Anda di halaman 1dari 18

Makalah Kelompok

Pengertian Beberapa Istilah Dalam Ulumul Hadist

Dosen pengampuh:Raja Aidil Angkat, S.Ag. MPd

Mata Kuliah:Ulumul Hadist

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4

RIFAI MUNTHE

RATHATIA MANIK

LAILATUL AFIFAH MAHA

DOKMA LIMBONG

SRIWAHYUNI TUMANGGER

SEMESTER 1A

SESEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-IKHLAS DAIRI

(STAI-AD)SIDIKALANG FAKULTAS TARBIYAH

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian Beberapa Istilah Dalam Ulumul
Hadist Ini” ini,tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas dari Ustadz Raja Aidil Angkat, S.Ag. MPd dalam mata kuliah Ulumul Hadist.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca,Penulis Dan
juga bagi Pendengar Makalah ini,Kami menyadari berbagai kelemahan dan keterbatasan yang
ada sehingga terbuka kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penulisan makalah ini.Kami
menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca , terutama ustadz Raja Aidil Angkat,
S.Ag. MPd selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Hadist untuk penyempurnaan makalah
ini. Demikianlah yang dapat kami sampaikan,Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan pendengar.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR….......................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan masalah........................................................................................................1

C. Tujuan.........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu hadis..................................................................................................2

B. Istilah-istilah yang berkaitan dengan generasi periwayatan hadis...............................3

C. Istilah-istilah dalam ulumul hadis................................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................................12

B. Saran...........................................................................................................................12

ii
BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Haditst adalah salah satu aspek ajaran Islam yang menempati posisi penting dalam
pandangan Islam. Al-Qur‟an dan nabi dengan sunnahhnya (haditstnya) merupakan dua hal
pokokdalam ajaran Islam, Keduannya merupakan hal sentral yang menjadi “jantung” umat
Islam.
Karena seluruh bangunan doktrin dan sumber keilmuanya Islam terinspirasi dari dua hal pokok
tersebut.

Oleh karena itu wajar dan logis jika bila perhatian dan aspirasi terhadap keduanya melebihi
perhatian terhadap bidang yang lain .Haditst adalah sumber ajaran Islam kedua, setelah Al-
Qur‟an. Dan haditst nabi Sebagai salah satu sumber ajaran Islam, cukup banyak ayat Al-Qur‟an
yang memerintahkan orang-orang yang beriman untuk patuh dan mengikuti petunjuk-petunjuk
Nabi Muhammad, utusan Allah. Sebagian dari ayat-ayat Al-Qur‟an itu adalah surat al-Hasr
59:7.

Dalam mempelajari haditst Nabi SAW, kita tidak akan pernah terpisah dengan istilah –
istilah yang berhubungan dengan ulumul hadits. Pengetahuan tentang istilah-istilah ini akan
membantu kita dalam memahami dan mempelajari ulumul haditst.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian ilmu hadits ?

b. Apa saja istilah-istilah yang berkaitan dengan generasi periwayat hadits ?

c. Apa saja istilah-istilah dasar dalam ilmu hadits ?

C. Tujuan

a. Mengetahui pengertian ilmu hadits

b. Mengetahui istilah-istilah yang berkaitan dengan generasi periwayat hadits

c. Mengetahui istilah-istilah dasar dalam ilmu hadits


1
BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian Ilmu Hadis

Sebelum mengkaji istilah-istilah dalam ulumul hadis, terlebih dahulu kita mesti mengetahui apa
itu ilmu hadis. Ilmu hadis adalah ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk mengetahui kedudukan
sanad, matan dan rawi apakah diterima atau ditolak. makna hadits secara harfiah berarti perkataan
atau percakapan Rasulullah. Dengan demikian ilmu Al-Hadits adalah ilmu-ilmu tentang perkataan
atau percakapan Rasulullah.

Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, ilmu hadits, yakni “segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat”. Hal ini sejalan dengan
pengertian hadits yang dikemukakan dalam buku Musthalahul hadits yang berarti segala sesuatu
yangdisandarkan kepada Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan), atau sifat

Pada dasarnya, Ilmu Hadist dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Ilmu Hadist Riwayahdan
Ilmu Hadist Dirayah. Setiap kelompok dari Ilmu Hadist ini memiliki cakupan kajian yang secara
materi berbeda satu sama lain.

a. Ilmu Hadist Riwayah

Ajjaj al-Khatib memberikan definisi Ilmu Hadist adalah ilmu yang membahas segala hal yang
disandarkan pada Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, serta sifat-sifat
jasmaniah maupun akhlaqiah.

b. Ilmu Hadist Dirayah

Ilmu Hadist Dirayah atau sering pula disebut dengan Ulum Al-Hadist, Ushul Al- Hadist,
Mustalah Al-Hadist dan Ilmu Ushul Riwayah Al-Hadist adalah jenis Ilmu Hadistyang ke dua.
Ada beberapa tawaran definisi berkenaan dengan ilmu ini. Ibnu Al-Akfani sebagaimana dikutip
oleh Ajjaj Al-Khatib mendefinikan sebagai berikut.
Ilmu Hadist adalah ilmu untuk mengetahui hakekat periwayatan, syarat-syarat, jenis- jenis
dan hukum-hukumnya serta untuk menegetahui keadaan para perawi dan syarat- syaratnya,
macam- macam hadist yang diriwayatkan serta segala hal yang berhubungan dengannnya.
Ada pula yang mendefinisikan sebagai Ilmu yang berisi aturan-aturan yang digunakan
untuk mengetahui keadaan Sanad dan Matan. Obyek ilmu ini adalah Sanad dan Matan.
2
B. Istilah–Istilah yang Berkaitan dengan Generasi Periwayatan

Hadis 1.Sahabat

Secara etimologi, kata “sahabat” berasal dari bahasa Arab yang merupakan kata bentuk
plural untuk kata ‫( صاحب‬sahib) yang mempunyai arti selalu menyertai dan menemani.[1] Dari
penjelasan tersebut, “sahabat” menurut akar katanya berarti orang yang selalu menyertai dan
menemani orang lain. Sedangkan apabila dilihat dari sudut terminologinya, para ulama berbeda
pendapat dalam menetapkan pengertian “sahabat” seperti berikut:

Ahmad bin Hanbal, Bukhari, Ibnu Shalah dan mayoritas ulama hadits menyatakan bahwa
sahabat adalah orang muslim yang pernah menyaksikan Rasulullah saw,walau hanya untuk
sesaat.[2]

Sedangkan menurut Ibnu Hazm bahwa sahabat adalah orang yang pernah duduk bersama
Rasulullah saw. walau untuk sesaat, mendengar darinya walau sepatah kata, atau pernah
menyaksikan beliau dalam suatu kondisi, dengan syarat orang tersebut tidak dalam keadaan
munafiq dan tidak menjadi munafiq hingga ia meninggal.[3]

Sedangkan menurut Ibnu Hajar al-Asqalani bahwa sahabat adalah orang yang pernah
bertemu dengan Rasulullah saw., beriman kepadanya serta meninggal dalam keadaan Islam.
Dengan pengertian ini, termasuk dalam kelompok sahabat adalah semua orang-orang yang
masuk Islam pada peristiwa Fath Mekkah, atau orang-orang yang menyaksikan Rasulullah saw,
dalam waktu singkat dan tidak pernah meriwayatkan hadits darinya.[4]

[1] Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarh al-Bukhari (Kairo: Dar ar-Raiyan, 1988), jil. VII, h. 5.

[2] Ali bin Ahmad vin Hazm, al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam (Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyyah, tth.) , jil. II, h. 86.

[3] Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Ishabah ti Tamyiz as-Shahabah, (Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyyah, 1995), jil. I, h. 158.

[4] DR.H.M. Arief Halim, MA.,Ikhtisar Ilmu Hadis, (Makassar:Program Pasca Sarjan Universitas Muslim
Indonesia,2010), h.104

3
Namun menurut istilah ilmu hadits yang disepakati oleh para ulama hadits, sahabat ialah
orang islam yang pernah bertemu atau melihat Nabi Muhammad saw, dan wafat dalam keadaan
beragama Islam.[5]

Diantara tokoh-tokoh Muta‟akhirun adalah :

a. Abu Harairah Radhiyallahu „anhu (wafat 57 H)

b. Abdullah bin 'Umar Radhiyallahu 'anhu (wafat 72 H)

c. Anas bin Malik Radhiyallahu „anhu (wafat 93 H)

d. Abdullah bin 'Abbas Radhiyallahu 'anhu (wafat 68 H)

e. Jabir bin Abdullah Radhiyallahu „anhu (wafat 74 H)

2. Mukhadhramin

Kata Mukhadhramin merupakan bentuk jamak (plural) dari kata Mukhadhram.


Pengertiannya adalah orang yang hidup pada masa Jahiliyah dan masa Nabi Shallallahu Alaihi
Wassalam lalu masuk Islam akan tetapi ia tidak sempat melihat beliau Shallallahu Alaihi
Wassalam.

Menurut pendapat yang shahih, Mukhadhramin dimasukkan ke dalam kategori kalangan


Tabi‟in,Jumlah mereka ditaksir sebanyak 20 orang seperti yang dihitung oleh Imam
Muslim.Akan tetapi pendapat yang tepat,bahwa jumlah mereka lebih dari itu, di antara nama
mereka terdapat Abu „Utsman an-Nahdi dan al-Aswad bin Yazid an- Nakha‟iy.[6]

[5]Abushafiyah,Arsipuntuk‘muhadditsin.http://abushafiyah.wordpress.com/category/muhadditsin/28 Maret 2013

[6]BayuSetiawan,BiografiIslam,http://biografiislami.blogspot.com/2012/03/pengertiantabiin.html) 28 Maret 2013.

4
2. Tabi’in

Tabi'in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para Sahabat
Nabi shallallahu 'alaihi wassallam dan tidak mengalami masa hidup bersama Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wassallam. Usianya tentu saja lebih muda dari Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi
wassallam bahkan ada yang masih anak-anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup.
Tabi'in disebut juga sebagai murid Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wassallam. Salah satu contoh
tabi‟in bernama Muhammad bin Sirin (wafat th. 110H)[7]

3. Al-mutaqoddimun

Yaitu para ulama‟ yang hidup pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriah yang telah menghimpun
hadits-hadits Nabi SAW. di dalam kitab 3 mereka yang mereka dapatkan melalui kunjungan
langsung ke guru-guru mereka. Diantara ulama‟ Mutaqoddimun yang telah berhasil
menghimpun hadits-hadits Nabi SAW.di antaranya adalah :

a. Imam Ahmad Ibn Hanbal (164 – 241H)

b. Imam Bukhori (194 – 256 H)

c. Imam Muslim (220 – 261 H)

d. Imam Al-Nasa‟i (215 – 303 H)

e. Imam Abu Daud (202 – 276 H)

f. Imam Al-Tirmidzi (209 – 269 H)

g. Imam Ibn Majjah (202 – 279 H)[8]

[7]Odjat,UlumulHadis,http://salehon.blogspot.com/2010/10/ulumulhadits.html.Makassar 28 Maret 2013.


[8] Ibid
5
4. Al-Mutaakhirun

Yaitu para ulama‟ hadits yang hidup pada abad ke-4 Hijriah dan seterusnya.Diantara
tokoh- tokoh Muta‟akhirun adalah :

a. Imam Al-Hakim (359 – 405 H)

b. Imam Al-Dar al-Quthni (w – 385 H)

c. Imam Ibn Hibban (w – 354 H)

d. Imam al-Thabrani (w – 360H)[9]

C. Istilah–Istilah Dasar dalam Ilmu Hadis

1. Sanad : Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang berati
mu‟tamad (sandaran/tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau yang sah).
Dikatakan demikian karena hadist itu bersandar kepadanya dan dipegangi atas kebenarannya.

Secara temionologis,difinisi sanad ialah : para perawi yang menyampaikan kepada matan,
atau silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada matan hadits. Silsilah orang maksudnya,
ialah susunan atau rangkaian orang-orang yang meyampaikan materi hadis tersebut, sejak yang
disebut pertama sampai kepada Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainya
merupakan materi atau matan hadits. Dengan pegertian diatas maka sebutan sanad hanya berlaku
pada serangkaian orang-orang bukan dilihat dari sudut pribadi secara perorangan.contoh:

(Dikabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi, yang menerimanya dari
Abdullah ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda.)

[9]'UlumalHadis,TahammulwaAdaalHadits,http://stiqulumalhadis.blogspot.com/2012/01/tahamul-wa-adaal-
hadis.html. Kamis, 28Maret 2013.

6
2. Matan : Kata matan atau al-matan menurut bahasa berarti ma shaluba wa irtafa‟amin al-
aradhi(tanah yang meninggi). Secara temonologis, istilah matan memiliki beberapa difinisi, yang
mana maknanya sama yaitu materi atau lafazh hadits itu sendiri. Pada salah satu definisi yang
sangat sederhana misalnya, disebutkan bahwa matan ialah lafazh-lafazh hadits yang didalamnya
mengandung makna – makna tertentu. Dari definisi diatas memberi pengertian bahwa apa yang
telah tertulis setelah ( penulisan ) silsilah sanad adalah matan hadits.

3. Rawi : Kata rawi atau arawi, berati orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan hadis.
Yang dimaksud dengan rawi ialah orang yang merawikan/ meriwayatkan, dan memindahkan
hadits. Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang hampir sama. Sanad-
sanad hadits pada tiap-tiap thabaqah atau tingkatannya juga disebut para rawi. Begitu juga setiap
perawi pada tiap-tiap thabaqah-nya merupakan sanad bagi tabaqah berikutnya.

kita temukan pada kitab Hadits yang disusun oleh Imam Bukhari yang bernama: al- Jami‟us
Shahih atau lebih dikenal dengan: Shohibul Bukhari. Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh
beberapa orang rawi, yakni:

1. Ibnu Umar r.a. sebagai: Rawi pertama

2. Ikrimah bin Khalid, sebagai: Rawi kedua

3. Handhalah bin Abi Sufyan, sebagai: Rawi ketiga

4. Ubaidullah bin Musa, sebagai: Rawi keempat

5. Imam Bukhari, sebagai: Rawi kelima atau Rawi terakhir.

4. Atsar: Menurut bahasa, Atsar berarti : bekas atau sisa sesuatu, dapat juga berarti nukilan atau
yang dinukilkan. Karena itu, doa yang dinukilkan dari Nabi dinamai “Doa Ma‟tsur” adapun
menurut istilah, dapat disimpulkan pada dua pendapat :

1. Atsar sama atau sinonim dengan Hadist.

Karena itu ahli Hadist disebut dengan Atsary. At-Thabary, memakai kata-kata Atsar untuk
apa yang datang dari Nabi. At-Thahawi, memasukkan juga yang dari sahabat,

7
1. Atsar, tidak sama artinya dengan istilah Hadist

2. Menurut fuqaha, atsar adalah perkataan-perkataan Ulama‟ Salaf, Sahabat, Tabi‟in dan lain-
lain.
3. Menurut fuqaha Khurasan, Atsar adalah perkataan sahabat. Khabar, adalah Hadist Nabi

4. Az-Zarkasyi, memakai istilah Atsar untuk Hadist Mauquf,tetapi membolehkan juga untuk
memakai istilah Atsar untuk memakai istilah Atsar untuk Hadist Marfu‟.sama artinya dengan
istilah Hadist.

5. Sunnah: Secara etimologis sunnah dapat diartikan sebagai jalan (al-tariqah), yaitu jalan
religious yang ditempuh oleh nabi SAW dalam perjalanan hidupnya yang suci. Adapun arti
sunnah menurut istilah, para ulama‟ berbeda pendapat.

1. Menurut Ahli Hadist Sunnah ialah : Segala yang dilakukan dari Nabi SAW. Baik
berupa perkataan, taqrir, pengajaran, sifat, keadaan, maupun perjalanan hidup beliau,
baikdengan demikian itu terjadi sebelum dan sesudah dibangkit menjadi Rasul.

2. Menurut Ahli Ushul Sunnah ialah : Segala yang dilakukan dari Nabi SAW. Baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun taqrir (pengakuan), yang mempunyai hubungan dengan
hukum.

3. Menurut Ahli Fiqih Sunnah ialah : Suatu amalan yang diberi pahala apabila dikerjakan dan
tidak diberi siksa apabila ditinggalkan.

6. Khabar: Menurut bahasa, Khabar berarti berita. Adapun menurit istilah, ada beberapa
pendapat :

1. Sebagian Ulama‟ menyatakan, bahwa khabar itu sama dengan hadist. Oleh karena itu
mereka menyatakan, bahwa khabar adalah apa yang datang dari nabi, baik yang Marfu‟ (yang
disandarkan kepada Nabi), yang Mauquf (yang disandarkan kepada sahabat), maupun yang
maqthu‟ (yang disandarkan pada tabi‟in). Dengan kata lain, bahwa Khabar itu mencakupapa
yang datang dari Rasul, dari sahabat, dan dari tabi‟in

2. Sebagian Ulama‟ Hadist membedakan pengertian Khabar dengan Hadist. Dr. Muhammad
Ajjaj Al-Khatib dalam kitabnya Ushulul Hadist menjelaskan

3. Sebagian pendapat menyatakan, bahwa Hadist adalah apa yag yang berasal dari Nabi, sedang

8
Khabar adalah apa yang berasal dari selainnya. Oleh karena itu dikatakan, orang yang

9
tekun (menyibukkan diri) pada Hadist disebut dengan “Muhaddist”, sedang orang yang
teku pada sejarah atau semacamnya disebut dengan “Akhbary”

4. Sebagian pendapat menyatakan, bahwa Hadist bersifat khusus, sedang khabar bersifat
umum. Oleh karena itu tiap-tiap hadist adalah Khabar dan tidak setiap Khabar adalah Hadist.

7. Musnad : Menurut bahasa Musnad adalah bentuk isim maf‟ul dari kata kerja asnada,
yang berarti sesuatu yang disandarkan kepada yang lain.

Secara terminologi, musnad mengandung tiga pengertian, yaitu :

 “Hadis yang bersambung sanad-nya dari perawinya (dalam contoh sanad di atas adalah
Bukhari) sampai kepada akhir sanadnya yang biasanya adalah Sahabat, dan dalam
contoh diatas adalah Anas r.a”.
 “Kitab yang menghimpun Hadis-hadis Nabi yang diriwayatkan oleh shahabat, seperti
Hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar r.a dan lainnya. Contohnya, adalah kitab
Musnad Imam Ahmad”.
 “Sebagai mashdar (Mashdar mimi) mempunyai arti sama dengan sanad”.

8. Musnid : Kata musnid adalah isim fa‟il dari asnada-yusnidu, yang berarti “orang yang

menyadarkan sesuatu kepada yang lainnya”. Sedangkan pengertiannya dalam istilah Ilmu Hadis
adalah:

“Musnid adalah setiap perawi hadis yang meriwayatkan Hadis dengan menyebutkan
sanadnya, apakah ia mempunyai pengetahuan tentang sanad tersebut, atau tidak mempunyai
pengetahuan tentang sanad tersebut, tetapi hanya sekadar meriwayatkan saja”

1
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting, hal ini dikarenakan hadits yang
diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu
periwayatan hadits dapat diketahui mana yang dapat diterima atau ditolak dan mana
hadits yang sahih atau tidak, untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk
menetapkan hukum- hukum Islam.

9.Muhaddis : Muhaddis itu adalah orang yang banyak menghafaz hadith serta mengetahui
sifat- sifat orang yang meriwayatkan tentang 'adil dan kecacatannya. Atau merupakan gelar
untuk ulama yang meguasai hadits, baik dari sudut ilmu riwayah maupun di rayah, mampu
membedakan hadits dha‟if dari yang sahih, meguasai hadits-hadits yang mukthalif dan hal
lain yang berkaitan dengan ilmu hadis.

10.Hafiz : merupakan gelar untuk ulama yang memiliki sifat-sifat seorang Muhaddis. Ulama
yang dapat gelar Al-Hafizh adalah yang dapat menghafal dan menguasai 100.000 hadits,
baik matan maupun sanadnya, meskipun dengan jalan sanad yang berbilang, juga
mengetahui hadits sahih dan ilmu haditsnya.

11.Hujjah : merupakan gelar untuk ulama yang dapat menghafal sekitar 300.000 hadits
beserta keadaan sanadnya. Diantara ulama yang mendapat gelar ini Muhammad ibn
Abdullah ibnu Amir.

12.Hakim : merupakan gelar untuk ulama yang dapat meguasai seluruh hadits, baik
dari sudut matan dan sanadnya jarh dan ta‟dil-nya, maupun tariknya, ulama yang dapat
gelar seperti ini, ialah Ibnu Dinar, Al-laits, dan Asy-syafi‟i.

13.Amir al-mu’minin fi al-hadits : merupakan gelar bagi ulama ahli hadis termasyhur
pada masanya, yang memiliki keistimewaan hafalan dan pegetahuan dalam bidang ilmu
hadits (baik terhadap matan atau sanadnya). Gelar ini diberikan di antaranya kepada
syu‟bah bin al-hajjaj, sufyan ats-tsauri, ishak ibn ruhawaih, malik bin anas, ahmad bin
hanbal, al-bukhari, ad- daruquthni, az zahabi, dan ibn hajar al-asqalan

14.Mutawatir : Hadits yang diriwayatkan dari banyak jalan (sanad) yang lazimnya dengan
jumlah dan sifatnya itu, para rawinya mustahil bersepakat untuk berdusta atau kebetulan
bersama-sama berdusta. Dan perkara yang mereka bawa adalah perkara yang inderawi
yakni dapat dilihat atau didengar. Hadits mutawatir memberikan faidah ilmu yang harus
diyakini tanpa perlu membahas benar atau salahnya terlebih dahulu.

1
15.Ahad : Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir.

16.Shahih : Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil (muslim, baligh, berakal, bebas
dari kefasiqan yaitu melakukan dosa besar atau selalu melakukan dosa kecil, dan bebas dari
sesuatu yang menjatuhkan muru‟ah/ kewibawaan) dan sempurna hafalannya/penjagaan
kitabnya terhadap hadist itu, dari orang yang semacam itu juga dengan sanad yang
bersambung, tidak memiliki „illah (penyakit/ kelemahan) dan tidak menyelisihi yang lebih
kuat. Hadits shahih hukumnya diterima dan berfungsi sebagai hujjah.

14. Hasan (baik) : Hadits yang sama dengan hadits yang shahih kecuali pada sifat rawinya
di mana hafalannya/ penjagaan kitabnya terhadap hadits tidak sempurna, yakni lebih rendah.
Hadits hasan hukumnya diterima.

15. Dha’if (lemah) : Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits shahih atau hasan.
Hadits dha’if hukumnya ditolak.

16. Maudhu’ (palsu) : Hadits yang didustakan atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam padahal beliau tidak pernah mengatakannya, hukumnya ditolak.

17. Mursal : Yaitu seorang tabi’in menyandarkan suatu ucapan atau perbuatan kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. Hukumnya tertolak karena ada rawi yang hilang antara tabi’in
tersebut dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mungkin yang hilang itu adalah rawi
yang lemah.

1
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu, bahwa hadits adalah segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi SAW., baik itu berupa perkataan, perbuatan, ketetapan
maupun persetujuannya.

Selain hal yang kami sebut di atas, ada hal lain yang harus dipahami dalam
mempelajari ilmu hadist, yaitu istilah-istilah yang ditetapkan para ulama dalam ilmu
hadits,seperti; matan, sanad, rawi dan lain sebagainya.

B.SARAN

Dari runtutan pembahasan mengenai dasar-dasar ilmu hadits ini pembaca diharapkan
dapat memperoleh pengetahuan serta dapat memahami materi tentang “Istilah dalam ilmu
hadist”.Besar harapan kami agar makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun
pendengar.

Kami selaku pembawa persentase memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam
makalah yang kami buat. Dengan itu kami menerima segala kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.

1
DAFTAR PUSTAKA

Al-Khatib, M.Ajaj. Hadits Nabi Sebelum Dibukukan. Jakarta: PT Gema Insani Pers. 1999

M.Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 1989

Insansejati.com/ilmu-hadits/54-asbabul-wurud.html

Shalih Al-Utsaimin. Syeikh Muhammad, 2008. Musthalahul Hadits. Jogjakarta: Media Hidayah.

As-Shalih, Dr. Subhi. 2002. Membahas Ilmu-ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka Firdaus.

An-Nawawi, Imam. 2001. Dasar-dasar Ilmu Hadits. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Ahmad, H. Muhammad. 1998. Ulumul hadits. Bandung: Pustaka Setia.

Ismail, M. S. 1994. Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa.

At-Thahhan,Mahmud.1985.TaysirMushthalahAl-Hadits.Jeddah:MayyinulHad.

Anda mungkin juga menyukai