Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Pengertian Studi Hadits Dan Sejarah


Perkembangannya

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadits


Jurusan Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu :
Hakkul Yakin M.Pdi

Oleh :
Wahyu Ilham Fauzi (2301010292)

Muhammad Sani ( 2301010186)

Jurusan Pendidikan Agama Islam


Fakultas Tarbiyah
IAIH NW Lotim
2023
Kata pengantar

‫الحمدهلل والصالة والسالم على سيدنا رسول هلل واله وصحبه ومن وااله‬
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, kuasa dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat dan
atas semoga tetap tercurahkan kepada nabi besar muhammad SAW yang telah
membawa ummatnya dari zaman Kejahiliahan menuju zaman yang
berpradaban dengan ilmu pengetahuan.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis melakukan metode penelaahan
dan mengambil referensi dari media bacaan untuk mendapatkan dan
melengkapi materi serta data-data penyusunan makalah.
Penyusunan makalah ini telah diupayakan dengan semaksimal mungkin,
walau didalam penyusunan makalah ini masih terdapat beberapa kekeliruan,
karena disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Oleh karena itu diharapkan
kritik dan saran guna kesempurnaannya.

Senin,13 November 2023

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAPTAR ISI.......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar belakang........................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................1
C. Tujuan....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................2
A. Pengertian Ilmu
Hadits.....................................................................................2
B. Sejarah dan Perkembangan Ilmu
Hadits.....................................................................................3
BAB III PENUTUP...............................................................................6
DAPTAR PUSTAKA.............................................................................7

ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hadis nabi merupakan tradisi-tradisi yang hidup di masa kenabian yang mengacu
kepada pribadi Rasulullah SAW. Sebagai utusan Allah SWT di dalamnya sarat akan
berbagai ajaran Islam yang terus berjalan sampai akhir zaman. Adanya keberlanjutan
tradisi-tradisi itulah sehingga umat manusia pada zaman sekarang ini bisa
memahami, merekam dan melaksanakan tuntunan ajaran Islam. Sebagai sumber
hukum utama dalam ajaran Islam yang selalu dijadikan pedoman hidup oleh
umatnya, al-Qur’an dan hadis tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Jika al-
Qur’an berisi ajaran-ajaran yang masih bersifat global atau umum, maka hadis
berfungsi untuk memberikan penjelasan, keterangan, serta perincian terhadap hal
hal yang belum jelas di dalam al-Qur’an.
Dilihat dari periwatannya, hadis Nabi berbeda dengan al-Quran. Untuk al-Quran,
semua periwayatan ayat-ayatnya berlangsung secara mutawatir, sedangkan untuk
hadis Nabisebagian periwayatannya berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi
berlangsung secara sah. Dengan demikian ulama-ulama hadis sepakat bahwa
penelitian hadis sangat penting, karena tidak semua hadis berkualitas shahih, tidak
semua hadis tertulis pada zaman Nabi dan telah timbul berbagai pemalsuan hadis.
Sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur’an, hadis juga banyak
memuat berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kebahagiaan. Setiap manusia
mendambakan kebahagiaan. Kebahagiaan menjadi modal dasar bagi kesejahteraan
dan ketenangan hidup seseorang. Setiap ajaran agama mengajarkan dan mengajak
manusia untuk menjadi bahagia dengan caranya masing-masing. Secara sadar
maupun tidak kebahagiaan adalah makna dan tujuan hidup, satu-satunya tujuan dan
akhir dari keberadaan manusia. Seperti yang dipaparkan oleh Jalaluddin Rakhmat
dalam bukunya yang berjudul Meraih Kebahagiaan, tentang kebahagiaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Ilmu Hadits?
2. Bagaimana sejarah Ilmu Hadits?
3. Seperti apa perkembangan Ilmu Hadits?

C. Tujuan penelitian
1. Memenuhi tugas mata kuliah studi hadits
2. Mengetahui tentang ilmu hadits
3. Mengetahui sejarah ilmu hadits
4. Mengetahui perkembangan ilmu hadits

-1-
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Ilmu Hadits


Dari segi bahasa ilmu hadis terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan hadis. Secara
sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledge,dan science. Sedangkan hadis
artinya segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik dari
perkataan, perbuatan, maupun persetujuan. Para ulama ahli hadis banyak yang
memberikan definisi ilmu hadis, di antaranya Ibnu Hajar Al-Asqalani:

“Adalah mengetahui kaidah-kaidah yang dijadikan sambungan untuk mengetahui


(keadaan) perawi dan yang diriwayatkan.”
Atau:
“Ilmu yang mempelajari tentang keterangan suatu hal yang dengan hal itu kita
dapat mengetahui bahwa hadis itu diterima atau tidak. “

Atau definisi yang lebih ringkas:

“Kaidah-kaidah yang mengetahui keadaan perawi dan yang diriwayatkannya. “

Dari definisi di atas dapat dijelaskan bahwa ilmu hadis adalah ilmu
yangmembicarakan tentang keadaan atau sifat para perawi dan yang diriwayatkan.
Perawi adalah orang-orang yang membawa, menerima, dan menyampaikan berita
dari Nabi, yaitu mereka yang ada dalam sanad suatu hadis.
Bagaimana sifat-sifat mereka, apakah bertemu langsung dengan pembawa berita
atau tidak, bagaimana sifat kejujuran dan keadilan mereka, dan bagaimana daya ingat
mereka, apakah sangat kuat atau lemah. Sedangkan maksud yang diriwayatkan
(marwî) terkadang guru-guru perawi yang membawa berita dalam sanad suatu hadis
atau isi berita (matan) yang diriwayatkan, apakah terjadi keganjilan jika dibandingkan
dengan sanad atau matan perawi yang lebih kredibel (tsiqah). Dengan mengetahui
hal tersebut, dapat diketahui mana hadis yang shahih dan yang tidak shahih. Ilmu
yang berbicara tentang hal tersebut disebut ilmu hadis.
Ilmu hadis ini kemudian terbagi menjadi dua macam, yaitu Ilmu Hadis Riwayâh
dan Ilmu Hadis Dirâyah.

-2-
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits
1. Zaman Nabi Muhammad Saw
a. Periode Periwayatan Hadis Nabi Saw dengan Lisan
Pada masa Rasulullah Saw., hadis belum mendapatkan perhatian
serius seperti al-Qur‟an. Para sahabat yang memiliki tugas istimewa,
mencurahkan tenaga dan waktu mereka guna mengabadikan ayat-
ayat al-Qur‟an tetapi tidak demikian halnya dengan hadis. Bahkan
adanya larangan penulisan hadis selain al quran.
Seorang sahabat Nabi Saw., bernama Abdullah bin Amru bin „Ash
ra, yang selalu mencatat dan menulis apa yang pernah didengarnya
dari Nabi Muhammad Saw, sehingga tindakan beliau ditegur oleh
suku Quraisy, lantas atas teguran tersebut beliau sampaikan kepada
baginda Nabi Saw, dan mendapatkan jawaban langsung dari Nabi
Saw.
Sejak adanya izin dari Rasulullah Saw., Abdullah bin Amru bin Ash
ra,menulis dan mencatat dengan baik apa saja yang disabdakan oleh
Nabi Saw. Adapun catatan hadis yang beliau tulis tersebut beliau
beri nama dengan sebutan al-Shah fah al-Shādiqah.
b. Periode Menulis dan Membukukan Hadis secara Resmi
Segala sesuatu yang telah dikumpulkan dan dihimpun oleh ulama
padazaman Imam al-Zuhri dikenal sebagai awal pengumpulan hadis
ke dalambentuk kitab secara resmi. Pada abad kedua sampai ke
empat hijriah setelah pengumpulan hadis rampung pada zaman al
Zuhrī, tibalah masa keemasan dalam upaya penseleksian hadis-hadis
Nabi diringi dengan lahirnya disiplin ilmu hadis sebagai benteng
dalam penyaringan kitab yang bermuatan hadis-hadis dengan
klasifikasi antara hadis shahih, hasan dan dhaif tersebar dengan
segala bentuk dan tata cara penyusunannya.
2. Abad II, III dan IV H
Ilmu hadis atau dikenal juga dengan sebutan ulumul hadis lahir dari proses
pemikiran (ijtihad) para pemerhati yang berusaha dengan segala bentuk
tanggung jawab terhadap pelestarian hadis-hadis Nabi Saw., untuk
mempertahankan eksistensinya dari segala bentuk yang dapat menjatuhkan
hadis Nabi sebagai hujjah setelah al-Qur‟an dan sekaligus sebagai penangkal
dari segala hal yang dapat merusak validitas dan otentitas hadis Nabi.
Kehadiran disiplin ilmu hadis pada pada abad III H adalah sebagai upaya
membentengi sumber syariat dari sesuatu yang dapat merapuhkan rangkaian
periwayatan sanad maupun materi matan hadis itu sendiri. Ulumul hadis
mengalami perkembangan dan pertumbuhan tanpa henti dengan
terbentuknya metodologi tersendiri, tersusun secara utuh dan terpisah dari
kitab-kitab hadis sekitar abad keempat hijriah.

-3-
Secara spesifik dapat dijelaskan bahwa perkembangan dan pertumbuhan
ilmu hadis pada periode klasik dimulai sejak masa Rasulullah Saw dan
sahabat. Pada masa ini dipahami bahwa ulumul hadis atau ilmu hadis berupa
keterangan-keterangan yang masih berserakan dan masih berlafal lisan secara
interaksi yang terjadi antara rasul dengan para sahabatnya.
Munculnya kitab ilmu hadis pertama sekali diprakarsai oleh al-Q dhi abu
Muhammad al-Ramahurmuzi (w. 360 H) yang dianggap sebagai pelopor
pertama melahirkan disiplin ilmu hadis dengan karyanya yaitu al-Muhaddis al-
Fāshil baina al-Rāwi wal ā‟ , kemudian diikuti oleh ulama lainnya yaitu Imam
al-Hakim an-aysab ri (w. 405 H) dengan karya Ma‟rifah Ulum al-Hadis dan
seterusnya hingga muncul karya Muqaddimah ibn Shalāh.
3. Abad Modern
Setelah mengalami stagnasi dari abad 10 sampai awal abad 14 hijriah,
disiplin ilmu hadis mengalami kebangkitan kedua disinyalir dengan munculnya
karya-karya yang lebih sistematis dan modern. Hal tersebut terjadi karena
dilatar belakangi oleh konflik yang terjadi antara ilmuan barat dan timur yang
menyentuh tataran teologi dan sumber-sumber dalam Islam. Walhasil,
tumbuhkan ghirah dan kesadaran umat Islam di berbagai dunia Islam untuk
menyanggah kesalahan dan kedustaan mereka sebagai bentuk
mempertahankan eksistensi sunnah.
Pada awal abad modern disebut juga periode kebangkitan kedua
pengkajian ulumul hadis, yaitu awal abad ke XIV Hijiriah yang ditandai dengan
munculnya karya Jamal al- in al-Q simi (w. 1332 H) yaitu karyanya berjudul
Qawāid al-Tahdis min Fun n Mushthalahul Hadis. Setelah karya al-Qasimi,
muncul banyak karya dalam bidang ulumul hadis sebagai tanda bahwa
perhatian terhadap bidang ulumul hadis semakin besar dan mengikuti
perkembangan dan pertumbuhandisiplin ilmu dan kajian Islam lainnya seprti
tafsir, hadis, fiqih dan kajian ilmu-ilmu umum lainnya.
Selain munculnya kitab-kitab ulumul hadis yang mencakup seluruh kajian
cabang-cabang ilmu hadis, muncul juga kajian khusus yang berorientasi pada
pemikiran sejarah tadwin hadis, kritik atas tuduhan yang menyatakan bahwa
al-Islam huwa Al-Qur‟an wahdah dan berbagai tuduhan yang dilontarkan oleh
para ingkar as-sunnah.
4. Ilmu Hadits di Indonesia
Sesungguhnya perkembangan dan pertumbuhan ilmu hadis di Indonesia
tidaklah terlepas dengan adanya hubungan muslim di Indonesia dengan pusat
pendidikan di Timur Tengah. Menurut Azyumardi Azra, bahwa abad ke 17-18
merupakan masa yang panjang dan dinamis dalam sejarah sosio- intelektual
kaum muslim. Sejak abad ke-19 sudah banyak pemuda dari tanah
Aceh,Sumatera Barat dan Jawa yang menetap dan menuntut ilmu agama di
Mesir, Saudi Arabia maupun di Syria.

-4-
Perkembangan pemikiran ulumul hadis di Indonesia tidak akan terlepas
dari pengaruh pendidikan ulama Indonesia di Timur Tengah. Perhatian ulama
Indonesia pada disiplin ilmu hadis atau ulumul hadis masih digolongkan baru.
Ada beberapa karya-karya ulumul hadis yang berhasil dihasilkan oleh ulama
Indonesia. Diawali dengan karya Syekh Muhammad Mahfudh bin Abdullah al-
Turmusi (w. 1919 M) yaitu Manhaj Dzawi an-Nazhar. Selanjutnya Mahmud
Yunus (w. 1983) dengan karya Ilmu Mushtahul Hadis. Dilanjutkan oleh
Muhammad Hasbi ash-Shiddiqy (w.1975 M) dengan karyanya Sejarah dan
Pengantar Ilmu Hadis. Berikut ini rangkuman beberapa karya nusantara dalam
bidang ilmu hadis di antara lain:
a. Buku Pengantar Ilmu Hadis, Metodologi Penelitian Hadis, Kaidah
Keshahihan
Sanad Hadis adalah karya Muhammad Syuhudi Ismail;
b. Ikhtisar Mushthalahul Hadis karya Fatchur Rahman;
c. Metode Kritik Hadis adalah karya Musthafa Ali Ya‟kub;
d. Pengantar Studi Sanad Hadis karya Dimyati.

-5-
BAB III
Penutup
 Kesimpulan
Dari segi bahasa ilmu hadis terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan hadis.
Secara sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledge,dan science. Atau
ilmu hadis adalah ilmu yang mempelajari tentang keterangan suatu hal
yang dengan hal itu kita dapat mengetahui bahwa hadis itu diterima atau
tidak. Pada dasarnya, penulisan ilmu hadis baru dimulai sejak abad ke 2
Hijriyah.
Sejarah perkembangan dari masa Nabi Muhammad telah ada dasar-
dasar ilmu hadisserta pada masa Nabi masih hidup penulisan hadis
dilarang keras oleh Nabi, karena khawatir akan bercampur dengan Al
Quran dengan hadis. Pada masa sahabat para sahabat sangat berhati-hati
dalam meriwayatkan hadis karena konsentrasi mereka kepada Alquran
yang baru dikodifikasi pada masa Abu Bakar tahap awal dan masa Utsman
tahap kedua, pada masa sahabat ilmu hadis timbul secara lisan atau
secara eksplisit. Pada masa Tabi’in (abad ke-4 H) telah timbul secara
tertulis, tetapi belum terpisah dengan ilmu lain. Pada masa Tabi’ Tabi’in,
imu hadis telah timbul secara terpisah dari ilmu-ilmu lain, tetapi belum
menyatu. Sedangkan, pada masa setelah Tabi’ Tabi’in ilmu hadis berdiri
sendiri sebagai ilmu hadis.

-6-
DAPTAR PUSTAKA

Mahmud al-Thahhan, Taisir Musthalahal al-Hadits (Beirut: Dar ats Tsaqafah al-
Islamiyah, t.t.), h. 15.
An-Nawawi. Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi. Juz 1., t.t. As-siba’i. As-
sunnah, t.t.
Hasyim, Ahmad Umar. As-Sunnah An-Nabawiyyah, t.t.
’Itr, Nuruddin. Manhaj An-Naqd Fii ’Uluum al-Hadis. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
Khathib, Ajaj al-. Ushûl Al-Hadîts, t.t.
Thahhan, Mahmud al-. Taisir Musthalahal al-Hadits. Beirut: Dar ats-Tsaqafah
al-Islamiyah, t.t.
Zubaidillah, Muh. Haris. “Epistemological Views of Islamic Education
Philosophy as A Islamic Education Basis.” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan
dan Kemasyarakatan 12, no. 1 (2018): 1–12.

-7-

Anda mungkin juga menyukai