pemalsuan hadis
terjadi karena tindakan beberapa oknum tertentu dengan berbagai tujuan.
Peristiwa itu terjadi sejak zaman Rasulullah dan pada masa fitnah al-
kubra. Para pendusta tersebut mengeluarkan statemen atau pernyataan
yang diatasnamakan Rasulullah untuk mendukung kelompoknya. Hingga
muncullah usaha pemurnian hadis.

Karena kehawatiran terjadinya kerancuan dan hilangnya hadis murni,


maka terjadi masa transisi hadits dari tradisi oral ke tradisi teks. Setelah
Rasulullah wafat, hadits dan segala hal yang berkaitan dengan beliau
menjadi objek penelitian intensif dari para sahabat, tabi’in, sampai ulama
hadis untuk dikoleksi dalam bentuk tulisan.Para ulama hadis hampir
sepakat mengatakan bahwa kodifikasi hadis secara resmi dilakukan pada
masa khalifah Umar bin ‘Abdul ‘Aziz.
Sebagaimana halnya dengan ilmu hadits, penulisan kitab-kitab hadis
juga selalu berkembang.Sebagian para ahli hadis melakukan pengkajian
terhadap hadis Rasulullah untuk kepentingan disiplin ilmu lain seperti
tafsir, fikih, kalam, hukum dan lain sebagainya. Sedangkan sebagian lagi
melakukan penelitian hadis untuk disiplin keilmuan hadis sendiri. Oleh
karena itu, keberadaan hadis-hadis Nabi tersebar secara luas, baik di
dalam bidang hadis sendiri, maupun di dalam bidang disiplin ilmu lain.

Perbedaan kebutuhan dan background dari para ahli hadis tersebut,


menjadi motif serta mendorong munculnya penyusunan kitab-kitab hadis
yang lebih sistematis dan kritis. Para ahli hadis mulai menyusun kitab-

1
kitab hadis sesuai dengan klasifikasi bidang pembahasan tertentu dengan
berbagai cara dan corak yang berbeda-beda, terutama dalam
sistematikanya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kitab-kitab hadits?
2. Fungsi adanya kitab-kitab hadits?
3. Klasifikasi kitab-kitab hadits :
a. Shohih
b. Sunan
c. Musnad

1.3. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan kitab-kitab hadits
2. Dapat mengetahui fungsi pembukuan kitab-kitab hadits
3. Dapat mengetahui klasifikasi kitab-kitab hadits

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Kitab-Kitab Hadits

Kitab-kitab hadis terdiri dari tiga kata yakni kitab-kitab dan

hadis. Secara etimologi, kitab-kitab artinya buku-buku.1 Dalam bahasa

arab kata kitab-kitab(kutubun) merupakan bentuk jamak dari kata bentuk

tunggal(kitaabun) yang artinya buku.2 Secara terminologi kitab-kitab

artinya kumpulan dari beberapa tulisan yang memuat beberapa bab, sub

bab serta beberapa masalah atau pembahasan.3 Sedangkan perngertian

hadist adalah segala perkataan, perbuatan, dan diamnya nabi muhammad

shollallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi definisi dari kitab hadis adalah

kumpulan dari beberapa hadis yang terkumpul jadi satu kitab atau buku.

Hadits sebagai kitab berisi berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi

Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut didapat dari para sahabat pada

saat bergaul dengan Nabi yang selanjutnya disampaikan kepada sahabat

lainnya atau murid-muridnya dan diteruskan kepada murid-murid

berikutnya lagi hingga sampai kepada pembuku hadis.

2.2. Fungsi adaya kitab-kitab hadits

Sebagaimana telah sebutkan oleh Imam Syafī’ī bahwa fungsi

hadits adalah penguat serta penjelas dari teks atau hukum yang masih

global dan belum dibahas dalam al-Qur’an.4 Sebagai pelengkap dari al-
1
Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya :
Penerbit Arloka, 1994), h. 339. Lihat pula. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.573.
2
‫ة يكتب كتب‬D‫ كتاب‬D‫با‬D‫وكتا‬, dengan bentuk jamaknya kutbun atau kutubun. Lihat. Al
Munjid, (Beirut: Dar al Masyriq, 2002), h.671.
3 ?
Kamus Al Munjid, h. 671
4
Fungsi hadis sebagai bayan tafshil (penjelas untuk menerangkan ayat mujmal
atau hal yang ringkas petunjuknya), bayan takhshish (penjelas untuk menentukan dari
3
Qur’an, keberadaan kitab-kitab hadist. menjadi referensi penting bagi

umat Islam dalam menjalani kehidupan sesuai dengan syari’at

Islam.Dengan adanya kitab-kitab hadis, umat Islam lebih mudah untuk

menemukan teks atau rujukan sumber yang dibutuhkan. Efisien waktu,

praktis dan efektif. Karena hadis-hadis sudah diklasifikasi sesuai dengan

bidang dan metode yang sistematis. Apalagi dengan kemajuan teknologi

informasi, kini kitab-kitab hadis tidak hanya dalam bentuk buku tebal,

tetapi ada ribuan kitab yang tersimpan dalam bentuk soft copy baik berupa

CD, DVD, maupun Software Maktabah Syamilah atau lainnya.

2.3. Klasifikasi kitab-kitab hadist


Kitab-kitab hadist pada umumnya begitu banyak yang disusun
dengan beberapa metode. Adapun pokok bahasan kita kali ini adalah
mengenai kitab hadist shohih, sunan, dan musnad.
a. Kitab shohih
Merupakan kitab hadist yang mencantumkan kitab-kitab hadits saja.
Diantaranya :
1. Shahih Al-Bukhari (194 - 256 H), berisi 7275 hadits (2230 hadits tanpa
perulangan)

Kitab Shahih Bukhari merupakan kitab (buku) koleksi hadis yang


disusun oleh imam al-bukhori yang hidup antara 194 hingga 256
hijriah. Kitab ini juga dikenal dengan al-Jami al-Musnad as-Sahih al-
Mukhtasar min Umur Rasulilah SAW wa Sunanihi wa Ayyamih. 5
Koleksi hadis ini di kalangan muslim Sunni adalah salah satu dari yang
terbaik karena Bukhari menggunakan kriteria yang sangat ketat dalam

ayat yang bersifat umum), bayan ta’yin (penjelasan untuk menentukan mana yang
dimaksud dari dua atau lebih dalam suatu perkara), bayan tasyri’ (penjelasan yang
bersifat menetapkan suatu hukum yang tidak ada dalam al-Qur’an) dan bayan naskh
(penjelasan tentang penggantian ayat atau masalah yang

5
Miswanto, MA, Agus (2012). Agama, Keyakinan, dan Etika. Magelang:
?

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Studi Islam Universitas Muhammadiyah


Magelang. hlm. 36. ISBN 978-602-18110-0-9.
4
menyeleksi hadis. Ia menghabiskan waktu 16 tahun untuk menyusun
koleksi ini dan menghasilkan 2.602 hadis dalam kitabnya (9.802
dengan perulangan). Imam Bukhari tidak menjelaskan secara gamblang
metode seleksi hadis yang dipakai dalam menyusun kitabnya. Namun
dilihat dari hadis-hadis yang dicantumkan dalam Shahih Bukhari dan
dari pernyataannya dalam kitabnya yang lain, at-Tarikh al-Kabir, maka
para ahli hadis menyimpulkan sebenarnya ada dua syarat :

 Kualitas Rijal al-Hadis (para perawi hadis). Dalam


masalah ini, Imam Bukhari hanya memilih hadis yang
status perawinya tidak dikomentari jelek oleh para pakar
hadis. Utamanya dalam hadis yang berkaitan dengan
akidah atau dasar Islam. Kalaupun ada, tetapi komentar itu
tidak berpengaruh. Sedangkan Imam Muslim juga
mencantumkan hadis yang status perawinya
diperselisihkan. Inilah alasan Shahih Bukhari lebih utama
dari Shahih Muslim.
 Ittishal as-Sanad (ketersambungan sanad [perawi hadis]).
Sedangkan dalam masalah ini, Imam Bukhari menekankan
murid mendengar langsung dari gurunya atau paling tidak
bertemu walaupun hanya sekali. Ia tidak mencantumkan
hadis mu'an'an (hadis yang di dalamnya ada perawi tidak
dikenal). Kecuali jika berasal dari seorang perawi yang
terbukti secara kuat telah mendengar dari gurunya.
Sedangkan Imam Muslim tidak menetapkan syarat seketat
ini

Ada beberapa perbedaan dalam metode penomoran hadis-hadis dalam


kitab Shahih Bukhari. Hal ini disebabkan pada awalnya Imam Bukhari
memang tidak memberikan nomor dalam menyusun shahihnya.
Penomoran diperkenalkan oleh peneliti hadis kontemporer untuk
memudahkan pencarian. Yang populer digunakan adalah metode
penomoran Fuad Abdul Baqi (7563 hadis) yang dipakai dalam kitabnya

5
Fath al-Bari, penomoran Dr. al-Bigha (7124 hadis) dan penomoran al-
Alamiyah (7003 hadis)6

2. Shahih Muslim (206 - 261 H), berisi 9200 hadits (2200 hadits tanpa
perulangan)

Al-Jami' atau biasa di kenal dengan Kitab Shahih Muslim merupakan


kitab (buku) koleksi hadis yang disusun oleh Imam Muslim (nama
lengkap: Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Naisaburi) yang hidup
antara 202 hingga 261 hijriah. Ia merupakan murid dari Imam Bukhari.
Koleksi hadis ini di kalangan muslim Sunni adalah koleksi terbaik
kedua setelah Shahih Bukhari. Dari sekitar 300.000 hadis yang ia
kumpulkan hanya sekitar 4000 yang telah diteliti selama hidupnya dan
dapat diterima keasliannya. Shahih Muslim terbagi menjadi beberapa
kitab di mana tiap kitab terdiri dari beberapa bab. Judul bab tersebut
menunjukkan fiqih Imam Muslim terhadap hadis-hadis yang termuat di
dalamnya. Shahih Bukhari bersama dengan kitab Shahih Muslim
disebut sebagai ash-Shahihain (Dua Kitab Shahih rujukan utama).
Dalam menyusun kitab Shahihny1a, Imam Muslim tidak memberikan
nomor. Di kemudian hari ditambahkan nomor pada Shahih Muslim
untuk memudahkan perujukan hadis, sebagaimana dikemukakan
berikut:

 Penomoran al-alamiyah(5362)

Perujukan hadis pada penomoran al-Alamiyah


berdasarkan sanad hadis. Setiap sanad dihitung satu hadis.

 Penomoran abdul baqi(3033)

Perujukan hadis berdasarkan penomoran yang diberikan


oleh Abdul Baqi ketika mentahqiq (memeriksa,
mengoreksi, menyunting, menomori hadis) Shahih

6 ?
"Shahih Bukhari Indonesia". maktabah.istinbat.com. Diakses tanggal 2017-03-
02.

6
Muslim. Penomoran dia berdasarkan hadis yang serupa. Ia
menghitung setiap hadis yang serupa sebagai satu hadis.
Penomoran dia banyak digunakan dalam penulisan kitab,
buku, dan artikel keislaman.

Perbedaan penomoran menjadikan perbedaan perhitungan jumlah hadis


dalam Shahih Muslim. Menurut penomoran al-Alamiyah, terdapat 5362
hadis dalam Shahih Muslim. Sedangkan menurut Abdul Baqi, ada 3033
hadis. Perbedaan ini timbul karena penomoran al-Alamiyah
menghitung setiap sanad hadis sebagai satu hadis; sedangkan
penomoran Abdul Baqi menghitung setiap hadis yang serupa sebagai
satu hadis, walaupun hadis tersebut mempunyai beberapa sanad. Oleh
sebab itu, jumlah hadis menurut penomoran al-Alamiyah menjadi lebih
banyak daripada menurut Abdul Baqi

3. Shahih Ibn Khuzaimah (wafat tahun 311 H)

Ibnu Khuzaimah adalah salah satu tokoh dalam bidang Hadis abad ke-
4, yang telah banyak mencurahkan sebagian besar hidupnya untuk
mengkaji hadis. Karena perannya yang begitu besar, banyak para ulama
yang menyebutnya sebagai imamnya para imam (bahasa Arab ‫ام‬DD‫إم‬
‫)األئمة‬. Salah satu karyanya yang sangat penting dan banyak mendapat
apresiasi di kalangan ulama, adalah Ash-Shahih, sebuah karya yang
dalam bidang hadis yang memuat hadis-hadis shahih  yang tidak
disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim.7 Ibnu
Khuzaimah bernama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin
Khuzaimah An-Naisaburi. Lahir pada bulan Safar 223 H. atau yang
bertepatan 838 M. di Naisabur, sebuah kota di Khurasan, yang sekarang
terletak di bagian timur laut negara Iran. Dia memulai pendidikannya
dengan belajar Al-Quran, dan baru kemudian belajar hadis kepada
seorang ulama di Marwa, yaitu Muhammad bin Hisyam dan Ibnu
Qutaibah. Setelah usianya genap 17 tahun dia melakukan pelayatan
intelektual ke berbagai negeri Islam; seperti ke
7 ?
T. M. Hasbi Ash Shiddiqiey, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2002), hal. 259-260.
7
Marwa, Rayy, Syiria, Mesir, Washith, Baghdad, Bashrah, Kufah dan
lain-lain. Selama pelayatan intelektualnya, dia beguru kepada banyak
ulama besa di masanya, - selain yang sudah disebutkan - antara lain:
Ali bin Muhammad, Musa bin Sahl Ar-Ramli, Muhammad bin Harb,
Abu Kuraib, Muhammad bin Maran, Yunus bin Abdul A’la, Abdul
Jabbar bin Al-A’la, Ishaq bin Rahawaih, Mahmud bin Ghailan, Ali bin
Hajar, dan lain-lain.8 Sebagai seorang imam besar di Khurasan, Ibnu
Khuzaimah memiliki banyak murid, antara lain: Ahmad bin Al-
Mubarak, Ibrahim bin Abi Thalib, Abu Ali An-Nisaburi, Abu Amr bin
Hamdan, Muhammad bin Ahmad bin Bashir, dan lain.9 Ibnu
Khuzaimah wafat pada malam Sabtu tanggal 12 Dzul Qa’dah
tahun 311 H. atau yang bertepatan dengan 924 M. dalam umur 89
tahun; jenazahnya dimandikan, dikafani, disalatkan, dan makamkan di
kamarnya sendiri.

4. Shahih Ibn Hibban (wafat tahun 354 H)


Muhammad bin Hibban Al-Busti (bahasa Arab: ‫تی‬DD‫ان البس‬DD‫د ابن حب‬DD‫)محم‬
(lahir di desa Busti, Afganistan, 270 H/884 – meninggal di Lashkar
Gah, Afghanistan, 354 H/965 M pada umur 83 tahun) atau lebih dengan
nama Ibnu Hibban adalah seorang ilmuwan muslim keturunan
Arab, fukaha, ahli hadis, linguis, ahli geografi,
ahli kedokteran, astronom, sejarawan, mutakalim. Dia merupakan
penyusun kitab Shahih Ibnu Hibban. Nama dan nasab lengkapnya
adalah Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Habban bin Mu'adz bin
Ma'bad bin Sahid bin Hadiyyah, Ibnu Murrah bin Sa'id bin Yazid bin
Murrah bin Zaid bin 'Abdillah bin Daarim bin Handlolah bin Malik,
Ibnu Zaid Manaah bin Tamim At-Tamimi Ad-Darimi Al-Busti. nama
dan nasab lengkapnya adalah Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin
Habban bin Mu'adz bin Ma'bad bin Sahid bin Hadiyyah, Ibnu Murrah
bin Sa'id bin Yazid bin Murrah bin Zaid bin 'Abdillah bin Daarim bin

8 ?
Dadi Nurhaedi, "Ibnu Khuzaimah" dalam Studi Kitab Hadis, ed. M. Alfatih
Suryadilaga (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 218-223.

9 ?
Abu Abdillah Muhammad Adz-Dzahabi, Tadzkiratul Huffadh (Beirut: Darul Kutub
Al-Ilmiah, 1998), II, hal. 207-208
8
Handlolah bin Malik, Ibnu Zaid Manaah bin Tamim At-Tamimi Ad-
Darimi Al-Busti10

5. Al-Mustadrak ala ash-Shahihain (Bahasa Arab: ‫تدرك على‬DD‫المس‬

‫ )الصحيحين‬adalah kitab koleksi hadits yang disusun oleh Hakim al-

Naisaburi (w. 405 H) setebal lima jilid. Al-Hakim menyusun

kitab ini pada tahun 393 H (1002 M) ketika dia berumur 72

tahun. Kitab ini memuat 9045 hadits. 11Dia menyatakan bahwa

seluruh hadits didalamnya adalah shahih menurut syarat (metode

yang dipakai) Imam Bukhari dan atau Imam Muslim. 12 Namun

kitab ini mendapatkan sambutan yang beragam dari para ulama.

Kitab Al-Mustadrak karya Al-Hakim ini telah menimbulkan

kontroversi, ketika Al-Hakim mengaku telah mengkoreksi Al-

Bukhari dan Muslim dalam hampir 9000 hadits yang seharusnya

dimasukkan keduanya dalam kitab Shahih mereka, karena hadits-

hadits tersebut dianggap oleh Al-Hakim telah sesuai dengan

syarat (kriteria) keduanya atau salah satunya, atau memiliki

sanad yang shahih tetapi tidak memenuhi kriteria salah satu

dari keduanya. Kritik terhadap kitab Al-Mustadrak ini

disebabkan karena Al-Hakim terlalu mudah dalam menilai

“shahih” terhadap hadits-hadits yang tidak shahih. Adz-Dzahabi

berkata, “Dalam kitab Al Mustadrak terdapat banyak hadits yang


10
 " ‫ المكتبة الوقفية للكتب المصورة‬- 1 ‫ شاكر) ج‬:‫ صحيح ابن حبان (ت‬PDF". waqfeya.com (dalam
?

bahasa Arab). Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Oktober 2018. Diakses tanggal 27


Januari 2021.

11
Jumlah ini diambil dari mukadimah Mukhtasar Istidrak Adz-Dzahabi karya Ibnu
?

Mulaqqin, 8–9 [1] Diarsipkan 2008-10-13

12 ?
arshad. "Major Collections of Hadith". Members.cox.net. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 2002-08-09. Diakses tanggal 2010-06-10.
9
sesuai kriteria Al-Bukhari dan Muslim atau salah satunya.

Jumlahnya sekitar separuh dari isi kitab. Seperempatnya

memiliki sanad yang shahih, sedangkan sisanya (seperempat lagi)

merupakan hadits-hadits munkar yang lemah dan tidak shahih,

yang sebagiannya maudhu’ (palsu). ”Ini merupakan hal yang

mengherankan, karena Al Hakim termasuk salah seorang ahli

hadits yang brilian di bidangnya. Ada yang berkata, "Hal itu

disebabkan bahwa dia menulisnya pada akhir masa hidupnya,

yang saat itu dia sudah agak pelupa." Bahkan meskipun Adz-

Dzahabi membuat ringkasan dari kitab Al-Mustadrak tersebut dia

menyayangkan dan berkata:" Akan lebih baik seandainya Al-

Hakim tidak pernah menyusunnya." 13


Al-Hafizh Ibnu

Hajar berkata, “Al-Hakim bersikap menggampangkan karena dia

mengkonsep kitab tersebut untuk diralat kemudian, tetapi dia

meninggal sebelum sempat meralat dan membetulkannya.”

Banyak periwayat hadits yang berkata, “Sesungguhnya sikap Al

Hakim yang menyendiri dari para Imam hadits dalam men-

shahih-kan suatu hadits perlu dikaji, sehingga dapat diketahui

mana yang shahih, hasan, dan dha'if.” 14Menurut Abdurrahman

Al-Mu'allimi seorang muhaddits dari Yaman juga Prof. Dr. 'Ali

Ash-Shayyah, sikap bermudah-mudahan (tasahul) Imam Al-

Hakim ini Hanya pada kitab Al-Mustadrak-nya saja. Adapun di

kitabnya yang lain seperti Al-Madkhal ila Ash-Shahih, Su`alat


13 ?
 "Al-Hakim Al-Naysaburi". Sunnah.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-
07-01. Diakses tanggal 2010-06-10.

14 ?
Tarikh Funun Al Hadits karya Muhammad Abdul Aziz Al Khauli, hal. 98, cet. Dar
Al Qalam.
10
As-Sijziy, Ma'rifah 'Ulum Al-Hadits, dll, dia tidaklah seperti itu.

Hal ini semakin menguatkan alasan yang dikuatkan Al-Hafizh

Ibnu Hajar Al-'Asqalani bahwa Kitab Al-Mustadrak yang disusun

oleh Imam Al-Hakim tersebut ditulis di akhir umurnya ketika

kekuatan hafalannya sudah berkurang, oleh sebab itu pernyataan-

pernyataannya di dalam Al-Mustadrak sering kali bertentangan

dengan pernyataannya di kitab-kitabnya yang lain.15

b. Kitab Sunan
Kitab sunan, yaitu kitab hadits yang dibagi menjadi beberapa bagian
berdasarkan bab-bab fiqih dan ahkam.
1. Jami at-Tirmidzi atau lebih dikenal dengan Sunan at-Tirmidzi
adalahkitab kumpulan Hadits dalam Islam yang disusun oleh
Tirmidzi Kitab ini adalah kitab nomor 5 di antara enam kitab
rujukan utama Islam Sunnah iatau disebut hadits (Kutubus Sittah)
sesuai dengan urutan prioritasnya. Kitab ini terbagi dalam 50 bab
berisi 3956 buah teks hadis. Isinya meliputi delapan pokok
bahasan hukum. Di antara ciri-ciri Sunan al-Tirmidzi yakni,
adanya penjelasan tentang isnad (sandaran) hadis serta komentar-
komentar dari para imam mazhab. Kriteria lain yang juga belum
dimiliki pengumpul hadis sebelum Imam Tirmidzi adalah perihal
istilah baru berkenaan dengan kualitas hadis. Menurut Ibn
Taimiyyah, Imam Tirmidzi adalah tokoh pertama yang secara
resmi menggunakan istilah hasan (baik). Di samping itu ia juga
banyak menitikberatkan penilaian tentang periwayat Hadis
melalui kaidah al-Jarh wa Ta'dil (cacat dan benar). Ketelitiaan
dan kecermatan Imam Tirmidzi terlihat jelas dalam penerapan
sistematika isnad dalam al-Sunan. Di samping mengikuti jejak
gurunya, Imam Muslim. Imam Tirmidzi juga merumuskan sistem
isnad baru dengan cara mengumpulkan beberapa isnad dalam
satu hadis. Ia juga kadangkala memberi tambahan lafadz

15 ?
Ahadits Ta'zhim Ar-Riba 'ala Az-Zina" hal.160-163
11
(komentar) terhadap perbedaan riwayat yang terjadi.16
2. Imam Abu Dawud (817 / 202 H – meninggal di Basrah; 888 / 16
Syawal 275 H; umur 70–71 tahun) adalah salah seorang
perawi hadis, yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadis lalu
memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab Sunan
Abu Dawud. Nama lengkapnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin
Al-Asy'ats As-Sijistani. Untuk mengumpulkan hadis, dia
bepergian ke Arab
Saudi, Irak, Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan
tempat-tempat lain, menjadikannya salah seorang ulama yang
paling luas perjalanannya. Bapak dia yaitu Al Asy'ats bin Ishaq
adalah seorang perawi hadis yang meriwayatkan hadis dari
Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad bin
Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadis
dan ilmu-ilmunya juga merupakan teman perjalanan dia dalam
menuntut hadis dari para ulama ahli hadis. Abu Dawud sudah
berkecimpung dalam bidang hadis sejak berusia belasan tahun.
Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada
di Baghdad, dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim,
sebagaimana yang dia katakan: "Aku menyaksikan jenazahnya
dan mensholatkannya".17
3. Imam Nasa`i dengan nama lengkapnya Ahmad bin Syu'aib Al

Khurasany, terkenal dengan nama An Nasa`i karena dinisbahkan

dengan kota Nasa'i salah satu kota di Khurasan. Ia dilahirkan

pada tahun 215 Hijriah demikian menurut Adz Dzahabi dan

meninggal dunia pada hari Senin tanggal 13 Shafar 303 Hijriah

di Palestina lalu dikuburkan di Baitul Maqdis. Dia menerima

Hadits dari Sa'id, Ishaq bin Rawahih dan ulama-ulama lainnya

16 ?
"Mengenal Kitab Hadis Sunan Imam Tirmidzi | Republika Online
Mobile". republika.co.id. Diakses tanggal 2021-10-26.
17 ?
 (Arab) Tarikh Al-Baghdadi (IX/56).
12
selain itu dari kalangan tokoh ulama ahli hadits yang berada

di Khurasanb, Hijaz, Irak, Mesir, Syam, dan Jazirah Arab. Ia

termasuk di antara ulama yang ahli di bidang ini dan karena

ketinggian sanad hadtsnya. Ia lebih kuat hafalannya menurut para

ulama ahli hadits dari Imam Muslim dan kitab Sunan An

Nasa`i lebih sedikit hadits dhaifnya (lemah) setelah Hadits Sahih

Bukhari dan Sahih Muslim. Ia pernah menetap di Mesir. Para

guru dia yang nama harumnya tercatat oleh pena sejarah antara

lain; Qutaibah bin Sa`id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin

Rahawaih, al-Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu

Dawud (penyusun Sunan Abi Dawud), serta Imam Abu Isa al-

Tirmidzi (penyusun al-Jami`/Sunan al-Tirmidzi). Sementara

murid-murid yang setia mendengarkan fatwa-fatwa dan ceramah-

ceramah dia, antara lain; Abu al-Qasim al-Thabarani (pengarang

tiga buku kitab Mu`jam), Abu Ja`far al-Thahawi, al-Hasan bin al-

Khadir al-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin al-Ahmar al-

Andalusi, Abu Nashr al-Dalaby, dan Abu Bakr bin Ahmad al-

Sunni. Nama yang disebut terakhir, disamping sebagai murid

juga tercatat sebagai “penyambung lidah” Imam al-Nasa`i dalam

meriwayatkan kitab Sunan al-Nasa`i.

4. Sunan ibnu Majah (Arab:‫نن ابن ماجه‬DDDDDDD‫)س‬


ُ adalah kitab

kumpulan Hadis dalam Islam yang disusun oleh ibnu

Majah (lahir. 209/824, meninggal. 273/887) . Kitab ini adalah

salah satu dari enam kitab (Kutubus Sittah) yang menjadi rujukan

utama bagi pemeluk Islam. Kitab ini menghimpun 4332 hadis

13
yang terpisah kedalam 32 buku.

c. Kitab Musnad

Kitab musnad, yaitu kitab hadits yang dibagi menjadi beberapa bagian

berdasarkan nama sahabat yang meriwayatkan, tanpa pembagian

berdasarkan topik.

1. Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i al-Muththalibi al-

Qurasyi (bahasa Arab: ‫ ّي‬D‫ب ّي القرش‬Dِ‫افع ّي المطَّل‬D‫د بن إدريس الش‬D‫د هللا محم‬D‫و عب‬D‫)أب‬

atau singkatnya Imam Asy-Syafi'i (Ashkelon, Gaza, Palestina,

150 H/767 M - Fusthat, Mesir, 204 H/820 M) adalah

seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i.

Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk

dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib,

saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad. Saat

usia 13 tahun, Imam Syafi'i dikirim ibunya untuk pergi

ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, Imam

Malik. Dua tahun kemudian, ia juga pergi ke Irak, untuk berguru

pada murid-murid Imam Hanafi di sana. Imam Syafi`i

mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang

pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid. Salah satu

karangannya adalah “Ar-risalah” buku pertama tentang ushul fiqh

dan kitab “Al Umm” yang berisi madzhab fiqhnya yang baru.

Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis,

dan ushul. Ia mampu memadukan fiqh ahli Irak dan fiqh ahli

Hijaz. Imam Ahmad berkata tentang Imam Syafi’i,”Dia adalah

orang yang paling faqih dalam Al Quran dan As Sunnah,” “Tidak

14
seorang pun yang pernah memegang pena dan tinta (ilmu)

melainkan Allah memberinya di ‘leher’ Syafi’i,”. Thasy Kubri

mengatakan di Miftahus sa’adah,”Ulama ahli fiqh, ushul, hadits,

bahasa, nahwu, dan disiplin ilmu lainnya sepakat bahwa Syafi’i

memiliki sifat amanah (dipercaya), ‘adalah (kredibilitas agama

dan moral), zuhud, wara’, takwa, dermawan, tingkah lakunya

yang baik, derajatnya yang tinggi. Orang yang banyak

menyebutkan perjalanan hidupnya saja masih kurang lengkap.”

2. Musnad Ahmad (bahasa Arab: ‫ند احمد‬DDDD‫ )مس‬atau ringkasnya

dikenali sebagai al-Musnad adalah salah satu kitab hadis

Nabi yang terkenal dan terluas, dan kedudukannya menempati

posisi yang diutamakan di kalangan Ahlus Sunnah sebagai induk

rujukan di kalangan mereka. Selain itu, ia juga dikenal sebagai

musnad yang paling terkenal, dan para ahli ilmu hadis

meletakkan posisinya no 3 setelah Shahihain dan Sunan yang

Empat. Nama Musnad Ahmad didasarkan/dinasabkan dari

nama Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy-

Syaibani adz-Dzuhli (164-241 H/780-855 M). Perhitungan ahli-

ahli hadits menyebutkan ada lebih kurang 40 ribu hadits dengan

rincian sebanyak 10 ribunya diulang-ulang, ditulis berurutan

sesuai nama para Sahabat Nabi Muhammad yang meriwayatkan

hadisnya, yang dalam pengurutannya ia jadikan tiap periwayatan

sahabat memiliki satu tempat, dan jumlah sahabat yang

diriwayatkan di sini terhitung sebanyak 904 orang. Kitab itu ia

bagi dalam 18 bagian, dan bagian permulaannya ialah

15
musnad sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga, dan bagian

terakhirnya ialah musnad sahabat Nabi yang perempuan

(shahabiyah). Dan di sana, banyaklah hadis sahih yang tak

didapati dalam Shahihain(yakni riwayat Bukhari dan Muslim).

Adalah sang Imam tidaklah mengingini membikin karangan-

karangan lain karena tak hendak memberatkan ummat dan hanya

mencukupi mereka dengan panduan Quran dan Sunnah. Karena

itulah, hadits yang ia rawikan daripada syaikh/guru haditsnya ia

pilih dengan teliti, supaya ummat mau merujuk pada hujjah yang

berasal dari hadis yang ia riwayatkan. Karena itu ia mengatakan,

"Kukarang ini kitab supaya kalau-kalau ummat berselisih soal

hadis Rasulullah, mereka bisa merujuk kepada kitab ini." Ulama

berikhtilaf tentang kesahihahn seluruh isi kitab ini: menurut Abu

Musa al-Madini, seluruh isi kitab ini adalah hujjah; Ibnu Jauzi,

al-'Iraqi dan Ibnu Katsir mengatakan di dalam kitab ini ada hadis

sahih, lemah (daif), dan palsu (maudhu); Ibnu Taimiyah, Adz-

Dzahabi, Ibnu Hajar al-'Asqalani, dan As-Suyuthi mengatakan

hadis yang ada di kitab ini sahih, lemah, dan hadis yang

mendekati hasan, dan tiada padanya hadis lemah. Abdullah bin

Ahmad bin Hanbal memberikan tambahan-tambahan hadis untuk

kitab ini, yang lebih dikenal dengan nama Zawaid Abdullah.

Selain itu pula, ada Abubakr al-Qathi'i yang

memberikan Zawaid yang tidak dicatatkan oleh Imam Ahmad

dan anaknya Abdullah. Imam Ahmad usai mengarang kitab ini

antara 227 H ataupun beberapa waktu sebelum tahun 228 H.

16
Karena Adz-Dzahabi menuliskan riwayat bahwa anaknya

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal mengatakan kitab ini diajarkan

di antara 2 tahun yang disebutkan di atas. Imam Ahmad

melakukan rihlah yang panjang untuk mengumpulkan kepingan-

kepingan hadis yang ia dengar dari para syaikhnya dari

mulai Baghdad, Syam, Yaman sampai Hijaz dan mengumpulkan

ada 700 ribu hadis sebagaimana yang dituturkan oleh sang Imam

itu sendiri, mencakup hadis marfu', mauquf, maqthu', dan

lainnya. Konon Ahmad bin Hanbal menulis hadis-hadis itu dalam

lembaran kertas yang beda maupun yang sama, dalam bagian-

bagian tersendiri, sampai terbentuk sebuah draf. Sebelum ia

wafat, ia mendiktekan kitab hadis ini kepada anak-anak dan

penghuni rumahnya sampailah ia wafat di saat ia belum lagi

merapihkan dan meringkaskan kitabnya sehingga kitab itu

menjadi sebagaimana adanya. Anaknya Abdullah kemudian

mendapati kesusahan dalam kitab itu, dan menggabungkan segala

hadis yang ia dengar yang menyerupai riwayat dari ayahnya. 

3. Imam Abu Ya'la Al-Maushuli Rh


Nama lengkap beliau adalah Al-Imam, al-Hafidzh, Syaikh al-Islam,
Abu Ya’la Ahmad bin Ali bin al-Musanna bin Yahya bin Isa bin Hilal
bin Dinar at-Tamimi al-Mushili. Lahir pada tanggal 3 Syawal tahun
210 H, dan wafat pada tanggal 14 Jumadil Awal tahun 307 H. Tumbuh
pada lingkungan perkotaan, pada masa kecilnya mulai melakukan
kunjungan bersama bapaknya dan pamannya Muhammad bin Ahmad
bin Abi al-Musanna dan adapun yang di kunjunginya itu ialah
merupakan pusat-pusat ilmu yaitu : mesir, hamzan, abdan, makkah,
madinah, bagdad, kufa, basrah, dan banyak lagi. Muhammad bin al-
Farraj, Ahmad bin Hanbal, Ali bin al-Madini, Ibnu Ma’in, Abi Bakr,
17
Utsman Ibnu Abi Syaibah, Amr an-Naqid ali bin Al-Ju’di ia
menybutkan hal ini dalam mu’jamnya. Para peneliti dan ahli hadis
bersepakat atas ketsiqahan Imam Abu Ya’la , Walid Abi Abdillah bin
Mandah saat melakukan perjalanan dengan beliau Abu Ya’la
berkata :”Tidaklah saya melakukan perjalanan dengan anda tidak lain
karena bersepakatnya ulama zaman ini atas ketsiqqahan anda”. As-
Sulamy berkata: ”saya bertanya kepada Imam ad-Daruquthny tentang
Abi Ya’la, dan beliau menjawab : “tsiqqah ma’mun”. Ibnu Mandah
berkata: “beliau adalah salah satu ulama yang tsiqqah”. Imam al-
Hakim: “saya melihat al-Hafidz Abi ‘Ali takjub dengan Abi Ya’la al-
Mushili atas hafalan serta hafalan hadisnya, sehingga hanya ada sedikit
hadis yang samar dari beliau, beliau tsiqqah ma’mun”. Salah satu
muridnya yakni Yazid bin Muhammad al-Azdy dalam kitabnya tarikh
al-Mushil menuliskan,  beliau adalah orang yang menjaga amanah,
agama, serta kerifannya. Beliau juga orang yang berilmu sabra, dan
bagus ahklaqnya, sehingga pada hari dimana beliau wafat banyak pasar
yang ditutup.Kemudian Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah
menuliskan, Imam Abu Ya’la adalah orang yang menjaga hafalan dan
karangannya dengan baik, adil dalam periwayatan hadisnya, serta dlabit
dalam apa yang diucapkannya.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari materi diatas saya dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Al-

Qur’an Hadits yakni dalam bahasa arab kata kitab-kitab(kutubun) merupakan

bentuk jamak dari kata bentuk tunggal(kitaabun) yang artinya buku.18 Secara

terminologi kitab-kitab artinya kumpulan dari beberapa tulisan yang memuat

beberapa bab, sub bab serta beberapa masalah atau pembahasan.19 Sedangkan

perngertian hadist adalah segala perkataan, perbuatan, dan diamnya nabi

muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi definisi dari kitab hadis adalah

kumpulan dari beberapa hadis yang terkumpul jadi satu kitab atau buku. Sebagai
18
‫ة يكتب كتب‬D‫ كتاب‬D‫ا‬D‫وكتاب‬, dengan bentuk jamaknya kutbun atau kutubun. Lihat.
Al Munjid, (Beirut: Dar al Masyriq, 2002), h.671.
19 ?
Kamus Al Munjid, h. 671
19
pelengkap dari al-Qur’an, keberadaan kitab-kitab hadist. menjadi referensi penting

bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sesuai dengan syari’at Islam.Dengan

adanya kitab-kitab hadis, umat Islam lebih mudah untuk menemukan teks atau

rujukan sumber yang dibutuhkan. Efisien waktu, praktis dan efektif. Karena

hadis-hadis sudah diklasifikasi sesuai dengan bidang dan metode yang sistematis.

Klasifikasi kitab-kitab hadits : shohih, sunan, dan musnad.

20

Anda mungkin juga menyukai