Anda di halaman 1dari 29

PARA ULAMA PENCETUS UTAMA USHUL AL-HADIS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manahij al-muhadditsin

Dosen Pengajar:

Dr.H.Mukhlis Mukhtar ,M.Ag

Disusun oleh:

Kelompok III

Akbar (30300119125)

Muh.Nur Alwan (30300119093)

Muh.Darwis Saputra (30300119111)

Muh.Yusril Ihsa (30300118075)

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaykum Warahmatullahi wa Barakatuh

Alhamdulullah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala, karena atas Rahmat
dan karunianya serta waktu luang yang diberikan sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Shalawat
serta salam tetap tercurah kepada sang murabbiyah kita Nabiullah Muhammad Shallallahu „alayhi wa
sallam sebagai suri teladan bagi seluruh umat hingga akhir Zaman.

Tak lupa pula kita ucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing mata kuliah Manahij al-
Muhadditsin, yakni Ayahanda al-Ustadz Dr. H. Mukhlis Mukhtar, M. Ag, karena atas bimbigan beliau
kami semua khususnya kelompok kami, mampu menyelesaikan tugas dengan judul materi, Ulama
Pencetus Ulumul Hadis, sebagaimana mestiya.

Mohon maaf apabila penulisan makalah ini banyak memiliki kekurangan,namun penulis berharap
makalah ini dapat dijadikan sumber referensi bagi kita semua dalam memahami Ulama Pencetus
Ulumul Hadis.

Makassar, 23 September 2021

Penulis

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii

BAB I

PENDAHULUAN ……………………………………………………………iv

A.Latar Belakang Masalah ……………………………………………….iv

B.Rumusan Masalah …………………………………………………….. v

C.Tujuan …………………………………………………………………. v

BAB II

PEMBAHASAN ……………………………………………………………. vi

A.Pengertian pencetus ............................................................................ vi

B.Pengertian ulumul hadis ……………………………………………..vi

C.Pengertian ulumul hadis menurut para ahli ………………………….vi

D.Biografi ulama pencetus ulumul hadis ……………………………….ix

1.Syihab Az-Zuhri ……………………………………………………………ix

2.Al-Ramahurmuzi …………………………………………………………...xiii

3.Al-Hakim An-Naisaburi ……………………………………………………xv

4.Abu Nu’aim Al-Asfahani ............................................................................xvii

5.Al-Khatib Al-Bagdadi ……………………………………………………..xix

6.Ibnu Shalah ……………………………………………………………….xxi

BAB III

PENUTUP ......................................................................................................xxvii

A.Kesimpulan ……………………………………………………………..xxvii

B.Saran …………………………………………………………………….xxviii
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….xxix

BAB II

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang Masalah

hadis adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi
tumpuan umat Islam hingga saat ini. Ajaran agama Islam memiliki kitab suci AlQuran
sebagai petunjuk hidup. Hadis sebagai sumber hukum kedua setelah AlQuran.

Keberadaan hadis, menjadi pelengkap dan menyempurnakan supaya umat tidak salah paham
dalam memaknai setiap ayat atau ajaran agama. Saat umat mempertanyakan hal baru dan
belum terdapat di AlQuran serta hadis, maka diambil dari Ijma'. Kemudian berlanjut baru
dijelaskan dan diperkuat dengan adanya Qiyas.

Ajaran Islam tidak memaksa, jika dipahami lebih mendalam dan memaknai pengertian
hadis sebenarnya. Semua kembali pada diri sendiri, bagaimana menyikapi berbagai masalah.
Keberadaan hadis, ijma' dan qiyas sebagai pedoman dalam memahami syariat Islam sesuai
firman Allah SWT dalam AlQuran.

Hadis sebagai referensi otoritatif hukum Islam setelah Alquran memegang peranan penting
dalam perkembangan Islam. Dari hadis lahirlah berbagai ilmu, termasuk ulumul hadis. Ilmu
tentang hadis ini banyak dibahas para ulama dalam berbagai kitab ulumul hadis. Baik yang
membahas hadis secara umum maupun pada aspek tertentu, seperti perawi dan matan.

Ulama Hadis umumnya menyatakan, bahwa Hadis ialah segala ucapan Nabi, segala
perbuatan Beliau, segala takrir (pengakuan) beliau dan segala keadaan Beliau. Termasuk
keadaan Beliau adalah, sejarah hidup Beliau, yakni waktu kelahiran, keadaan sebelum dan
sesudah Beliau diangkat sebagai Rasul.

Semasa hidup Nabi sampai Ia wafat dan khulafa‟ur Rasyidin, Hadis tidak dibukukan,
karena dikhawatirkann akan terjadi percampur adukan antara Hadis dan Al-Qur‟an, sedang
pada saat Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintah, AlQur’an telah selesai dikodifikasikan
secara resmi. Maka Hadis Rasul dikodifikasikan tidak akan mengganggu kemurnian al-Quran.

Atas dasar pertimbangan-pertimbangannya, maka pada pengujung tahun 100 H, Kaliffah


Umar bin Abdul Aziz menulis surat instruksi kepada para Gubernurnya dan juga kepada para
Ulama untuk membukukan Hadis.
1

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian Pencetus

2. Jelaskn Pengertian Ulumul Hadis

3.Menjelaskan Pengertian Ulumul Hadis Menurut Para Ahli

4. Tuliskan Biografi Ulama Pencetus Ulumul Hadis

C. Tujuan

1. Untuk Memahami Defenisi Pencetus

2. Untuk Memahami Defenisi Ulumul Hadis

3.Untuk Memahami Pengertian Ulumul Hadis Menurut Para Ahli

4. Untuk Memahami Biografu Pencetus Ulumul Qur‟an

1
www.merdeka.com republika .co.id/mengenal ulumul hadis
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Pencetus

pencetus/pen·ce·tus/ n orang yang mencetuskan pernyataan (perasaan, kehendak, dan


sebagainya). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pencetus adalah orang
yang mencetuskan (pernyataan, perasaan, kehendak, gagasan dan sebagainya). Pencetus
berasal dari kata dasar cetus.

B.Pengertian Ulumul Hadis

Ulum Hadis (bahasa Arab: ‫علوم الحديث‬, translit. ‘ulūm al-ḥadīṡ) adalah istilah ilmu hadits
di dalam tradisi ulama hadis. ‘Ulum al-hadist terdiri dari 2 kata, yaitu ‘ulum dan al-hadits.
Kata ‘ulum dalam bahasa Arab, sebagai bentuk jamak dari ‘ilm, berarti ilmu-ilmu, sedangkan
al-hadits di kalangan ulama hadis berarti “segala perbuatan, perkataan, taqrir, atau sifat yang
disandarkan kepada Nabi.” Dengan demikian, gabungan kata ‘ulumul-hadits mengandung
pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan dengan hadis Nabi”.Ilmu hadits adalah
ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk mengetahui kedudukan sanad dan matan, apakah
diterima atau ditolak. Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy: "ilmu hadits, yakni
ilmu yang berpautan dengan hadits, banyak ragam macamnya". Menurut Izzudin Ibnu
Jamaah: "Ilmu hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah dasar untuk mengetahui keadaan
suatu sanad atau matan (hadis).

C.Pengertian Ulumul Hadis Menurut Para Ahli

Saeful Hadi

Menurutnya Ulumul Hadits adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang hadits,
baik hal tersebut berkaiatan dengan periwayatannya, materi, dan matan yang dianggap penting
karena tidak bisa terpisahkan satu sama lainnya.

Ulama Mutaqaddimin

2
https//kbbi.web.id https//lektur .id/arti pencetus https//id.wikipedia/ulum hadis
Definisi Ilmu Hadits atau Ulumul Hadits adalah suatu ilmu pengetahuan yang selalu
membahas tentang cara persambungan hadits sampai Rasul Muhammad SAW, oleh
karenannya Ulumul Hadits selalu mempelajari hal ihwal para perawinya, keadilan,
kedhabitan, dan dari bersambung tidaknya sanad dan lain sebaginya.

Al Qadi Abu Muhammad Ar-Ramahurmuzy

Sebagai tokoh yang menjadi perintis pertama daripada Ulumul Hadits, mendefinisikan bahwa
Ulumul Hadits bersifat parsial karena di dalam materinya terdapat pembahasan yang
membicarakan tentang hadits dan para perawinya.

Di kalangan ulama ahli Hadits sendiri ada beberapa depinisi yang antara satu dengan
lainnya agak berbeda. Ada yang mendefinisikan bahwa Hadits, ialah:

ُ‫أَ ْق َوا ُل النَّبِ ِّي ص م َوأ ْف َعالُھُ َواَحْ َوالُھ‬

“Segala perkataan Nabi saw., perbuatan dan hal ihwalnya”.

Yang termasuk “hal Ihwal”, ialah segala pemberitaan tentang Nabi saw.,seperti yang
berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya.
Ulama ahli Hadits lain meremuskannya dengan:

ِ ‫ُكلُّ َما أُثِ َر َع ِن النَّبِ ِّي ص م ِم ْن قَوْ ٍل َوفِ ْع ٍل َوتَ ْق ِری ٍْر َو‬
‫صفَ ٍة‬

“Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi saw., berupa perkataan, perbuatan, taqrir, dan
sifatnya”.6

Ada juga yang mendefinisikannya dengan:

ِ ُ‫َما أ‬
ِ ْ‫ض ْیفَ إِل َى النَّبِ ِّي ص م قَوْ الً أَوْ فِ ْعالً أَوْ تَ ْق ِر ْیرًا أَو‬
ً‫صفَة‬

“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw., baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau
sifatnya”.7

Yang sama dari tiga pengertian di atas, ialah mendefinisikan Hadits dengan segala yang
disandarkan kepada Rasul saw., baik perkataan, maupun perbuatan. Sedang yang berbeda dari
ketiganya, ialah pada penyebutan terakhir. Di antaranya ada yang menyebutkan hal ihwal atau
sifat Rasul sebagai Hadits, dan ada yang tidak; ada yang menyebutkan taqrir Rasulsecara

3
https://www.indonesiastudents.com/pengertian-ulumul-hadits-menurut-para-ahli/
eksplisit sebagai bagian dari bentuk-bentuk Hadits, dan ada yang memasukkannya secara
implisit ke dalam aqwal atau af’alnya.

Sementara itu para ahli Ushul memberikan definisi Hadis yang lebih terbatas dari rumusan di
atas. Menurut mereka, Hadits adalah:

ْ ‫ْق َوا ُل النَّبِ ِّي ص م ِم َّما یَصْ لُ ُح‬


َ‫أن یَ ُكوْ نَ َدلِ ْیالً لِ ُح ْكم‬

Artinya:

”Segala perkataan Nabi saw., yang dapat dijadikan dalil untuk

penetapan hukum syara’”.8 Dengan pengertian ini, segala perkataan atau aqwal Nabi
Muhammad saw., yang tidak ada relevansinya dengan hukum atau tidak mengandung missi
kerasulannya, seperti tentang cara berpakaian, berbicara,tidur, makan, minim, atau segala
yang menyangkut hal ihwal Nabi, tidak termasuk Hadits.Baik menurut definisi ahli Hadit
maupun menurut ahli ‘Ushul, seperti di atas, kedua pengertian yang diajukannya, memberikan
definisi yang terbatas pada sesuatu yang disandarkan kepada Rasul saw., tanpa menyinggung-
nyinggung prilaku dan ucapan sahabat atau tabi’in. Dengan kata lain, definisi di atas, adalah
dalam rumusan yang terbatas atau sempit.Di antara para Ulama ahli Hadits, ada yang
mendefinisikan Hadits secara longgar. Menurut mereka, Hadits mempunyai pengertian yang
lebih luas, yang tidak hanya terbatas pada sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw., semata
(Hadits marfu’), melainkan juga segala yang disandarkan kepada sahabat (Hadits mauquf),
dan tabi’in (Hadits maqtu’).9

ُ‫أَ ْق َوالُھُ ص م َوأَ ْف َعالُھُ َوأَحْ َوالُھ‬.


:beliau keadaan dan perbuatan tentang hadits ahli dari istilah juga Ada

Artinya:

“Segala ucapan Nabi, segala perbuatan beliau dan segala keadaan

beliau”.

Demikian kata Al-Hafidh dalam Syarah Al-Bukhary. Dan Al Hafidh dari shakhawi. Masuk ke
dalam keadaannya, segala yang diriwayatkan dalam kitab sejarah, seperti kelahirannya,
tempatnya dan yang bersangkut paut dengan itu, baik sebelum dibangkit, maupun sesudahnya.

4
6Muhammad ash-Shabbaq. op.cit., h. 14. 7Al-Qasimi, op.cit., h. 61, dan at-Tirmisi, Manhaj Dzawi an-Nazhar (Dar
Al-Fikr:Beirut ,1974)hal.8
Sebagian ulama seperti Ath-Thaby berpendapat bahwa “Hadis itu melengkapi sabda Nabi,
perbuatan beliau, dan taqrir beliau; melengkapi

D.Biografi Ulama Pencetus Ulumul Hadis

1.Muhammad ibn Syihab Al-Zuhri (50-124 H)


Muhammad bin Muslim bin Abdillah bin Syihab bin Abdillah bin Al-Harits bin
Zuhrah bin Kilab bin Murrah Al-Quraisyi Az-Zuhrie Al-Madanie,lahir pada tahun 50 H,di
jaman Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan Al-Laits bin Saad berkata:”Saya tidak pernah
melihat seorang alim seperti Az-Zuhrie,ia berbicara tentang Attarghib seolah-olah ia tidak
bisa lainnya,dan berbicara As-Sunnah dan Al-Qur’an ,maka pembicaraannya lengkap.”Beliau
menulis apa yang didengarnya dari hadis.

bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah dilahirkan di tahun 58 Hijriah, di akhir
kepemimpinan Muawiyah. Pada tahun itu juga terjadi kejadian wafatnya Aisyah Radiallahu
'anha, istri Rasulullah SAW. Ibnu Syihab az-Zuhri tinggal di Ailah sebuah desa antara Hijaz
dan Syam, reputasinya menyebar sehingga ia menjadi tempat berpaling bagi para ulama Hijaz
dan Syam. Selama delapan tahun Ibnu Syihab az-Zuhri ia tinggal bersama Sa'id bin Al-
Musayyab di sebuah desa bernama Sya’bad di pinggir Syam.Nama lengkapnya adalah
Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah, sedangkan Az-Zuhri adalah nama
panggilan yang disematkan oleh para ulama ahli hadits. Selain Az-Zuhri, dalam beberapa
literatur beliau juga disebut dengan nama panggilan Abu Bakar Al-Madani.Az-Zuhri tumbuh
menjadi seorang remaja di sebuah kota kecil di antara hijaz dan syam, bernama Ailah. Dan
menghabiskan waktu senjanya di Sya’bad hingga beliau wafat di tahun 124 Hijriah dan
dimakamkan disana.Salah satu sahabatnya bernama Shalih bin Kisan memberikan kesaksian,
“Aku menuntut ilmu bersama Az-Zuhri, dia berkata kepadaku: ‘Mari kita tulis apa yang
berasal dari Nabi SAW, ’ pada kesempatan yang lain dia berkata pula, ‘mari kita tulis apa
yang berasal dari sahabat,’ dia menulis dan aku tidak. Akhirnya dia berhasil dan aku gagal.”
Para ulama mengatakan, ketika itu tulis-menulis memang belum menjadi budaya bagi
masyarakat arab, karena sebagian besar dari mereka masih ummi (tidak bisa membaca dan
menulis) dan menyimpan ilmunya dengan mengandalkan kekuatan hafalan. Namun Az-Zuhri
memiliki prinsip beda, beliau tetap menghafal, namun memiliki nilai lebih yakni menulis.
Kegigihannya dalam membukukan hadits pun akhirnya mendapat dukungan besar dari
Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Dan Imam As-Suyuthi dalam bait Alfiah-nya
mengatakan"Orang pertama yang membukukan hadits dan atsar adalah ibnu syihab atas
perintah umar"Lebih dari 2200 hadits berhasil dihafal oleh Az-Zuhri, dan beberapa
diantaranya tertulis dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih muslim. Beberapa ulama pun
memujinya dengan pujian bahwa sanad hadits terkuat adalah yang berasal dari jalur Az-Zuhri
dari Salim dari Bapaknya.
Abu Bakar al-Hudzali mengatakan, “Aku telah duduk bermajelis kepada Hasan Al-Bashri
dan Ibu Sirin, namun aku tidak melihat seorang pun yang semisal dengan Imam Az-
Zuhri.”Bila dibandingkan beliau, maka Hasan Al-Basri dan Ibnu Sirin jauh di atas beliau
karena mereka adalah termasuk para tabi’in senior, tetapi ilmu adalah semata-mata anugerah
dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniakan keutamaan dan
rahmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.

Al-Zuhri hidup pada akhir masa Sahabat, dan dia masi bertemu sejumlah Sahabat ketika
ia berumur 20 tahun lebih. Oleh karenanya, ia mendengar Hadis dari para Sahabat seperti
Anas ibn Malik, Abd Allah ibn Umar, Jabir ibn Abd Allah, Sahal ibn Sa‟ad, Abu al-Thufail,
al-Mashur ibn Makramah, dan lainnya. Selai itu dia juga memperoleh hadis dari Tabi‟in besar
seperti Abu Idris al-Khaulani, Abd Allah ibn al-Harits ibn Naufal, al-Hasan dan Abd Allah
dua orang putra Muhammad ibn alHanafiyah, Harmalah Mawla Usma ibn Zaid, Abd Allah,
Ubaid Allah dan Salim, tiga orang putra Ibn Umar, Abd al-Aziz ibn Marwan, Kahrija ibn
Za‟id ibn Tsabit, Sa‟id ibn al-Musayyab, dan lain-lain. Sementara dari alZuhri sendiri sudah
meriwayatkan hadis-Hadisnya sejumlah besar Ulama

Hadis dari Hijaz dan Syam, seperti Atha ibn Abi Rabbah, Abu al-Zuvair al-Makki,
Umar ibn al-Aziz, Amr ibn Dinar, Malik ibn Anas, al-Laits ibn Sa‟ad, Sufyan ibn Uyainah,
dan lain-lain.Al-Zuhri meninggal pada bulan Ramahan tahun 124 H, da nada yang
menyebutkan tahun 123 H, dalam uia 72 tahun. Imam al-Bukhari pernah megaataakan, bahwa
Al-Zuhri mampu menghafal Al-Quran dalam tempo 80 malam. Tentang kesetiaan dan
keteguhan hafalannya terlihat suatu hari Hisyam ibn Abd al-Malik pernah meminta tolong
kepada al-Zuhri untuk menuliskan Hadis-Hadis Nabi untuk keperluan sebagian anak-anak-
nya. Lantas al-Zuhri meminta menghadirkan seorang juru tulis dan kemudian ia lalu
mendiktekan sebanyyak 400 Hadis. Sekitar lewat satu bulan, Hisyam memberitahukan kepada
al-Zuhri, bahwa catatan Hadisnya hilang, dan minta ag didiktekan lagi. Al-Zuhri menjawab,
“Engkau tidak akan kehilangan Hadis-Hadis itu”, kemudian dia meminta seorang juru tulis,
lalu dia mendiktekan kembali Hadis-Hadis tersebut. Setelah itu, dia menyerahkannya kepada
Hisyam, dan isi kitab tersebut ternyata satu hurufpun tidak berubah dari isi kitab yang
pertama.

Dengan modal kecerdasan dan kekuatan hafalan yang dimilikinya tersebut, Al-Zuhri dapat
menguasai banyak ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang Hadis. Sebagai seorang Ulama
yang memiliki pengetahuan yang banyak, al-Zuhri terkenal dikalangan penduduk Hijaz dan
Syam (Syiria). Imam Malik pernah berkata, apabila Al-Zuhri memasuki kota Madinah, tidak
seorangpun dari para Ulama yang ada di Madinah pada saat itu yang berani menyampaikan
Hadis hingga Al-Zuhri keluar dari Madinah, dan apabila sejumlah Ulama senior yang telah
berusia 70 atau 80 tahun datang ke Madinah, orang-orang tidak begitu antusia untuk
mendapatkan ilmu dari mereka, akan tetapi, apabila yang datang adalah alZuhri, maka
pendudukpun berduyun-duyun datang kepadanya untuk meminta ilmu. Umar ibn Abd al-Aziz
juga pernah bertanya kepada orangorang disekitarnya, apakah kalian telah mendatangi Ibn
Syihab? Mereka menjawab, kami akan lakukan. Lantas Umar mengatakan lebih lanjut,
“Datanglah kalian kepadanya, maka sesungguhnya tidak ada lagi seseorang yang lebih
mengetahui Sunnah selain daripadanya. Amr ibn Dinar pernah berkata, saya pernah mengikuti
majelis Jabir, Ibn Umar, Ibn Abbas, dan Ibn Zubair, dan saya tidak melihat ada yang lebih
teratur dan rapih dalam bidang Hadis melebihi Al-Zuhri. “Dan dalam suatu riwayat yang lain
Ibn Dinar mengatakan, “Tidak aku lihat seseorang yang lebih teratur dan lebih menguasai
Hadis selain dari al-Zuhri

Al-Zuhri telah meninggalkan pengaruh dan jasa-jasanya yang besar dalam bidang Hadis,
di antaranya adalah:

a.) Al-Zuhri adalah orang pertama yang memenuhi himbuan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz
untuk membukukan Hadis, sehingga dia berhasil menghimpunnya dalam beberapa kitab, yang
kitab-kitab tersebut selanjutnya dikirim oleh Khalifah kepada para penguasa di daerah-daerah.
Dan karenanya, Ulama sepakat mengatakan bahwa alZuhri adalah orang pertama yang
membukukan Hadis secara resmi atas perintah Khalifah.Alasan Umar bin Abdul Aziz
memilih al-Zuhri sebagai kodifikasi Hadis pertama, karena al-Zuhri mempunyai kelebihan
dalam mendewasakan Hadis-Hadis Nabi bila dibandingkan dengan Muhammad Ibn Hazm.
Diantara kelebihan al-Zuhri yaitu: dia dikenal sebagai Ulama besar dibidang Hadis,
dibandingkan dengan Ulamaulama Hadis sezamannya, dia mendewasakn seluruh Hadis yang
ada di Madinah, dia megirimkan hasil pendewasaannya kepadda seluruh penuasa di daerah,
masing-masing satu rangkap sehingga dengan demikian, lebih cepat tersebar.

b.) Al-Zuhri telah berhasil mengumpulkan dan meriwayatkan sejumlah tertentu dari Hadis
Nabi SAW, yang tidak diriwayatkan oleh para perawi lain, sehingga jeripayahnya tersebut
telah meriwayatkan HadisHadis Nabi SAW dari kepunahan. Al-Laits ibn Sa‟ad berkata, Sa‟id
ibn Abd al-Rahman telah mengatakan kepadaku, “Wahai abu al-Harits, sekiranya tidaka ada
Ibn Syihab, tentu telah hilang sejumlah tertentu dari Hadis”. Imam Muslim jg pernah
mengatakan kepadaku, “ada sekitar 90 Hadis yang diriwayatkan oleh al-Zuhri yang berasal
dari Nabi SAW yang tidak diriwayatkan oleh seorang perawi lain pun dengan sanad yang
baik. Pendapat yang senada diuangkapkan oleh alHafiz al-Dzahabi, Ibn Syihab telah
meriwayatkan banyak Hadis yang tidak diriwayatkan oleh banyak perawi lainnya, dan
jumlahnya adalah lebih dari 40 Hadis.

c.) Al-Zuhri adalah seorang yang sangat intens dan bersemangat dalam memelihara sanad
Hadis, sehingga dia senantiasa mendorong dan menggalakkan penyebutan sanad tatkala
meriwayatkan Hadis kepada para Ulama dan penuntut Hadis. Imam Malik berkata, “orang
pertama yang melakukan penyebutan Hadis adalah Ibn Syihab.” Yang dimaksud oleh Malik
adalah, bahwa al-Zuhri adalah orang yang pertama dalam menggalakkan penyebutan sanad
Hadis tatkala meriwayatkannya.
d.) Al-Zuhri telah memberikan perhatian dalam pengkajian dan penuntutan Ilmi Hadis,
bahkan dia bersedia memberikan bantuan materi terhadap mereka yang berkeinginan
mempelajari Hadis namun tidak memiliki dana untuk itu. Menurut Malik ibn Anas, al-Zuhri
mengumpulkan orang dan mengajari mereka Hadis-Hadis yang dipunyainya, baik pada
musim dingin maupun musim panas dan mereka memberinya makanan sesuai dengan musim
tertentu.Al-Zuhri memiliki koleksi Hadis yang banyak. Menurut Ali ibn alMadini, al-Zuhri
memiliki sekitar 2000 Hadis dan Abu Daud mengatakan bahwa al-Zuhri mempunyai 2200
Hadis. Sanad al-Zuhri dipandang sebagai sanad yang baik (ahsan al-asanid). Dan Ahmad
berkata, “al-Zuhri ahsan al-nas Haditan wa ajwad al-ns isnadan”, (“Hadis dan anad al-Zuhri
adalah yang terbaik”). Menurut al-Naa‟I ada empat jalurr sanad yang terbaik dari al-Zuhri,
yaitu:

a.) Al-Zuhri dari Ali ibn al-Husain, dari Ayahnya dari kakeknya.

b.) Al-Zuhri dari Ubaid Allah, dari Ibn Abbas.

c.) Al-Zuhri dari Ayyub, dari Muhammad dari Ubaidah dari Ali.

d.) Al-Zuhri dari Manshur, dari Ibrahim, dari Alqamah dai Abd Allah.

Al-Hakim mengatakan bahwa ashahh al-asanid dari para Sahabat yng banyak
meriwayatkan Hadis (Al-Muktsirum) diantaranya adalah melalui jalur al-Zuhri. Hal tersebut
seperti Ashahh asanid Abu Hurairah adalah: al-Zuhri dari Sa‟id ibn al-Musayyab, dari Abu
Hurairah, Ashahh assanid Aisyah adalah: al-Zuhri dai Urwah ibn al-Zubair ibn al-Awwam ibn
Khuwalid al-Qurasyi, dari A‟isyah: Ashahh asanid Anas ibn Malik adalah : Malik ibn Anas
dari al-Zuhri, dari Anas.

bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah dilahirkan di tahun 58 Hijriah, di akhir
kepemimpinan Muawiyah. Pada tahun itu juga terjadi kejadian wafatnya Aisyah Radiallahu
'anha, istri Rasulullah SAW. Ibnu Syihab az-Zuhri tinggal di Ailah sebuah desa antara Hijaz
dan Syam, reputasinya menyebar sehingga ia menjadi tempat berpaling bagi para ulama Hijaz
dan Syam. Selama delapan tahun Ibnu Syihab az-Zuhri ia tinggal bersama Sa'id bin Al-
Musayyab di sebuah desa bernama Sya’bad di pinggir Syam.

Guru-guru beliau

5
Majalah Al-Furqon Edisi 8 Tahun Ke-11 1433
Biografi az-Zuhri dalam Tahdzib at Tahdzib : Ibn Hajar Asqalani 9/445
ttps://maydaulunnimah.wordpress.com/ulumul-hadis/pengertian-ulumulhadis-dan-sejarah-pekembangannya/ di
Beliau banyak mengambil ilmu dari para tabi’in senior seperti kepada Sayyidut Tabi’in Sa'id
bin Musayyib (Said bin Musayyab), Urwah bin Zubair, Al-Qasim bin Muhammad, Anas bin
malik, Aban bin utsman bin affan, Ibrahim bin Abdurrahman bin auf, dan Nafi’ Mula Ibnu
Umar.Murid-murid beliau Sementara itu, beberapa murid ternama beliau antara lain: Imam
Malik bin Anas “Imam Daril Hijrah”, Al-Laits, Zaid bin Aslam, Sufyan bin Uyainah, Umar
bin Abdul Aziz, dan Muhammad bin Al-Munkadir.Periwayat Hadits Az-Zuhri meriwayatkan
hadits bersumber dari Abdullah bin Umar, Abdullah bin Ja’far, Shal bin Sa’ad, Urwah bin az-
Zubair, Atha’ bin Abi Rabah. Ia juga mempunyai riwayat riwayat yang berasal dari Ubadah
bin as-Shamit, Abu Hurairah, Rafi’ bin Khudaij, dan beberapa lainnya.Imam Bukhari
berpendapat bahwa sanad az-Zuhri yang paling shahih adalah az-Zuhri, dari Salim, dari
ayahnya. Sedangkan Abu Bakar bin Abi Syaibah menyatakan bahwa sanadnya yang paling
shahih adalah az-Zuhri, dari Ali bin Husain, dari bapaknya dari kakeknya ( Ali bin Abi
Thalib)”. Wafatnya Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah
Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Abdullah wafat di Sya’bad pada tahun 123 H, ada
yang mengatakan ia wafat tahun 125 H. Di sebuah desa bernama Sya’bad di pinggir Syam.

2. Al-Qadi Abu Muhammad Al-Hasan bin Abd.Rahman bin Khalad

Al-Ramahurmuzi(265-360 H)

Al-Ramahurmuzi merupakan ulama hadis dan ilmu hadis terkemuka pada abad ketiga
dan keempat hijriyah. Bahkan bukan hanya ilmu hadis, dia pun terkenal sebagai seorang
sastrawan dan sejarawan pada masanya, meskipun dominannya dikenal sebagai ulama ilmu hadis
karena karyanya yang tercatat sebagai karya pertama dalam bidang ilmu hadis. Kajian yang
digunakan pada artikel ini adalah library research sehingga kajiannya mengumpulkan beberapa
literatur yang terkait. Perkembangan ilmu hadis telah ada sejak Rasulullah saw. dan terus
berkembang hingga menjadi sebuah ilmu yang mandiri. Para ulama yang berkecimpung di
bidang hadis dan ilmu hadis harus terus mengembangkan metodologi ilmu hadis, agar tidak
terjadi stagnan seperti yang pernah dialami pada abad ketigabelas dan empatbelas awal.
Berbagai karya yang ditulis oleh Al-Ramahurmuzi harus menjadi salah satu pijakan untuk
memunculkan karya-karya agar memperkaya pengetahuan cendikiawan masa kini khususnya
pada bidang hadis dan ilmu hadis.

Al-Ramahurmuzi bernama lengkap Abu Muhammad al-Hasan ibn ‘Abd al-Rahman ibn al-
Khallad al-Farisi al-Ramahurmuzi yang menunjukkan bahwa dia berasal dari Ramahurmuz,
salah satu daerah di wilayah Persia, atau di arah barat daya kota negara Iran saat ini.

Para sejarawan tidak menyebutkan secara pasti kapan al-Ramahurmuzi lahir, akan tetapi menurut
‘Ajjaj al-Khatib, al-Ramahurmuzi kemungkinan lahir pada tahun 265 H. Al-Ramahurmuzi telah
berguru kepada 200 pakar hadits pada zamannya dalam usaha memperdalam bidang hadits dan
ilmu hadits. Di antara gurunya adalah ayahnya sendiri ‘Abd al-Rahman ibn al-Khallad,
Muhammad ibn ‘Abdillah al-Hadrami (202-297 H./818-910 M.), Abu Ja’far Muhammad ibn
Usman ibn Abi Syaibah (w. 297 H./910 M.) al-Qasim ‘Abdullah ibn Muhammad ibn ‘Abd
al-‘Aziz al-Bagawi (214-317 H./829-929 M.), dan masih banyak lagi gurunya yang lain.

Adapun murid-muridnya antara lain adalah Abu ‘Abdillah Ahmad ibn Ishaq al-Nahawandi
al-Hasan ibn al-Lais al-Syairazi, Abu Bakar Muhammad ibn Musa ibn Mardawaih dan Abu al-
Husain Muhammad ibn Ahmad al-Gassani.

Al-Ramahurmuzi hidup pada masa dinasti Buwaihi dan dekat dengan penguasa pada saat
itu, seperti Adud al-Daulah (w. 372 H./983 M.), al-Mahlabi (w. 352 H./963 M.) dan Abu al-Fadl
ibn al-Amid (w. 360 H./971 M.). ketiga penguasa tersebut sering mengajak al-Ramahurmuzi
untuk berdiskusi dalam masalah-masalah hadits dan sastra Arab. Sehingga tidak heran jika al-
Ramahurmuzi diangkat sebagai qadi/hakim di Khuzistan. wafat al-Ramahurmuzi tahun 360 H.

2. Karya-karya al-Ramahurmuzi

Sebagai seorang ulama besar pada masanya, al-Ramahurmuzi di samping mengajarkan ilmu
hadits, Dia juga aktif menulis beberapa karya ilmiah, baik dalam bidang hadits maupun sastra
Arab dalam bahasa Arab dan Persia. Namun dari sekian banyak karyanya, ‘Ajjaj al-Khatib hanya
dapat melacak 15 karyanya dalam bahasa Arab saja. Di antaranya:

a. Adab al-Mawaid yang membahas tentang masalah-masalah sastra.

b. Adab al-Natiq yang membahas tentang retorika

c. Imam al-Tanzil fi al-Qur’an al-Karim yang memuat tentang Rasulullah saw. dan hadits-
haditsnya.

d. Amsal al-Nabi yang menguraikan tentang janji baik dan buruk di akhirat, hal dan haram,
iman dan kufur serta maksud kata-kata sulit dalam al-Qur’an dikaitkan dengan al-Qur’an dan
syair.

e. Rabi’ al-Mutim fi Akhbar al-‘Usyaq yang mengurai tentang sastra dan hadits.

f. Al-Muhaddis al-Fasil bain al-Rawi wa al-Wa’i.


6

6
https://nukhbatul fikar .blogspot.com./2012/04/al-ramahurmuzy-dan-kitabnya
Al-ramahurmuzy ,Al-hasan ibn abd.R ahman,Al-muhaddis al-Fasil bain al-Rawiwa al-wai cet ;Beirut daral-fikr,1391
H/1771 H.
3.Al-Hakim abu AbdillahMuhammad bin Abdillah al-Naisaburi

(321-405 H)
Abu ‘Abdullah Muhammad bin 'Abdullah bin Muhammad bin Hamdun bin Hakam bin
Nu’aim bin al-Bayyi al-dabbi al-Tahmani al-Naisaburi atau yang lebih dikenal sebagai Abu
‘Abdullah al-Hakim al-Nisaburi atau Ibn al-Bayyi’ atau al-Hakim Abu ‘Abdullah lahir di
Naisabur pada hari senin 12 Rabi’ul Awal 321 H.

Ayah al-hakim, Abdullah bin Hammad bin Hamdun adalah seorang pejuang yang dermawan
dan ahli ibadah yang sangat loyal terhadap penguasa bani Saman yang menguasai daerah
Samaniyyah. Dalam catatan sejarah daerah Samaniyah pada abad ke 3 telah melahirkan ahli
hadits ternama diantaranya Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Abu Daud, al-Tirmidzi, al-Nasa'I,
dan ibn Majah. Di tempat inilah al-Hakim dilahirkan dan dibesarkan. Kondisi sosiokultural ini
yang mempengaruhi al-Hakim sebagai seorang pakar hadits abad 4 H

Abu Abdillah Al-hakim menuntut ilmu di mulai semenjak masih kecil melalui berkat
bimbingan dan arahan ayah serta paman dari ibunya.Adapun pertama kali dia mendengarkan
hadits tahun 330 Hijriyah ketika baru berumur tujuh tahun.Dia mendapatkan hadits secara imla’
dari Abu Hatim Ibnu Hibban pada tahun 334 Hijriyah. Setelah itu, Abu Abdillah Al-hakim
melakukan perjalannya mencari ilmu dari Naisaburi ke Irak pada tahun 341 Hijriyah, selang
beberapa bulan setelah Isamail As-Shaffar meninggal dunia. Kemudian dia melakukan ibadah
haji dan selanjutnya meneruskan perjalannya mencari ilmu kenegeri Khurasan, daerah ma
wara’an an-nahri dan lainnya.

Abu Abdillah Al-hakim belajar ilmu qira’at dari Ibnul Imam, Muhammad bin Abu Manshur
Ash-Sharam, Abu Abu Ali bin An-Naqqar Al-Kuffi dan Abu Isa Bakkar Al-Baghdadi. Dan, dia
belajar tengtang madzhab dari Ibnu Abi Hurairah, Abu Sahal Ash-Shu’luki dan Abu Al-Walid
Hisan Bin Muhammad. Al-Hakim sering berdiskusi dengan Al-Ja’labi, Ad-Daruquthni dan yang
lain. Selama masa hidupnya (321- 405 H) beliau telah memberikan kotribusi yang cukup besar
dalam bidang ilmu hadis, melalui karya monumentalnya Al-Mustadrak ‘ala al- ṣaḥiḥaini. Beliau
meninggal dalam usia 84 tahun, tepatnya pada bulan Shaffar 405 H.

Guru-guru Al-Hakim
Adapun para guru Abu Abdillah Al-hakim di naisaburi sendiri jumlahnya mencapai 1000
syaikh. Sedangkan guru-guru yang diperoleh selain dari naisaburi pun kurang lebih 1000 syaikh.
Diantara guru-gurunya adalah :

a). Muhammad bin Ya’qub al-‘A’sam

b). Muhammad bin Ali Al-Muzakkir


c) .Al-Daruqutni

d) . Ibnu Hibban

e) .Al-Hasan bin Ya’qub Al-Bukhari

f) . Abu Ali Al-Naisaburi

g). Muhammad bi al-Qasim al-Ataki

h).Ismail bin Muhammad al-Razi

i).Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad bin Abdillah al-Baghdadi al-Jamal

j).Ali bin Hamsad al-adl.

Murid-murid Al-Hakim

Banyak sekalii murid yang dimiliki oleh al-hakim, di antara murid-murid al-Hakim yang
pernah meriwayatkan hadis darinya adalah :

a.Abu Al-Falah bin Ubay bin al-Fawari

b.Abu al-A’la al-Wasiti

c.Muhammad bin Ahmad bin Ya’qub

d.Abu Zarr al-Hirawi

e.Abu Ya’la al-Khalili

f. Abu Bakar al- Baihaqi

g.Abu al-Qasim al-Qusyairi

h.Abu Shaleh Al-Muadzin

i.Az-Zaki Abdul Hamid Al-buhari

j.Utsman Bin Muhammad Al-Mahmahi

k.Abu Bakar Ahmad bin Ali Bin Khalaf Asy-Syairazi, dan masih banyak yang lainnya.

Karya-karya Al-Hakim
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, al- Hakim adalah salah satu intelektual muslim
yang hidup pada aabad 4 H. Beliau termasuk ulama yang memegang komitmen keilmuannya. Di
antara kitab-kitab yang pernah di tulis al-Hakim adalah :
a) Takhrij al-Sahihain

b) Tarikh al-Naisabur

c) Fadail al-Imam al-Syafi’i

d) Fadail al-Syuyukh

e) Al-‘Ilal

f) Tarikh ‘Ulama al-Naisabur

g) Al-Madkhal ila ‘Ilm al-Sahih

h) Al-Madkal ila al-Iklil, Ma’rifah ‘Ulum al-Hadis,

i) Al-Muzakkina li Ruwat al-Akhbar


7

4.Abu Nu’aim Ahmad bi Abdillah al-Asfahani(336-430 H)


Tokoh ini lebih dikenal dengan sebutan Abu Nu’aim al Ashbahani. Nama Ashbahan
yang menjadi nisbat pada namanya, merupakan sebuah kota yang sampai sekarang masih ada,
terletak di Negara Iran. Kadang, dikenal juga dengan sebutan Ashfahan. Abu Nu’aim sendiri
memiliki nama, Ahmad bin ‘Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa bin Mihran.

Dia dilahirkan pada bulan Rajab 336 H. Ada juga yang berpendapat, ia lahir tahun 334 H.
Dan beliau meninggal pada 20 Muharram 430 H dalam usia 94 tahun. Demikian berdasarkan
paparan para ulama yang menuliskan biografinya. Usia beliau banyak dihabiskan dengan belajar,
mengajar dan menulis. Abu Nu’aim menceritakan bahwa Mihran, ialah kakek moyangnya yang
pertama kali masuk Islam. Dia sebagai maula ‘Abdullah bin Mu’awiyah bin ‘Abdillah bin Ja’far
bin Abi Thalib.

Sejak usia masih belia, Abu Nu’aim telah mengarungi dunia thalabul ‘ilmi, lantaran perhatian
besar sang ayah kepadanya. Maka berkat kemampuan ilmiahnya, tak ayal, gelar imam, ats tsiqah,
‘allamah serta Syaikhul Islam telah tersemat padanya. Sampai-sampai adz Dzahabi
menyatakan,”Tokoh-tokoh ilmu dunia telah memberikan ijazah baginya pada tahun 340-an H,
padahal usianya baru 6 tahun.” Dia mendapatkan ijazah (rekomendasi untuk meriwayatkan) dari

7
https://wisnoezone.blogspot.com/2012/03/biografi-imam-al-hakim.html
http://p2k.stiehidayatullah.ac.id/id3/3046-2943/Al-Hakim-An-Naisyaburi_109494_p2k-stiehidayatullah.html
banyak ulama, tanpa ada orang lain yang menyamainya. Abu Muhammad bin Faris, adalah orang
pertama yang memberikannya.

Beliau tidak hanya piawai dalam disiplin ilmu hadits. Dalam medan qira`ah pun,
kemampuannya terakui. Beliau telah meriwayatkan banyak qira`ah langsung melalui ath
Thabrani. Abul Qasim al Hudzali mengambil ilmu qira`ah darinya. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bila Ibnul Jazari menulis biografi Abu Nu’aim dalam karyanya, Ghayatun
Nihayah fi Thabaqatil Qurra`. Ilmu fiqih juga termasuk bidang yang beliau kuasai. Sehingga Abu
Nu’aim terkenal sebagai ahli fiqih dalam madzhab Syafi’i. Karenanya, as Subki, al Isnawi dan
Ibnu Hidayatullah memasukkannya dalam Thabaqat asy Syafi’iyyah. Tuduhan yang dialamatkan
kepadanya sebagai pengikut Syiah adalah batil. Ini merupakan pemalsuan yang dilakukan oleh
kelompok Syiah atasnya. Klaim semacam ini dikutip oleh al Khawansari di Raudhatul Jannat
dengan menyertakan komentar ulama Syiah untuk menguatkan pernyataannya. Di antara tulisan
ulama Syiah yang ia salin, yaitu milik Muhammad al Khatun Abadi. Adapun di antara tokoh
ulama awam yang aku ketahui terpengaruh Syiah al Hafizh Abu Nua’im seorang ahli hadits di
Ashbahan, penulis kitab Hilyatul Auliya`….ia termasuk ulama hadits dari kalangan ‘awam’
dalam penampilan lahiriahnya, namun batinnya murni berkeyakinan Syiah. Ia melakukan taqiyah
karena kondisi menuntutnya demikian. Oleh karenanya, Anda melihat kitabnya penuh dengan
penyebutan keutamaan Amiril Mukminin yang tidak dijumpai di kitab-kitab lainnya.

BEBERAPA KARYA TULIS ABU NU’AIM AL ASHBAHANI


Di antara karyanya yang terkenal ialah kitab Hilyatul Auliya`. Kitab ini merupakan karya
beliau yang paling terkenal, dan banyak ulama yang menyanjungnya. Ibnu al Khalakan
mengatakan, kitab al Hilyah termasuk kitab yang bagus. Ibnu Katsir mengatakan, al Hilyah
tertuang dalam banyak volume (beberapa jilid), yang menunjukkan luasnya wawasan riwayat
beliau, dan banyaknya guru, serta ketahanan dalam menelaah sumbar-sumber hadits dan jalur-
jalur periwayatan”. Kitab lainnya, yaitu Ma’rifatush Shahabah. Ulama yang menuliskan sejarah
sahabat, banyak mengutip dari kitab ini, semisal, Ibnul Atsir, Ibnu ‘Abdir Barr, adz Dzahabi,
Ibnu Hajar dan lain-lain. Juga masih ada karya lainnya, seperti Dalailu an Nubuwwah, Dzikru
Akhbari Ashbahan, Sifatul Jannah, adh Dhu’afa`, dan masih banyak lagi.

Abu Nuaim tumbuh dan dibesarkan di lingkungan orang-orang berilmu. Ayahnya sendiri,
yakni Abdullah bin Ahmad adalah seorang ulama di kota Ashbihan. Sementara banyaknya ulama
di kota itu, membuat Abu Nuaim lebih mudah dalam mempelajari berbagai disiplin ilmu. Namun
demikian, Abu Nuaim tak hanya berlajar di kota Ashbihan. Ia juga melakukan perjalanan untuk
menimba ilmu hingga ke Makkah, Baghdad, Bashrah, Kufah, dan Naisabur. Di antara guru-
gurunya adalah Ali Ash Shawwaf di Baghdad, Abu Bakar Al Ajiri di Makkah, Faruq bin Abdul
Karim Al Khaththabi di Bashrah, Abu Abdullah di Kufa dan kepada Ahmad Al Hakim di
Naisabur. Setelah berkelana menimba ilmu, Abu Nuaim kemudian menetap di Ashbihan dan
melahirkan banyak karya. Di antara karyanya adalah Tarikh Ashbihan berisi hadits-hadits yang
menerangkan keutamaan Persia. Kemudian Abu Nuaim juga menulis Hilyat Al Auliya sehingga
para ulama mengelompokkan Abu Nuaim sebagai sejarawan. Karya-karyanya masyhur dan
tersebar luas. Sebagian diterbitkan, sebagian masih dalam bentuk manuskrip dan terdapat juga
karya tulisnya yang hilang.

Seperti dalam Hilyat Al Auliya yang ditahqiq Abdullah Al Minsyawi, Muhammad Ahmad Isa
dan Muhammad Abdullah Al Hindi menuliskan beberapa kitab yang dinisbtkan kepada Abu
Nuaim salah satunya yakni Al Ajza Al Wakhsyiyyat, kitab ini disebutkan Al Hafizh Adz
Dzahabi dalam biografi Al Hafizh Abu Ali Hasan bin Ali Al Wakhsyi yang wafat 471 Hijriyah.

Abu Nuaim wafat pada 20 Muharam 430 H pada usia 94 tahun. Namun demikian terdapat
keterangan lain yang menyebut bahwa ia wafat pada 21 Muharam. Seperti Ibnu Khalikan dan
Ibnu Shalah yang mengatakan bahwa Abu Nuaim wafat pada Shafar.

Sementara Ibnu Katsir menyebut Abu Nuaim wafat pada 28 Muharam 430 H, sedangkan Ibnu
Al Jauzi menyebutkan pada 12 Muharam. Sementara Abu Nuaim dimakamkan di Marduban.
8

5.Al’Khatib al-Bagdadi Abu Bakr Ahmad bin Ali(392-463 H)


Beliau adalah Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Muhdi yang masyhur dengan Al-
Khatib Al-Baghdadi, si pemilik berbagai karya dan imam para hafizh. Beliau dilahirkan pada
hari kamis, 25 Jumadil akhir 392H.

Ayah beliau bernama Abul Hasan Khatib adalah penduduk Darzijan (sebuah desa di negri
Irak) beliau adalah seorang yang ahli baca Al-Quran dengan bacaan Hafsh Al-Kattani.

Ayahnya mendorongnya untuk belajar hadits dan fikih. Oleh karenanya ia sudah belajar
ketika umurnya menginjak sebelas tahun. Ia pergi menuntut ilmu di Bashrah pada saat umurnya
menginjak dua puluh tahun, pergi ke Naisabur pada saat umurnya menginjak dua puluh tiga
tahun dan saat pergi ke Syam pada saat umurnya sudah tua. Ia juga pergi ke kota Makkah dan
kota selainnya yang telah disebutkan diatas.

Ia telah menulis banyak kitab, dalam hal ini ia telah melebihi teman-temannya. Ia menyusun
dan mengarang, menetapkan yang shahih dan yang tidak shahih, menetapkan perowi yang adil
dan yang tidak adil, dan menulis sejarah dan penjelasannya, sehingga ia menjadi Al-hafizh yang
paling tinggi pada masanya.

8
https://wisnoezone.blogspot.com/2012/03/biografi-imam-al-hakim.html
http://p2k.stiehidayatullah.ac.id/id3/3046-2943/Al-Hakim-An-Naisyaburi_109494_p2k-stiehidayatullah.html
https://republika.co.id/berita/q8u35d320/sosok-di-balik-kitabem-hilyat-al-auliyaem-biografi-para-sufi
Ibnu Makula mengatakan : “Abu Bakar Al-Khatib Al-Baghdadi adalah tokoh terakhir yang
kami saksikan yang mempunyai pengetahuan, hafalan dan ketelitian terhadap hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. ia sangat menguasai masalah ilat-ilat hadits (kesalah-kesalahan
yang samar), sanad-sanadnya, shahih dan gharibnya (aneh) dan segala yang berkaitan
dengannya. Diantara orang-orang Baghdad, setelah Abul Hasan Ad-Daruqutni, tidak ada
seorangpun yang menyamainya. Aku tanya kepada Abu Abdillah Ash-Shuwari tentang Al-
Khatib dan Abu nash As-Sajzi, manakah yang hafal hadits dari keduanya?, dengan tegas ia
melebihkan Al-Khatib dari pada Abu Nashr”.

Al-Mu’taman as-Sajihi mengatakan: “Setelah Ad-Daruquthni, Baghdad tidak lagi memerlukan


ulama yang hafal hadits melebih Abu Bakar Al-Khatib”.Abu Ali Al-Bardani mengatakan:
“Barangkali Al-Khatib sendiri tidak melihat seorangpun yang menyamainya”.

Telah disebutkan perkataan Adz-Dzahabi bahwa Al-Khatib mulai belajar pada saat umurnya
menginjak sebelas tahun. Ia pergi menuntut ilmu di Bashrah saat umurnya menginjak dua puluh
tahun, pergi ke Naisabur saat umurnya menginjak dua puluh tiga tahun dan pergi ke Syam saat
umurnya sudah tua. Ia juga pergi ke kota-kota selain yang telah disebutkan.

Adz-Dzahabi juga mengatakan: “Di Akbara, Al-khatib berguru kepada Al-Husain bin
Muhammad Ash-Shaigh yang meriwayatkan hadits kepadanya dari Nafilah Ali bin Harb.
Sementara di kota Bashrah ia berguru kepada Abu Umar Al-Hasyimi (guru dalam bidang
Hadits), Ali al-Qasyim Asy-Syahid, Al-Hasan bin Ali As-Saburi dan sejumlah ulama lainnya”

Di Naisabur, ia berguru kepada Al-Qadhi Abu Bakar Al-Hiyari, Abu Said Ash-Shairafi, Abul
Qasim Abdurrahman as-Siraj, Ali bin Muhammad Ath-Thirazi, Al-Hafizh Abu Hazim Al-
Abdawi dan sejumlah ulama yang lainnya. di Asfahan ia berguru kepada Abul Hasan bin Abdi
Kawih Abu Abdillah Al-Jamal, Muhammad bin Abdillah bin Syahriyar dan Al-Hafizh Abu
Nu’aim, dan di beberapa tempat lainnya.

Adz-Dzahabi mengatakan: “Abdul Aziz bin Ahmad Al-Kattani berkata: “Pada tahun 412 H ia
meriwayatkan hadits kepada gurunya yang bernama Abu Al-Qasim Ubaidullah Al-Azhari,
gurunya yang lain yaitu Al-Baraqani juga menulis dan meriwayatkan hadits darinya. Dalam ilmu
fikih, ia berguru kepada Abu Ath-Thayyib Ath-Thabari dan Abu Nashr bin Ash-Shabbagh.
Dalam bidang akidah ia mengikuti akidah Abul Hasan Al-Asy’ari”.

Adz-Dzahabi mengatakan: “Apa yang dikatakan oleh Ahmad Al-Kattani adalah benar, karena
mengenai sifat-sifat Allah ta’ala al-Khatib sendiri telah menegaskan bahwa sifat-sifat tersebut
telah kita pahami sebagaimana apa adanya tanpa menanyakan “bagaimana?” Tidak diragukan
lagi bahwa ini adalah madzhab Al-Asy’ari yang ia yakini sampai meninggalnya, sebagimana
juga madzhab Imam Ahmad dan semua ulama hadits dan sunnah dalam berbagai masa”.
Makki Ar-Ramli mengatakan: “Al-Khatib sakit pada pertengahan bulan Ramadhan 463 H.
Kondisi kesehatanya semakin parah pada awal bulan Dzulhijjah hingga beliau meninggal pada
tanggal 7 Dzulhijjah”.
9

6.Ibnu Shalah (577-642 H)


Utsman bin Abdurrahman bin Utsman bin Musa bin Abi Nahshr an Nashri Al kurdi Asy
Syarakhani Asy Syahruzuri atau yang kerap disapa dengan panggilan Ibnu Shalah lahir pada
tahun 577 H, di wilayah kota Arbil, salah satu kota besar di negeri Irak bagian utara yang
didominasi oleh suku kurdi. Tepatnya di desa Shahrazur daerah Sheikhan.

WAFAT
Ketika Ibnu Shalah berusia lebih dari 60 tahun, beliau jatuh sakit, dan akhirnya beliau wafat
menjelang subuh pada hari rabu tanggal 25 rabiul akhir 643, di kota Damaskus, Syuriah, lalu di
sholatkan di masjid besar Damaskus selepas sholat Dzuhur.

PENDIDIKAN
Guru pertama Ibnu shalah adalah ayahnya sendiri. Abdurrahman, seorang ulama pakar disiplin
ilmu fiqih bermazhab Syafi’I. Dari ayahnya berjuluk Shalahuddin inilah, Ibnu shalah kecil
memulai langkahnya sebagai penuntut ilmu.

Ayahnya yang memiliki kunyah Abul Qasim ini mendidik Ibnu Shalah kecil telah kecil telah
menyerap berbagai macam pelajaran berupa prinsip prinsip ilmu dasar, dari sang ayah anda
Dikisahkan bahwa Ibnu Shalah mengundang bacaan kitab Muhadzdzab di hadapan ayahnya
sekian kali.

Setelah menyadari bahwa anaknya tidak bisa belajar kepada banyak guru dan tidak mampu
berkembang jika hanya menuntut ilmu di desa, maka sang ayah pun memutuskan untuk
mengirim ibnu Shalah kecil ke Mosul, ibu kota wilayah Niwana,yang dekat dengan sungai
Tigris.

9
https://kisahmuslim.com/2885-al-khatib-al-baghdadi.html
http://kaderulamakemenag.blogspot.com/2012/12/sekilas-biografi-al-khatib-al-baghdadi.html
Di Mosul inilah, Ibnu Shalah belajar berbagai disiplin Ilmu agama yang lebih banyak lagi. Ia
mempelajari Ilmu tafsir,hadis dan lainnya.Dikisahkan bahwa semenjak itu Ibnu Shalah sering
pindah ke berbagai kota di berbagai belahan dunia guna menghilangkan dahaganya terhadap
ilmu agama yang begitu agung ini. Beliau belum pernah mengunjungi Baghdad, Damaskus,
Nishapur, Haran Haman, Mary di Turkemenistan, dan kota lainnya yang teramat jauh dari
kampung halamannya. Ia berguru dengan sekian banyak ulama yang ia jumpai di penjuru
dunia.Diceritakan ketika Ibnu shalah tiba di Damaskus, kota terbesar di Suriah, ia bermulazamah
bersama Imam Iraqi. Bersama beliaulah,ia mendalami fikih mazhab Syafi’i. Dia menimba ilmu
darinya dengan semangat tekun,sehingga Imam Iraqi pun tak jarang memuji beliau. Ibnu Shalah
tidak lupa mengunjungi tanah suci dalam rangka menunaikan rukun islam kelima, yaitu ibadah
haji, sebelum dan sesudah ia kelak menetap di Damaskus. Sebagaiman biasanya, ia tidak
menjadikan suatu perjalanannya melainkan untuk menambah khazanah ilmunya.

Ibnu Shalah terus menuntut ilmu dari berbagai ulama di berbagai belahan dunia, menyimak
periwayatan banyak hadis dan mendalami beberapa cabang ilmu agama lainnya,sehingga
akhirnya Allah mendudukkannya di atas singgasana keilmuan yang sangat tinggi,sebuah
kedudukan yang amat mulia.

GURU-GURU
Di Shahrazur

1.Abdurrahman bin Utsman ayah beliau sendiri

Di Mosul

1.Ubaidillah bin as Samin,termasuk guru pertama Ibnu Shalah

2.Nashr bin Salamah al Hiti

3.Mahmud bin Ali al maushili

4.Abul Muzhaffar bin al Barni

5.Abdulmuhsin bin ath Thusi

Di Baghdad

1.Abu Ahmad bin Sukainah, ulama besar di tanah Bagdad

2.Abu hafsh bin Tharzadza


Di tanah Persia

1.Abul Qasim Abdulkarim bin Abdul Fadhl ar Rafi’I,imam besar mazhad Syafi’I

Di Hamadan

1.Abul Fadhl bin al Mu’azzam

Di Nishapur

1.Abul Fath Mashur bin Abdulmu’im bin al Furawi

2.Al Muayyad bin Muhammad bin Ali ath Thusi.

3.Zainab binti Abul Qasim asy Sya’riyyah

4.Al Qasim bin Abu Sa’d ash Shaffar

5.Muhammad bin al hasanash Anshari

6.Abu an Najib Isma’il al Qari

Di Mary

1.Abul muzhaffar bin as Sam’ani

Di Aleppo

1.Abu Muhammad bin al ustadz

Di Damaskus

1.Fakhruddin Ibnu Askir, ulama besar mazhab syafi’i

2.Muffaquddin Ibnu Qudamah,ulama besar di masanya

3.Al Qadhi Abdil Qasim Abdushshomad bin Muhammad bin al Harastani

Di Haran
1.Al Hafizh Abdulqadir ar Ruhawi

MURID-MURID
Murid beliau dalam ilmu Fiqih:

1.Syamsuddin Ibnu Khallikhan seorang hakim, pengarang kitab Wifayat Al A’yan

2.Syamsuddin Ibu Nuh al Maqdisi,murid yang terkenal dalam fiqih mazhab syafi’i

3.Imam Kamaluddin Sallar,guru Imam Nawai

4.Imam Kamalunddin Ishaq,juga murid dari Ibnu Asakir,dimakamkan disamping kuburan ibnu
Shalah.

5.Al Qadhi Taqiyyuddin Ibnu Razin

6.Murid beliau dalam ilmu hadis:

1.Tajuddin Abdurrahman

2.Majduddin Ibnu Muhtar

3.Fakhuruddin umar al Karaji

4.Al Qadhi Syihabuddin Ibnu al khuwayyi

5.Al Muhaddis Abdullah bin Yahya al jazairi

6.Al Mufti jamaluddin Muhammad bin Ahmad asy Syarisyi

7.Al Mufti Fakhruddin Abdurrahman bin Yusuf al Ba’labaki

8.Nashiruddin Muhammad bin Arabsyah

9.Muhammad bin Abu adz Dzikr

10.Asy Syaikh Ahmad bin Abdurrahman asy Syahruzuri an Nasikh

11.Kamaluddin Ahmad bin Abul Fath asy Syaibani

12.Asy Syihab Muhammad bin Hasan al Urmawi

13.Asy Syaraf Muhammad bin Khathib Bait al Abbar

14.Nashiruddin Muhammad Bin al Majd bin al Abbar


15.Nashiruddin Muhammad bin al Majd bin al Muhtar

16.Al Qadhi Ahmad bin Ali al Jili

17.Asy Yihad Ahmad bin al Afif al Hanafi

KARYA-KARYA
1.Ahadits fi fadhl al Iskandariyyah wa Asaqalan

2.Al ahadits al Kuliyyah

3.Adab al Mufti wa al mustafti

4.Al amali

5.Hadits ar rahmad

6.Hukmu Shalati al Raghaib

7.Hilyah al Imam asy Syafi’i

8.Syarh ma’rifah Ulum al Hadis milik al Hakim an Naisaburi

9.Syarah al Waraqat milik Imam al Haramain fi Usul al Fiqh

10.Shiyanah Shahih Muslim min al Ikhlal wa Alghalath wa Himayatuhu min al Isqath wa as


Saqth

11.Thabaqat Fuqaha’ asy Syafi’iyyah

12.Ma’rifah Anwa’ Ulum al Hadits,kitab ini lah yang lebih popular dengan nama Muqaddimah
Ibnu Shalah

13.Al Fatawa

14.Fawaid ar Rihlah

15.Mukhatasshar fi Ahadits al Ahkam

16.Musykil al Wasith

17.Musykilat al Bukhari

18.Al Mu’talaf wa al Mukhatalaf fi Asma’ ar Rijal

19.An Naktu’ ala al Muhadzdzad

20.Washlu Balaghah al Muwaththa’


21.Waqfu Dar al Hadits al Asyrafiyyah.
10

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

10
https://muslim.or.id/19490-biografi-ibnu-shalah.html
https://ahmadbinhanbal.com/biografi-ibnu-shalah-dan-perkembangan-ilmu-hadis-pra-era-dan-pasca-ibnu-shalah/
Dari uraian tentang pencetus utama ulumul hadis maka dapat disimpulkan bahwa:

Hadis sebagai referensi otoritatif hukum Islam setelah Alquran memegang peranan
penting dalam perkembangan Islam. Dari hadis lahirlah berbagai ilmu, termasuk ulumul hadis.
Ilmu tentang hadis ini banyak dibahas para ulama dalam berbagai kitab ulumul hadis. Baik yang
membahas hadis secara umum maupun pada aspek tertentu, seperti perawi dan matan.

Abu Bakar Muhammad bin Syihad az-Zuhri (51-124 H) adalah peletak pertama kaidah
dasar ilmu hadis. Ia adalah orang pertama yang mengumpulkan hadis Rasulullah SAW atas
perintah Khalifah Umar bin Abdul Azis.

Dalam Ensiklopedi Islam disebutkan penulisan kitab ulumul hadis dimulai sejak awal abad
ke-2 Hijriyah. Saat itu para ulama sudah mengklasifikasi hadis dalam beberapa derajat, seperti
shahih, hasan, daif, maupun palsu.

Kondisi sosial politik saat itu membuat hadis palsu bertebaran. Sebabnya, para pangusaha
sengaja mengeluarkan hadis palsu untuk mengukuhkan kekuasaannya. Maka diperlukan sebuah
ilmu khusus untuk meneliti bagaimana derajat sebuah hadis.

Ilmu tentang hadis yang pertama kali muncul adalah al-jarh wa at-ta'dil (ilmu yang
membahas dan meneliti secara khusus keadaan para perawi hadis). Abu Bakar Muhammad bin
Syihad az-Zuhri (51-124 H) adalah peletak pertama kaidah dasar ilmu hadis. Ia adalah orang
pertama yang mengumpulkan hadis Rasulullah SAW atas perintah Khalifah Umar bin Abdul
Azis.Saat itu penulisan hadis belum dipisahkan dalam kitab hadis tersendiri, namun terintegrasi
dengan pembahasan tema lain. Misal, kitab Imam Syafi'i berjudul Risalah yang membahas
tentang hadis sekaligus ushul fikih.

Baru pada abad ke-3 dan 4, ulumul hadis mencapai masa keemasannya. Penulisan hadis
secara mendiri sudah dilakukan dengan intensif. Pada masa ini ulama-ulama hadis, seperti Imam
Muslim, Imam Bukhari, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban banyak menghasilkan karya.Pada
akhir abad ke-3, Imam Abu Bakar Ahmad bin Harun bin Rauj al-Bardiji menyusun berbagai
kitab mengenai ilmu hadis. Di antaranya Ma'rifah al-Muttasil min al-Hadis wa al-Mursal wa al-
Maqtu, wa Bayan at-Turuq as-Sahihah, dan Ma'rifah Usul al-Hadis.

Penyusulan ilmu hadis secara lengkap dilakukan sejak pertengahan abad ke-4 sampai awal
abad ke-7. Pada masa ini mulai muncul kitab-kitab yang meringkas serta memberi komentar dan
penjelasan terhadap kitab-kitab hadis yang lebih dulu muncul. Di antara kitab hadis yang muncul
pada masa ini adalah Al-Muhaddis al-Fasil bain ar-Rawi wa al-Wa'i karya ar-Ramahurmuzi.

Masa penyempurnaan ilmu hadis terjadi pada abad 7 hingga 10 H. Kitab-kitab yang muncul
pada masa ini adalah al-Irsyad karya Imam Nawawi dan Tadrib ar-Rawi Syarh Taqrib an-
Nawawi karya as-Suyuti. Masa kemunduran ilmu hadis terjadi pada abad 10 hingga 14 H. Tidak
banyak karya ulama hadis yang lahir pada masa ini.Masa abad ke-14 hingga saat ini disebut
sebagai kebangkitan kembali ilmu hadis. Para ulama kontemporer juga menerbitkan kitab ulumul
hadis, seperti al-Manhaj al-Hadis fi Ulum al-Hadis karya Syekh Muhammad as-Simahi dan
Qawa'id at-Tahdis karya Syekh Muhammad Jamaluddin al-Qasimi.

B.Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari
kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA
https//kbbi.web.id https//lektur .id/arti pencetus https//id.wikipedia/ulum hadis

Majalah Al-Furqon Edisi 8 Tahun Ke-11 1433

Biografi az-Zuhri dalam Tahdzib at Tahdzib : Ibn Hajar Asqalani 9/445

ttps://maydaulunnimah.wordpress.com/ulumul-hadis/pengertian-ulumulhadis-dan-sejarah-
pekembangannya/ di

http://nukhbatulfikar.blogspot.com/2012/04/al-ramahurmuzi-dan-profil-kitabnya

Al-Ramahurmuzi, al-Hasan ibn ‘Abd al-Rahman. al-Muhaddis al-Fasil bain al-Rawi wa al-
Wa’i. Cet. I; Beirut: Dar al-Fikr, 1391 H./1771 M.

https://wisnoezone.blogspot.com/2012/03/biografi-imam-al-hakim.html

http://p2k.stiehidayatullah.ac.id/id3/3046-2943/Al-Hakim-An-Naisyaburi_109494_p2k-
stiehidayatullah.html

http://p2k.stiehidayatullah.ac.id/id3/3046-2943/Al-Hakim-An-Naisyaburi_109494_p2k-
stiehidayatullah.html https://republika.co.id/berita/q8u35d320/sosok-di-balik-kitabem-hilyat-al-
auliyaem-biografi-para-sufi

https://kisahmuslim.com/2885-al-khatib-al-baghdadi.html

http://kaderulamakemenag.blogspot.com/2012/12/sekilas-biografi-al-khatib-al-baghdadi.html

https://muslim.or.id/19490-biografi-ibnu-shalah.html

https://ahmadbinhanbal.com/biografi-ibnu-shalah-dan-perkembangan-ilmu-hadis-pra-era-dan-
pasca-ibnu-shalah/

Anda mungkin juga menyukai