Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

(Pengertian Ulumul qur’an dan Pembahasannya)


Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

STUDI AL-QUR`AN & HADIST

DOSEN PENGAMPU : VINA ROHMATUL UMMAH M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Silvi Amalia Erfinda (2023392600601)
2. Gadis Yuli Adelia (2023392600593)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG BANYUWANGI
2023/2024
Kata Pengantar

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Puji syukur kehadirat Allah
Subhanahu wa ta`ala. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur`an & Hadist. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Vina Rohmatul Ummah, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Studi Al-Qur`an & Hadist. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Banyuwangi, 22 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………......ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………........iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………….....1


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………........2
C. Tujuan …………………………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………3
A. Pengertian Ulumul Hadits ……………………………………………………………..3
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits …………………………………………………….7
C. Cabang-cabang Ilmu Hadist …………………………………………………………….13
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………15
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………...........15
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadis adalah segala yang dinisbatkan kepada Nabi SAW.baik perkataan,
perbuatan, maupun keizinannya. Menurut Muhadditsin, khabar identik dengan hadis.
Sekalipun ada segolongan yang mengkhususkan khabar yang selain hadis seperti
sejarah.Adapun Atsar ialah segala yang dinisbatkan kepada sahabat Rasul.Sebagian ulama
berpendapat bahwa Atsar adalah periwayatan secara mutlak dari Rasulullah SAW.atau
sahabat.
Hadis Nabi merupakan sumber hukum ajaran Islam kedua setelah al- Qur’an
dikarenakan ia merupakan bayan (penjelas) terhadap ayat-ayat al- Quran yang masih
global, umum dan yang mutlak. Dengan demikian hadis menduduki posisi dan fungsi yang
cukup signifikan dalam ajaran Islam. Pada sisi lain, al-Qur’an berbeda dengan hadis, Nabi,
misalnya dari segi periwayatan, al-Qur’an seluruhnya bersifat qath’i al-wurud, sedangkan
untuk hadis Nabi pada umumnya bersifat zhannial-wurud.
Hadis dalam sejarah kodifikasinya, tidak terjaga sebagaimana al-Qur’an berbagai
macam kesalahan, penyimpangan, dan pemalsuan, walaupun sejarah penulisan hadis
secara individual telah ada pada masa awal Islam, semasa Rasulullah SAW.masih hidup,
dan ditulis secara resmi dan massal pada abad kedua hijriyah atas perintah khalifah Umar
bin Abdul Aziz.
Terbukti dalam sejarah, ketika pergolakan politik dan perebutan kepentingan
muncul, diketahui banyak beredar hadis-hadis palsu. Atas dasar motivasi ini dan beberapa
motivasi lain mendorong para ulama hadis mengadakan penelitian, baik dari segi sanad
maupun matan hadis, walaupun kritik sanad lebih banyak ditemukan. Dengan adanya
kritik ini pula klasifikasi hadis menjadi sahih, hasan , dan dha’if mulai diidentifikasikan.
Dua kategori pertama – hadis sahih dan hasan-, disepakati sah dalam pembentukan dan
penetapan hukum.Berbeda dengan hadis dha’if yang terdapat kontroversi di antara ulama
hadis. Hadis dha’if dengan berbagai kontroversi di kalangan ulama, hanya beredar
dikalangan tertentu dan bertujuan untuk menunjukkan fadha’il al- a’mal dan nasehat-
nasehat, lambat laun tujuan ini beralih fungsi sebagai dasar teologis keselamatan manusia.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Ulumul Hadits?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits?
3. Apa Sajakah Cabang-cabang Ilmu Hadits?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian dari Ulumul Hadits.
2. Mengetahui Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits.
3. Mengetahui Cabang-cabang Ilmu Hadits.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Ulumul Hadits

Ulumul hadits adalah istilah llmu Hadits di dalam tradisi Ulama Hadits. (Arabnya : Ulum
al-Hadits). ‘Ulum al-Hadits terdiri atas dua kata, yaitu ‘ulum dan al-Hadits.Kata ‘ulum dalam
bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm,yang berarti ‘ilmu-ilmu’, sedangkan al-Hadits di
kalangan Ulama Hadits berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW
dari perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat.” Maka, pengertian dari Ulumul Hadits adalah ilmu -
ilmu yang membahas atau berkaitan dengan Hadis Nabi Muhammad SAW..

Pada mulanya, Ilmu Hadits memang merupakan beberapa ilmu yangmasing – masing
berdirisendiri,yang berbicara tentang Hadits Nabi MuhammadSAW dan para perawinya, seperti
Ilmu al-Hadits al-Shahih, Ilmu al-Mursal, Ilmual-Asma’ wa al-Kuna, dan lain lain. Penulisan
ilmu – ilmu Hadits secara parsialdilakukan, khususnya oleh para Ulama abad ke - 3
H.Umpamanya, Yahya ibnMa’in (234 H/848 M) menulis Tarikhal Rijal, Muhammad ibn
Sa’ad(230 H/ 844M) menulis Al-Thabaqat, Ahmad ibn Hanbal (241 H/ 855 M), dan lain – lain.

lmu – ilmu yang terpisah dan bersifat parsial tersebut disebut dengan Ulumul Hadits
karena masing-masing membicarakan tentang hadits dan
para perawinya. Akan tetapi, pada masa berikutnya, ilmu – ilmu yang terpisah itumulai
digabungkan dan dijadikan satu lalu dipandang sebagai satu disiplin ilmuyang berdiri sendiri dan
dikenal dengan nama Ulumul Hadits. Jadi, penggunaan lafaz jamak Ulumul Hadits setelah
keadaanya menjadi satu, adalah mengandungmakna mufrad atau tunggal, yaitu Ilmu Hadits,
karena telah terjadi perubahanmakna lafaz tersebut dari maknanya yang pertama beberapa ilmu
yang terpisahmenjadi nama satu disiplin ilmu yang khusus yang nama lainnya adalah Mushtalah
al-Hadits.
Secara umum para Ulama Hadits membagi ilmu hadis kepada dua bagian,yaitu Ilmu
Hadits Riwayah (‘Ilm al -Hadits Riwayah)dan Ilmu Hadits Dirayah ( Ilm Hadits Dirayah).

1. Ilmu Hadits Riwayah


Menurut Imam At – Turmudzi yang dinamakan Hadits riwayah adalah :

6
Hadits Riwayah pada dasarnya adalah membahas tentang tata cara periwayatan,
pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadits NabiMuhammad SAW. Objek kajian Ilmu
Hadits Riwayah adalah Hadits Nabi Muhammad SAW dari segi periwayatan dan pemelihaaannya.
Hal tersebut mencakup :
A. Cara periwayatan Hadits, baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga cara
penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawi yang lain.
B. Cara pemeliharaan Hadits, yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan, dan pembukuannya
Sedangkan tujuan dan urgensi ilmu ini adalah pemeliharaan terhadap Hadits Nabi
Muhammad SAW agar tidak lenyap dan sia-sia, serta terdindar darikekeliruan dan kesalahan
dalam proses periwayatannya atau dala penulisan dan pembukuannya. Dengan demikian, Hadits -
hadits Nabi Muhammad SAW dapat terpelihara kemurniannya dan dapat diamalkan hukum-
hukum dan tuntunan yang terkandung didalamnya, yang hal ini sejalan dengan perintah Allah
SWT., agar menjadi Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan suri teladan dalam kehidupan

ini. (QS Al-Ahzab [33] : 21)

Ilmu Hadits Riwayah ini sudah ada semenjak Nabi Muhammad SAWmasih hidup, yaitu
bersamaan dengan dimulainya periwayatan Hadits itu sendiri.Para sahabat Nabi SAW menaruh
perhatian yang tinggi terhadap Hadits NabiSAW. Mereka berupaya untuk memperoleh
Hadits - hadits Nabi dengan caramendatangi majelis Rasul SAW serta mendengar dan menyimak
pesan ataunasihat yang disampaikan beliau. Mereka juga memperhatikan dengan seksamaapa
yang dilakukan Rasulullah, baik dalam beribadah maupun dalam aktivitassosial, dan akhlak Nabi
Muhammad SAW sehari – hari.

Apa yang telah dimiliki dan dihafal oleh para sahabat dari Hadits – hadits Nabi
Muhammad SAW. Selanjutnya mereka sampaikan dengan sangat hati - hatikepada sahabat lain

7
yang kebetulan belum mengetahuinya, atau kepada paraTabi’in. Lalu para Tabi’in melakukan hal
yang sama kepada Tabi’ al-Tabi’in.

Demikian lah periwayatan dan pemeliharaan Hadits Nabi MuhammadSAW berlangsung


hingga usaha penghimpunan Hadis secara resmi dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah
Umar ibn‘Abd al-‘Aziz (99 H/717 M).
Usaha penghimpunan, penyelesaian, penulisan, dan pembukuan Haditssecara
besar – besaran terjadi pada abad ke – 3 H yang dilakukan oleh paraUlama, seperti Imam al-
Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam al-Tarmidzi, dan lain lain. Dengan telah
dibukukannya Hadits – hadits NabiMuhammad SAW oleh para Ulama di atas, dan buku – buku
mereka pada masa masa selanjutnya telah menjadi rujukan bagi para Ulama yang datang
kemudian,maka dengan sendirinya Ilmu Hadits Riwayah tidak banyak lagi dikembangkan.
2. Ilmu Hadits Dirayah
para ulama memberikan definisi yang bervariasi terhadap Ilmu HaditsDirayah ini. Ibn al-
Akfani memberikan definisi Ilmu Hadits Dirayah sebagai berikut :Ilmu hadits dirayah biasa juga
disebut sebagaiMusthalah al-Hadits, Ushulal-Hadits, Ulum’ al -Hadits, dan Qawaid al-Tahdis
Al-Tirmidzi mendefinisikan ilmu ini dengan;
“Undang-undang atau kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan sanad danmatan, cara
menerima dan meriwayatkan, sifat-sifat perawi, dan lain-lain.”
Ibnu al-Akhfani mendefinisikan Ilmu Dirayah sebagai berikut;
“Ilmu pengetahuan untuk mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat,macam-macam,
dan hukumnya serta untuk mengetahui keadaan para perawi, baiksyarat-syaratnya, macam-macam
hadits yang diriwayatkan dan segala yang
berkaitan dengannya”.
Definisi diatas diberikan oleh Imam al- Suyuthi sebagai berikut :
Hakikat riwayat , adalah kegiatan periwayatan Sunnah (Hadits)
dan penyandarannya kepada orang yang meriwayatkannya dengan kalimat tahdits, yaitu perkataan
seorang perawi “haddatsana fulan”, (telah menceritakan kepadakami si Fulan) atau ikhbar,seperti
perkataannya,“akhbarana”( telahmengabarkan kepada kami si Fulan).
Syarat- syarat riwayat, yaitu penerimaan para perawi terhadap apa yangdiriwayatkannya
dengan menggunakan cara – cara tertentu dalam penerimaanriwayat (cara – cara tahammul
al- Hadits),seperti sama’ (perawi mendengarlangsung bacaan Hadits dari seorang guru), qira’ah

8
(murid membacakan catatanHadits dari gurunya di hadapan guru tersebut),ijazah (memberikan
izin kepadaseseorang untuk meriwayatkan suatu Hadits dari seorang Ulama tanpa
dibacakansebelumnya),munawalah(menyerahkan suatu Hadits yang tertulis kepadaseseorang
untuk diriwayatkan),kitabah(menuliskan Hadits untuk seseorang),i’lam(memberi tahu seseorang
bahwa Hadits – hadits tertentu adalah koleksiHadits yang dimilikinya), dan wajadah
(mendapatkan koleksi tertentu tentangHadits dari seorang guru).
Macam- macam riwayat,adalah seperti periwayatan muttashil yaitu periwayatan yang
bersambung mulai dari perawi pertama sampai kepada perawi terakhir atau munqathi’ yaitu
periwayatan yang terputus, baik di awal, di tengah,atau di akhir, dan lainnya.
Hukum riwayat Adalah al-qabul, yaitu diterimanya suatu riwayat karena telahmemenuhi
persyaratan tertentu, dan al-radd, yaitu ditolak, karena adanya persyaratan tertentu yang tidak
dipenuhi.
K eadaan para perawi, maksudnya adalah keadaan mereka dari segi keadilanmereka
(al-‘adalah) dan ketidakadilan mereka (al-jahr).
Syarat – syarat mereka,yaitu syarat – syarat yang harus dipenuhi olehseorang perawi
ketika menerima riwayat (syarat – syarat pada tahammul) dan syarat ketika menyampaikan
riwayat (syarat pada al-adda’).
Jenis yang diriwayatkan (ashnaf al-marwiyyat),adalah penulisan Hadits didalam kitab
al-musnad, al-mu’jam,atau al-ajza’ dan lainnya dari jenis – jeniskitab yang menghimpun Hadits
– hadits Nabi Muhammad SAW.
Definisi yang lebih ringkas namun komprehensif tentang Ilmu Hadits Dirayah ini
dikemukakan oleh M. ‘Ajjaj al- Khatib yakni :
“Ilmu Hadits Dirayah adalah kumpulan kaidah – kaidah dan masalah – masalah untuk
mengetahui keadaan rawi dan marwi dari segi diterima atau ditolaknya”.
Al-khattib lebih lanjut menguraikan definisi di atas sebagai berikut :
Al-rawi atau perawi, adalah orang yang meriwayatkan atau menyampaikanHadits dari
satu orang kepada yang lainnya; al-marwi adalah segala sesuatu yang diriwayatkan, yaitu kepada
yang lainnya, seperti Sahabat atau Tabi’in; keadaan perawi dari segi diterima atau
ditolaknya adalah mengetahui keadaan para perawidari segi jarh dan ta’dilketika tahammul
Dan adda’ al - Hadits, dan segala sesuatuyang berhubungan dengannya dalam kaitannya dengan
periwayatan Hadits;keadaan marwi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ittishal al-

9
sanad (persambungan sanad ) atau terputusnya, adanya ’illat atau tidak yang menentukan
diterima atau ditolaknya suatu Hadits.

Ilmu Hadits Dirayah inilah yang pada masa selanjutnya secara umum, dikenaldengan Ulumul
Hadits. Mushthalah al-Hadits, atau Ushul al-Hadits. Keseluruhan nama – nama di atas,
meskipun bervariasi, namun mempunyai artidan tujuan yang sama, yaitu ilmu yang membahas
tentang kaidah - kaidah untukmengetahui keadaan perawi (sanad) dan marwi (matan) suatu
Hadits, dari segi diterima dan ditolaknya.

Para Ulama Hadits membagi Ilmu Hadits Dirayah atauUlumul Hadits ini kepada
beberapa macam, berdasarkan kepada permasalahan yang dibahas padanya, seperti pembahasan
tentang pembagian Hadits Shahih, Hasan,dan Dha’if, serta macam-macamnya, pembahasannya
tentang tata cara penerimaan(tahammul)dan periwayatan (adda’) Hadits, pembahasan al-jarih dan
al-ta’dil serta tingkatan – tingkatannya, pembahasan tentang perawi, latar belakangkehidupannya,
dan pengklasifikasiannya antara yang tsiqatdan yang dha’if,
dan pembahasan lainnya. Masing – masing pembahasan di atas dipandang
sebagaimacam – macam dari Ulumul Hadits. Ibn al-Shalah menyebutkan ada 65 macamUlumul
Hadits ada 65 macam dan Imam al-Suyuthi menyatakan bahwa macam – macam Ulumul Hadits
tersebut banyak sekali , bahkan tidak terhingga jumlahnya.

Meskipun macam-macam ilmu hadis yang disebutkan oleh para Ulama Hadisdemikian
banyaknya, namun secara khusus yang menarik perhatian para UlamaHadis untuk dibahas secara
lebih mendalam di antaranya adalah Ilmu rijal al-Hadits dengan kedua cabangnya yakni Ilmu
Tarikh al-Ruwatdanal-Jarah wa al-Ta’dil, Ilmu Asbab Wurud al - Hadits, ‘Ilmu Gharib al -
Hadits, Ilmu Mukhtalaf al-Hadits, Ilmu Ma’ani al -Hadits, Ilmu Nasikh wa al-Mansukh dan lain-
lain.

B. Sejarah Perkembangan Ulumul Hadits

Pada dasarnya, Ulumul Hadits telah lahir sejak dimulainya periwayatanHadits di dalam
Islam, terutama setelah Rasulullah SAW wafat, ketika umatmerasakan perlunya menghimpun
Hadits – Hadits Rasulullah SAW dikarenakanadanya kekhawatiran Hadits – Hadits tersebut akan
hilang atau lenyap. ParaSahabat mulai giat melakukan pencatatan dan periwayatan Hadits

10
menggunakan kaidah – kaidah dan metode – metode tertentu dalam menerima Hadits
namunmereka belumlah menuliskan kaidah – kaidah tersebut.
Dasar dan landasan periwayatan Hadits di dalam Islam dijumpai di dalamAl-Quran dan
Hadits Rasulullah SAW. Di dalam surat Al-Hujurat ayat 6,
AllahSWT memerintahkan orang – orang yang beriman untuk meneliti danmempertanyakan
berita – berita yang datang dari orang – orang yang fasik .
“Hai orang – orang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita maka periksalah berita tersebut dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengatahui keadaan (yang sebenarnya) yang
menyebabkan kamu menyesal at as perbuatan mu”.

Di samping itu, Rasulullah SAW juga mendorong serta menganjurkan paraSahabat dan
yang lainnya yang mendengar dan menerima Hadits– Hadits beliauuntuk menyampaikan dan
meriwayatkannya kepada mereka yang tidakmendengar atau mengetahuinya. Sebagaimana sabda
Rasulullah dalam riwayat Al-Tirmidzi “ (Semoga) Allah membaguskan rupa seseorang yang
mendengar dari kami sesuatu (Hadits), lantas dia menyampaikannya (Hadits tersebut)
sebagaimana dia dengar, kadang – kadang orang yang menyampaikannya lebih hafal daripada
yang mendengar”.
Setelah terjadi fitnah di dalam kehidupan umat Islam, para Sahabat mulaimeminta keterangan
tentang orang – orang yang menyampaikan Hadits atau Khabar kepada mereka. Mereka
menerima atau mengambil Hadits dari orang – orang yang tetap berpegang kepada Sunnah
Rasulullah SAW dan sebaliknyamereka tidak mengambil Hadits dari mereka para ahli bid’ah.
Berdasarkan pada ayat Al-Quran dan Hadits Nabi di atas, maka paraSahabat mulai
meneliti dan bersikap hati – hati dalam menerima dan meriwayatkan Hadits – Hadits Nabi
Muhammad SAW.
Ada beberapa ketentuan umum yang diberlakukan dan dipatuhi oleh paraSahabat, yaitu :
1. Penyedikitan periwayatan Hadits (taqlil al-riwayat) dan pembatasannya untuk hal – hal
yang diperlukan saja.Sikap ini dilaksanakan terutama dalam rangka memelihara
kemurnianHadits dari kekeliruan dan ketersalahan. Periwayatan yang banyak dantanpa
batas dapat menyebabkan terjadinya kekeliruan akibat lupa ataulalai; dan hal ini dapat
menjerumuskan pelakunya ke dalam perbuatandusta atas nama Nabi Muhammad SAW,

11
yang tindakan ini sangat dikecam oleh beliau sebagaimana sabda Nabi
“ siapa yang berbohongatas namaku dengan sengaja, maka ia telah menyediakan
tempatnya di dalam neraka” Selain itu, alasan yang lebih penting adalah pemeliharaan
agar janganterjadi pencampur-bauran antara Hadits dan Al-Quran, karena Al-Quran pada
masa itu belum dikodifikasi secara resmi.Pengkodifikasian Al-Quran secaar resmi baru
dilakukan pada masa pemerintahan ‘Utsman ibn Affan.
2. Ketelitian dalam periwayatan, baik ketika menerima ataumenyampaikan riwayat. Sifat
teliti dalam menerima riwayat ini pertama kali dipraktikkan oleh Abu Bakar Al-
Shiddiq. Diriwayatkanoleh Ibn Syihab al-Zuhri dari Qabishah ibn Dzu’aib, bahwa suatu
hari seorang nenek mendatangi Abu Bakar menuntut agar kepadanya diberikan harta
warisan. Abu Bakar kemudian menjawab danmenjelaskan kepada nenek tersebut, bahwa
dia tidak menemukan ayatAl-Quran yang menyatakan adanya hak nenek tersebut terhadap
hartawarisan, dan begitu juga tidak ditemukannya Hadits Rasulullah SAWyang
menjelaskan hal demikian. Oleh karenanya, Abu Bakar lantasmenanyakan permasalahan
tersebut kepada para Sahabat yang hadir.Mendengar permasalahan tersebut, berdirilahh
Al-Mughirah serayamengatakan, bahwa dia pernah menyaksikan Rasulullah
SAWmemberikan hak mewarisi kepada seorang nenek, yaitu sebesar seperenam (al-
sudus). Abu Bakar selanjutnya menanyakan apakah Al-Mughirah mempunyai seorang
saksi yang menguatkan kesaksiannya bahwa Rasulullah SAW memberi bagian
warisan kepada seorang nenek. Pada saat itu tampillah Muhammad ibn Maslamah
yangmenyatakan dia juga menyaksikan pemeberian Rasulullah SAW
akan bagian warisan kepada seorang nenek. Setelah adanya kesaksiantersebut, barulah
Abu Bakar menerima pemberian bagian warisankepada nenek tersebut sebesar
seperenam.Ketelitian dalam menerima riwayat juga dicontohkan oleh Umar ibnal-
Khattab. Umar adalah seorang Sahabat yang menuntut para perawiHadits untuk bersikap
teliti dan hati – hati dalam meriwayatkan Hadits.Abu Sa’id ibn Iyas al-Jurairi
meriwayatkan, dari Abi Nadharah, dari Abi Sa’id , dia menceritakan bahwa Abu Musa
suatu kali memberi salam di pintu rumah Umar. Setelah dia mengucapkannya
sebanyaktiga kali, namun tidak ada jawaban dari dalam rumah tersebut, AbuMusa lantas
pergi meninggalkan rumah Umar itu. Sepeninggalnya,Umar yang sebenarnya mengetahui
hal itu, segera mengutus seseoranguntuk memanggil Abu Musa. Umar menanyakan

12
perihal kembalinyaAbu Musa setelah memberi salam itu, yang oleh Abu Musa
dijawab, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang
kamu memberi salam tiga kali, lantas tidak ada jawaban ,maka hendaklah dia kembali
pulang. Mendengar hal itu, Umar meminta Abu Musa untuk memberikan bukti akan
kebenaranriwayatnya tersebut, dan kalau tidak, Umar akan menghukumnya.Dalam
keadaan ketakutan akan ancaman hukuman dari Umar, Abu Musa kembali ke tempat
berkumpulnya beberapa orang Sahabat,seraya menceritakan ancaman Umar tersebut dan
menanyakan kalau ada di antara para Sahabat tersebut yang mendengar RasulullahSAW
mengatakan hal yang demikian. Maka diutuslah oleh merekasalah seorang untuk
mendampingi Abu Musa menghadap Umar, dan dihadapan Umar utusan tersebut memberi
kesaksian bahwa apa yangdikatakan Abu Musa mengenai sabda Rasulullah SAW itu
benar, dan sejumlah Sahabat lain juga turut mendengarnya bersama Abu Musa.Ketelitian
dan kehati – hatian dalam menerima Hadits juga dilakukanoleh Khalifah Ali ibn Abi
Thalib dan yang lainnya.

3. Kritik terhadapmatanHadits (naqd al-marwiyyat.Kritik terhadap matan Hadits ini


dilakukan oleh para Sahabat dengan caramembandingkannya dengan nash Al-Quran atau
kaidah – kaidah dasar agama. Apabila terdapat pertentangan dengan nash Al-Quran,maka
Sahabat menolak dan meninggalkan riwayat tersebut. Salah satucontohnya adalah , sikap
Khalifah Umar r.a sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim. “Umar mendengar
Hadits yang berasal dari Fathimah binti Qais, yang meneceritakan bahwa dia diceraikan
olehsuaminya dengan talak tiga, maka Rasulullah SAW tidak memberinyahak untuk
tempat tinggal dan juga hak nafkah. Mendengar hal itu,Umar mengatakan, “Kita tidak
boleh meninggalkan Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Hanya
karena perkataan(riwayat yang berasal dari) wanita ini,karen kita tidak tahu
bahwamungkin saja wanita ini mengingat atau justru lupa tentang apa yangsebenarnya
disabdakan Rasul SAW.”Umar dalam hal ini tetapmemberinya hak memperoleh tempat
tinggal dan nafkah. Keputusan Umar ini didasarkannya kepada firman Allah dalam
QS.Al- Thalaq[65]:1.

Contoh lain tentang kritik matan dari para Sahabat adalah apa yang dilakukan oleh
‘Aisyah r.a mendengar sebuah Hadits dari Umar dan anaknya‘Abd Allah yang mengetakan bahwa
Rasulullah SAW pernah bersabda:”Sesungguhnya mayat itu akan diazab karena tangisan
keluarganya”. Aisyah lantas mengatakan, semoga Umar dirahmati Allah, dan demi Allah

13
sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah mengatakan yang demikian, yaitu bahwa Allah akan
mengazab orang mukmin karena tangisan seseorang. ‘A’isyah selanjutnya menegaskan bahwa
cukuplah Al-Qur’an yang dijadikan pegangan.

Apa yang dilakukan oleh ‘Umar adalah dalam rangka sikap teliti dan kehati – hatian
mereka dalam menerima suatu Hadits; jadi bukan karenamencurigai ataupun buruk sangka
( su’al -azhann) terhadap Sahabat lain. Dan umar sendiri pernah mengatakan,”Sesungguhnya aku
tidak mencurigai engkau, tetapi aku ingin engkau teliti di dalam menerima ataupun
menyampaikan riwayat”.
Ketelitian dan sikap hati – hati para Sahabat tersebut diikuti pula oleh paraUlama Hadits
yang datang sesudah mereka, dan sikap tersebut semakinditingkatkan terutama setelah munculnya
Hadits– Hadits palsu, yaitu sekitartahun 41 H, setelah masa pemerintahan Khalifah Ali r.a.
Semenjak itu mulailahdilakukan penelitian terhadap sanad Hadits dengan mempraktikkan ilmu
al-jarahwa al-ta’dil, dan sekaligus mulai pulalah ilmu al-jarah wa al-ta’dil ini tumbuhdan
berkembang.
Setelah munculnya kegiatan pemalsuan Hadits dari pihak – pihak yang tidak bertanggung
jawab, maka beberapa aktivitas tertentu dilakukan oleh paraUlama Hadits dalam rangka
memelihara kemurnian hadits, yaitu seperti :
1. Melakukan pembahasan terhadap sanad Hadits serta penelitian terhadap
keadaan setiap para perawi Hadits, hal yangsebelumnya tidak pernah mereka lakukan.

2. Melakukan perjalanan (rihlah) dalam mencari sumber Hadits agardapat mendengar


langsung dari perawi asalnya dan meneliti kebenaranriwayat tersebut melaluinya.

3. Melakukan perbandingan antara riwayat seorang perawi denganriwayat perawi lain yang
lebih tsiqat dan terpercaya dalam rangkauntuk mengetahui ke-dha’if-an atau kepalsuan suatu
Hadits. Haltersebut dilakukan apabila ditemukan suatu Hadits yang kandunganmaknanya
ganjil dan bertentangan denganakal atau dengan ketentuandasar agama secara umum. Apabila
telah dilakukan perbandingan danterjadi pertentangan antara riwayat perawi itu dengan
riwayat perawi yang lebih tsiqat dan terpercaya, maka para Ulama Hadits
umumnya bersikap meninggalkan dan menolak riwayat tersebut, yaitu riwayatdari perawi
yang lebih lemah itu.

14
Demikianlah kegiatan para Ulama Hadits di abad pertama Hijriah yangakhirnya terdapat
beberapa klasifikasi Hadits, yaitu Hadits Marfu’ , Hadits Mawquf, Hadits Muhttashil , dan Hadits
Mursal.
Pada abad kedua Hijriah, ketika Hadits telah dibukukan secara resmi
atas prakarsa Khalifah Umar ibn abd al-Aziz dan dimotori oleh Muhammad ibn Muslim ibn
Syihab al-Zuhri para Ulama yang bertugas dalam menghimpun danmembukukan Hadits tersebut
menerapkan ketentuan – ketentuan Ilmu Haditsyang sudah ada dan berkembang sampai pada
masa mereka. Merekamemperhatikan ketentuan – ketentuan Hadits Shahih, demikian juga
keadaan para perawinya.

Pada abad ketiga Hijriah yang dikenal dengan masa keemasan dalamsejarah perkembangan
Hadits, mulailah ketentuan – ketentuan dan rumusan kaidah – kaidah Hadits ditulis dan
dibukukan, namun masih bersifat parsial.Yahya ibn Ma’in (wafat 234 H/848 M) menulis tentang
Tarikh al- Rijal,(sejarahdan riwayat hidup para perawi Hadits), Muhammad ibn Sa’ad (wafat 230
H/844M) menulis Al-Thabaqat (tingkatan para perawi Hadits), Ahmad ibn Hanbal(241H/855 M )
menulis Al-‘Ilal (beberapa ketentuan tentang cacat atau kelemahansuatu Hadits atau perawinya).

Pada abad keempat dan kelima Hijriah mulailah ditulis secara khusus kitab – kitab yang
membahas tentang Ilmu Hadits yang bersifat komprehensif , seperti :

 Kitab Al-Muhaddits al-Fashil bayn al-Rawi wa al-wa’I oleh Al-Qadhi Abu


Muhammad al-Hasan ibn ‘Abd al-Rahman ibn Khalladal-Ramuharra muzi (wafat 360
H/ 971 M).
 Ma’rifat ‘Ulum al –Hadits oleh Abu ‘Abd Allah Muhammad ibn’Abd Allah al-hakim
al-Naysaburi (wafat 405 H/ 1014 M).
 Al - Mustakhraj ‘ala Ma’rifat ‘Ulum al – Hadits oleh Abu Na’imAhmad ibn ‘Abd
Allah al-Ashbahani (wafat 430 H/ 1038 M).

15
 Al - Kifayah fi ‘Ulum al –Riwayah oleh Abu Bakar Ahmad ibn ‘Ali ibn Tsabit al-
Khatib al-Baghdadi (wafat 463 H/ 1071 M).
 Al-Jami’li Aklaq al-Rawi wa adab al-Sami’ oleh Al-Baghdadi(463 H/ 1071 M).
Pada abad – abad berikutnya bermunculanlah karya– karya di bidang IlmuHadits ini,
yang sampai saat ini masih menjadi referensi utama dalammembicarakan Ilmu Hadits, yang
diantaranya adalah‘Ulum al -Hadits oleh Abu‘Amr ‘Utsman ibn ‘Abd al-Rahman yang lebih di
kenal dengan Ibn al-Shalah(wafat 643 H/ 1245 M), Tadruj al- Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi
oleh Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman ibn Abu Bakar al-Suyuthi (wafat 911 H/ 1505 M).
C. Cabang-cabang Ilmu Hadits

Cabang Ulumul Hadits Ulumul hadits atau ilmu yang mempelajari tentang hadits
Rasulullah SAW dibagi dalam beberapa cabang dengan fokusnya masing-masing.

1. Ilmu Rijal Al-Hadis

Cabang ulumul hadits yang pertama adalah rijal al-hadits. Ilmu ini mempelajari tentang
para perawi hadits dan kapasitas mereka sebagai perawi hadits.

2. Ilmu Al-Jarh Wa At-Ta'dil

Ilmu al-jahr adalah ilmu yang mempelajari kecacatan para perawi, seperti keadilan dan
tabiatnya, sedangkan at-ta'dil adalah mempelajari perawi untuk menyucikannya dan
membuktikannya bahwa ia adalah adil dan dabit.

3. Ilmu Tarikh Ar-Ruwah


Ilmu tarikh ar-ruwah mempelajari tentang para perawi hadits yang berkaitan dengan usaha
periwayatan mereka terhadap hadits.

4. Ilmu 'Ilal Al-Hadis


Ulumul hadits yang keempat ini membahas tentang sebab-sebab yang tersembunyi, yang
dapat mencacatkan kesahihan hadits.

16
Seperti contohnya mengatakan muttasil terhadap hadits yang munqati', menyebut marfu'
terhadap hadits yang mauquf, memasukkan hadits ke dalam hadits lain, dan hal yang
berkaitan dengan itu.

5. Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh


Ilmu ini membahas tentang hadits-hadits yang berlawanan yang tidak dapat dipadukan
dengan ketetapan bahwa yang datang terdahulu disebut mansukh dan yang datang
setelahnya disebut nasikh.

6. Ilmu Asbad Al-Wurud


Ilmu asbad al-wurud adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang sebab-sebab
Nabi SAW menuturkan sabdanya.

7. Ilmu Garib Al-Hadis


Pengertian dari ilmu garib al-hadis adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui serta
menerangkan makna yang terkandung dalam lafaz-lafaz hadits yang jauh dan sulit
dipahami, karena lafaz tersebut jarang digunakan.

8. Ilmu At-Tashif Wa At-Tahrif


Ilmu ini adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menerangkan tentang hadits-hadits yang
sudah diubah titik atau syakalnya (musahhaf) dan bentuknya (muharraf).

9. Ilmu Mukhatalif Al-Hadis


Ilmu mukhatalif al-hadis adalah ilmu yang membahas hadits-hadits yang menurut lahirnya
saling bertentangan atau berlawanan, agar pertentangan tersebut dapat dihilangkan antara
keduanya, sebagaimana membahas hadis-hadis yang sulit dipahami ini atau
kandungannya, dengan menghilangkan kemusyrikan atau kesulitannya serta menjelaskan
hakikatnya.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulumul Hadits adalah ilmu - ilmu yang membahas atau berkaitan denganHadis Nabi
SAW. Secara umum para Ulama Hadits membagi ilmu hadis kepadadua bagian, yaitu :

1. Ilmu Hadits Riwayah adalah Ilmu yang membahas tentang tata


cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan atau pembukuan Hadits NabiMuhammad
SAW.
2. Ilmu Hadits Dirayah adalahIlmu pengetahuan untuk mengetahui
hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan hukumnya serta untukmengetahui
keadaan para perawi, baik syarat-syaratnya, macam-macamhadits yang diriwayatkan dan
segala yang berkaitan dengannya.
Cabang-cabang Ilmu Hadits, ilmu yang mempelajari tentang hadits Rasulullah
SAW.,Terdapat beberapa cabang diantaranya : Ilmu Rijal Al-Hadits, Ilmu Al-Jarh Wa At-
Ta’dil, Ilmu Tarikh Ar-Ruwah, Ilmu ‘Ilal Al-Hadits, Ilmu Nasikh Wa Al-Mansukh, Ilmu
Asbad Al-Wurud, Ilmu Gharib Al-Hadits, Ilmu At-Tashif Wa At-Tahrif, Ilmu Mukhatalif Al-
Hadits.

18
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddieqy. M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis.Jakarta:
PT. Mutiara Sumber Widya. 2018..
Pokok – pokok Ilmu Dirayah Hadis. Jakarta:
Bulan Bintang. 1981.
Sejarah Perkembangan Hadis. Jakarta:
Bulan Bintang. 1973.
‘Itr. Nuruddin.Ulumul Hadis. Bandung. Rosta. 2012
Iwan Mair. Metode Tahrij dan Penelitian Sanad Hadis. Surabaya:
Bina Ilmu. 1995.
Ismail, Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadis. Bandung :
Angkasa. 1987.
Salahuddin, Agus dan Agus Sayudi.Ulumul Hadis.Medan:
Pustaka Setia. 2009
Yuslem, Nawer.Ulumul Hadis. Jakarta : PT. Mutiara
Sumber Widya. 2018
Zaki, Muhammad. Ulumul Hadits. Lampung: Angkasa
Utama Raharja. 2017
Zein, Ma’shum. Ilmu Memahami Hadis Nabi SAW.Semarang:
Pustaka Rizki Putra. 1992

19
20

Anda mungkin juga menyukai