Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

RESUME BALAGHAH MA’ANI

MATA KULIAH

ILMU BALAGHAH

DOSEN PENGAMPU : ABDUL MUID ,S.Pd.i,.M.Pd

PENYUSUN : GERBI ZEFRIANDO : I1A216033

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Taufik dan Hidayah-Nya
pada kita semua, serta tak lupa shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhamad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti
jejaknya. Dan penulis juga bersyukur kepada Allah SWT karena telah dapat menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini disusun sedemikian rupa bertujuan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan
oleh Bapak Dosen Pembimbing dalam mata kuliah “ILMU BALAGHAH”Penulis menyadari
makalah ini banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat membangun dari Bapak Dosen Pembimbing demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian, semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi Penulis.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jambi,21 mei, 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 KALAM INSYA’.......................................................................................................................2
2.1.1 Pembagian Kalam Insya’.....................................................................................................3
2.1.2 Bentuk-bentuk Insya’ Thalabi..............................................................................................3
2.1.3 Contoh-Contoh Kalam Insya’..............................................................................................4
2.2 QASHAR.....................................................................................................................................7
2.2.1 . Sarana-sarana Qashar.........................................................................................................8
2.2.2 . Pembagian Qashar...........................................................................................................11
2.3 FASHAL DAN WASHAL.........................................................................................................12
2.3.1 Pengertian Washal dan Fashal............................................................................................13
2.3.2 Ketentuan Washal..............................................................................................................13
2.3.1 . Ketentuan Fashal..............................................................................................................15
2.4 MUSAWAH,IJAZ,DAN ITHNAB............................................................................................17
2.4.1 Musawah............................................................................................................................17
2.4.2 Ijaz.....................................................................................................................................18
2.4.3 Ithnab.................................................................................................................................19

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Balaghah merupakan ilmu yang membahas cara-cara menyusun kalimat yang baik dan
bernilai tinggi menurut sastrawan dan salah satu tujuannya adalah untuk dapat berbicara atau
menulis dengan teratur sesuai dengan kondisi dan situasi dan dengan cara yang indah.

Keindahan adalah merupakan sifat-sifatnya yang paling menonjol. Keistimewaan yang


nampak dan sasaran keindahannya ialah bahasa yang menampilkan khayalan indah, gambaran
halus, dan menyentuh kepada bentuk-bentuk penyerupaan yang jauh antara beberapa hal.Dalam
makalah ini, saya akan memaparkan tentang Rangkuman Ilmu Balaghah ‘’Kalam
Insya’,Qhasar,Fashal Dan Washal,serta Musawa ,Ijaz dan Istnab ”.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah pengertian dari ’Kalam Insya’,Qhasar,Fashal Dan Washal,serta Musawa ,Ijaz
dan Istnab ”.
1.2.2 Jelaskan apa saja bagian dari ’Kalam Insya’,Qhasar,Fashal Dan Washal,serta Musawa
,Ijaz dan Istnab .
1.2.3 Bagaimana penerapan ’Kalam Insya’,Qhasar,Fashal Dan Washal,serta Musawa ,Ijaz dan
Istnab serta contohnya ”

1.3 Tujuan Masalah


1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami tentang ’Kalam Insya’,Qhasar,Fashal Dan
Washal,serta Musawa ,Ijaz dan Istnab ”.
1.3.2 Untuk mengetahui ’Kalam Insya’,Qhasar,Fashal Dan Washal,serta Musawa ,Ijaz dan
Istnab serta contohnya ”.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami tentang ’Kalam Insya’,Qhasar,Fashal Dan
Washal,serta Musawa ,Ijaz dan Istnab serta contohnya ”

BAB II PEMBAHASAN
2.1 KALAM INSYA’
Kalam insya menurut pengertian etimologi adalah mewujudkan. Dan menurut pengertian
terminologi dan istilah ulama balaghah, ialah :

‫صدّق والكذب لذاته‬


‫ما لياتحمل ال ص‬

“kalimat yang tidak mengandung kebenaran dan kedustaan bagi zatnya.”.

Dan dari buku lain di jelaskan, bahwa kalam insya adalah “suatu kalam yang tidak
mengandung kemungkinan benar atau dusta itu di namakan kalam insya”.[1]

2.1.1 Pembagian Kalam Insya’


Kalam insya’i terbagi menjadi dua yaitu insya’i thalabi dan insya’ ghair thalabi
a. Insya’ thalabi adalah kalimat yang menuntut terjadinya sesuatu, seperti
kalimat perintah, kalimat larangan, kalimat tanya, kalimat panggilan.
b. Insyai ghair talabi adalah kalimat yang tidak menuntut terjadinya sesuatu,
diantaranya ungkapan kekaguman, ungkapan pujian , ungkapan celaan,
ungkapan sumpah dan ungkapan pengharapan.

2.1.2 Bentuk-bentuk Insya’ Thalabi

Kalam Insya’ Thalabi memiliki beberapa bentuk diantaranya adalah :

1. Amr, yaitu kalam yang menuntut pekerjaan. Contoh: ‫صلّوة‬


‫أقيمواال ص‬

2. Nahy, yaitu kalam yang menuntut cegahan/larangan. Contoh: ‫لتقربواالصزنّا‬

3. Do’a, yaitu menuntut pekerjaan disertai rasa rendah diri(memohon kepada

atasan). Contoh : ‫رصبنا اغفرلنا‬


2
4. Nida’, yaitu kalam yang menuntut adanya respon dari adanya panggilan.

Contoh: ‫ياغياث الثمتحغيي‬

5. Tamanni, yaitu kalam yang mnuntut/mengharapkan sesuatu yang dianggap

baik walaupun mustahil terjadi. Contoh: ‫ليت ل فأخج مال‬

6. Istifham, yaitu kalam yang meminta jawaban atas pertanyaan. Contoh:

‫فلّولنّفر من كصل فرقةة‬

2.1.3 Contoh-Contoh Kalam Insya’


a. Cintailah orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu
b. b. Di antara fatwa Al-Hasan r.a. adalah :

‫ر‬ ‫لتتتطعلّب ر‬
‫ت‬ ‫ب متن اعلتتزاء إرللبرتقعدّ ر تما ت‬
‫صنتنعع ت‬ ‫ب‬ .

Janganlah kau menuntut balasan kecuali senilai apa yang kamu kerjakan

c. Abuth-Thayyib berkata :

‫أتلتما لرسعي ر‬
‫ف اللدّ عولترة اعليتنعوتم تعا ترببا‬ ‫ت ت‬
‫ضا رتبا‬ ‫ر‬
‫ضىَ السسيبنعوف تم ت‬ ‫فتتدّاهب العتوترىَ أتعم ت‬
Perhatikanlah, hari ini tidak ada seorang pun yang mencela Saifud-Daulah.Semoga seluruh
manusia menebusnya dengan pedang-pedang yang paling tajam.

3
d. Hasan bin Tsabit berkata :

‫طينتربتعرببرن‬ ‫يا لتي ر‬


‫ت ال لع‬ ‫ت شععرعي تولتعي ت‬ ‫ت عت‬
‫ي تعلّريي توابعرن تعلفاتنّا‬‫! تماتكا تن بتن ع ت‬
Semoga syairku dan burung itu memberitahukan kepadaku apa yang terjadi antara Ali dan Ibnu
Affan.

e. Abuth-Thayyib berkata :

‫تيا تمعن يتعرسزتعتعلّينتنا أتعن نّنبتفا رقتنبهعم‬


‫روعجتدّ انّنبتنا بكلل تشعيةء بتنععتدّ بكعم تعتدّ بم‬
Wahai orang yang bagi kami sulit berpisah dengan mereka, apa pun yang kami dapatkan setelah
( perpisahan dengan)-mu adalah tidak ada (bagi Kami).

f. Ash-Shimmah bin Abdullah berkata :

‫ب السرتبا‬ ‫ي‬‫ع‬‫ط‬‫ت‬
‫أ‬ ‫ما‬ ‫ض‬ ‫ر‬ ‫ل‬
‫ت‬ ‫ا‬ ‫ك‬
‫ت‬ ‫ربنتنعفرسي تر‬
ّ‫ل‬
‫ع‬
‫ت‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ت‬

4
‫ف توالعبمتحتنتربنلتعا‬ ‫! توتما أتعحتستن العبم ع‬
‫صتطا ت‬
Demi diriku, alangkah baiknya bumi yang tinggi itu dan alangkah indahnya sebagai tempat
peristirahatan di musim panas dan musim semi.

g. Al-Jahizh berkata tentang kitab :

‫ر‬ ‫وبرعئس الععرو ر‬, ‫أتلمابنعبدّ فتنرعم العبردّيل رمن اللزلرة الععتحرتذار‬
‫ض متن التحلنعوبتة ارل ع‬
‫صترابر‬ ‫ب ت ت ت ب‬ ‫تع ع ت ت ع ب ت‬
Setelah itu, maka sebaik-baiknya pengganti dari ketergelinciran adalah berdalih, dan sejelek-
jeleknya pengganti dari tobat adalah terus-menerus melakukan maksiat.

h. Al-habib Abdullah bin Thahir berkata :

‫ب العغرتن‬ ‫ر‬
‫لتتععمبرتك تما با لعتععقرل يبعكتحتتس ب‬
‫ب العتععقبل‬ ‫س‬ ‫تح‬
‫ت‬ ‫ك‬
‫ع‬ ‫ي‬ ‫ب العما ر‬
‫ل‬ ‫ولترباعكتحرسا ر‬
‫ت ب‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ت‬
Demi usiamu, kekayaan itu tidak dapat diperoleh dengan akal, sebagaimana akal pun tidak dapat
diperoleh dengan harta.

i. Dzur-Rummah[2]berkata :

‫ب تراتحةب‬ ‫لتعلل ا عرندّار اللدّمرع ينع ر‬


‫ق‬
‫ت ت ت ع بع ب‬

5
‫رمتن العتوعجردّ أتعويتعشرفىَ تشرجلي العبتلتبررل‬
Barangkali cucuran air mata itu dapat menjadi penawar kerinduan atau dapat menyembuhkan
kegelisahan dan kesusahan yang memenuhi dada.

j. Seorang penyair berkata :

‫ة‬ ‫ر‬
‫تعتسىَ تسائلل ذب عوتحاتجة إرعن تمنتنععتحتهب‬
ّ‫رمتن اعليتنعورم بسعؤلب أتعن يتبكعوتن لتهب تغبد‬
Barangkali orang yang meminta kepadamu suatu permintaan di hari ini mempunyai kebutuhan
ketika engkau tidak melayaninya, dikhawatirkan keadaannya berbalik, besok adalah hari
untuknya.

- Pembahasan

Seluruh kalimat pada contoh-contoh di atas adalah kalam insya’ karena semuanya tidak
mengandung pengertian membenarkan dan tidak pula mendustakan. Bila kita perhatikan, maka
contoh-contoh itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah kalimat-kalimat yang
digunakan untuk menghendaki keberhasilan sesuatu yang belum berhasil pada saat kehendak itu
dikemukakan. Oleh karena itu, kalam insya’ yang demikian disebut sebagai kalam insya’thalabi.
Adapun kalimat pada contoh-contoh kalam insya’ bagian kedua tidak digunakan untuk
menghendaki terjadinya sesuatu, dan oleh karenanya disebut sebagai insya’ghair thalabi.

Kalau kita perhatikan kalam insya’thalabi pada contoh-contoh bagian pertama, maka akan
kita dapatkan bahwa insya’thalabi yang berupa amr (kata perintah) seperti dalam contoh pertama,
ada yang berupa nahyi (kata larangan) seperti pada contoh kedua, ada yang berupa istifham (kata
tanya) seperti pada contoh ketiga, ada yang berupa tamanni (kata untuk mengharapkan sesuatu
yang sulit terwujud) seperti dalam contoh keempat, dan ada yang berupa nida’ (kata yang

6
didahului dengan seruan) seperti pada contoh kelima. Itulah macam-macam insya’thalabi yang
akan kita bahas lebih lanjut.

Dan bila kita perhatikan contoh-contoh bagian kedua, kita dapatkan pada beberapa bentuk
kalam insya’, ada yang berbentuk ta’ajjub (kata yang menunjukkan rasa takjub) seperti pada
contoh keenam, ada yang berbentuk al-madh wadz-dzamm (kalimat yang menyatakan pujian dan
celaan).

2.2 QASHAR
Pengertian Qashr Secara etimologis qashr adalah ( ‫ ) انبس‬yang artinya penjara. Secara

terminologis Qashr adalah ( ‫ ) انّقصننر تصننيض امننر بنناخر بطريننق مصننىص‬yang artinya
pengkhususan suatu perkara pada perkara lain dengan cara yang khusus. Devinisi lainnya,
qashr artinya pemfokusan, maksudnya adalah upaya penonjolan, penegasan, atau penekanan
pada salah satu unsur atau bagian kalimat yang dipentingkan. Jadi dalam qoshr ini nanti ada
yang mengkhususkan dan ada yang dikhususkan, dan tentunya ada cara-cara tertentu dalam
pengkhususan, paling tidak itulah yang dinamakan qoshr. Sebelum dikhususkan, sesuatu
yang dikhususkan itu merupakan sesuatu yang umum, dan dengan qoshr akan menjadi
khusus.
Contoh:‫ ما كاتب العمر‬artinya tidak ada orang yang menulis kecuali Umar.
Lafadz ‫( ك نناتب‬orang yang menulis) merupakan sesuatu yang mengkhususkan, dan yang

dikhususkan adalah „umar , jadi dapat disimpulkan bahwa yang menulis itu hanya umar,
lafadz pertama itu adalah sesuatu yang umum, dan dikhususkan oleh yang khusus.

7
2.2.1 . Sarana-sarana Qashar
Sarana-sarana qashr yang termasyhur ada empat, yaitu:
1. Nafyi (meniadakan dengan menggunakan huruf ‫ م ننا‬dan ‫)ل‬, istisna‟ (pengecualian /

mengecualikan sesuatu dengan menggunakan huruf , (‫ غي سىي خل‬,‫ال حاش‬,‫) ا عذ‬

dan maqshur „alaihinya terdapat setelah huruf istisna‟. Contoh: ‫مننا ممنندّ ال متحهننذا‬

( tidaklah muhammad kecuali orang yang giat) ‫( ل اطهننب ال انين‬saya tidak mencari
kecuali kebaikan) .

2. Innamaa (‫ )انننا‬dan maqshur „alaihinya adalah lafazd yang wajib disebutkan terakhir.

Contoh: ‫ ( انا الياة تعب‬hidup itu adalah kepayahan).

3. Athaf dengan laa ( , ‫ ل نّكن‬,‫) ب‬. Bila „athafnya memakai huruf laa, maka maqshur
„alaihinya adalah lafadz yang bertolak belakang dengan lafadz yang jatuh setelah laa, dan
bila „athafnya dengan bal atau lakin, maka maqshur „alaihinya adalah lafadz yang jatuh
setelahnya.

Contoh : ‫( الرض متححركت ل ثابتحت‬bumi itu bergerak bukan diam)


‫( ما الرض ثابتحت ب متححركت‬bumi itu tidaklah diam tetapi bergerak)
‫( ما الرض ثابتحت نّكن متححركت‬bumi itu tidaklah diam melainkan bergerak)

Penggunaan laa untuk mengqashar harus memenuhi syarat:

8
a. Ma‟thufnya mufrad bukan jumlah
b. Didahului oleh ungkapan ijab, amar, atau nida
c. Ungkapan sebelumnya tidak membenarkan ungkapan sesudahnya

Kata “bal” = dalam qashr bermakna idhrab (mencabut hukum dari yang pertama dan
menetapkan kepada yang kedua). Posisi maqshur alaih nya terletak setelah kata “bal”. Syarat-
syarat:
a. Ma‟thuf bersifat mufrad, bukan jumlah b. Didahului oleh ungkapan ijab, amar, atau nida
Kata “lakinna” menjadi adat qashar berfungsi sebagai istidrak. Kata ini sama fungsinya
dengan “bal” Didahulukannya lafadz yang seharusnya diakhirkan. Disini maqshur

„alaihinya adalah lafadz yang didahulukan. Contoh : ‫ ( عنهب انّرجننال انّعننامهي نّثمنبن‬hanya
kepada orang-orang lelaki yang bekerja aku memuji. Setiap qashr memiliki dua tharaf,
yaitu maqshur dan maqshur „alaihi.
Contoh: ّ‫ ( ل يفوز ال الد‬tidak akan beruntung kecuali orang yang bersungguhsungguh)
Dari contoh diatas mengkhususkan keberuntungan bagi orang yang bersungguhsungguh.
Jadi, keberuntungan adalah Maqshur, dan orang yang bersungguh-sungguh disebut
Maqshur „alaihi. Berdasarkan kaitan kedua tharafnya, qashr dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Qashr shifat ala maushuf Sifat dikhususkan hanya untuk maushuf
Contoh: ّ‫ل يفوز ال الد‬
( tidak akan beruntung kecuali orang yang bersungguhsungguh).

Penjelasannya, keberuntungan itu adalah salah satu sifat dan orang yang bersungguh-
sungguh adalah salah satu Maushuf, maka Qashr dalam contoh ini disebut Qashr Sifat „ala
maushuf, dengan arti bahwa sifat tersebut tidak merembet dari satu mauhuf kepada maushuf
yang lain.

2. Qashr maushuf „ala shifat maushuf hanya dikhususkan untuk sifat Contoh:
‫ ( انا حسن شجاع‬hasan hanyalah seorang pemberani)

2.2.2 . Pembagian Qashr


Berdasarkan hakikat dan kenyataannya, qashr dibagi menjadi dua, yaitu:

9
Qashr Haqiqi
Dikhususkannya maqshur pada maqshur „alaihi berdasarkan hakikat dan kenyataan,
yaitu sama sekali maqshur tidak lepas dari maqshur „alaih kepada yang lain atau lebih
mudahnya ialah apabila antara makna dan esensi dari pernyataan tersebut
menggambarkan sesuatu yang sebenarnya. Pernyataan tersebut bersifat universal, tidak
bersifat kontekstual, dan tidak ada pernyataan yang membantah atau pengecualian lagi
setelah pernyataan tersebut dan qashr haqiqi ini hampir seluruhnya merupakan qashr

sifat „ala maushuf. Contoh: ‫ ( ل انّننه ال الن‬Tidak ada illah kecuali hanya ALLAH) Ini
adalah suatu kebenaran dan kenyataan bahwa hanya ALLAH lah yang berhak untuk
disembah, selainnya tidak boleh disembah.

Qashr Idhafi
Dikhususkannya maqshur pada maqshur „alaih dengan disandarkan kepada sesuatu
yang tertentu, dengan kata lain qashr idhafi adalah ungkapan qashr bersifat nisbi. Qashr
idhofi ada juga yang menyebutnya dengan qashr majaziy ialah suatu pentakhsisan suatu
perkara pada sesuatu yang lain yakni bukan hanya pada satu perkara saja. Artinya
mukhatab mempunyai dugaan lain terhadap suatu perkara yang diqashr, yang mana

dugaan itu menjadi pembanding dari perkara tersebut. Contoh: َ‫ ( تل تجتواتد ارصل تعلّللى‬tidak
ada orang yang dermawan kecuali ali) Dari contoh tersebut menyatakan bahwa „‟yang
dermawan‟‟ ditakhshish oleh „‟ali‟‟ artinya yang dermawan adalah ali tetapi bukan
bemaksud bahwa tidak ada yang dermawan selain ali, karena dimungkinkan ada yang
dermawan selain ali.

Berdasarkan keadaan mukhathab, qashr idhafi menjadi 3, yaitu:

a. Qashr ifrad Apabila mukhathab meyakini kenyataan lebih dari satu Contoh:
‫( انناهرة عائشنت ل ميمىننت‬Yang pintar itu „aisyah bukan maimunah) Mukhathab ini
meyakini bahwa kedua orang tersebut adalah pintar.

b. Qashr qalab Apabila mukhathab meyakini keadaan yang sebaliknya dengan kenyataan
atau mukhathab berkeyakinan yang bertentangan dengan kenyataan.

10
Contoh: ‫ان ن ننا حس ن ننن ش ن ننجاع‬.(Hasan hanyalah seorang pemberani) Mukhathab ini

meyakini hasan bukan seorang pemberani melainkan seorang yang penakut.

c. . Qashr ta‟yin Apabila mukhatab bimbang atau ragu dalam sebuah pernyataan Contoh:
َ‫( اننا انيىنة انّنذنّيا نّعنب و نى‬Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan
senda gurau) Mukhathab ini ragu tentang kehidupan di dunia.

2.3 FASHAL DAN WASHAL


Ketika membaca Al-Qur’an kita mendapati banyak jumlah atau kalimat yang diawali
dengan wawu yang artinya “dan”. Dalam bahasa Indonesia tidak ada penggunaan “dan” di
awal kalimat, namun dalam bahasa Arab ada penyambungan antara dua kalimat dengan
menggunakan “wawu”. Ko bisa? Silahkan baca artikel berikut ini.

2.3.1 Pengertian Washal dan Fashal


‫صل تتنربك تهتذا الععطع ر‬ ‫ر‬ ‫ة‬
‫ف‬ ‫ت‬ ‫ِ توالعتف ع ب ع‬،‫ف بجلّة تعتلّىَ أعخترىَ بالعتوارو‬
‫الوصبل تعط ب‬
Washal adalah menyambungkan suatu kalimat dengan kalimat lainnya dengan
menggunakan huruf athaf (‫ )و‬dan fashal adalah meninggalkan athaf antara dua
kalimat.Dalam Al-Qur’an biasanya kita menemukan suatu ayat/kalimat yang diawali
dengan “wawu”. Nah ayat semacam itu menunjukkan bahwa ayat tersebut diathafkan
dengan ayat/kalimat sebelumnya. Apabila ada dua ayat atau lebih yang diathafkan itu
dinamakan washal dalam ilmu balaghah.
Contoh washal:
ّ‫ توتلع يتبكعن لهب بكبفبوا اتتحلد‬- ّ‫ توتلع ينبعولتعد‬- ّ‫تلع يتلّرعد‬

11
Artinya: “Dia tidak beranak dan tidak diperanak dan tidak ada sesuatu yang setara dengan
Dia.”

Contoh Fashal :
‫صل اعلي ر‬
‫ت‬ ‫ ينبتف ل ب‬- ‫يبتدّبنلبر اعلتعمتر‬
Artinya: “Dia (Allah) yang mengatur urusan dan menjelaskan tanda-tanda” (Ar- Ra’d: 2)

2.3.2 Ketentuan Washal

Wajib menyambungkan dua kalimat apabila:

Memiliki kedudukan i’rab yang sama.

Contoh:

‫ر‬
‫توالب بعياري توبيعي ب‬
‫ت‬

Artinya: “Allah yang menghidupkan dan mematikan.” (Ali Imran: 156). Jumlah (‫) بعياري‬

(‫ت‬ ‫ر‬
pada contoh di atas berkedudukan sebagai khabar dan jumlah ‫ )بيعي ب‬berkedudukan
sebagi ma’thuf.

Terdapat kesamaan bentuk jumlah khabar atau insya’ dan ada kesesuaian makna.

Contoh:

ٍ ‫إرلن ا ع تلبعنتراتر لترفعي نّتعرعيةم توإرلن العبفلجاتر لترفعي تجرحعيم‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat baik berada dalam kenikmatan


sementara orang-orang jahat berada dalam neraka Jahim” (Al-Infithar :13-14).Kedua ayat

12
di atas diathafkan dengan menggunakan huruf wawu. Kedua bentuk jumlah kedua ayat di
atas adalah sama yaitu jumlah khabar dan keduanya memiliki hubungan makna.

Contoh lain:

‫تواععبببدّوا الت توتل تبعش ربكعوا برره تشعيبئا‬

Artinya: “Dan sembahlah Allah serta janganlah kalian menyekutukan-Nya….” (An-


Nisa’: 36).

Kedua jumlah di atas sama-sama jumlah insya’ dan disambungkan dengan athaf.Dua
jumlah yang berbeda bentuk (segi Khabar dan Insya’) tetapi apabila dipisahkan akan
mengaburkan maksud.

Contoh:

Jawaban untuk orang yang bertanya “Ada yang bisa saya bantu?”.

‫ك‬ ‫ر‬
‫تل توتباترتك الب فعي ت‬

Dua jumlah di atas berbeda bentuk jumlahnya yakni insya’ dan khabar tapi disambung
dengan athaf. Apabila tanpa athaf ditakutkan orang yang mendengar tersinggung karena
menolak bantuannya sehingga harus disambungkan.

2.3.1 . Ketentuan Fashal

Wajib memisahkan dua kalimat apabila:

1. Kamalul Ittishal

Artinya hubungan yang sempurna dimana jumlah yang kedua merupakan taukid, bayan,
atau badal untuk jumlah yang kedua.

Contoh Taukid:

13
‫ إرلن تمتع الععبعسر يبعسبرا‬...‫فترإلن تمتع الععبعسر يبعسبرا‬.

Artinya: “Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya setelah


kesulitan itu ada kemudahan” (Al-Insyirah: 5-6).

Ayat 6 merupakan taukid dari ayat 5 sehingga tidak perlu diathafkan.

Contoh Badal:

‫صل اعلي ر‬
‫ت‬ ‫يبتدّبنلبر اعلتعمتر ينبتف ل ب‬
Artinya: “Dia (Allah) yang mengatur urusan dan menjelaskan tanda-tanda” (Ar- Ra’d: 2)

‫صل اعلي ر‬
(‫ت‬
Kalimat
‫ )ينبتف ل ب‬merupakan badal dari (‫)يبتدّبنلبراعلتعمتر‬.
Contoh Bayan:

‫يسومونّتبكم سوء الععتذا ر‬


‫ب يبتذلببعوتن تأبعنتناءتبكعم‬ ‫ت بعبع ع بع ت ت‬
Artinya: “Mereka menimpakan kepada kalian siksa yang kejam dan menyembelih bayi
laki-laki kalian” (Al-Baqarah: 49).

‫)يسومونّتبكم سوء الععتذا ر‬.


(‫ )يبتذلببعوتن تأبعنتناءتبكعم‬merupakan bayan bagi jumlah (‫ب‬
Kalimat
‫ت بع بع ع بع ت ت‬

2. Kamalul Inqitha’

Artinya pemisahan yang sempurna dimana kedua jumlah beda bentuknya dalam hal khabar dan
insya’nya atau antara kedua jumlah tidak ada kesesuaian makna.

14
Contoh:

‫ر رر ر‬
‫ضتر تورزيعنبر السشبؤعون اللدّيعنيلة تحفظتهب الب‬
‫تح ت‬

Artinya: Telah hadir Menteri Agama, semoga allah menjaganya.

(‫ضتر تورزيعنبر السشبؤعورنّاللدّيعنريلرة‬ ‫ر‬


Jumlah yang pertama ‫ )تح ت‬berbentuk khabar dan yang kedua (‫ل‬
‫)تحفظتهب ا ب‬
berbentuk insya’.

Contoh lain:

‫ِ التتمابم تطائرلر‬،‫ب‬ ‫ر ر‬
‫تعلّيي تكات ب‬
Artinya: Ali seorang penulis, Merpati itu terbang

3. Syibhu Kamalil Ittishal

Artinya mirip sempurna hubungan. Dikatakan demikian karena jumlah kedua merupakan
jawaban dari jumlah yang pertama.

Contoh:

‫تما بكسل تما يتنتحتتملن العتمعرءب يبعدّربكهب ** تعترري اللرتيابح ر تبا لت تتعشتحترهي السسبفبن‬

Artinya: Tidak semua yang dicita-citakan seseorang bisa tercapai # Karena angin itu terkadang
bertiup ke arah yang tidak diinginkan oleh kapal.Bait kedua merupakan jawaban dari bait yang
pertama.

15
2.4 MUSAWAH,IJAZ,DAN ITHNAB

2.4.1 Musawah
Adalah : Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan suatu ungkapan yang sama,
artinya ungkapan tersebut menurut batas kebiasaan manusia pada umumnya, yang mereka itu
tidak sampai pada tingkatan Sastrawan dan tidak pada tingkatan Orang yang lemah dalam
penyampaian. Contoh :

‫ﺿعوتﻥ ر عﻓ ﺁتياترتنا فتأتععر ع‬


‫ﺽ تععننبهعم‬ ‫تﻭﺇَتﺫﺍ تﺭتﺃي ر‬
‫ت ﺍلذيعتن تﻳبعو ب‬
‫ت‬
Dan ketika Engkau melihat Orang yang mendalami (S. Al-An’am : 68)

2.4.2 Ijaz
Adalah : Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan suatu ungkapan yang kurang,
serta ungkapan itu sudah menepati pada tujuan. Contoh :

ِ‫رﺇَلتنا ﺍلتععتمابﻝ ربالنلنتيات ر‬


Sesungguhnya Pekerjaan itu hanya sah dengan adanya niat.
dan :
‫قرتفا نّتنب ر‬
‫ك رمعن رﺫعكرﻯَ تحبرعي ة‬
‫ب تﻭتمعنرزﻝ‬
ِ
‫ت‬ ‫ع‬
“Sungguh Berhentilah ! kami menangis karena ingat sang kekasih dan rumahnya”

Apabila tidak mencapai pada Tujuan, maka dikatakan sebagai Ihlal. seperti ucapan Penyair :

‫خينلر ر عﻓ رﻇلت رﻝ ﺍلنسنعورﻙ رﻣلعن تعا ت‬


‫ﺵ تكلدّﺍ‬ ‫ﺶ تع‬
‫تﻭﺍلتععي ب‬
“Kehidupan didalam naungan kebodohan itu lebih baik dari pada
kehidupan susah ”

16
Yang dikehendaki Penyair adalah :
‫ﺃصﻥ ﺍلعيﺶ ﺍلرغتدّ رﻓ رﻇلترﻝ ﺍلنسنورﻙ خينر رمن ﺍلعي ر‬
‫ﺚ ﺍلشاﻕ ر عﻓ رﺿلتﻝر ﺍلتععقل‬
ِ
‫ع ت ع ل ت تع‬ ‫ع‬ ‫تع ت‬
“Kehidupan yang Sejahtera didalam naungan kebodohan itu lebih baik dari pada kehidupan
susah dalam naungan akal ”
Bait diatas dikatakan tidak mencapai tujuan yang dikehendaki, karena Kata
ّ‫)) ﺍلرغد‬
“Sejahtera” pada Bagian pertama bait dan kata( ‫ﻓ رﺿلتﻝر ﺍلتععقلن‬
‫“ ) ر ع‬dalam naungan Akal”
pada bagian kedua bait tidak bisa diketahui dari kalam.

2.4.3 Ithnab.
Adalah : Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan suatu ungkapan yang panjang,
serta adanya faidah.
Contoh :

‫ﺏ رﺇَلﻧ تﻭتهتن ﺍلتعظعبم رم ل عﻨ تﻭﺍعشتحتنتعتل ﺍللرعﺃ ب‬


‫ﺱ تشعيببا‬ ‫تﺭ ل‬
Wahai Tuhanku, sesungguhnya Aku telah Lemah tulangku, dan telah penuh ubanku. Artinya :
Saya sudah tua.
Apabila dalam penambahan kalimat tersebut, tidak terdapat faidah, serta Ziyadah itu tidak
menjadi kebutuhan dalam tujuan, maka dikatakan sebagai
Tathwil .
Seperti ucapan Ady bin Zaid Al-Ubbady mengatakan kepada Nu’man bin Mundir sambil
mengingatkan Musibah yang terjadi pada Judzaimah Al-Abrosy dan Zaba’:

‫ﺕ ﺍلرﺩعﻳت لرترﺍرهعيرشره تﻭﺃلتفىَ قتنعوتتﻟا تكرذببا تﻭ ت عمينبنا‬


‫تﻭقتلدّتﺩ ع‬
Dan Dia (Zaba’) telah memotong kulit pada urat nadinya (Judzaimah), dan Dia
(Judzaimah) mendapatkan Ucapannya (zaba’) itu Dusta dan Bohong. lafadz ً‫ ﻛﻛِﺬﺑﺑﺎ‬dan ‫ﺎً ﺑﻨﻨﻴﻛﻛﻣ‬
memiliki arti yang sama, maka menggunakan salahsatunya sudah cukup. dan tambahan kata
tersebut juga tidak dibutuhkan karena tujuannya sudah sah dengan menggunakan salah
satunya . maka adanya penambahan lafadz tersebut dikatakan sebagai
Tathwil yang tanpa faidah.

17
Apabila dalam penambahan kalimat tersebut, tidak terdapat faidah, tetapi Ziyadah itu
menjadi ketentuan, maka dikatakan sebagai Hasywu .
Seperti ucapan Zuhair bin Abi Salma yang ia ucapkan pada Perdamaian yang terjadi antara
Qois dan Dzibyan :

‫س قت عنبنلّتهب تﻭلتركنلر عﻨ تععن رععلّرم تما ر عﻓ تغةدّ تعرمعي‬


‫تﻭتﺃععلّتبم رععلّتم ﺍليتنعورﻡ تﻭﺍلعم ر‬
Dan Saya mengetahui seperti pengetahuan hari ini dan kemarin, sebelum hari ini, dan
Tetapi saya tidak tahu akan pengetahuan dihari besok”
lafadz ‫ ﻗﻛﻨﺒﻠﻛﻪﻪ‬menunjukkan arti yang sama dengan =‫ﺲ‬
ِ ‫ ( ﺍﻷﻨﻣ‬kemarin), dan tambahan itu nyata
sebagai tambahan karena tidak sah mengathofkannya pada lafadz ‫ ﺍﻟﻴﻛﻨﻮِﻡ‬.

Faktor penyebab adanya Ijaz adalah :

1. Mempermudah hafalan.
2. Mempercepat pemahaman.
3. Terbatasnya tempat.
4. Menyamarkan
5. merasa bosan mengucapkan.

Faktor penyebab Ithnab adalah :

1. Memantapkan tujuan atau makna.


2. Menjelaskan perkara yang dikehendaki.
3. Menguatkan.
4. Menolak salah persepsi.

KLASIFIKASI IJAZ

Ijaz itu adakalanya dengan Ibarot yang ringkas tapi mengandung arti yang luas, dan ini
merupakan Sasaran Ahli Sastra (Balaghoh) dan dengan inilah tingkatan kemampuan mereka
menjadi terpaut.
Ijaz ini disebut : Ijaz Qoshor .
Contoh :
‫ر‬
‫ﺹ حتيالﺓ‬ ‫تﻭلتبكعم ر عﻓ ﺍلق ت‬
‫صا ر‬
“Dan bagi kalian dalam Qishos ada Kehidupan” (S. Al-Baqoroh :179).

Dan adakalanya membuang satu kalimat atau satu jumlah atau lebih serta adanya qorinah
yang menunjukkan lafadz yang terbuang.
Ijaz ini disebut : Ijaz Hadzfu .
‫) ﻛ‬:
Contoh membuang satu kalimah la (‫ﻻ‬

18
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ل تﺃبنر ب ر‬
‫فتنبقعلّت تير ر‬
‫ل‬ ‫ﺡ تقاعبدّﺍ تﻭلتعو قتطلعبعو تﺭعﺃسعي لتتدّيعك تﻭتﺃعﻭ ت‬
‫صار ع‬ ‫ي ﺍ عت‬
‫ب عت‬
Maka saya mengatakan : “Demi Allah, Saya akan senantiasa duduk, walaupun mereka
memotong-motong kepalaku dan sendi-sendiku dihadapanmu”
Contoh membuang satu Jumlah :

‫ر‬
‫ﺱ ﻭﺍصب‬ ‫ت بﺭبسلل رمعن قتنعبلّ ت‬
‫ك ﺃﻱ فتحأ ص‬ ‫تﻭرﺇَعﻥ يبتكلذبنبعوتﻙ فتنتقعدّ بكلذبت ع‬
Dan ketika mereka mendustakanmu, maka sungguh Para Rosul sebelum kamu juga
didustakan (Maka ta’atlah dan sabarlah)”
Contoh membuang lebih dari satu jumlah.
‫ر‬
‫صلدّيبق‬ ‫ ينبعوبس ب‬. ‫” فتأتعﺭسلّبعورﻥ‬
‫ف ﺃينستها ﺍل ل‬
Maka Utuslah aku (kepadanya). Yusuf, hai orang yang amat dipercaya” (S. Yusuf : 45 – 46)

Pada ayat tersebut membuang Jumlah

‫ف لعستحتنععر تبهب ﺍلسرعﺅتيا فتنتفتعلّبعوﺍ تفأتتاهب تﻭتقاتﻝ لتهب ينبعوبس ب‬


‫ف‬ ‫ﻧ ﺇَتﻟ ينبعوبس ت‬ ‫ﺃعﺭرسلّبعور‬
‫ع‬
Utuslah aku kepada Yusuf, supaya aku meminta ta’bir mimpi itu. Lalu mereka
mengerjakannya, lalu pelayan itu mendatanginya dan berkata : “Hai Yusuf”

KLASIFIKASI ITHNAB

Ith nab itu bisa terjadi dengan beberapa perkara yaitu :

1. Menyebutkan Lafadz khusus setelah lafadz umum.


Contoh :
‫ ﺇَعجتحترهبدّعﻭﺍ ر عﻓ بﺩبﺭعﻭرسبكعم تﻭﺍللّسغترة ﺍلتعتربريلرة‬.
Bersungguh-sungguhlah pada pelajaran kalian dan bahasa arab.
Faidahnya : Mengingatkan atas keutamaan lafadz khusus itu, seolah-olah karena
keutamaannya ia seperti jenis yang berbeda pada lafadz sebelumnya.

2. Menyebutkan lafadz Umum setelah lafadz khusus. Contoh :

‫ي تﻭﺍلعورمتنا ر‬
‫ﺕ‬ ‫ﻱ تﻭلرمن تﺩخل بنيرﺘ مورمبنا تﻭلرعلّمورمنر‬
‫ل‬ ّ‫د‬
‫ت‬
‫ﺏ ﺍعغرفررل تﻭلروﺍلر‬
‫تﺭ ل‬
‫ب‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ت‬ ‫ع‬ ‫ع‬
19
Wahai tuhanku, ampunilah aku, kedua orang tuaku, orang yang masuk rumahku dengan
beriman, dan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. (S. Nuh : 28)

3. Menjelaskan setelah menyamarkan.


Contoh :
‫ر‬ ‫ر‬
‫ تﺃتملدّبكعم تبا تتنععتملّبعوتﻥ تﺃتمصدّبكعم برأتنّعنتعاةﻡ تﻭبتن ع ت‬. ‫ﺃ‬
‫ي‬
Beliau (Allah) telah membantu kalian dengan sesuatu yang kalian kerjakan, Beliau (Allah)
telah membantu kalian dengan Beberapa Hewan ternak dan Anak Laki-laki. (Surat Asy-
Syuaro’ : 132).

4. Mengulangi lafadz karena adanya tujuan, seperti panjangnya pemisah.


Contoh Ucapan Penyair :

ٌ ‫ت تمتوﺍثربق تععهردّره تعتلّىَ رمثمعرل تهتذﺍ رﺇَنّلهب لتتكرعﻳ‬


‫تﻭ رﺇَلﻥ ﺍعمتربﺃ تﺩﺍتم ع‬
Sesungguhnya seseorang yang jaminan perjanjiannya itu tetap seperti ini, maka
sesungguhnya ia orang yang mulia”
Pada bait tersebut lafadz ‫ ﺇِﻥﻥ‬diulang diawal dan diakhir bait, supaya kalam tidak kelihatan
terputus.

5. I’tirodh (yaitu : Menyisipkan lafadz antara bagian-bagian satu jumlah atau antara dua
jumlah yang masih berkaitan ma’na, dikarenakan adanya sebuah tujuan).
Contoh Ucapan Penyair (A’uf bin Mahlam Asy-Syaibany yang mengadukan kelemahannya):

‫ر‬ ‫ر‬
‫جارﻥ‬ ‫ي تﻭبنبلّلعغتحتنتها قتعدّ تﺃعحتوتج ع‬
‫ت تﺳعععي رﺇَتﻟ تبنعر بت‬ ‫رﺇَلﻥ ثمﺍللتمانّ ع ت‬
Sesungguhnya 80 tahun usiaku, dan engkau telah berusia segitu pendengaranku
membutuhkan orang yang menjelaskan”.
Lafadz ً‫ ﻛوﺑﻪﻠﻠﻨﻐﺘﻛﻛﻬﺎ‬dikatakan Jumlah I’tirodhiyyah.

6. Tadzyil (Mengiringi suatu jumlah dengan jumlah yang lain yang mengandung pada
ma’nanya dengan tujuan menguatkannya.
Tadzyil itu adakalanya berlaku seperti periahasa, karena berbedanya makna dan tidak
membutuhkan pada kalam sebelumnya. Contoh Firman Allah :

20
‫ِ ﺇَلﻥ ﺍلتبارطتل تكاﻥت تﺯبهعوبقا‬، ‫قبعل تجاتﺀ ﺍلتسق تﻭتﺯتهتق ﺍلتبارطبل‬
Katakanlah (Hai Muhammad) telah datang perkara hak (Islam), dan telah hancur perkara
bathil (kekufuran), dan sesungguhnya kebathilan itu pasti akan binasa (S. An-Nahl : 57).

Adakalanya tidak berlaku seperti periahasa, karena membutuhkan pada kalam sebelumnya.
Contoh Firman Allah :
‫ك تجتزيعنتنابهعم ر تبا تكتفبرعﻭﺍ تﻭتهعل بتﻧارﺯ ع‬
‫ﻱ ﺇَلل ﺍلتكبفعوتﺭ‬ ‫ر‬
‫تﺫل ت‬
Itu (banjir bandang) kami balas mereka atas sesuatu yang telah mereka kufuri. Dan kami
tidak membalas (siksa) kecuali pada kekufuran.
(Surat As-Saba’ : 17)

7. Ihtiros yaitu : mendatangkan pada kalam yang memberi persepsi berbeda dari tujuan,
dengan kalam lain yang menolak keslah pahaman itu.
Contoh Ucapan Penyair (Torfah bin Abd) :

‫ﺏ ﺍللربرعيرع تﻭرﺩعيتةل تتنعهرمعي‬


‫صعو ب‬ ‫رر‬
‫غينتر بمعفسدّتها ت‬
‫فتتستقىَ رﺩتياتﺭتﻙ تع‬
Hujan pada musim semi menyirami rumahmu tanpa merusakkan dan Hujan terus menerus itu
membanjiri.

Jika tidak disebutkan lafadz ً‫ﺎ‬ ‫غينتر بمعفرسردّته‬


‫ تع‬maka secara muthlaq akan dipahami lebih umum atau
mendo’akan kejelekan dengan robohnya rumah, lalu didatangkanlah lafadz tersebut untuk
menolak pehaman yang salah.

21
Daftar Pustaka

Al- Jarim,Ali dan Musthafa Usman.2006 .Terjemahan AL- Balaaghatul Waadhihah. Bandung:
Sinar Baru

Akhdhari. (1993). Ilmu Balâghah (Tarjamah Jauhar Maknun). Bandung : PT. Al-Ma’arif.

Https://wakidyusuf.wordpress.com/2016/04/26/balaghah-ilmu-maani-bab-6-ijaz-ithnab-
musawah/

Https://marwisputratunggal.blogspot.com/2017/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html

https://hahuwa.blogspot.co.id/2017/03/pengertian-qashr-rukun-dan-macamnya.html?m

https://www.google.co.id/amp/s/riungsastra.wordpress.com/2010/10/16/qashr/amp/

22

Anda mungkin juga menyukai