Anda di halaman 1dari 18

PERIODESASI KODIFIKASI HADIST

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Ulum Al-Hadist”

Dosen Pengampu : Syaefudin, M.Pd.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. KRIESNA HARRY PRADANA (21104050019)


2. BUNGA AGNA FARADILLA (21104050020)
3. REGITA ARDIA PUTRI (21104050021)

PROGRAM STUDIPENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdullilahirabil’alamin, pertama-tama dan yang paling utama, kami


panjatkan puji syukur atas rahmat dan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dari kelompok ini dapat
menyelesaikan makalah dengan tema ‘Periodesasi Kodifikasi Hadist’ pada mata
kuliah Ulum Al-Hadist dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Syaefudin, M.Pd.,
selaku dosen pengajar mata kuliah Ulum Al-Hadist yang telah membimbing serta
mengarahkan dan memberi materi kepada kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dalam kelompok ini
yang selalu setia membantu dan menyelesaikan pengerjaan makalah ini dengan
kompak dan tertib dalam pembuatan makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini, terdapat banyak kesalahan kata dan
penjelasan yang belum kami ketahui. Maka dari itu, kami terbuka untuk saran dan
kritikan dari Syaefudin, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Ulum Al-Hadist dan
teman-teman demi tercapainya makalah yang baik dan benar di waktu mendatang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 03 Oktober 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL…………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR……………………………………….…...………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………. 2
C. Tujuan……………………………………....…………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Ulum Hadist………………………………………3


2. Pengertian Kodifikasi Hadist…………………………………3
3. Periodesasi Kodifikasi Hadist………………………………... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………...……….. 13
B. Kritik &Saran……………....…………….…………………... 14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup persoalan-persoalan yang


terjadi dapat teratasi karena jika ada persoalan yang pemecahannya dirasa sulit
maka semua persoalan itu dikembalikan pada Alqur’an kalaupun di dalam Alqur’an
penjelasan yang diberikan masih bersifat umum maka Nabi SAW berkenan
memberi penjelasan-penjelasan secara rinci ataupun sahabat mengidentifikasi sikap
dan perbuatan Nabi terhadap persoalan tersebut. Oleh karena itu penulisan Hadits
pada masa itu dilarang oleh Nabi namun larangan ini bersifat umum akan tetapi
Nabi masih memberikan toleransi bagi orang-orang yang menulis Hadits asalkan
mampu untuk memelihara tercampurnya penulisan Hadits dengan Alqur’an.

Pada masa Khulafaurrasyidin, pembukuan hadits belum dilakukan karena


para kholifah masih memfokuskan pembukuan Alqur’an. Namun pada masa
kholifah Ali bin Abi Thalib terjadi perselisihan dengan Mu’awiyah yang
menyebabkan terpecahnya umat islam menjadi tiga golongan besar (firqah). Firqah-
firqahini yang kemudian mendapatkan legitimasi pendiriannya dengan mencair
dasar hokum dari hadits akan tetapi sebagian dari mereka ada yang menggunakan
cara yang tidak tepat yaitu dengan memalsukan hadits-hadits Nabi.

Untuk menjaga keutuhan dan keaslian Hadits Nabi maka kholifah Umar bin
Abdul Aziz memprakarsai pentadwidan Hadits, dengan alasan beliau khawatir kalu
hadits tidak dibukukan maka Hadits dapat menghilang dengan begitu saja padahal
Hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Alqur’an.

Mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan Hadis diharapkan


dapat mengetahui sikap dan tindakan umat islam terhadap Hadis serta usaha
pembinaan dan pemeliharaan pada setiap periode Hadis hingga pada akhirnya
muncul kitab-kitab hasil pembukuan secara sempurna yang dalam islam dikenal
dengan istilah tadwin. Studi tentang keberadaan Hadis ini selalu semakin menarik
untuk dikaji seiring dengan perkembangan analisis dan nalar berpikir manusia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimakssud dengan Ulum Hadist?
2. Apa yang dimaksud Kodifikasi Hadist dalam Ilmu Ulum Hasist?
3. Bagaimana Periodesasi Kodifikasi Hadist dalam Ilmu Ulum Hadist?

C. Tujuan
1. Ingin Mengetahui Pengertian dari Ulum Hadist.
2. Ingin Mengetahui Kodifikasi Hadist dalam Ilmu Ulum Hadist.
3. Ingin Mengetahui Periodesasi Kodifikasi Hadist dalam Ilmu Ulum
Hadist.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Ulum Hadist

Ulumul Hadits adalah istilah ilmu hadits didalam tradisi hadits. ( ‘ulum al-
hadits) ‘ulum al-hadits terdiri atas dua kata yaitu ‘ulum dan al-hadits. Kata ‘ulum
dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm yang berarti “ilmu”, sedangkan
hadits berarti: “segala sesuatu yang taqrir atau sifat”. Dengan demikian gabungan
antara ‘ulum dan al-hadits mengandung pengertian “Ilmu yang membahas atau
yang berkaitan dengan hadits Nabi Saw”.Ulumul Hadis adalah istilah ilmu hadis di
dalam tradisi ulama hadits. (Arabnya: ‘ulumul al-hadist). ‘ulum al-hadist terdiri dari
atas 2 kata, yaitu ‘ulum dan Al-hadist. 1

Kata ‘ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti “ilmu-
ilmu”; sedangkan al-hadist di kalangan Ulama Hadis berarti “segala sesuatu yang
disandarkan kepada nabi SAW dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat.” Dengan
demikian, gabungan kata ‘ulumul-hadist mengandung pengertian “ilmu-ilmu yang
membahas atau berkaitan Hadis nabi SAW”. Pada mulanya, Ilmu hadist memang
merupakan beberapa ilmu yang masing-masing berdiri sendiri, yang berbicara
tentang Hadist Nabi Saw dan para perawinya, seperti Ilmu al-Hadist al-Shahih, Ilmu
al-Mursal, Ilmu al-Asma wa al-kuna, dan lain-lain. Penulisan ilmu-ilmu hadist
secara parsial dilakukan, khususnya, oleh para ulama abad ke-3 H.

Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat persial tersebut disebut dengan Ulumul
Hadist, karena masing-masing membicarakan tentang Hadist dan para perawinya.
Akan tetapi, pada masa berikutnya, ilmu-ilmu yang terpisah itu mulai digabungkan
dan dijadikan satu, serta selanjutnya, dipandang sebagai satu disiplin ilmu yang
berdiri sendiri. Terhadap ilmu yang sudah digabungkan dan menjadi satu kesatuan
tersebut tetap dipergunakan nama Ulumul Hadist, sebagaimana halnya sebelum
disatukan. Jadi, penggunaan lafaz jamak Ulumul Hadist, setelah mengandung

1
https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/islamt/article/view/2627 dikutip pada 9 September 2021 Pukul 19.00 WIB

3
makna mufrad atau tunggal, yaitu ilmu hadist, karena telah terjadi perubahan makna
lafaz tersebut dari maknanya yang pertama – beberapa ilmu yang terpisah – menjadi
nama dari suatu disiplin ilmu yang khusus, yang nama lainnya adalah Mushthalah
al-Hadist.2

2. Pengertian Kodifikasi Hadis


Secara bahasa tadwin diartikan sebagai kumpulan shahifah(mujtama’ al-
shuhuf), sedangkan arti tadwin secara umum adalah mengumpulkan al-jam’u. Al-
zahrani merumuskan pengertian tadwin yang artinya adalah sebagai
berikut:“Mengikat yang berserak-serakan kemudian mengumpulkannnya menjadi
satu dewan atau kitab yang terdiri dari lembaran-lembaran.”
Sedangkan yang dimaksud pentadwidan hadits pada zaman ini adalah
pembukuan(kodifikasi)secara resmi yang berdasarkan perintah dari seorang kepala
negara dengan melibatkan orang-orang yang ahli di bidangnya. Bukan untuk
memenuhi kepentingan pribadi atau secara personal.3
Tradisi penulisan dan penyebaran Hadits sebagaimana telah diketahui
dalam abad pertama hijriyah dari zaman Rasul, Khulafa al-Rasyidin hingga abad
pertama hijrah masih bersandar pada hafalan para sahabat dan tulisan-tulisan hadits
pribadi dari sahabat yang tersebar dalam beberapa catatan mereka. Saat
pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz, beliau tergerak hatinya untuk mulai
membukukan hadits, dikatakan resmi dan massal karena kegiatan penghimpunan
itu adalah kebijakan dari kepala Negara dan perintah Negara itu ditujukan kepada
gubernur serta ulama hadits pada masa itu. Beberapa aspek yang melatarbelakangi
gagasan Umar bin Abdul Aziz untuk membukukan hadits secara resmi, diantaranya
adalah :

1.) Sebelumnya hadits tersebar dalam lembaran dan catatan sahabat,


dimana masing-masing sahabat memiliki catatan sendiri, seperti sahifah

2
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tahdis/article/view/7227 dikutip pada 9 September 2021 Pukul 19.10 WIB

3
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/terateks/article/view/3873 dikutip pada 9 September 2021 Pukul 19.10 WIB

4
Abdullah ibn Umar, Jabir dan Hammam ibn Munabbih. Para ahli hadits
menyerahkan urusan penulisan hadits kepada hafalan-hafalan para
sahabat yang lafaz nya diterima dari Nabi, ada juga sahabat yang hanya
tahu maknanya tetati tidak hafal lafaznya, sehingga terjadilah
perselisihan riwayat penukilan sekaligus perowinya. Oleh karena itu
Khalifah Umar bin Abdul Aziz khawatir jika nanti hadits Rasulullah
disia-siakan oleh umatnya. (ash-Shiddiqey,1999:68)
2.) Pada masa Nabi ataupun masa Sahabat, penulisan dan penyebaran hadits
masih bersifat kolektif individual, ditambah lagi dengan kemampuan
para sahabat yang berbeda-beda dalam menerima hadits. Dengan
melihat kondisi , maka dikhawatirkan terjadinya penambahan atau
pengurangan pada lafazlafaz hadits yang diriwayatkan.
3.) Dengan semakin luasnya kekuasaan islam di berbagai Negara serta
memiliki pengaruh besar di tiga benua, yaitu Asia, Afrika dan sebagian
benua Eropa. Hal ini membuat para sahabat tersebar luas di berbagai
Negara, disamping kecintaan para sahabat dalam mencari ilmu
pengetahuan mereka melakukan perjalanan di berbagai Negara,
ditambah lagi berbagai masalah yang kompleks membuat hafalan para
sahabat berkurang, apalagi banyak juga para sahabat yang meninggal
saat di medan perang dalam membela Islam. Untuk itu Khalifah Umar
bin Abdul Aziz merasa khawatir dan cemas terhadap hadits yang
berbeda pada hafalan sahabat yang akan hilang begitu saja. (Abu Zahwi,
1998:245)
4.) Bermunculannya hadits-hadits palsu, terutama setelah wafatnya
Khalifah Ali bin Abi Thalib sampai pada masa dinasti Umayyah,
sehingga kondisi demikian menyebankan masing-masing dari mereka
untuk mendatangkan keterangan-keterangan hadits yang diperlukan

5
sebagai keabsahan golongan mereka sebagai golongan yang paling
benar.4

Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengintruksikan kepada qadhi-nya di


Madinah yaitu Abu Bakaribn Hjm yang menjadi guru Ma’mar, al-Lais,
alAuza’I, Malik ibn Anas, Ibn Ishaq dan Ibn Abi Dzi’bin supaya
membukukan hadits Nabi yang terdapat pada penghafal wanita yang
terkenal Amrah bint Rahman ibn Saad Zurarah ibn ‘Ades, seorang ahli fiqh
murid dari Aisyah ra. Adapun bunyi surat tersebut adalah : “Lihatlah atau
periksalah apa yang dapat diperoleh dari hadits Nabi, lalu tulislah, karena
aku takut akan lenyap ilmu disebabkan meninggalnya ulama”

Pada masa ini terjadi kodifikasi hadis yang dimulai pada masa Umar bin
Abd Aziz yang mengintrupikan pada Muhammad bin syihab Al-zuhri
karena dia dinilai paling mampu dalam hadis. Sehingga pada masa lahir
kodifikasi hadis secara resmi

• Hadis Pada Masa Awal Sampai Akhir Abad III H


Masa kodifikasi dilanjutkan dengan masa seleksi hadis yaitu upaya
mudawwin hadis menyeleksi hadis secara ketat. Masa ini dimulai ketika
pemerintahan dipegang oleh dinasti bani ‘Abbasiyah khususnya pada masa
Al-Makmun.

• Hadis Pada Abad IV Sampai Pertengahan Abad VII


Masa seleksi di lanjutkan pengembangan dan penyempurnaan
sistem penyusunan kitab-kitab hadis. Masa ini disebut dengan masa

4
https://jurnal.kopertais5aceh.or.id/index.php/alqiraah/article/download/117/72#:~:text=A.&text=Yang%20dimaksud%20kodifikasi%20(tad
win)1,catatan%20hadis%20Nabi%20dalam%20mushaf. dikutip pada 10 September 2021 Pukul 10.00 WIB

6
pemeliharaan, penerbitan, penambahan, dan penghimpunan. Maka muncul
kitab Al-Muwattha’ karya imam Malik Ibn Anas.

• Hadis Pada Masa Pertengahan Abad VII Sampai Sekarang


Masa ini disebut dengan masa pensyarahan, penghimpunan,
pentakhrijan, dan pembahasan. Pada masa ini ulama berupaya mensyarahi
kitab hadis yang sudah ada.5

3. Periodesasi Kodifikasi Hadist

Abad ke-5 Hijriyah, para ulama ahli Hadis sudah ke dalam satu kitab
Hadis dan juga melakukan pensyarahan (menguraikan Pemrakarsa
pengkondifikasian hadis secara resmi dari pemerintah). Sedangkan abad 5
hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan kitab hadits
seperti menghimpun yang terserakan atau menghimpun untuk memudahkan
mempelajarinya dengan sumber utamanya kitab-kitab hadits abad ke-4
Hijriyah.

Kegiatan periwayatan Hadits pada periode ini banyak dilakukan dengan


cara ijazah (Lisensi / sertifikat dari guru untuk murid untuk mendapat izin
meriwayatkan hadits) dan muktabah (pemberian catatan hadits dari
gurunya),

Secara umum para Ulama merujuk kepada karya yang telah ada seperti:

• Kitab Jami’ kutub as – sittah yaitu kitab hadits yang mengumpulkan


hadits-hadits Nabi SAW yang telah tertuang dalam gabungan beberapa kitab

5
https://www.researchgate.net/publication/333451044_sejarah_hadis_pada_masa_prakodifikasi_dan_kodifikasi dikutip pada 10 September
2021 Pukul 12.00 WIB

7
hadits seperti Shahîh al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan at-Turmudzi,
Sunan Abi Dawud, Sunan-Nasa’i, dsb.

• Kitab Istikhraj, yaitu kumpulan kitab hadits dari shahih Bukhory


Muslim, contoh : Mustakhraj shahih bukhari oleh Jurjani, dan Mustakhraj
Sahih Muslim oleh Abu Awanah

• Kitab Athraf, yaitu kitab yang hanya menyebut sebagian hadits


kemudian mengumpulkan seluruh sanadnya, baik sanad kitab maupun
sanad dari beberapa kitab.

• Kitab-kitab Zawaid, yaitu mengumpulkan hadits-hadits yang tidak


terdapat dalam kitab-kitab yang sebelumnya kedalam sebuah kitab yang
tertentu.

• Kitab Istidrak, yaitu mengumpulkan hadits-hadits yang memiliki


syarat-syarat Bukhary dan Muslim atau syarat salah seorangnya yang
kebetulan tidak diriwayatkan atau di sahihkan oleh keduanya.Contoh : Al-
Mustadrak ‘ala-Shahihaini oleh Imam Abu Abdullah Muhammad bin
Abdullah al-Hakim an-Naisaburi ( 321 – 405 H ).

Pada periode ini dimulai bersamaan dengan jatuhnya Dinasti


Abbasiyah ke kuasaan kerajaan Tartar pada tahun 656H,dan diambil alihnya
Daulah Ayyubiyah di Mesir oleh Dinasti Mamalik,tepatnya pada akhir abad
ke-VII sampai abad modern.6

Gerakan pelembagaan Hadits di Mesir pada awal abad ke-VII H


adalah masih berada pada kendali ulama-ulama besar di masanya.Bahkan
para Sultan dari Daulah Mamalik yang berkuasa di Mesir memberiakan
andil yang besar terutama pada ulam Hadits.Diantara tokoh yang ulama
yang hidup pada masa itu adalh Al-Haytami Ali bin Abu Bakar bin

6
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tahdis/article/download/7227/5932 dikutip pada 11 September 2021 Pukul 12.07 WIB

8
Sulaiman,keaktifannya dalam masa itu,dengan disusunnya kitab
seperti:Ghayah al-maqashid fi zawa’id Ahmad,Al-Bahr al-zakhkhar fi
zawa’id al Bazzar.

Pada masa yang sama muncullah ulama-ulama Hadits yang


baru,diantaranya:

1) Al-Iraqi Abu Al-Fadil Zaynuddin bin Husayn, menghasilkan karya


yang populer hingga sekarang adalah Taqrib Al-Asanid wa Tartib Al-
Masaniddan Al-Taqyid wa Al-Idah yaitu kitab teoritik tentang kajian
pokok-pokok otentisitas dan klasifikasi sunnah`

2) Ibn Hajar Al-Asqalani,telah menyelesaikan beberapa karya seperti


kitab Sharhatas hadits-hadits yang tersusun dalam kitab Shahih Bukhori
dengan judul Fath Al-Bari.7

Selanjutnya pada masa sesudah mereka lahirlah salah seorang ulama


yang profesi dan popularitasnya sama dengan mereka, yaitu:

1) Al-Suyuti Jalaluddin Abdul Rahman bin Kalaluddin,telah


menghasilkan kitab yang disusun hamper semua hadits Nabi SAW kedalam
satu karya besar dengan judul Al-Jami’ Al-Saghir yang memuat 10.010
hadits.

2) Yusuf Al-Nabhani menyususun kembali dengan model al-Suyuti


dengan disisipkan beberapa penambahan, dengan judul Al-Fath Al-Kabir fi
Dammaz Ziyadah ila Al-Jami’Al-Shaghir.

7
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/terateks/article/view/3873 dikutip pada 12 September 2021 Pukul 13.40 WIB

9
Pada awal abad kesepuluh hijriyah yaitu jatuhnya Daulah
Mamalik,mempunyai dampak yang sangat besar terhadap aktivitas para
ulama .Dan tidak menyembunyikan bahwa Sultan yang berkuasa pada masa
itu turut terlibat dalam kitab-kitab periwayatan hadits karya ulama
sebelumnya,meski hanya melalui pendanaan lembaga-lembaga pendidikan.
Sehingga sisa yang masih dapat didapatkan dari lembaga-lembaga itu hanya
pengajaran hadits Nabi semata dengan kata lain bahwa pengembangan pada
bidang fiqih atau shari’ah di lembaga-lembaga pendidikan tersebut banyak
di orientasikan pada pengembangan penataan ijtihad.

Kemandegan di Mesir tidak mempengaruhi gerakan yang berada di


kawasan dunia islam lain ,seperti kawasan Maghribi,India,bahkan di Timir
Tengah sendiri,bahkan di India memperlihatkan situasi yang berbeda,
setelah jatuhnya Daulah Mamalik,para ulama dan sarjana Indo-Pakistan
mulai mengembangkan aktivitas kajian ilmu hadits.Diantara tokoh-
tokohnya adalah sebagai berikut:

1)Ali bin Hasamuddin,yang dikenal sebagai Al-Muttaqi Al-


Hindi,penulis kitab Kanzul Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al

2)Syah Waliullah al-Dahlawi,seorang ulama dan cendikiawan yang


mempunyai karya hamper sama dengan Imam Syafi’i yaitu kitab
Hujjatullah al-Balighah

3) Zakaria Muhammad al-Kandahlawi,pensharah kitab al-Muawatta’


karya Imam Malik dan judul karya yang dihasilakan adalh Awjaz Al-
Masalik ila Sharhal-Muwatta’.8

Gerakan yang sama juga dilakukan di wilayah Asia Tenggara seperti di


Malaysia,Thailand dan Indonesia sendiri.Diantara ulam dan cendikiawan

8
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1763790&val=18841&title=MASA%20KODIFIKASI%20HADIS%20MENER
OPONG%20PERKEMBANGAN%20ILMU%20HADIS%20PADA%20MASA%20PRA-
KODIFIKASI%20HINGGA%20PASCA%20KODIFIKASI dikutip pada 9 September 2021 Pukul 19.00 WIB

10
dari kawasan ini antara lain:Khurseed Ahmad,al-Fatani,T.M.Hasbi Ash-
Shiddiqie dan masih banyak lagi. 9

Tokoh-tokoh hadits yang terkenal pada masa ini adalah:

(1)Adz-Dzahaby,

(2)IbnSayyidianas,

(3)Muglatai,

(4)Al-Ahqalani,

,(5)Ad-Dimyati,

(6)As-Suyuti,

(7)Ibn Katsir,

(8) Abu Zurah,

(9)Ibn Rajab,

(10)Az-Zarkasy.

Usaha ulama ahli Hadith pada abad V dan seterusnya adalah ditujukan
untuk mengklasifikasikan Hadith dengan menghimpun Hadith-Hadith yang
sejenis kandungannya atau sejenis sifat-sifat isinya dalam kitab Hadith. Di
samping itu mereka pada men-syarahkan (menguraikan dengan luas), dan
meng-ikhtishar (meringkaskan) kitab-kitab Hadith yang telah disusun oleh
ulama yang mendahuluainya. Oleh karena itu, lahirnya kitab-kitab Hadith
hukum; seperti :

1.Sunan al-Kubra, karya Abu Bakar Ahmad bin Husain Ali al-Baihaqy
(384-45H).

2.Muntaqa al-Akhbar, karya Majduddin al-Harrany (w 652 H).

9
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1763790&val=18841&title=MASA%20KODIFIKASI%20HADIS%20MENER
OPONG%20PERKEMBANGAN%20ILMU%20HADIS%20PADA%20MASA%20PRA-
KODIFIKASI%20HINGGA%20PASCA%20KODIFIKASI dikutip pada 9 September 2021 Pukul 19.00 WIB

11
3.Nailu al-Autar, sebagai syarah dari kitab Muntaqa al-Akhbar, karya
Muhammad bin Ali al-Syaukany (1172-1250 H).10

Kitab-kitab Hadith Targhib wa al-Tarhib, seperti:

Targhib wa al-Tarhib, karya Imam Zakiyu al-Din Abdu al-Adzim al-


Mundziri (w 656 H). Dalilu al-Falihin, karya Muhammad Ibn ‘Allan Al-
Siddiqy (w 1057 H), sebegai Syarah kitab Riyadu al-Shalihin, karya Imam
Muhyid al-Din Abi Zakariya al-Nawawi.

Selanjutnya bangkit ulama ahli Hadith yang berusaha menciptakan


kamus Hadith untuk mencari pentakhrij suatu Hadith atau untuk
mengetahui dari kitab Hadith apa suatu Hadith itu didapatkan, seperti:

1.Al-Jami’ al-Shaghir fi AHadithi al-Basyiri al-Nadzir, Karya Imam


Jalalu al-Din al-Suyuty (849-911 H).Kitab ini mengumpulkan haidth-
Hadith yang terdapat pada Kutub al-Sittah dan lainnya, dan selesai ditulis
tahun 907 H.

2.Dakhair al-Mawarith fi al-Dalalati ‘ala Mawadli’i al-AHadith, karya


Al-Alamah al-Sayyid Abdu al-Ghani al-Maqdisy al-Nabulisy.di dalamnya
terkumpul kitab Athraf 7 (Shahih Bukhary-Muslim, sunan empat dan
Muwatta’ ).

3.Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadli al-Hadith al-Nabawy, karya Dr.A.J


Winsinc dan Dr.J.F Mensing, selesai tahun 1936 M.

4.Miftah kunuzi al-Sunnah, karya Dr.Winsinc, berisikan Hadith-Hadith


yang terdapat 14 macam kitab Hadith, dicetak pertama tahun 1934 di
mesir11

10
https://id.wikipedia.org/wiki/Ulum_hadis dikutip pada 14 September 2021 Pukul 19.00 WIB

11
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tahdis/article/download/7227/5932 dikutip pada 15 September 2021 Pukul 16.00 WIB

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kodifikasi hadis adalah pembukuan hadis secara resmi yang berdasarkan
perintah dari seorang kepala negara dengan melibatkan orang-orang yang
ahli di bidangnya dan bukan untuk tujuan pribadi.
2. Dari Nabi Khulafa al-Rasyidin hingga Hijrah pada abad pertama, tradisi
penulisan dan penyebaran hadis masih didasarkan pada "hafalan dan hadits
pribadi yang disebarkanoleh para sahabat" dalam beberapa catatan mereka.
3. Dalam membukukan hadis, Umar bin Abdul Aziz memiliki beberapa aspek
yang melatarbelakangi gagasannya, diantaranya adalah; terjadinya
perselisihan riwayat penukilan sekaligus perowinya. Oleh karena itu
Khalifah Umar bin Abdul Aziz khawatir jika nanti hadits Rasulullah disia-
siakan oleh umatnya, Pada masa Nabi ataupun masa Sahabat, penulisan dan
penyebaran hadits masih bersifat kolektif individual, dan semakin luasnya
daerah kekuasaan islam
4. Kodifikasi hadis mengalami tiga masa yang di mana ketiga masa tersebut
adalah:
a. Pada Masa Awal Sampai Akhir Abad III H,
b. Hadis Pada Abad IV Sampai Pertengahan Abad VII,
c. dan Hadis Pada Masa Pertengahan Abad VII Sampai Sekarang.
5. Periodesasi Kodifikasi Hadist memiliki beberapa penjabaran yaitu,
a. Para Ulama merujuk pada Karya yang telah ada sebelumnya.
b. Bermunculan beberapa Ulama-Ulama Hadist yang baru.
c. Lahirnya Kitab-Kitab Hadist Hukum.
d. Penjelasan Kitab-Kitab Hadith Targhib Wa Al Tarhib.

13
B. Kritik & Saran
Dengan membaca makalah Periodesasi Kodifikasi Hadist dalam Ilmu Ulum
Hadist ini, harapannya kita dapat lebih memahami materi tersebut. Kami
berharap, pembaca bersedia untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun kepada kami, guna untuk menyempurnakan makalah
ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/islamt/article/view/2627

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tahdis/article/view/7227

https://id.wikipedia.org/wiki/Ulum_hadis

https://jurnalulumulhadis

https://firdaamaliyablog.wordpress.com/2017/05/21/periodisasi-hadis/

http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1763790&val=18841
&title=MASA%20KODIFIKASI%20HADIS%20MENEROPONG%20PERKEM
BANGAN%20ILMU%20HADIS%20PADA%20MASA%20PRA-
KODIFIKASI%20HINGGA%20PASCA%20KODIFIKASI

https://jurnal.kopertais5aceh.or.id/index.php/al-
qiraah/article/download/117/72#:~:text=A.&text=Yang%20dimaksud%20kodifik
asi%20(tadwin)1,catatan%20hadis%20Nabi%20dalam%20mushaf.

http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/terateks/article/view/3873

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tahdis/article/download/7227/5932

https://www.researchgate.net/publication/333451044_sejarah_hadis_pada_masa_
prakodifikasi_dan_kodifikasi

15

Anda mungkin juga menyukai