Disusun Oleh :
Kelompok 9
Sem. III/PAI B
Maisarah Muhlis (20223047)
Ferdiansyah Sutrisno (20223044)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami kelompok 9 dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Ulumul Hadis. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah Saw menjadi sumber ajaran, panutan dan
nilai yang sangat berharga bagi ummat Islam. Sangatlah disayangkan keberadaan hadis yang
benar-benar berasal dari Rasulullah saw dinodai oleh munculnya hadis-hadis maudhu (palsu)
yang sengaja dibuat-buat oleh orang-orang tertentu dengan tujuan dan motif yang beragam,
dan disebarkan di tengah-tengah masyarakat oleh sebagian orang dengan tujuan yang beragam
pula. Hadits Palsu atau hadits Maudhu adalah perkataan dusta yang dibuat dan direkayasa oleh
seseorang kemudian dinisbahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tersebarnya
hadis Maudhu di tengah-tengah masyarakat,meskipun ada hadits maudhu yang isinya baik,
namun banyak di antaranya yang membawa dampak negatif (akibat), salah satunya adalah
menimbulkan dan mempertajam perpecahan di kalangan ummat Islam. Selain memunculkan
perpecahan tersebarnya hadis-hadis palsu di tengah masyarakat juga dapat memunculkan
keyakinan-keyakinan yang sesat, munculnya ibadah-ibadah yang tergolong bid'ah, dan juga
dapat mematikan sunnah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
para sahabat. Para sahabat adalah orang-orang yang masih dapat dipercaya (tsiqah) dan
tidak mendustakan ajaran-ajaran Nabi yang mereka akui sebagai ajaran yang benar. Di
samping itu, mereka sangat hati-hati dalam menerima dan menyampaikan hadis kepada
orang lain.1
“Agama adalah milik ahli hadits, kalam dan hilah adalah milik ahli al-ra’y, dan
kedustaan adalah milik kaum rafidhah”.
Hammad bin Salamah pernah meriwayatkan bahwa ada salah seorang tokoh Rafidah
berkata ,“ sekiranya kami pandang baik baik, segera kami jadikan hadits”.
Contoh hadits palsu yang dibuat oleh kaum Syi’ah antara lain :
َغف ََر لَكَ َولَذ ِّريَتِّكَ َو ِّل َوا ِّلدَيْكَ َو ِِّلَ ْهلِّكَ َو ِّل ِّش ْيعَتِّكَ َو ِّلم ِّحبِّ ْي ِّش ْيعَتِّك
َ َع ِّلي إِّ َّن للا
َ يَا
1
Mardianto, Budi. “Makalah Hadits Maudhu”. Di Unduh pada tanggal 18 September 2022.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/40849243/Makalah_H
adits_Maudhu&ved=2ahUKEwiD8puhs536AhWSRmwGHbofDnUQFnoECBUQAQ&usg=AOvVaw3UVvn4lvtqUNA
U-FZzrH9M
5
“Wahai ‘Ali sesungguhnya Alloh SWT telah mengampunimu, keturunanmu, kedua
orang tuamu, keluargamu, (golongan) syi’ahmu, dan orang yang mencintai (golongan)
syi’ahmu”.
Golongan Mu’awiyah juga membuat hadits palsu, sebagai contoh dapat dikemukakan :
َأَنَا َو ِّجب ِّْريْل َومعَا ِّويَة أَ ْنتَ ِّمنِّى يَا معَا ِّويَة َوأَنَا ِّم ْنك: أَ ِْل َمنَاء ثَ ََلثَة
“tiga golongan yang dapat dipercaya, yaitu saya (Rasul), Jibril, dan Mu’awiyah. Kamu
termasuk golonganku dan Aku bagian dari kamu”.
2. Usaha Kaum Zindiq
Kaum Zindiq adalah golongan yang membenci islam baik sebagai agama maupun
sebagai pemerintahan. Maka cara yang palin tepat adalah dengan membuat hadits palsu
denga tujuan untuk menghancurkan agama islam. ‘Abd al-Karim ibn ‘Auja’ yang
dihukum mati oleh Muhammad bin Sulaiman bin ‘Ali, wali di basrah, ketika hukuman
akan dilaksanakan dia mengatakan “Demi Allah, saya telah membuat hadits palsu
sebanyak 4.000 hadist”. Seorang zindiq mengaku dihadapan khalifah al-Mahdi bahwa
dirinya telah membuat ratusan hadits palsu. Hammad bin Zaid mengatakan “hadits yang
dibuat kaum Zindiq ini berjumlah 12.000 hadits. Contoh dari haditsnya, adalah :
ْ َّأَلن
ظر ِّإلَى ْال َوجْ ِّه ْال َج ِّم ْي ِّل ِّعبَادَة
ي أَ ْنزَ َل ْال َوحْ يَى ِّب ْالف َِّر ِّسيَّ ِّة ِّ ب أَ ْنزَ َل ْال َوحْ يَى ِّب ْال َع َر ِّبيَّ ِّة َو ِّإذَا َر
َ ض ِّ ِّإ َّن للاَ ِّإذَا غ
َ َض
“Apabila Allah murka, maka Dia menurunkan wahyu dengan bahasa Arab, dan apabila
senang maka akan menurunkannya dengan bahasa Persi”.
Dan sebaliknya para orang arab yang juga fanatik terhadap bahasanya, membalikkan
hadits diatas.
6
Golongan yang fanatik terhadap madzhab hanafi juga pernah membuat hadits palsu:
سيَك ْون َرجل فِّ ْي أ َّمتِّ ْي يقَال اَب ْو َحنِّ ْيفَةَ الن ْع َمانَ ه َو ِّس َراج أ َّمتِّ ْي
َ
“akan ada seorang laki-laki dari umatku yang bernama Abu Hanifah An-Nu’man. Ia
ibarat obor bagi umatku”
“akan ada seorang laki-laki dari umatku yang bernama Muhammad bin Idris. Ia akan
lebih menimbulkan mudharat kepada umatku daripada iblis”.
4. Membuat Cerita Dan Nasihat
Mereka melakukan pemalsuan hadits ini guna memeroleh simpatik dari pendengarnya
dan agar mereka kegum melihat kemampuannya. Sebagai contoh, adalah hadits sebagai
berikut :
َ َم ْن قَا َل َِل ِّإلَهَ ِّإ َِّل للا َخلَقَ للا ِّم ْن ك ِّل َك ِّل َمة
طي ًْرا ِّم ْنقَاره ِّم ْن ذَهَب َو ِّر ْيشَته ِّم ْن َم ْر َجان
“barang siapa yang mengucapkan kalimat Allah akan menciptakan seekor burung
(sebagai balasan tiap-tiap kalimat) yang paruhnya terdiri dari emas dan bulunya dari
marjan”.
5. Perselisihan Madzhab Dan Ilmu Kalam
Munculnya hadits-hadits palsu dalam masalah fiqih dan ilmu kalam, berasal dari para
pengikut madzhab. Di antara hadits-hadits palsu tentang masalah ini adalah :
a. Siapa yang mengangkat tangannya dalam shalat, maka shalatnya tidak sah.
b. Jibril menjadi imamku dalam shalat di Ka’bah, ia (jibril) membacakan basmalah
dengan nyaring
c. Yang junub wajib berkumur dan menghisap air tiga kali.
d. Semua yang ada dibumi dan langit serta di antara keduanya adalah makhluk,
kecuali Allah dan al-Qur’an.
6. Membangkikan Gairah Beribadat, Tanpa Mengerti Apa Yang Dilakukan.
Banyak di antara ulama yang membuat hadits palsu dengan tujuan pendekatan diri
kepada Allah dan bahkan mereka mengira usaha mereka itu benar. Nuh bin Abi
7
Maryam telah membuat hadits berkenaan dengan fadhilah membaca surat-surat tertentu
dalam Al-Qur’an. Ghulam al-Khail membuat hadits tentang keutamaan wirid dengan
maksud memperhalus kalbu manusia.
7. Menjilat Penguasa
Diantara contohnya adalah yang dikemukakan oleh Ghiyats bin Ibrahim ketika
berhadapan dengan khalifah Al-Mahdi (775-785 M), salah seorang khalifah bani
Abbasiyah. Karena mengetahui sang khalifah gemar mengadu merpati Ghiyats
menyampaikan hadits Nabi SAW dengan menambahi kata yang berhubungan dengan
kegemaran khalifah :
صل أَ ْو َجنَاح
َ َسبَقَ إِّ َِّل فِّ ْي خَف أَ ْو َحافِّر أَ ْو ن
َ َِل: م قَا َل.ع ْن أِّبِّ ْي ه َري ِّْرةَ أَ َّن َرس ْو َل للاِّ ص
َ
“tidak ada perlombaan kecuali permainan panah, anggar, pacuan kuda, atau
menerbangkan burung”.
Ghiyats menambahi kata أ َ ْو َجنَاحdi akhir hadits tersebut, dengan maksud agar diberi
hadiah. Setelah mendengar hadits tersebut, al-Mahdi memberikan hadiah 10 ribu
dirham, namun ketika Ghiyats membalik akan pergi, al-Mahdi menegurnya dengan
berkata “aku yakin itu sebenarnya merupakan dusta atas nama Rasululloh SAW”. Dan
saat itu juga merpati milik Ghiyats disembelih.2
2
Rosyadi, El. “Makalah ulumul hadis, hadis maudhu”. Di Unduh pada tanggal 20 September 2022.
https://www.296.web.id/2018/11/makalah-ulumul-hadits-hadits-maudhu.html?m=1
8
ia masih kecil. Atau juga pernah menerima hadits dari suatu daerah namun ia
belum pernah ke daerah itu.
c. Meriwayatkan hadits sendirian, sementara diri rawi dikenal sebagai
pembohong.
2. Dalam matan
a. Keburukan susunan lafadznya. Ciri ini akan diketahui setelah kita mendalami
ilmu bayan. Dengan mendalami ilmu bayan ini, kita akan merasakan susunan
kata, mana yang keluar dari mulut Rasulullah SAW, dan mana yang tidak
mungkin keluar dari mulut Rasulullah SAW.
b. Maknanya rusak. Ibnu Hajar menjelaskan bahwa lafadz ini dititikberatkan
pada kerusakan arti, sebab dalam sejarah tercatat “periwayatan hadits tidak
hanya bi lafdzi tapi juga ada yang bil ma’nawi”.
c. Matannya bertentangan dengan al-Qur’an atau hadits yang lebih kuat.
d. Matannya menyebutkan janji yang sangat besar atas perbuatan yang kecil atau
ancaman yang besar atas perkara yang kecil.
e. Hadits yang bertentangan dengan sejarah Nabi SAW.
f. Hadits yang terlalu melebih-lebihkan salah satu sahabat.3
3
Rosyadi, El. “Makalah ulumul hadis, hadis maudhu”. Di Unduh pada tanggal 20 September 2022.
https://www.296.web.id/2018/11/makalah-ulumul-hadits-hadits-maudhu.html?m=1
9
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Hadits maudhu’ secara etimologi merupakan bentuk isim maf’ul, wadha’a, yadha’u
yang bermakna yang disusun, dusta yang diada-adakan, dan yang diletakkan.
Sedangkan dari segi terminologi ulama hadits mengartikan hadits maudhu’ yaitu
sesuatu yang dinisbatkan kepada Rasul saw, secara mengada-ada dan dusta, yang tidak
beliau sabdakan, beliau kerjakan, dan beliau taqrirkan. Faktor penyebab munculnya
hadis maudhu : 1. Pertentangan politik, Usaha Kaum Zindiq, Fanatik Terhadap Bangsa,
Suku, Negeri, Bahasa, Dan Pimpinan, Membuat Cerita Dan Nasihat, Perselisihan
Madzhab Dan Ilmu Kalam, Membangkikan Gairah Beribadah, Tanpa Mengerti Apa
Yang Dilakukan, Menjilat Penguasa. Kemudian yang bisa dijadikan patokan untuk
mengetahui hadis palsu ialah dalam sanad dan matan.
B. Saran
Hadits palsu artinya menisbatkan (menyandarkan) suatu perkataan, berbuatan,
pengakuan atau sifat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal itu tidak
dikatakan, tidak dilakukan, bukan merupakan persetujuan dan bukan merupakan sifat
Nabi. Maka dari itu diharapkan agar kita harus lebih teliti lagi dalam memilih hadis
yang ingin kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kita termakan
dengan hadis maudhu atau hadis palsu.
10
DAFTAR PUSTAKA
Mardianto, Budi. “Makalah Hadits Maudhu”. Di Unduh pada tanggal 18 September 2022.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/40849
243/Makalah_Hadits_Maudhu&ved=2ahUKEwiD8puhs536AhWSRmwGHbofDnUQFnoEC
BUQAQ&usg=AOvVaw3UVvn4lvtqUNAU-FZzrH9M
Rosyadi, El. “Makalah ulumul hadis, hadis maudhu”. Di Unduh pada tanggal 20 September
2022. https://www.296.web.id/2018/11/makalah-ulumul-hadits-hadits-maudhu.html?m=1
Rosyadi, El. “Makalah ulumul hadis, hadis maudhu”. Di Unduh pada tanggal 20 September
2022. https://www.296.web.id/2018/11/makalah-ulumul-hadits-hadits-maudhu.html?m=1
11