Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ILMU HADIST RIWAYAH DAN DIRAYAH

Makalah ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah Studi Hadist

Oleh:
1. Siti Zumaroh (04010221017)
2. Uswatun Khasanah (04010221018)
3. Mailinda Farhani (04010521102)

Dosen Pengampu:
Bapak Dr. H. M. Munir Mansyur, M.Ag
195903171994031001

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
APRIL 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahuwata’ala karena atas


berkat Rahmat-Nya kami memperoleh keberhasilan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Studi Hadist dengan membuat makalah yang berjudul “ILMU HADIST RIWAYAH DAN
DIRAYAH”.

Oleh karena dipandang perlu dan penting bagi kita untuk mengetahui dan mendalami
tentang hadits. Karena bagaimanapun hadits merupakan sumber hukum kedua dalam islam.
Sehingga kita perlu memahami fungsi hadist terhadap Al- Qur’an. Kami tentunya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya nantinya menjadi laporan yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada bapak Bapak.
Dr. H. M. Munir Mansyur, M.Ag yang telah membimbing dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi
yang membutuhkan.

Surabaya, 25 April 2022

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I..................................................................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................
BAB II...........................................................................................................................................
A. Pengertian dan ruang lingkup ilmu hadis...........................................................................
B. Sejarah perkembangan ilmu hadis.....................................................................................
C. Mengetahui cabang-cabang ilmu hadis..............................................................................
BAB III..........................................................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................

Daftar Pustaka
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ilmu hadis menempati posisi yang sangat penting dalam khazanah ilmu
keislaman, perlu diketahui pengertian, macam-macam, dan ruang lingkupnya. Dengan
mengethui ilmu ini diharapkan para mahasiswa dapat pula mengetahui manfaat
mempelajari ilmu hadis bik ilmu hadis riwayah maupn ilmu hadis dirayah. Sejarah
perkembangan ilmu hadis sejak zaman nabi hingga sekarang menjadi pembahasan di
bab ini. Perkembangan ilmu hadis telah melahirkan beragam kaedah dan istilah dalam
imu hadis yang disebut dengan mustalah al-hadih.
Kajian tentang ilmu hadis baik riwayah ataupun dirayah telah menarik
perhatian umat islam sejak masa klasik hingga sekarang. Ketertarikan itu muncul
mengingat ilmu ini sangat penting dalam rangka untuk mengetahui hadis-hadis yang
dapat dijadikan sebagai hujjah dan yang tidak. Dengan mengetahui disiplin ilmu ini,
seseorang dapat membedakan hadis yang otentik dan tidak, sehingga terhindar dari
kesalahan dalam berdalil dengan hadis nabi.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan Ruang lingkup ilmu hadis ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu hadis ?
3. Apa saja cabang-cabang ilmu hadis riwayah dan dirayah ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dan ruang lingkup ilmu hadis
2. Mengetahui sejarah perkembangan ilmu hadis
3. Mengetahui cabang-cabang ilmu hadis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Ilmu Hadis


Istilah yang digunakan para ulama untuk menyebut ilmu hadis sangat
bermacam-macam, diantaranya adalah Ilmu Usul Al-Hadis, ilmu Mustalah Ahl al-
hadith. Secara istilah, Hasbi al-Siddiqiey, sebagaimana dikutip M. Syuhudi Ismail
mengartikan ilmu hadis sebagaimana segala pengetahuan yang berhubungan dengan
hadis nabi. Definisi dari ilmu hadis sangat luas, tidak hanya menyangkut matan dan
sanad secara murni, tetapi juga menyangkut masalah sosial budaya, politik, dan sosial
ekonomi, maka ilmu hadis bisa mengalami perkemabangan ilmu itu sendiri. Misalnya
ilmu sosiologi hadis, ilmu psikologi hadis dan sebagainya.1
Secara garis besar ilmu-ilmu hadis dibagi menjadi dua, yaitu hadis riwayah
dan hadis dirayah. Ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang membahas segala perkataan,
perbuatan,ketetapan, dan sifat-sifat nabi Muhammad. Muhammad Ajjaj al-Khatib
mendefinisikan ilmu hadis riwayah ialah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang
segala yang disandarkan pada nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan, sifat fisik atau psikis dengan pengkajian yang detail dan terperinci. Ruang
lingkup pembahasan ilmu ini tidak menyinggung apakah hadis itu mutawattir atau
ahad dan juga tidak maqbul atau mardud. Obyek ilmu hadis riwayah ini adalah pribadi
nabi dengan segala aktifitasnya.2
Ilmu hadis dirayah berkisar pada kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan
matan dan sanad hadis, bagaimana cara penuklikan hadis yang dilakukan oleh para
ahli hadis, bagaimana cara menyampaikan kepada orang lain, tentang sifat-sifat
periwayat hadis, dan sebagainya. Muhammad Mahfudz al-Tirmasi dalam kitabnya
Manhaj dzawi al-Nazar, mendefinsikan ilmu hadis merupakan undang-undang atau
kaedah-kaedah untuk mengetahui keadaan sanad dan matan. Habi Ash-Shiddiqiey
mendefinisikan ilmu hadis dirayah dengan suatu ilmu untuk mengetahui keadaan
sanad dan matan dari jurusan diterima atau ditolak.3
Obyek pembahasan dari hadis dirayah ini adalah keadaan matan, sanad, dan
perawi hadis, sedangkan tujuan dan kegunaannya adalah untuk mengetahui dan

1
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis (Bandung : Angkasa, 1991), 61
2
Hasbi Ash Shieddiqiey, Sejarah dan Pengantar, 151
3
Muhammad Mahfuz ibn ‘Abd Allah Al-Tirmasi, Manhaj Dzawi al- Nazar (Beirut : Dar al-Fikr,1974), 23
menetapkan tentang diterima (maqbul) dan ditolaknya (mardud)suatu hadis. Ilmu
hadis dirayah merupakan neraca (mirzan) atau objek formal yang dapat dipergunakan
untuk mengkaji ilmu hadis riwayah. Kegunaan mempelajari ilmu hadis secara umum
memiliki banyak manfaat antara lain, dapat meneladani akhlak nabi, baik dalam hal
ibadah atau muamalah, melaksanakan syariat sesuai dengan sunnah nabi, menjaga dan
memelihara hadis nabi dari segala kesalahan dan penyimpangan.4

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadis


Di masa lalu, bermula sejak masa Nabi saw dan sahabat, memang terbuka
peluang untuk membukukan Hadis, tetapi untuk menghindarkan tercampur baurnya
dengan al-Qur’an, maka nanti pada masa tabi’in barulah hadis dibukukan. Puncaknya
adalah pada masa kekhalifahan Abbasiyah, yakni ketika Umar bin Abd al-Azis
menjabat gubernur Mesir (65–85 H), ia menginstruksikan agar hadis-hadis ditulis dan
dikodifikasikan dalam suatu kitab. Usaha pengkodifikasian hadis pada masa ini,
merupakan tahap awal yang dalam 322 Masa Depan Hadis dan Ilmu Hadis sejarah
atau disebut sebagai periode pertama, tepatnya pada abad 1 H. memasuki abad II H,
pengkodifikasian Hadis-hadis sudah mengalami perkembangan, karena ia terhimpun
dalam beberapa kitab Hadis dengan metode juz dan atraf, 11 metode muwatta dan
metode musannaf. Memasuki abad III H, Hadis-hadis terhimpun dalam kitab musnad,
kitab sunan, dan kitab jami’. Pada perkembangan selanju5tnya, yakni pada abad IV H,
himpunan hadis dalam beberapa kitab dijabarkan penghimpunannya dalam metode
mu’jam, mustakhraj, mustadrak, dan majma” .

Dengan terhimpunnya hadis ke dalam kitab-kitab dengan berbagai metode


yang terpakai itu, menjadikan pula keorisinilan hadis Nabi saw yang periwayatannya
senantiasa terjaga dari generasi ke generasi dan apalagi karena ia didukung oleh lahir
berkembangnya kaidah-kaidah ulum hadis. Ulum Hadis sebagai salah satu cabang
ilmu pengetahuan, muncul seiring dengan peliknya memahami Hadis-hadis. Oleh
karena itu, pembahasan tentang latar belakang sejarah Ulum Hadits terkait dengan
perkembangan Hadis itu sendiri, mulai dari masa Nabi saw, sampai masa
pengkodifikasian Hadis-hadis itu sendiri. Menurut data sejarah, faktor utama
munculnya Ulum Hadis, adalah disebabkan munculnya hadis-hadis palsu, yang telah

4
Ibid, 152
5
Risna Mosiba, “Masa Depan Hadis dan Ilmu Hadis”, Jurnal Dakwah, Vol. V, Nomer tidak disebutkan
(Desember 2016), 321.
mencapai klimaksnya pada abad III H. Atas kasus ini, maka ulama hadis menyusun
berbagai kaidah dalam ilmu hadis yang secara ilmiah dapat digunakan untuk
penelitian hadis. Adapun orang yang pertama menyusun kitab Ulum Hadis secara
sistematis adalah Abu Muhammad al Ramahurmuzi (360 H), sesudah itu ulama-ulama
yang ada di abad IV H, ikut meramaikan arena Ulum Hadis, seperti al Hakim
Muhammad ibn Abdillah al-Naysaburiy, Abu Nu’im al Asbahani, al Khatib dan
segenerasinya. Kitab-kitab Ulum Hadis yang ditulisnya dijadikan panduan oleh
muhaddisin sesudahnya. Ulum Hadis yang substansinya terdiri atas Ilmu Hadis
Dirayah dan Riwayah memiliki cabang yang menurut sebagian ulama telah mencapai
60-an jenis. Bahkan setelah itu berkembang lagi sehingga menjadi 90-an jenis.6

C. Cabang-cabang Ilmu Hadis

1.  Hadist Riwayah Bil-Lafdzi

Meriwayatkan hadits dengan lafadz adalah meriwayatkan hadits sesuai dengan lafadz
yang mereka terima dari Nabi saw . Dalam ilmu hadist ini lafadz nya masih asli dari Nabi
saw. Riwayat hadits dengan lafadz ini sebenarnya tidak ada persoalan, karena sahabat
menerima langsung dari Nabi baik melalui perkataan maupun perbuatan, dan pada saat itu
sahabat langsung menulis atau menghafalnya. Biasanya sahabat menulis hadist di berbagai
benda yang mereka temui disamping mereka menghafalnya. Hadist Riwayah bi Lafdzi
membuktikan bahwa para sahabat langsung bertemu dengan Nabi saw dalam meriwayatkan
hadits. Oleh karenanya para ulama menetapkan hadits yang diterima dengan cara itu menjadi
hujjah, dengan tidak ada khilaf.

    2.       Hadits Riwayah Bil Ma’na

Meriwayatkan hadits dengan makna adalah meriwayatkan hadits dengan maknanya


saja sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkan. Apa yang
diucapkan oleh Rasulullah hanya dipahami maksudnya saja, lalu para sahabat menyampaikan
dengan mengubah redkaisnya sesuai mereka . Hal ini dikarenakan para sahabat tidak sama
daya ingatannya, ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Di samping itu kemungkinan
masanya sudah lama, sehingga yang masih ingat hanya maksudnya sementara apa yang
diucapkan Nabi sudah tidak diingatnya. Menukil atau meriwayatkan hadits secara makna ini
hanya diperbolehkan ketikan hadits-hadits belum terkodifikasi. Adapun hadits-hadits yang
sudah terhimpun dan dibukukan dalam kitab-kitab tertentu (seperti sekarang), tidak
diperbolehkan merubahnya dengan lafadz/matan yang lain meskipun maknanya tetap.

6
Ibid, 322.
Adapun contoh hadits ma’nawi adalah sebagai berikut:

Artinya: Ada seorang wanita datang menghadap Nabi saw, yang bermaksud
menyerahkan dirinya (untuk dikawin) kepada beliau. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata:
Ya Rasulullah, nikahkanlah wanita tersebut kepadaku, sedangkan laki-laki tersebut tidak
memiliki sesuatu untuk dijadikan sebagai maharnya selain dia hafal sebagian ayat-ayat Al-
Qur’an. Maka Nabi saw berkata kepada laki-laki tersebut: Aku nikahkan engkau kepada
wanita tersebut dengan mahar (mas kawin) berupa mengajarkan ayat Al-Qur’an.

Dalam satu riwayat disebutkan:

“Aku kawinkan engkau kepada wanita tersebut dengan mahar berupa (mengajarkan)
ayat-ayat Al-Qur’an”. Dalam riwayat lain disebutkan: “Aku kawinkan engkau kepada wanita
tersebut atas dasar mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur’an”. Dan dalam riwayat
lain disebutkan: “Aku jadikan wanita tersebut milik engkau dengan mahar berupa
(mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur’an”. (Al-Hadits)

Cabang Ilmu Hadist Dirayah

Ibnu Ash-Shalah menghitungnya 65 cabang, ada juga yang menghitung hanya 10


hingga 6 cabang tergantung kepentingan penghitungan itu sendiri. Bahwa ilmu hadis
sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu lain senantiasa mengalami perkembangan menuju
kesempurnaannya. entang cabang-cabang ilmu hadis ini, menurut Imam as-Suyuthi tidak
dapat dihitung secara pasti. Sebab, memang jumlahnya banyak. Imam al-hazimi juga
mengemukakan penilaian yang sama. Adaupun faedah ketika dalam mepelajari ilmu hadis
dirayah, yaitu untuk mengetahui kualitas sebuah hadis, apakah hadis tersebit diterima dan
ditolak, baik dari sudut sanad maupun matanya.

1.Ilmu Rijal Al-Hadits


Ilmu Rijal Al-Hadits dibagi menjadi, yaitu :

a) Ilmu Tawarikh Ar-Ruwah, yaitu ilmu yang membahas itentang hal keadaan para
perawi hadits dan biografinya dari segi kelahiran kewafatan mereka, siapa guru-gurunya atau
dari siapa mereka menerima sunnah dan siapa murid- muridnya atau kepada siapa mereka
menyampaikan periwayatan hadits, baik dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in.

b) 'Ilrn al-Jarh wa at-Ta'dil adalah ilmu yang membahas hal ikhwal rawi (periwayat)
dengan menyoroti kesalehan dan kejelekannya, untuk menentukan periwayatannya dapat
diterima atau ditolak. Untuk menunjukkan atau menilai kekuatan periwayatan seseorang
digunakan ungkapan- ungkapan seperti: "orangyang paling terpercaya", "orang yang kuat
lagi teguh", dan "orang yang tidak cacat"
2. Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil

Dr. Shubi Ash-Shahih memberikan definisi Ilmu Al-Jarh wa At-Ta’dil yaitu ilmu
yang membahas tentang para perawi dari seg apa yang dating dari keadaan mereka, dari
apa yang mencela mereka atau yang memuji mereka dengan menggunakan kata-kata khusus.
Jadi, ilmu ini membahas tentang nilai cacat (al-jarh) atau adilnya (at-ta’dil) seorang perawi
dengan menggunakan ungkapan kata-kata dan memiliki hirarki tertentu.

3. Ilmu Ilal Al-Hadits

Dalam bahasa al-illah diartikan al-maradh = penyakit. Dalam istilah ilmu hadits Ilmu
Ilal Al-Hadits adalah suatu sebab tersembunyi yang membuat cacat pada hadits sementara
lahirnya tidak nampak adanya cacat tersebut.

4. Ilmu Gharib Al-Hadits

Ilmu Gharib Al-Hadits Ilmu ini menerangkan makna kalimat atas kata-kata yang sulit
difahami maksudnya karena jarang terpakai, atau kata-kata ganjil yang sudah usang dan
jarang digunakan.

5. Ilmu Mukhtalif Al-Hadits :

ilmu ini disebut juga ‘Ilm Mukhtalaf al-Hadits. Pokok ulasan kajiannya adalah
menbahas cara-cara menyelesaikan pertentangan yang tampak antara sebuah hadis dan
lainnya. Penyelesaian ini dapat dilakukan karena pertentangan-pertentangan yang tampak itu
hanya bersifat lahir sajar, bukan pada makna yang sesungguhnya

6. Ilmu Nasikh wa Mansukh

Ilmu Nasikh wa Mansukh membahas hadis-hadis yang kontradiktif yang tidak


mungkin dikompromikan, maka salah satunya yang datangnya belakangan sebagai nasikh dan
yang lain datangnya duluan sebagai mansukh.

8. Ilmu Asbab Wurud Al-Hadits

Ilmu Asbab Wurud Al-Hadits adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab datangnya
hadis dan beberapa munasabahnya (latar belakangnya). 7

7
Risna Mosiba, 333
9. Ilmu Tashhif Wa Tahrif
Ilmu Tashhif Wa Tahrif adalah ilmu yang membahas hadis-hadis yang diubah titiknya
(mushahhaf) atau dirubah bentuknya (muharraf).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

ilmu hadis riwayah ialah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang segala yang
disandarkan pada nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat
fisik atau psikis dengan pengkajian yang detail dan terperinci. Ilmu hadis dirayah
berkisar pada kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan matan dan sanad hadis,
bagaimana cara penuklikan hadis yang dilakukan oleh para ahli hadis, bagaimana cara
menyampaikan kepada orang lain, tentang sifat-sifat periwayat hadis, dan sebagainya.
Ulum Hadis sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, muncul seiring dengan
peliknya memahami Hadis-hadis. Oleh karena itu, pembahasan tentang latar belakang
sejarah Ulum Hadits terkait dengan perkembangan Hadis itu sendiri, mulai dari masa
Nabi saw, sampai masa pengkodifikasian Hadis-hadis itu sendiri. Menurut data
sejarah, faktor utama munculnya Ulum Hadis, adalah disebabkan munculnya hadis-
hadis palsu, yang telah mencapai klimaksnya pada abad III H.

B. Saran
Pokok bahasan tulisan ini sudah dipaparkan di depan. Besar harapan penulis
semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan dan
referensi, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempuma. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar tulisan ini dapat disusun
menjadi lebih baik dan sempurna.
Daftar Pustaka

Ash, Shiddiqiyah, Hasbi.1981. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis. Jakarta : Bulan
Bintang,. 151.
Syuhudi, Ismai. 1991. Pengantar Ilmu Hadis. Bandung : Angkasa. 61.
Muhammad Mahfuz ibn Abd Allah Al-Tirmasi.1974. Manhaj Dzawi al-Nazar.
Beirut : Dar al-Fikr. 23.
Mosiba, Mosiba. “Masa Depan Hadis dan Ilmu Hadis”. Jurnal Dakwah. Vol. V. Nomer
tidak disebutkan (Desember 2016), 321.

Anda mungkin juga menyukai