HADIST MAUDHU
Dosen Pengampu :
Sukarmi, M. Ag
Disusun oleh :
Siswandi 2313000113
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu terpanjatkan atas kehadirat Alllah SWT, yang mana
telah memberikan nikmat ilmu kepada para suri tauladan. Sehinga terciptanya
berbagai karangan nan luar biasa yang dapat kembali penulis jadikan sumber
dalam menyelesaikan tugas makalah
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Hadist Maudhu........................................................................3
B. Sejarah dan Perkembangan Hadist Maudhu...........................................5
C. Ciri -ciri Hadist Maudhu............................................................................8
D. Faktor-faktor Penyebab mnculnya Hadist Maudhu.............................12
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................18
KESIMPULAN.....................................................................................................18
Saran.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Abdul Wahid, Hadits Nabi dan Problematika Masa Kini, (Banda Aceh: Perpustakaan
Nasional KDT, 2007).
1
berkembang sesuai dengan perkembangan sekaligus kompliksnya problema
yang dihadapi dalam kehidupan umat Islam.2
B. Rumusan Masalah
2
Ibid,. 3
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadist Maudhu
Apabila ditinjau dari segi bahasa, hadits maudhu’ merupakan bentuk isim
maf’ul dari وضع-يضع- وضعاyang berarti ( االثقاطmeletakkan atau menyimpan);
تراع و اختالقDDD( والفmengada-ada atau membuat-buat); dan تركDDD( الditinggal)3.
Sedangkan pengertian hadits madhu’ menurut istilah adalah:
َم ا ُنِس َب ىَل َر ُس ْو ِل اهّلل َص ىَّل اهّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل إْخ ِتَالًقا َو ِكْذ اًب ِم َّم ا َلْم َيُقُهْل َأْو َيْفَع ُهْل َأْو ُيَقَّر ُه
ِإ
Artinya:
اْلُم ْخ َتَلُع اْلَم ْص ُنْو ُع اْلَم ْنُس ْو ُب ِاىَل َر ُس ْو ُل اهَّلل َص ىَّل اهّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل زْو ًر ا َو ْهُبَتااًن َس َو اٌء اَك َن َذ َكِل ْمَع ًد ا
َاْو َخ َط أ
Artinya:
“Hadits yang diciptakan dan dibuat oleh seorang (pendusta) yang ciptaan
ini dinisbahkan kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik disengaja
maupun tidak” .
3
Zarkasih, Pengantar Studi Hadis (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2011)
3
hadits maudhu’ yaitu sesuatu yang dinisbatkan kepada Rasul saw, secara
mengada-ada dan dusta, yang tidak beliau sabdakan, beliau kerjakan, dan
beliau taqrirkan.4
Hadits maudhu’ atau hadits palsu ialah hadits yang di dalam sanadnya
(umumnya) ada seorang atau beberapa orang rawi yang pendusta. Sedangkan
hadits yang tidak ada asalnya ialah hadits yang tidak mempunyai sanad untuk
diperiksa. Yakni, perkataan yang beredar dari mulut ke mulut atau dari tulisan
ke tulisan yang tidak ada asal usulnya (sanadnya) yang disandarkan kepada
Nabi Saw. Contohnya seperti hadits “ikhtilaafu umati rahmah/perselisihan
umatku adalah rahmat.” dan di kitab Ihya-nya imam Al-Ghazali terdapat
hadits-hadits yang tidak ada asalnya sebanyak 900 hadits lebih menurut
pemeriksaan As Subki di kitabnya Thabaqaat Asy Syafi’iyyah Al Kubra.
Meskipun hadits yang tidak ada asalnya masuk ke dalam bagian hadits
maudhu’ akan tetapi ulama ahli hadits membedakan di dalam penyebutannya.
Karena hadits maudhu’ mempunyai sanad, sedangkan hadits yang tidak ada
asalnya tidak mempunyai sanad.5
Dari pengertian di atas tersebut dapat disimpulkan bahwa hadits maudhu’
adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik
perbuatan, perkataan maupun taqrirnya, secara rekaan atau dusta semata-mata.
Dalam penggunaan masyarakat Islam, hadits maudhu’ disebut juga dengan
”hadits palsu”.6 Dengan kata lain, hadits maudhu’ itu dibuat dan Hadist
maudhu’ adalah segala sesuatu (riwayat) yang disandarkan pada Nabi
Muhammad saw, baik perbuatan, perkataan, maupun taqrir secara di buat-buat
atau disengaja dan sifatnya mengada-ada atau berbohong. Tegasnya hadis
maudhu adalanh hadis yang diada-ada atau dibuat-buat.7
4
Fathur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadits, (Bandung: PT. Almaarif, 1995), 140
5
Ibid,. 141.
6
M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
7
Ajaj al Khatib, Ushulul Hadits : 415
4
B. Sejarah dan Perkembangan Hadist Maudhu
Menurut Subhi Shalih, hadis maudhu mulai muncul sejak tahun 41 H,
yaitu ketika terjadi perpecahan antara Ali bin Abi Thalib yang didukung oleh
penduduk Hijaz dan Irak dengan Muawiyah bin Abi Sufyan yang didukung
oleh penduduk Syria dan Mesir, Ummat Islam terbagi kepada beberapa
firqah: Syi’ah, Khawarij dan Jumhur. Karena itu menurut Subhi Shaleh,
bahwa timbulnya Firqah-firqah dan mazhab merupakan sebab yang paling
penting bagi timbulnya usaha mengada –ada habar dan hadis.8
8
Subhi Shalih : 266-267
9
Ali Mustofa Ya’qub, Kritik Hadits (Jakarta: Penerbit Pustaka Firdaus, 2004), 82
5
Terjadinya pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa pemerintahan
khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan awal
adanya benih-benih fitnah, yang memicu munculnya pemalsuan hadis,tetapi
pada masa ini belum begitu meluas karena masih banyak sahabat ulama yang
masih hidup dan mengetahui dengan penuh yakin akan kepalsuan suatu
hadist. Para sahabat ini mengetahui bahaya dari hadist maudhu’ karena ada
ancaman yang keras dikeluarkan oleh Nabi SAW terhadap orang yang
memalsukan hadist, Namun pada masa sesudahnya, yaitu pada akhir
pemerintahan Khalifah Bani Umayyah pemalsuaan hadis mulai marak , baik
yang dibuat oleh ummat Islam sendiri, maupunyang dibuat oleh orang diluar
Islam. Menurut penyaksian Hammad bin Zayyad terdapat 14.000 hadis
maudhu. Abdul Karim al Auja mengaku telah membuat 4.000 Hadis maudhu.
Terpecahnya ummat Islam menjadi beberapa golongan politik dam
keagamaan menjadi pemicu munculnya hadis maudhu.
Diantara orang yang memainkan peranan dalam hal ini adalah Abdullah
bin Saba’, seorang Yahudi yang mengaku memeluk Islam. Dengan berdalih
membela Sayyidina Ali dan Ahlul Bait, ia berkeliling ke segenap pelosok
daerah untuk menabur fitnah. Ia berdakwah bahwa Ali yang lebih layak
menjadi khalifah daripada Usman bahkan Abu Bakar dan Umar. Alasannya
Ali telah mendapat wasiat dari Nabi s.a.w. Hadits palsu yang ia buat
10
Ajaj al Khatib : 416
6
berbunyi: “Setiap Nabi itu ada penerima wasiatnya dan penerima wasiatku
adalah Ali.”
11
Muhammad bin Muhammad Abu Syahbah, al-Israiliyyāt wa al-Mauḍūāt fī Kutub
alTafsīr (Mesir: Maktabah al-Ilm, 1988 M/1409H), 20.
7
Sesudah zaman sahabat, terjadi penurunan dalam penelitian dan kepastian
hadits. Ini menyebabkan terjadinya periwayatan dan penyebaran hadits yang
secara tidak langsung turut menyebabkan berlakunya pendustaan terhadap
Rasulullah dan sebagian dari sahabat. Ditambah lagi dengan konflik politik
umat Islam yang semakin hebat, telah membuka peluang bagi golongan
tertentu yang coba mendekatkan diri dengan pemerintah dengan cara
membuat hadits.
12
Muhammad Abu Syahbah, al-Israiliyyāt wa al-Mauḍūāt, 23.
8
Qur’an, kami ciptakan untuk mereka hadits ini (tentang keutamaan
ayat-ayat Al-Qur’an), agar mereka menaruh perhatian untuk mencintai
Al-Qur’an”.
c. Kenyataan sejarah, mereka tidak mungkin bertemu, misalnya ada
pengakuan seorang rawi bahwa ia menerima hadits dari seorang guru,
padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut, atau ia lahir
sesudah guru tersebut meninggal, misalnya ketika Ma’mun ibn
Ahmad As-Sarawi mengaku bahwa ia menerima hadits dari Hisyam
Ibn Amr kepada Ibnu Hibban maka Ibnu Hibban bertanya, “Kapan
engkau pergi ke Syam?” Ma’mun menjawab, “Pada tahun 250 H.”
Mendengar itu Ibnu Hibban berkata, Hisyam meninggal dunia pada
tahun 245 H”.13
d. Keadaan rawi dan faktor-faktor yang mendorongnya membuat hadits
maudhu’. Misalnya seperti yang dilakukan oleh Ghiyats bin Ibrahim,
kala ia berkunjung ke rumah Al- Mahdi yang sedang bermain dengan
burung merpati yang berkata:
َال َسَبَق ِإَّال ِفى َنْص ٍل َأْو ُخ ٍّف َأْو َح اِفٍر َأْو َج َناٍح
Artinya:
13
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hal. 183
9
a. Keburukan susunan lafadznya. Seseorang yang memiliki keahlian
bahasa dan sastra memiliki ketajaman dalam memahami hadits Nabi
akan merasakan susunan kata, mana yang keluar dari mulut
Rasulullah SAW, dan mana yang tidak mungkin keluar dari mulut
Rasulullah SAW.
b. Kerusakan maknanya, misalnya:
Karena irrasional, seperti hadits:
َاَّن َسِفْيَنَة َنْو ٍح ِبا ْلَبْيِت َسْبِت َسْبًعا َو َص َّلْت ِباْلَم َقاِم َر ْك َعَتْيِن
Artinya:
Artinya:
Artinya:
14
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hal. 184
15
Munzier Suprapto, Ilmu Hadits, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001)
10
Artinya:
Artinya:
Artinya:
“Anak zina itu tidak dpat masuk syurga sampai tujuh turunan”.16
Artinya:
16
H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2012) hal. 239
11
“Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”.
Artinya:
12
ُنْو ٍح ىِف َتْقَو اُه َو ىَل ْبَر اِه َمْي يِف ِعْلِم ِه َو ىَل ُم ْو ىَس ىِف َه ْي َبِتِه َمْن َاَر اَد َأْن َيْنُظ َر إ ىَل َاَد َم ىِف ِعْلِم ِه َو ىَل
ِإ ِإ ِإ ىَل ِعْي يِف ِع اَد ِتِه َفْل ُظ ىَل َعيِل ِإ
ْن َو ىَس
َب َي ْر ِإ ِإ
Artinya:
َال َهَل َّال اهَّلل ُم َح َّم ٌد َر ُس ْو ُل:َم ا ىِف اْلَجَّنِة َجَشَر ٌة َّال َم ْكُتْو ٌب َعىَل ِّلُك َو َر َقٍة ِم َهْنا
ِإ ِإ ِإ
ْل
ُع ْثَم اُن ُذ ْو الُّنْو َر ْيِن, َمُع ُر ا َفاُر ْو ُق, َأُبْو َبْك ر الِّص ِّد ْيُق, اهّلل.
Artinya:
“ Tak ada satu pohon pun dakam surga, melainkan tertulis pada tiap-tiap
dahannya: la ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah, Abu bakar Ash-
Shiddieq, Umar al-Faruq, dan Utsman Dzunnuraini”.
13
“Orang yang terpercaya itu ada tiga, yaitu aku, Jibril dan Muawiyah”.
ُيَص اِف ُح الُّر ْكَباَن َو ُيَع اِنُق اْلُم َش اَة, َيِزْن ُل َر ُّبَنا َع ِش َّيًة َعىَل َمَج ٍل َاْو َر ٍق
Artinya:
“Tuhan kami turunkan dari langit pada sore hari, di Arafah dengan
bekendaraan unta kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang
yang berkendaraan dan memeluk orang-orang yang sedang berjalan”.
18
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
hal. 179
14
a. Abdul Karim bin Abi Al-Auja, telah membuat sekitar 4.000 hadits
maudhu’ tentang hukum halal-haram.
b. Muhammad bin Sa’id Al-Mashubi, yang akhirnya dibunuh oleh Abu
Ja’far Al-Mansur.
c. Bayan bin Sam’an Al-Mahdi, yang akhirnya dihukum mati oleh Khalid
bin Abdillah.
3. Mempertahankan Mahzab dalam masalah Fiqh dan Kalam
Mereka yang fanatik terhadap Madzhab Abu Hanifah yang bernama
Ma’mun bin Ahmad menganggap tidak sah shalat mengangkat kedua
tangan, membuat hadits maudhu’sebagai berikut:
َمْن َر َفَع َيَد ْيِه يِف الُّر ُكْو ِع َفَال َص َالَة ُهَل
Artinya:
Artinya:
15
Mereka membuat hadits-hadits palsu dengan tujuan menarik orang
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Melalui amalan-amalan yang
mereka ciptakan. Seperti hadits-hadits yang dibuat oleh Nuh ibn Maryam,
seorang tokoh hadits maudhu’, tentang keutamaan Al-Qur’an. Ketika
ditanya alasannya melakukan hal seperti itu, ia menjawab: “ Saya dapati
manusia telah berpaling dari membaca Al-Qur’an maka saya membuat
hadits-hadits ini untuk menarik minat umat kembali kepada Al-qur’an”.19
َال َس َبَق ِإ َّال ْيِف َنْص ٍل َأْو ُخ ٍّف َأْو َح اِف ٍر َأْو َج َناٍح
Artinya:
“Tidak ada perlombaan, kecuali dalam anak panah, ketangkasan,
menunggang kuda, atau burung yang bersayap”.20
Pada mulanya ungkapan itu memang hadits dari Rasulullah, tetapi
aslinya tidak ada kata “burung”. Karena ia tahu jika khalifah al-Mahdi
suka bermain burung dan waktu itu dia melihat khalifah sedang bermain
burung merpati, maka ia menambahkan kata, ‘atau burung yang bersayap’,
untuk meyenangkan Al-Mahdi. Lalu Al-Mahdi memberinya sepuluh dinar.
Setelah ia berpaling, sang Amir berkata, “Aku bersaksi bahwa tengkukmu
adalah tengkuk pendusta atas nama Rasulullah SAW.” Lalu, khalifah al-
Mahdi memerintahkan kepada salah satu pengawalnya untuk menyembelih
merpati itu.
19
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
hal. 181
20
H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2012) hal. 233
16
17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengertian hadits maudhu’ mempunyai bermacam-macam pendapat,
walaupun demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits maudhu’ adalah hadits
palsu yang dibuat oleh seseorang dan disandarkan kepada nabi Muhammad saw.
Adapun latar belakangnya hadits maudhu’ tersebut hakikatnya adalah pembelaan
atau pembencian terhadap suatu golongan tertentu.
Saran
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekeliruan yang terdapat
dalam penyusuanan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun dalam
pembasannya. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritikannya yang
bersifat membangun sehingga dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya
dapat lebih sempurna.
18
DAFTAR PUSAKA
Zarkasih, Pengantar Studi Hadis. 2011. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis. 2008. Bandung: Pustaka
Setia
Idri, Studi Hadis. 2010. Jakarta: Kencana Prenada Group
H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis. 2012. Jakarta: Amzah
Munzier suprapto, Ilmu Hadits. 2001. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Prof. Dr.Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar
Ilmu Hadits, Edisi 3, Cetakan Pustaka Rizki Putra, Semarang. 2009
Abdul Hakim bin Amir Abdat, Hadits-Hadits Dha’if dan Maudhu’, Cet. V,
Jakarta: Bulan Bintang, 2016
19