Dosen Pengampu
Disusun Oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS USHULUDDIN
2020
[1]
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, karena kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat waktu, tak lupa
sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Adapun dalam
penulisan makalah ini, materi yang akan dihabas adalah “Pengertian Ulumul Hadits
dan Sejarahannya”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing mata
kuliah yang bersangkutan ibu “Syarifah Rusydah Dr,Lc,MA.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah
wawasan kita dalam mempelajari “Ulumul Hadits”.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Tim penulis.
[2]
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………….4
A. Latar Belakang………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah……………………………………………....4
C. Tujuan Pembahasan……………………………………….……4
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………..……………..5
BAB III
KESIMPULAN…………………………………………………13
[3]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita ketahui bahwasanya hadist merupakan sumber sumber ajaran Islam yang
kedua setelah al-Qur’an. Keberadaan hadist disamping telah mewarnai masyarakat
dalam kehidupan juga telah menjadi bahasan kajian yang menarik. Hadist
mengandung makna dan ajaran serta memperjelas kandungan al-Qur’an dan lain
sebagainya. Para peneliti dan ahli hadist telah berhasil mendokumentasikan hadist
baik kepada kalangan masyarakat,akademis,penelitian hadis tersebut telah membuka
peluang untuk mewujudkannya suatu kajian disiplin Islam, yaitu bidang study
Ulumul Hadist.Maka dalam makalah ini, penulis menyajikan tentang “Pengertian
Ilmu Hadits dan Sejarahnya”, semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi
semuanya, terutama bagi penulis. Amin.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Ulumul Hadits adalah istilah dari Ilmu Hadits di dalam tradisi Ulama Hadits.
(Arabnya: ‘Ulum al-Hadits). Ulum al-Hadits terdiri atas dua kata, yaitu Ulum dan Al-
Hadits. Kata u’lum dalam bahsa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti
“Ilmu-Ilmu” Sedangkan Al-Hadits berarti “segala sesuatu yang disandarkan Kepada
Nabi Muhammad SAW dari Perkataan, Perbuatan, Taqrir, atau Sifat” Dengan
demikian,gabungan kata ‘Ulum al-Hadits mengandung pengertian “Ilmu-ilmu yang
membahas atau berkaitan dengan Hadits Nabi Muhammad SAW’’.1
Hadits dari akar kata di atas memiliki beberapa makna, antara lain sebagai
berikut.
1. ( الجدةal-jiddah = baru)
Ketiga makna etimologis di atas lebih tepat dalam konteks istilah Ulumul
Hadits, karena yang dimaksud hadits disini adalah berita yang datang dari Nabi
1
Yuslem. Nawir, M.A., Ulumul Hadits, (PT Mutiara Sumber Widya, 200), hlm. 1
[5]
Muhammad Saw, sedangkan makna pertama dalam konteks teologis bukan konteks
Ilmu Hadits2
Pada mulanya, Ilmu Hadits memang merupakan beberapa ilmu yang masing-
masing berdiri sendiri, yang berbicara tentang hadits Nabi Muhammad SAW dan para
perawinya, seperti Ilmu al-Hadits al-Shahih, Ilmu al-Mursal, Ilmu al-Asma’ wa al-
Kuna, dan lai-lain. Penulisan Ilmu-ilmu Hadits secara parsial dilakukan, Khususnya,
oleh para Ulma’ abad ke-3H. Umpamnya, Yahya ibn Ma’in (234 H/848 M) menulis
Tarik al-Rijal, Muhammad ibn Sa’ad ( 230 H/ 844 M ) menulis Al-Thabaqat, Ahmad
ibn Hanbal (241H / 855 M) menulis I’lal dan An-Nasih wa al-mansukh, Bukhari (256
H/ 870 M) menulis i’lal dan Al-Kuna , Muslim (261 H/ 875 M) menulis kitab al-
Asma’ wa al-Kuna Kitab Thariqat dan Kitab Al-i’lal dan lain-lainya4
2
Khon.Majid, M.Ag. Ulumul Hadits,( Amzah, 2015), hlm 1-2
3
Yuslem. Nawir.M.Ag,Ulumul Hadits,hlm 3-4
[6]
Sedangkan Menurut Muhammad A’jaj al-Khatib adalah : Yaitu Ilmu yang
membahas tentang pemindahan (periwayatan) segala sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW, Berupa perkataan, perbuatan, Taqrir,Sifat
Jasmaniyah atau tingkah laku (akhlak) dengan cara yang teliti dan terperinci6
Ilmu Hadits Riwayah Ini sudah ada semenjak Nabi Muhammad SAW masih
hidup, yaitu bersamaan dengan dimulainya periwayatan hadits itu sendiri. Para
sahabat Nabi Muhammad Saw menasruh perhatian yang tinggi terhadap hadits Nabi
Muhammad Saw. mereka berupaya untuk memperoleh hadits-hadits Nabi
Muhammad SAW, dengan cara mendatangi majlis Rasulullah Saw serta mendengar
dan menyimak pesan atau nasihat yang disampaikan beliau. Sedimikian besar
perhatian mereka sehinga kadang-kadang mereka berjanji satu sama lainya untuk
secara bergantian untuk mendatangi majlis Rasulullah Saw. tersebut mana kala di
antara mereka ada yang tidak hadir . Hal tersebut dilakukan oleh Umar ra, Yang
menceritakan “aku beserta seorang tetanggaku dari kaum Anshar, yaitu Umayyah bin
Zaid, secara bergantian menghadiri majlis Rasulullah Saw. Apabila giliranku hadir,
maka aku akan menceritakan apa yang aku dapatkan dari Rasulullah Saw, pada hari
itu: dani sebaliknya, apabila dia hadir , maka dia akan menceritakan apa yang di
peroleh dari Majlis Rasulullah SAW7
)نضر الله امراءا سمع منا شيئا فبلغه كما سمعه فرب مبلغ أوعى من سامع (رواه الترمدي
6
Yuslem. Nawir, M.A, Ulumul Hadits, hlm 4
7
Yuslem. Nawir, M.A, Ulumul Hadits,hlm 6
[7]
Semoga Allah membaguskan rupa seseorang yang mendengarkan suatu hadits dari
kami, lantas ia menyampaikany sebaiman yang ia dengar, kadang-kadangorang yang
menyampaikanlebih hafal daripada yang mendengar8
Ibnu Malik memberikan definisi Hadits Dirayah sebagai : Ilmu Hadits yang
khusus tentang Dirayah adalah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui hakikat
riwayat, Syarat-syarat,macam-macam, dan hukum-hukumnya, Keadaan para perawi,
syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan, dan segala sesuatu yang berhubungan
denganya.
Uraian dan elaborasi dari definisi di atas diberikan oleh Imam al-Suyuthi
Sebagai berikut :
9
Yuslem. Nawir. Dr.M.A, Ulumul Hadits, hlm 9-12
10
Rifa’i. Juhdi. S.Th.i., M.A,Mengenal Ilmu Hadits –Menjaga kemurnian Hadits dengan Mengkaji Ilmu
Hadits(Taushia, 2012, Jakarta Pusat) hlm 56
[9]
akhirnya mengakibatkan timbulnya pertentangan dalam bidang (ketuhanan).
Beberapa kalangan yang mendukung aliran teologi tertentu pada saat itu juga
membuat berbagai Hadits palsu demi memperkuat argumentasi aliran yang mereka
yakini benar.11
Selain faktor politik,faktor ekonomi juga ternyata menjadi salah satu sebab
timbulnya Hadits palsu. Atas dasar kepentingan ini, seorang pemalsu Hadits pada
waktu itu, berasumsi bahwa dengan menerima hadiah uang beberapa rupiah saja, dia
telah bersedia membuat Hadits palsu sebanyak lima puluh buah. 12
11
Juhdi. Rifa’I, S.Th.I., M.A, Mengenal Ilmu Hadits- Mengenal Kemurnian Hadits dengan Mengkaji
Ilmu Hadits, hlm 57
12
Juhdi.Rifa’I, S.Th.I., M.A, Mengenal Ilmu Hadits- Mengenal Kemurnian Hadits dengan Mengkaji Ilmu
Hadits, hlm 57
13
Juhdi.Rifa’I, S.Th.I., M.A, Mengenal Ilmu Hadits- Mengenal Kemurnian Hadits dengan Mengkaji Ilmu
Hadits, hlm 57-58
14
Khon.Majid dkk, Ulumul Hadits, (PSW Uin Jakarta, 2005, Jakarta),hlm 87
[10]
ketat dan berhati-hati terhadap sunah yang mereka terima, terutama jika diragukan
kebeneran pembawa berita tersebut.
Kemudian Ilmu Hadits menjadi berkembang banyak, seperti ketika ahli hadits
membicarakan tentang daya ingat para periwayat(dhabit) menerima(tahammul),
menyampaikan (ada’) Hadits , nasikh dan mansukh , kata- kata yang sulit dipahami
dalam Hadits dan lain-lain..Akan tetapi aktifitas seperti itu dalam perkembangannya
baru berjalan secara lisan. Baru pada abad kedua Hijriyah sampai abad ketiga Ilmu-
Ilmu Hadits mulai ditulis dan dikodifikasi dalam bentuk yang sederhana,belum
terpisah dari ilmu-ilmu lain. Misalnya ,ilmu Hadits bercampur dengan ilmu Ushul al-
Fiqh dalam kitab al- Risalah yang ditulis oleh al-Syafii’i.
Pada abad ketiga ini pula telah lahir kitab ilmu Mukhtalif al- Hadits yaitu
Ikhtilaf al-Hadits karya ‘Ali bin al-Madini, dan Ta’wil Mukhtalif al- Hadits karya Ibn
Qutaybah .Kitab – kitab ini timbul untuk menjawab tantangan dari serangan
[11]
kelompok teolog yang sedang berkembang pada masa ini terutama dari golongan
Mu’tazilah dan ahli bid’ah lain. Namun, kitab tersebut belum belum berdiri sendiri
sebagai Ilmu Hadits.
Diantara kritikus Hadits pada masa kejayaan Hadits diantaranya Ahmad bin
Hambal, Ishaq bin Rahawy , ‘Ali bin al- Madini. Para kritikus tersebut mempunyai
peran yang sangat penting dalam berdirinya ilmu Hadits.
Pada abad 4 H kitab-kitab itu lebih disempurnakan lagi oleh para ulama yang
hidup di masa ini, antara lain al- Thahawiyang menulis Syarh Ma’ani al-Atsar dan
Musykil al- Atsar dan lain-lain.Buku pertama kali muncul sebagai Ilmu Hadits yang
paripurna dan berdiri sendiri adalah al-Muhaddits al- Fashil bain al Rawi wa al- Wa’I
ditulis oleh al-Qadhi Abu Muhammad al-Hasan bin Abd al- Rahman bin Khalad al
Ramahurmuzi.
Setelah muncul buku al Muhaddits al- Fashil bayn al- Rawi wa al-Wa’I
sebagai muncul Ilmu Hadits yang matang dan berdiri sendiri tersebut kemudian
diikuti beberapa kitab yang semakin menyempurnakan, misalnya sebagai berikut:
2. al-Mustakhraj ‘ala Ma’rifah ‘Ulumul al- Hadits, ditulis oleh al- Ashbahani.
3.al- Kifayah fi Ilmi al- Riwayah dan al-Jami’ li Akhlaq al Rawi wa Adab al
Sami’,oleh al Khathib al Baghdadi.15
15
Khon.Majid dkk, Ulumul Hadits, hlm 88-91
[12]
BAB 3
Kesimpulan
'Ulumul Hadits adalah Istilah dari ilmu Hadits di dalam tradisi Ulama Hadits
.Ilmu Hadits adalah ilmu- ilmu yang membahas dan berkaitan dengan Hadits-Hadits
Nabi Muhammad saw. Ilmu Hadits terbagi menjadi dua macam yaitu Ilmu Hadits
Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayah.
Ilmu Hadits tumbuh dan berkembang sesuai dengan periwayatan hadits .Ilmu
Hadits terus berkembang dari yang semula belum menjadi ilmu terpisah( berdiri
sendiri) sampai menjadi ilmu yang paripurna dan berdiri sendiri yang diparkasai
oleh al-Qadhi Abu Muhammad al- Hasan bin Abd al-Rahman bin Khalad al-
Ramahurmuzi.
[13]
DAFTAR PUSTAKA
[14]