MATA KULIAH
ILMU BALAGHAH
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat Taufik dan Hidayah-Nya
pada kita semua, serta tak lupa shalawat beriring salam penulis kirimkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhamad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti
jejaknya. Dan penulis juga bersyukur kepada Allah SWT karena telah dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini disusun sedemikian rupa bertujuan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan
oleh Bapak Dosen Pembimbing dalam mata kuliah “ILMU BALAGHAH”Penulis menyadari
makalah ini banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat membangun dari Bapak Dosen Pembimbing demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian, semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi Penulis.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 KALAM INSYA’.......................................................................................................................2
2.1.1 Pembagian Kalam Insya’.....................................................................................................3
2.1.2 Bentuk-bentuk Insya’ Thalabi..............................................................................................3
2.1.3 Contoh-Contoh Kalam Insya’..............................................................................................4
2.2 QASHAR.....................................................................................................................................7
2.2.1 . Sarana-sarana Qashar.........................................................................................................8
2.2.2 . Pembagian Qashar...........................................................................................................11
2.3 FASHAL DAN WASHAL.........................................................................................................12
2.3.1 Pengertian Washal dan Fashal............................................................................................13
2.3.2 Ketentuan Washal..............................................................................................................13
2.3.1 . Ketentuan Fashal..............................................................................................................15
2.4 MUSAWAH,IJAZ,DAN ITHNAB............................................................................................17
2.4.1 Musawah............................................................................................................................17
2.4.2 Ijaz.....................................................................................................................................18
2.4.3 Ithnab.................................................................................................................................19
3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 KALAM INSYA’
Kalam insya menurut pengertian etimologi adalah mewujudkan. Dan menurut pengertian
terminologi dan istilah ulama balaghah, ialah :
Dan dari buku lain di jelaskan, bahwa kalam insya adalah “suatu kalam yang tidak
mengandung kemungkinan benar atau dusta itu di namakan kalam insya”.[1]
ر لتتتطعلّب ر
ت ب متن اعلتتزاء إرللبرتقعدّ ر تما ت
صنتنعع ت ب .
Janganlah kau menuntut balasan kecuali senilai apa yang kamu kerjakan
c. Abuth-Thayyib berkata :
أتلتما لرسعي ر
ف اللدّ عولترة اعليتنعوتم تعا ترببا ت ت
ضا رتبا ر
ضىَ السسيبنعوف تم ت فتتدّاهب العتوترىَ أتعم ت
Perhatikanlah, hari ini tidak ada seorang pun yang mencela Saifud-Daulah.Semoga seluruh
manusia menebusnya dengan pedang-pedang yang paling tajam.
3
d. Hasan bin Tsabit berkata :
e. Abuth-Thayyib berkata :
ب السرتبا يعطت
أ ما ض ر ل
ت ا ك
ت ربنتنعفرسي تر
ّل
ع
ت ت ت ب ع ت
4
ف توالعبمتحتنتربنلتعا ! توتما أتعحتستن العبم ع
صتطا ت
Demi diriku, alangkah baiknya bumi yang tinggi itu dan alangkah indahnya sebagai tempat
peristirahatan di musim panas dan musim semi.
ر وبرعئس الععرو ر, أتلمابنعبدّ فتنرعم العبردّيل رمن اللزلرة الععتحرتذار
ض متن التحلنعوبتة ارل ع
صترابر ب ت ت ت ب تع ع ت ت ع ب ت
Setelah itu, maka sebaik-baiknya pengganti dari ketergelinciran adalah berdalih, dan sejelek-
jeleknya pengganti dari tobat adalah terus-menerus melakukan maksiat.
ب العغرتن ر
لتتععمبرتك تما با لعتععقرل يبعكتحتتس ب
ب العتععقبل س تح
ت ك
ع ي ب العما ر
ل ولترباعكتحرسا ر
ت ب ب ت ت ت
Demi usiamu, kekayaan itu tidak dapat diperoleh dengan akal, sebagaimana akal pun tidak dapat
diperoleh dengan harta.
i. Dzur-Rummah[2]berkata :
5
رمتن العتوعجردّ أتعويتعشرفىَ تشرجلي العبتلتبررل
Barangkali cucuran air mata itu dapat menjadi penawar kerinduan atau dapat menyembuhkan
kegelisahan dan kesusahan yang memenuhi dada.
ة ر
تعتسىَ تسائلل ذب عوتحاتجة إرعن تمنتنععتحتهب
ّرمتن اعليتنعورم بسعؤلب أتعن يتبكعوتن لتهب تغبد
Barangkali orang yang meminta kepadamu suatu permintaan di hari ini mempunyai kebutuhan
ketika engkau tidak melayaninya, dikhawatirkan keadaannya berbalik, besok adalah hari
untuknya.
- Pembahasan
Seluruh kalimat pada contoh-contoh di atas adalah kalam insya’ karena semuanya tidak
mengandung pengertian membenarkan dan tidak pula mendustakan. Bila kita perhatikan, maka
contoh-contoh itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah kalimat-kalimat yang
digunakan untuk menghendaki keberhasilan sesuatu yang belum berhasil pada saat kehendak itu
dikemukakan. Oleh karena itu, kalam insya’ yang demikian disebut sebagai kalam insya’thalabi.
Adapun kalimat pada contoh-contoh kalam insya’ bagian kedua tidak digunakan untuk
menghendaki terjadinya sesuatu, dan oleh karenanya disebut sebagai insya’ghair thalabi.
Kalau kita perhatikan kalam insya’thalabi pada contoh-contoh bagian pertama, maka akan
kita dapatkan bahwa insya’thalabi yang berupa amr (kata perintah) seperti dalam contoh pertama,
ada yang berupa nahyi (kata larangan) seperti pada contoh kedua, ada yang berupa istifham (kata
tanya) seperti pada contoh ketiga, ada yang berupa tamanni (kata untuk mengharapkan sesuatu
yang sulit terwujud) seperti dalam contoh keempat, dan ada yang berupa nida’ (kata yang
6
didahului dengan seruan) seperti pada contoh kelima. Itulah macam-macam insya’thalabi yang
akan kita bahas lebih lanjut.
Dan bila kita perhatikan contoh-contoh bagian kedua, kita dapatkan pada beberapa bentuk
kalam insya’, ada yang berbentuk ta’ajjub (kata yang menunjukkan rasa takjub) seperti pada
contoh keenam, ada yang berbentuk al-madh wadz-dzamm (kalimat yang menyatakan pujian dan
celaan).
2.2 QASHAR
Pengertian Qashr Secara etimologis qashr adalah ( ) انبسyang artinya penjara. Secara
terminologis Qashr adalah ( ) انّقصننر تصننيض امننر بنناخر بطريننق مصننىصyang artinya
pengkhususan suatu perkara pada perkara lain dengan cara yang khusus. Devinisi lainnya,
qashr artinya pemfokusan, maksudnya adalah upaya penonjolan, penegasan, atau penekanan
pada salah satu unsur atau bagian kalimat yang dipentingkan. Jadi dalam qoshr ini nanti ada
yang mengkhususkan dan ada yang dikhususkan, dan tentunya ada cara-cara tertentu dalam
pengkhususan, paling tidak itulah yang dinamakan qoshr. Sebelum dikhususkan, sesuatu
yang dikhususkan itu merupakan sesuatu yang umum, dan dengan qoshr akan menjadi
khusus.
Contoh: ما كاتب العمرartinya tidak ada orang yang menulis kecuali Umar.
Lafadz ( ك نناتبorang yang menulis) merupakan sesuatu yang mengkhususkan, dan yang
dikhususkan adalah „umar , jadi dapat disimpulkan bahwa yang menulis itu hanya umar,
lafadz pertama itu adalah sesuatu yang umum, dan dikhususkan oleh yang khusus.
7
2.2.1 . Sarana-sarana Qashar
Sarana-sarana qashr yang termasyhur ada empat, yaitu:
1. Nafyi (meniadakan dengan menggunakan huruf م نناdan )ل, istisna‟ (pengecualian /
dan maqshur „alaihinya terdapat setelah huruf istisna‟. Contoh: مننا ممنندّ ال متحهننذا
( tidaklah muhammad kecuali orang yang giat) ( ل اطهننب ال انينsaya tidak mencari
kecuali kebaikan) .
2. Innamaa ( )اننناdan maqshur „alaihinya adalah lafazd yang wajib disebutkan terakhir.
3. Athaf dengan laa ( , ل نّكن,) ب. Bila „athafnya memakai huruf laa, maka maqshur
„alaihinya adalah lafadz yang bertolak belakang dengan lafadz yang jatuh setelah laa, dan
bila „athafnya dengan bal atau lakin, maka maqshur „alaihinya adalah lafadz yang jatuh
setelahnya.
8
a. Ma‟thufnya mufrad bukan jumlah
b. Didahului oleh ungkapan ijab, amar, atau nida
c. Ungkapan sebelumnya tidak membenarkan ungkapan sesudahnya
Kata “bal” = dalam qashr bermakna idhrab (mencabut hukum dari yang pertama dan
menetapkan kepada yang kedua). Posisi maqshur alaih nya terletak setelah kata “bal”. Syarat-
syarat:
a. Ma‟thuf bersifat mufrad, bukan jumlah b. Didahului oleh ungkapan ijab, amar, atau nida
Kata “lakinna” menjadi adat qashar berfungsi sebagai istidrak. Kata ini sama fungsinya
dengan “bal” Didahulukannya lafadz yang seharusnya diakhirkan. Disini maqshur
„alaihinya adalah lafadz yang didahulukan. Contoh : ( عنهب انّرجننال انّعننامهي نّثمنبنhanya
kepada orang-orang lelaki yang bekerja aku memuji. Setiap qashr memiliki dua tharaf,
yaitu maqshur dan maqshur „alaihi.
Contoh: ّ ( ل يفوز ال الدtidak akan beruntung kecuali orang yang bersungguhsungguh)
Dari contoh diatas mengkhususkan keberuntungan bagi orang yang bersungguhsungguh.
Jadi, keberuntungan adalah Maqshur, dan orang yang bersungguh-sungguh disebut
Maqshur „alaihi. Berdasarkan kaitan kedua tharafnya, qashr dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Qashr shifat ala maushuf Sifat dikhususkan hanya untuk maushuf
Contoh: ّل يفوز ال الد
( tidak akan beruntung kecuali orang yang bersungguhsungguh).
Penjelasannya, keberuntungan itu adalah salah satu sifat dan orang yang bersungguh-
sungguh adalah salah satu Maushuf, maka Qashr dalam contoh ini disebut Qashr Sifat „ala
maushuf, dengan arti bahwa sifat tersebut tidak merembet dari satu mauhuf kepada maushuf
yang lain.
2. Qashr maushuf „ala shifat maushuf hanya dikhususkan untuk sifat Contoh:
( انا حسن شجاعhasan hanyalah seorang pemberani)
9
Qashr Haqiqi
Dikhususkannya maqshur pada maqshur „alaihi berdasarkan hakikat dan kenyataan,
yaitu sama sekali maqshur tidak lepas dari maqshur „alaih kepada yang lain atau lebih
mudahnya ialah apabila antara makna dan esensi dari pernyataan tersebut
menggambarkan sesuatu yang sebenarnya. Pernyataan tersebut bersifat universal, tidak
bersifat kontekstual, dan tidak ada pernyataan yang membantah atau pengecualian lagi
setelah pernyataan tersebut dan qashr haqiqi ini hampir seluruhnya merupakan qashr
sifat „ala maushuf. Contoh: ( ل انّننه ال النTidak ada illah kecuali hanya ALLAH) Ini
adalah suatu kebenaran dan kenyataan bahwa hanya ALLAH lah yang berhak untuk
disembah, selainnya tidak boleh disembah.
Qashr Idhafi
Dikhususkannya maqshur pada maqshur „alaih dengan disandarkan kepada sesuatu
yang tertentu, dengan kata lain qashr idhafi adalah ungkapan qashr bersifat nisbi. Qashr
idhofi ada juga yang menyebutnya dengan qashr majaziy ialah suatu pentakhsisan suatu
perkara pada sesuatu yang lain yakni bukan hanya pada satu perkara saja. Artinya
mukhatab mempunyai dugaan lain terhadap suatu perkara yang diqashr, yang mana
dugaan itu menjadi pembanding dari perkara tersebut. Contoh: َ ( تل تجتواتد ارصل تعلّللىtidak
ada orang yang dermawan kecuali ali) Dari contoh tersebut menyatakan bahwa „‟yang
dermawan‟‟ ditakhshish oleh „‟ali‟‟ artinya yang dermawan adalah ali tetapi bukan
bemaksud bahwa tidak ada yang dermawan selain ali, karena dimungkinkan ada yang
dermawan selain ali.
a. Qashr ifrad Apabila mukhathab meyakini kenyataan lebih dari satu Contoh:
( انناهرة عائشنت ل ميمىننتYang pintar itu „aisyah bukan maimunah) Mukhathab ini
meyakini bahwa kedua orang tersebut adalah pintar.
b. Qashr qalab Apabila mukhathab meyakini keadaan yang sebaliknya dengan kenyataan
atau mukhathab berkeyakinan yang bertentangan dengan kenyataan.
10
Contoh: ان ن ننا حس ن ننن ش ن ننجاع.(Hasan hanyalah seorang pemberani) Mukhathab ini
c. . Qashr ta‟yin Apabila mukhatab bimbang atau ragu dalam sebuah pernyataan Contoh:
َ( اننا انيىنة انّنذنّيا نّعنب و نىSesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan
senda gurau) Mukhathab ini ragu tentang kehidupan di dunia.
11
Artinya: “Dia tidak beranak dan tidak diperanak dan tidak ada sesuatu yang setara dengan
Dia.”
Contoh Fashal :
صل اعلي ر
ت ينبتف ل ب- يبتدّبنلبر اعلتعمتر
Artinya: “Dia (Allah) yang mengatur urusan dan menjelaskan tanda-tanda” (Ar- Ra’d: 2)
Contoh:
ر
توالب بعياري توبيعي ب
ت
Artinya: “Allah yang menghidupkan dan mematikan.” (Ali Imran: 156). Jumlah () بعياري
(ت ر
pada contoh di atas berkedudukan sebagai khabar dan jumlah )بيعي بberkedudukan
sebagi ma’thuf.
Terdapat kesamaan bentuk jumlah khabar atau insya’ dan ada kesesuaian makna.
Contoh:
12
di atas diathafkan dengan menggunakan huruf wawu. Kedua bentuk jumlah kedua ayat di
atas adalah sama yaitu jumlah khabar dan keduanya memiliki hubungan makna.
Contoh lain:
Kedua jumlah di atas sama-sama jumlah insya’ dan disambungkan dengan athaf.Dua
jumlah yang berbeda bentuk (segi Khabar dan Insya’) tetapi apabila dipisahkan akan
mengaburkan maksud.
Contoh:
Jawaban untuk orang yang bertanya “Ada yang bisa saya bantu?”.
ك ر
تل توتباترتك الب فعي ت
Dua jumlah di atas berbeda bentuk jumlahnya yakni insya’ dan khabar tapi disambung
dengan athaf. Apabila tanpa athaf ditakutkan orang yang mendengar tersinggung karena
menolak bantuannya sehingga harus disambungkan.
1. Kamalul Ittishal
Artinya hubungan yang sempurna dimana jumlah yang kedua merupakan taukid, bayan,
atau badal untuk jumlah yang kedua.
Contoh Taukid:
13
إرلن تمتع الععبعسر يبعسبرا...فترإلن تمتع الععبعسر يبعسبرا.
Contoh Badal:
صل اعلي ر
ت يبتدّبنلبر اعلتعمتر ينبتف ل ب
Artinya: “Dia (Allah) yang mengatur urusan dan menjelaskan tanda-tanda” (Ar- Ra’d: 2)
صل اعلي ر
(ت
Kalimat
)ينبتف ل بmerupakan badal dari ()يبتدّبنلبراعلتعمتر.
Contoh Bayan:
2. Kamalul Inqitha’
Artinya pemisahan yang sempurna dimana kedua jumlah beda bentuknya dalam hal khabar dan
insya’nya atau antara kedua jumlah tidak ada kesesuaian makna.
14
Contoh:
ر رر ر
ضتر تورزيعنبر السشبؤعون اللدّيعنيلة تحفظتهب الب
تح ت
Contoh lain:
ِ التتمابم تطائرلر،ب ر ر
تعلّيي تكات ب
Artinya: Ali seorang penulis, Merpati itu terbang
Artinya mirip sempurna hubungan. Dikatakan demikian karena jumlah kedua merupakan
jawaban dari jumlah yang pertama.
Contoh:
تما بكسل تما يتنتحتتملن العتمعرءب يبعدّربكهب ** تعترري اللرتيابح ر تبا لت تتعشتحترهي السسبفبن
Artinya: Tidak semua yang dicita-citakan seseorang bisa tercapai # Karena angin itu terkadang
bertiup ke arah yang tidak diinginkan oleh kapal.Bait kedua merupakan jawaban dari bait yang
pertama.
15
2.4 MUSAWAH,IJAZ,DAN ITHNAB
2.4.1 Musawah
Adalah : Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan suatu ungkapan yang sama,
artinya ungkapan tersebut menurut batas kebiasaan manusia pada umumnya, yang mereka itu
tidak sampai pada tingkatan Sastrawan dan tidak pada tingkatan Orang yang lemah dalam
penyampaian. Contoh :
2.4.2 Ijaz
Adalah : Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan suatu ungkapan yang kurang,
serta ungkapan itu sudah menepati pada tujuan. Contoh :
Apabila tidak mencapai pada Tujuan, maka dikatakan sebagai Ihlal. seperti ucapan Penyair :
16
Yang dikehendaki Penyair adalah :
ﺃصﻥ ﺍلعيﺶ ﺍلرغتدّ رﻓ رﻇلترﻝ ﺍلنسنورﻙ خينر رمن ﺍلعي ر
ﺚ ﺍلشاﻕ ر عﻓ رﺿلتﻝر ﺍلتععقل
ِ
ع ت ع ل ت تع ع تع ت
“Kehidupan yang Sejahtera didalam naungan kebodohan itu lebih baik dari pada kehidupan
susah dalam naungan akal ”
Bait diatas dikatakan tidak mencapai tujuan yang dikehendaki, karena Kata
ّ)) ﺍلرغد
“Sejahtera” pada Bagian pertama bait dan kata( ﻓ رﺿلتﻝر ﺍلتععقلن
“ ) ر عdalam naungan Akal”
pada bagian kedua bait tidak bisa diketahui dari kalam.
2.4.3 Ithnab.
Adalah : Menyampaikan tujuan yang dikehendaki dengan suatu ungkapan yang panjang,
serta adanya faidah.
Contoh :
17
Apabila dalam penambahan kalimat tersebut, tidak terdapat faidah, tetapi Ziyadah itu
menjadi ketentuan, maka dikatakan sebagai Hasywu .
Seperti ucapan Zuhair bin Abi Salma yang ia ucapkan pada Perdamaian yang terjadi antara
Qois dan Dzibyan :
1. Mempermudah hafalan.
2. Mempercepat pemahaman.
3. Terbatasnya tempat.
4. Menyamarkan
5. merasa bosan mengucapkan.
KLASIFIKASI IJAZ
Ijaz itu adakalanya dengan Ibarot yang ringkas tapi mengandung arti yang luas, dan ini
merupakan Sasaran Ahli Sastra (Balaghoh) dan dengan inilah tingkatan kemampuan mereka
menjadi terpaut.
Ijaz ini disebut : Ijaz Qoshor .
Contoh :
ر
ﺹ حتيالﺓ تﻭلتبكعم ر عﻓ ﺍلق ت
صا ر
“Dan bagi kalian dalam Qishos ada Kehidupan” (S. Al-Baqoroh :179).
Dan adakalanya membuang satu kalimat atau satu jumlah atau lebih serta adanya qorinah
yang menunjukkan lafadz yang terbuang.
Ijaz ini disebut : Ijaz Hadzfu .
) ﻛ:
Contoh membuang satu kalimah la (ﻻ
18
ر ر ل تﺃبنر ب ر
فتنبقعلّت تير ر
ل ﺡ تقاعبدّﺍ تﻭلتعو قتطلعبعو تﺭعﺃسعي لتتدّيعك تﻭتﺃعﻭ ت
صار ع ي ﺍ عت
ب عت
Maka saya mengatakan : “Demi Allah, Saya akan senantiasa duduk, walaupun mereka
memotong-motong kepalaku dan sendi-sendiku dihadapanmu”
Contoh membuang satu Jumlah :
ر
ﺱ ﻭﺍصب ت بﺭبسلل رمعن قتنعبلّ ت
ك ﺃﻱ فتحأ ص تﻭرﺇَعﻥ يبتكلذبنبعوتﻙ فتنتقعدّ بكلذبت ع
Dan ketika mereka mendustakanmu, maka sungguh Para Rosul sebelum kamu juga
didustakan (Maka ta’atlah dan sabarlah)”
Contoh membuang lebih dari satu jumlah.
ر
صلدّيبق ينبعوبس ب. ” فتأتعﺭسلّبعورﻥ
ف ﺃينستها ﺍل ل
Maka Utuslah aku (kepadanya). Yusuf, hai orang yang amat dipercaya” (S. Yusuf : 45 – 46)
KLASIFIKASI ITHNAB
ي تﻭﺍلعورمتنا ر
ﺕ ﻱ تﻭلرمن تﺩخل بنيرﺘ مورمبنا تﻭلرعلّمورمنر
ل ّد
ت
ﺏ ﺍعغرفررل تﻭلروﺍلر
تﺭ ل
ب ت ع ع ب ع ب ت ع ت ت ت ع ت ت ع ع
19
Wahai tuhanku, ampunilah aku, kedua orang tuaku, orang yang masuk rumahku dengan
beriman, dan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. (S. Nuh : 28)
5. I’tirodh (yaitu : Menyisipkan lafadz antara bagian-bagian satu jumlah atau antara dua
jumlah yang masih berkaitan ma’na, dikarenakan adanya sebuah tujuan).
Contoh Ucapan Penyair (A’uf bin Mahlam Asy-Syaibany yang mengadukan kelemahannya):
ر ر
جارﻥ ي تﻭبنبلّلعغتحتنتها قتعدّ تﺃعحتوتج ع
ت تﺳعععي رﺇَتﻟ تبنعر بت رﺇَلﻥ ثمﺍللتمانّ ع ت
Sesungguhnya 80 tahun usiaku, dan engkau telah berusia segitu pendengaranku
membutuhkan orang yang menjelaskan”.
Lafadz ً ﻛوﺑﻪﻠﻠﻨﻐﺘﻛﻛﻬﺎdikatakan Jumlah I’tirodhiyyah.
6. Tadzyil (Mengiringi suatu jumlah dengan jumlah yang lain yang mengandung pada
ma’nanya dengan tujuan menguatkannya.
Tadzyil itu adakalanya berlaku seperti periahasa, karena berbedanya makna dan tidak
membutuhkan pada kalam sebelumnya. Contoh Firman Allah :
20
ِ ﺇَلﻥ ﺍلتبارطتل تكاﻥت تﺯبهعوبقا، قبعل تجاتﺀ ﺍلتسق تﻭتﺯتهتق ﺍلتبارطبل
Katakanlah (Hai Muhammad) telah datang perkara hak (Islam), dan telah hancur perkara
bathil (kekufuran), dan sesungguhnya kebathilan itu pasti akan binasa (S. An-Nahl : 57).
Adakalanya tidak berlaku seperti periahasa, karena membutuhkan pada kalam sebelumnya.
Contoh Firman Allah :
ك تجتزيعنتنابهعم ر تبا تكتفبرعﻭﺍ تﻭتهعل بتﻧارﺯ ع
ﻱ ﺇَلل ﺍلتكبفعوتﺭ ر
تﺫل ت
Itu (banjir bandang) kami balas mereka atas sesuatu yang telah mereka kufuri. Dan kami
tidak membalas (siksa) kecuali pada kekufuran.
(Surat As-Saba’ : 17)
7. Ihtiros yaitu : mendatangkan pada kalam yang memberi persepsi berbeda dari tujuan,
dengan kalam lain yang menolak keslah pahaman itu.
Contoh Ucapan Penyair (Torfah bin Abd) :
21
Daftar Pustaka
Al- Jarim,Ali dan Musthafa Usman.2006 .Terjemahan AL- Balaaghatul Waadhihah. Bandung:
Sinar Baru
Akhdhari. (1993). Ilmu Balâghah (Tarjamah Jauhar Maknun). Bandung : PT. Al-Ma’arif.
Https://wakidyusuf.wordpress.com/2016/04/26/balaghah-ilmu-maani-bab-6-ijaz-ithnab-
musawah/
Https://marwisputratunggal.blogspot.com/2017/03/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://hahuwa.blogspot.co.id/2017/03/pengertian-qashr-rukun-dan-macamnya.html?m
https://www.google.co.id/amp/s/riungsastra.wordpress.com/2010/10/16/qashr/amp/
22