Anda di halaman 1dari 10

ILMU MA’ANI, ILMU BAYAN,

DAN ILMU BADI’

Dosen Pengampu:
Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad

Disusun oleh:
Kelompok 2

1. Yenny Afiyah Novianti (11180340000150)


2. Muhammad Fairuzzabadi (11200340000176)

JURUSAN ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan alam
semesta. Tak lupa shalawat dan salam kami sampaikan kepada baginda nabi besar Muhammad
SAW sebagai nabi akhir zaman.
Dengan rasa syukur Alhamdulillah atas taufiq dan hidayahnya, akhirnya kami dari
kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Bagian-bagian ilmu
Balaghah (ilmu Ma’ani, ilmu Bayan, ilmu Badi’)”
Harapan dan tujuan kami, semoga makalah yang kami buat ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca terutama soal penambahan pemahaman
mengenai salah satu sub pembahasan dalam Ulum Balaghah al-Qur’an. Koreksi juga amat kami
butuhkan sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, sehingga kedepannya
agar bisa lebih baik lagi.
Tidak lupa juga kami mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah
Balaghah al-Qur’an ini, yaitu bapak “Dr. Kh. Ahsin Sakho Muhammad” yang telah banyak
meluangkan waktunya membina dan membimbing kami dalam mata kuliah Balaghah al-Qur’an
ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan
kita dalam mempelajari ilmu Balaghah yang terdapat di dalam al-Qur’an.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Tangerang , 15 September 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................................................

BAB I ......................................................................................................................................

PENDAHULUAN...................................................................................................................

A. Latar Belakang .............................................................................................................

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................

C. Tujuan Masalah ............................................................................................................

BAB II.....................................................................................................................................

PEMBAHASAN .....................................................................................................................

A. Pengertian dan objek kajian ilmu Ma’ani ....................................................................


B. Pengertian dan objek kajian ilmu Bayan .....................................................................
C. Pengertian dan objek kajian ilmu Badi’ .......................................................................

BAB III ...................................................................................................................................

PENUTUP ..............................................................................................................................

A. Kesimpulan ................................................................................................................

B. Daftar Pustaka ............................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai bagian dari disiplin ilmu tersendiri, balaghah terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu
ilmu ma’ani, ilmu bayan, dan ilmu badi’. Namun penyebutan balaghah untuk ketiganya baru
terjadi ketika as-Sakki pada 626 H (sekitar abad ke-13 M) dalam bukunya Miftah al’Ulum.1 Pada
masa klasik, para ahli tidak menyebut ketiga bidang ilmu tersebut sebagai ilmu balaghah,
melainkan ilmu bayan.

Mengenai sejarah ilmu balaghah dalam kitab Al-Balaghah al-Arabiyyah karya Syaikh
Abdurrahman Hasan Habnakah Maidani menjelaskan tentang sejarah ilmu badi’ dan siapa peletak
pertama ilmu tersebut. Beliau mengatakan bahwasanya yang meletakkan ilmu badi’ ini pertama
kali adalah Abdullah Ibnu Mu’taz Abbasi (w.274 H), dikarenakan beliaulah yang menyingkapkan
di dalam syair-syair Muhassinat dan menulis dalam masalah tetsebut sebuah kitab yang diberi
judul al-Badi’. Dalam kitab tersebut beliau menyebutkan 17 jenis dari ilmu badi’. Beliau
mengatakan bahwasanya tidak ada seorang pun yang mengumpulkan sebelum saya ilmu-ilmu
badi’ dan tidak seorang pengarangpun yang mendahului saya mengarangnya. Maka jika ada
setelah saya menambahkan jumlahnya, hendaklah dia melakukannya. Sehingga ulama setelah
beliau berlomba menambahkan jumlahnya. Misalnya, Ja’far Ibnu Qudamah (w.319 H) seorang
sastrawan dari Baghdad dan seorang penulis besar menambahkan 13 jenis ilmu badi’. Hal tersebut
dijelaskan dalam kitab Naqdu Qudamah. Kemudian Abu Hilal Hasan Ibnu Abdillah Askari (w.
395 H) telah mengumpulkan 37 jenis ilmu badi’. 2

Ilmu balaghah menurut pakar linguistik Arab masuk kepada ranah semantik dan
sosiolinguistik, dikenal dengan tiga sub kajian utama ilmu ini yaitu ilmu bayan, ilmu ma’ani dan

1
Hamzah dan Napis, Majaz: Konsep Dasar dan Klasifikasinya, (Lamongan: Academia Publication, 2021), h.17
2
Dr. Hamdan, Kamus Balaghah, (Medan: CV. Pusdikra MJ, 2020), h.25
ilmu badi’. Ilmu bayan digagas oleh Abu Ubaidah. Ilmu ma’ani digagas oleh al-Jahizh. Sedangkan
ilmu badi’ digagas oleh Ibn Mu’taz.3

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari ilmu Ma’ani dan apa saja yang termasuk kedalam objek kajiannya?

b. Bagaimanakah pengertian dari ilmu Bayan dan apa saja yang termasuk kedalam objek
kajiannya?

c. Bagaimana definisi mengenai ilmu Badi’ dan apa saja yang menjadi objek kajian yang
ada didalamnya?

C. Tujuan Masalah

a. Mengetahui pengertian dari ilmu Ma’ani, Bayan, dan Badi’

b. Mengetahui objek-objek kajian yang terdapat didalam ilmu Ma’ani, Bayan, Badi’

3
Dr. Hamdan, Kamus Balaghah, (Medan: CV. Pusdikra MJ, 2020), h.28
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Ma’ani

Ilmu ma’ani adalah ilmu tentang cara memberikan pemahaman atau ilmu yang
mengajarkan cara menyampaikan yang mudah dipahami dan yang sesuai dengan suatu kondisi.
Secara keseluruhan objek kajian ilmu ma’ani ada delapan, diantaranya:

1. Pembagian ujaran (khabar dan insya’)


2. Kalimat yang menggunakan kata umum dan terikat (Mutlaq dan muqayyad)
3. Bahasa yang ringkas
4. Menengah dan panjang (i’jaz, musawah dan itnab)
5. Struktur balik (al-taqdim wa al-ta’khir)
6. Sturktur pengkhususan (al-hasr wa al-qashr)
7. Sturktur pembuangan/penghapusan (al-hadzf)4

B. Ilmu Bayan

Secara etimologis (bahasa) bayan adalah terbuka, jelas, mengungkapkan dan menjelaskan.
Sedangkan dalam pengertian ilmu balaghah, ilmu bayan banyak diartikan dan didefinisikan oleh
para pakar seperti Sayyid Ahmad al-Hasyim menjelaskan bahwa ilmu bayan adalah dasar-dasar
ataupun kaidah-kaidah yang digunakan untuk mengetahui mendatangkan satu makna yang
dikehendaki mutakallim dengan berbagai cara yang sebagiannya berbeda dengan sebagian yang
lainnya di dalam menunjukkan kejelasan makna tersebut. 5

Imam Akhdari menjelaskan pengertian ilmu bayan adalah ilmu yang mempelajari tata cara
pengungkapan satu makna dengan menggunakan susunan kalimat yang berbeda-beda
penjelasannya.

4
Hamzah dan Napis, Majaz: Konsep Dasar dan Klasifikasinya, (Lamongan: Academia Publication, 2021), h.18
5
Dr. Hamdan, Kamus Balaghah, (Medan: CV. Pusdikra MJ, 2020), h.29
Ilmu bayan berasal dari bahasa arab yang artinya “kias” atau “kiasan”, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti antara lain :

1. Perbandingan, persamaan dan ibarat

2. Sindiran

3. Analogi

Jadi uslub atau gaya bahasa kiasan yang dibahas dalam ilmu bayan pada dasarnya dibentuk
berdasarkan perbandingan dengan analogi, yakni membandingkan suatu benda atau suatu keadaan
dengan benda atau keadaan lain, karena keduanya memiliki hubungan kesamaan atau hubungan
lain seperti hubungan sebab akibat, hubungan tempat dan lain sebagainya. Sedangkan arti bayan
itu sendiri yaitu ‫( الكشف وااليضاح‬mengungkapkan, menjelaskan),

Firman Allah SWT:

‫سا ِن قَ ْو ِم ِه ِليُبَ ِي َن لَ ُه ْم فَي ُ ِض ُّل ا‬


‫َّللاُ َمنْ يَشَا ُء َويَ ْهدِي َمنْ يَشَا ُء َوه َُو ا ْلعَ ِزي ُز ا ْل َحكِي ُم‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬
ُ ‫س ْلنَا ِمنْ َر‬
َ ‫سو ٍل ِإ اال ِب ِل‬

Artinya: “Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya supaya ia
dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka”.6

Maksudnya menjelaskan satu makna dengan berbagai ungkapan atau berbagai uslub, apakah
dengan uslub ‫( التشبيه‬perumpamaan) atau dengan uslub ‫( االستعارة‬metafora, personifikasi) atau
dengan uslub kiasan lainnya, tergantung kepada situasi dan kondisi.

Sedangkan Al-bayan menurut istilah ilmu balaghah adalah :

‫علم يعرف به ايراد المعنى الواحد المدلول عليه بكالم مطابق لمقتضى الحال بطرق مختلفة فى ايضاح الداللة عليه‬

Artinya : Ilmu bayan ialah ilmu untuk mengetahui tentang cara mendatangkan suatu pengertian
yang ditunjukan atasnya dengan perkataan yang muthobaqoh (sesuai) dengan muqtadhol-halnya
dan dengan susunan yang berbeda-beda dalam menjelaskan dilalahnya.7

Dari penjelasan terminologis tentang pengertian ilmu bayan, dapatlah diambil satu kesimpulan
bahwasanya definisi dari ilmu bayan adalah ilmu yang mempelajari tentang teknik-teknik yang

6
Q.S. Ibrahim: 4.
7
D. Hidayat, Al-Balaghotu lil Jami’, (Jakarta: PT. Karya Toha Putra, 2002), h. 112.
bisa dilakukan oleh mutakallim dalam menyampaikan pesan-pesan kepada mukhatab, dimana
pesan-pesan tersebut bisa dilakukan dengan berbagai redaksi. 8

Ilmu bayan ini pertama kali dikembangkan oleh Abu Ubaidah Ibnu alMatsani (w.211 H).
Untuk pengembangan beliau terhadap ide-ide ilmu bayan tersebut beliau mengarang kitab majaz
al-Qur’an, kemudian lahirlah tokoh-tokoh besar berikutnya yang mengembangkan ilmu bayan
tersebut diantaranya adalah Abdul Qahir Al-Jurjani (w. 471 H) kemudian oleh al-Jahizh, ibn
Mu’taz, Quddamah dan Abu Hilal Askari. 9

Objek kajian ilmu bayan ada tiga objek utama yaitu,

1. Tasybih (citraan visual yang bermakna denotatif)


2. Majaz (bahasa figurative yang bermakna konotatif)
3. Kinayah (ungkapan yang bermakna polisemi) 10

C. Ilmu Badi’

Badi’ secara bahasa adalah suatu ciptaan yang baru yang tidak ada sebelumnya. Sedangkan
ilmu badi’ adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan objek kajian ilmu balaghah setelah
ilmu bayan dan ilmu ma’ani. Kaitannya dengan ilmu bayan dan ma’ani adalah di dalam ilmu bayan
cara mengungakapkan satu ide dan pikiran dengan variasi dan uslub. Sedangkan ilmu ma’ani
adalah tata cara penyusunan kalam sesuai dengan situasi dan kondisi pendengar. Sementara ilmu
badi’ adalah tata cara memperindah kalam baik secara lafazh maupun makna. Jadi dalam bayan
dan ma’ani yang dibahas adalah materi dan isi, sedangkan dalam ilmu badi’ dari aspek sifatnya. 11

Al-Hasyimi mendifinisikan ilmu badi’ sebagai sebuah ilmu yang dengan ilmu tersebut
diketahui metode dan cara-cara yang ditetapkan untuk menghiasi kalimat dan memperindahnya
serta keistimewaan yang dapat membuat kalimat tersebut menjadi semakin indah, bagus,
menghiasinya dengan kebaikan dan keindahan setelah kalimat tersebut sesuai dengan situasi dan
kondisi dan telah jelas makna yang dikehendaki. 12

8
Dr. Hamdan, Kamus Balaghah, (Medan: CV. Pusdikra MJ, 2020), h.29-30
9
Dr. Hamdan, Kamus Balaghah, (Medan: CV. Pusdikra MJ, 2020), h.30
10
Hamzah dan Napis, Majaz: Konsep Dasar dan Klasifikasinya, (Lamongan: Academia Publication, 2021), h.19-20
11
Dr. Hamdan, Kamus Balaghah, (Medan: CV. Pusdikra MJ, 2020), h.24
12
Dr. Hamdan, Kamus Balaghah, (Medan: CV. Pusdikra MJ, 2020), h.24
Sementara, menurut Abdurrahman Akhdari, ilmu badi’ adalah ilmu untuk mengetahui cara
membentuk kalam yang baik setelah mutabaqah dan kejelasan dilalahnya. Yang menjadi objek
kajian ilmu badi’ adalah tata cara memperindah keindahan lafazh dan makna yang diistilahkan
dengan muhassinatul lafziyah dan muhassinatul ma’nawiyyah. 13

Objek pembahasannya ada dua yaitu,

1. Pengaturan keindahan bahasa dari segi lafal (al-muhassinat al-lafdzhiyyah)


Meliputi:
a. Al-jinas (penggunaan dua lafal yang bunyinya sama tetapi berbeda makna)
b. Al-iqtibas (pengambilan bahasa al-Qur’an atau hadis ke dalam suatu kalimat
sehingga tampak kalimat utuh)
c. Al-saja’ (kesamaan huruf akhir dalam sebuah atau berkalimat).
2. Pengaturan keindahan bahasa dari segi makna (al-muhassinat al-ma’nawiyyah)
Meliputi:
a. Al-tauriyyah (penggunaan kata yang memiliki dua makna [jauh dan dekat], dan
makna yang dikehendaki adalah makna yang jauh)
b. Al-tibaq (berkumpulnya dua makna yang berlawanan dalam satu kalimat)
c. Al-muqabalah (pengungkapan dua lafaz atau lebih lalu diiringi dua lafaz lain yang
merupakan antonim [lawan kata] dari dua lafaz pertama dan disebutkan secara
beriringan)
d. Husnu al-ta’lil (pemberian alasan secara halus)
e. Ta’kid madh bima yusybih al-dzam wa’aksuhu (penegasan pujian dengan
menggunakan uslub yang menyerupai celaan ataupun sebaliknya)
f. Uslub al-hakim (gaya bahasa orang yang bijaksana yang berlaku di luar dari
pertimbangan normal, dimana persoalan yang dilontarkan tidak memberikan
jawaban yang bersesuaian dengan persoalan tersebut dalam arti kata tidak
semestinya setiap persoalan yang diajukan perlu dijawab). 14

13
Dr. Hamdan, Kamus Balaghah, (Medan: CV. Pusdikra MJ, 2020), h.25
14
Hamzah dan Napis, Majaz: Konsep Dasar dan Klasifikasinya, (Lamongan: Academia Publication, 2021), h.19
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Setelah memahami Ilmu Ma’ani, ilmu Bayan mengajarkan kita bagaimana cara
menyusun redaksi yang tepat dengan berbagai opsi penyusunan yang memungkinkan. Meskipun
ide kita hanya satu, namun kita dapat mengutarakannya melalui beberapa konsep yanng
diajarkan pada Ilmu Bayan. Selain memperhatikan aspek ide yang diatur sedemikian rupa agar
dapat diterima oleh Mukhattab dengan baik, Ilmu Balaghah juga mencakup Ilmu Badi’. Objek
kajian dalam ilmu Badi’ yaitu upaya untuk memperindah bahasa, baik pada lafadz maupun
makna. Adapun Ruang lingkup dalam pembahasan ilmu Badi’ yaitu Muhassinat Lafdziyyah
(keindahan-keindahan lafadz) dan Muhassinat Ma’nawiyyah (keindahan-keindahan makna).

B. Daftar Pustaka

Dr. Hamdan, Kamus Balaghah. Medan: CV. Pusdikra MJ, 2020.

D. Hidayat, Al-Balaghotu lil Jami’. Jakarta: PT. Karya Toha Putra, 2002.

Hamzah dan Napis, Majaz: Konsep Dasar dan Klasifikasinya. Lamongan: Academia
Publication, 2021.

https://bengkelarab.wordpress.com/2019/11/15/makalah-ilmu-balaghah-seputar-
pengertian-ilmu-bayan-dan-ilmu-badi/

http://gudangsemuamakalahkuliah.blogspot.com/2016/03/makalah-ilmu-bayan.html

Anda mungkin juga menyukai